• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Force Vital Capacity (FVC) Perenang dan Bukan Perenang pada Anak Sekolah Menengah Pertama di Kota Denpasar, Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Force Vital Capacity (FVC) Perenang dan Bukan Perenang pada Anak Sekolah Menengah Pertama di Kota Denpasar, Bali."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN F ORCE VITAL CAPACITY (F VC) PERENANG DAN BUKAN PERENANG PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI KOTA DENPASAR, BALI

I Nyoman Kreshna Raditya1, I Made Muliarta2 1Program Studi Pendidikan Dokter

2Bagian Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

paru merupakan salah satu organ terpenting pada tubuh manusia. Paru-paru yang baik dapat menunjang kebutuhan akan oksigen untuk seluruh jaringan tubuh. Fungsi paru-paru yang baik dapat meningkatkan kebugaran tubuh dan dapat meningkatkan produktivitas sehari-hari. Melatih fungsi paru dapat dilakukan dengan olahraga dan salah satunya adalah dengan berenang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Force Vital Capacity (FVC) antara perenang dan bukan perenang pada anak-anak Sekolah Mengah Pertama di Kota Denpasar, Bali. Penelitian yang dilakukan ini memakai metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah 40 anak Sekolah Menengah Pertama di Kota Denpasar yang dipilih secara purposive dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 20 orang pada kelompok perenang dan 20 orang pada kelompok bukan perenang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan FVC yang bermakna antara perenang dan bukan perenang dan didapatkan perbedaan nilai sebesar 26,1% (p=0,000). Dari penelitian dapat diberikan saran bagi pelajar Sekolah Menengah Pertama untuk melakukan aktivitas renang secara rutin dan untuk pemerintah agar lebih mempromosikan cabang olahraga renang untuk pelajar remaja dan diperlukan penelitian dalam skala lebih besar untuk mendapat hasil yang lebih akurat.

(2)

COMPARISON OF FORCE VITAL CAPACITY (FVC) IN SWIMMER AND NON-SWIMMER ON JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENT IN

DENPASAR CITY, BALI

ABSTRACT

The lungs are one of the most important organ in the human body. Fit lungs can either support the need for oxygen to tissues throughout the body. Lung function have a direct effect with daily activity. Improve lung function can be done by train and one of them is by swim. This study aims to determine the difference between swimmer and non-swimmer against lung function specially Force Vital Capacity (FVC) in children Junior High School in Denpasar, Bali. This research use the analytic method with cross sectional approach. Subjects were 40 children Junior High School in Denpasar were divided into 2 groups: 20 people in the group of swimmers and 20 for non-swimmers. These results indicate that there is a significant difference between swimmer and non-swimmer in FVC value with result 26,1% with probability 0.000 (p <0.05). Suggestions for junior high school students is to do swim activities on a regular basis and for the government to further promote swim sports for teenage students and research is needed on a larger scale to get more accurate results.

Keywords: Children Junior High School, swimmers, not swimmers, lung function

PENDAHULUAN

Tubuh manusia sangat unik karena

setiap struktur mampu berfungsi

sebagaimana mestinya dan saling

berhubungan dengan struktur lain.

Untuk dapat menunjang fungsinya,

tubuh manusia memerlukan berbagai

kebutuhan. Salah satu kebutuhan

tubuh manusia yang paling penting

adalah oksigen. Oksigen merupakan

kebutuhan paling utama bagi manusia

karena apabila kita tidak mendapat

oksigen dalam beberapa menit akan

terjadi kerusakan pada tubuh terutama

di bagian otak dan dapat

mengakibatkan kematian apabila

dibiarkan. Oksigen juga digunakan

oleh otot di seluruh tubuh terutama

otot jantung. Otot jantung

membutuhkan oksigen yang cukup

untuk dapat menjalankan fungsinya

sebagai sistem cardiovascular untuk mensuplai nutrisi ke seluruh tubuh.1

Oksigen digunakan seluruh tubuh

untuk menunjang aktivitasnya.

Ketersediaan oksigen yang cukup di

setiap jaringan menunjang kebugaran

tubuh yang prima. Kebugaran tubuh

dapat dinilai dari berbagai faktor

seperti tingkat kebugaran

jantung-paru, tingkat kebugaran otot,

(3)

Kebugaran jantung-paru memegang

peran penting karena oksigen

didapatkan dari lingkungan dan

diedarkan ke seluruh tubuh melalui

sistem ini. Oksigen dibutuhkan untuk

melakukan metabolisme yang

menunjang aktivitas tubuh. Tingkat

kebugaran otot berarti otot dapat

berfungsi secara efektif yaitu

menggunakan energi lebih rendah

guna mendapatkan daya tahan yang

lebih lama.2

Paru-paru adalah salah satu organ dari

sistem kardio-respirasi. Paru-paru

mempunyai fungsi vital untuk

mensuplai kebutuhan oksigen ke

setiap sel tubuh dan bertanggung

jawab dalam proses pengeluaran

karbondioksida yang merupakan sisa

metabolisme. Kemampuan fungsi

paru tiap orang berbeda-beda, dapat

dilihat dari Forced Vital Capacity (FVC) yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah

inspirasi secara maksimal. Fungsi ini

dapat diperiksa secara objektif

dengan menggunakan alat

spirometer.3

Kesehatan yang sempurna bukan

hanya keadaan yang bebas dari

penyakit, tetapi juga memiliki tingkat

kebugaran yang optimal. Memiliki

tubuh bugar adalah suatu kondisi

dimana seseorang dapat

melaksanakan kegiatan rutin

sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan

dan masih memiliki cadangan

kemampuan untuk hal yang bersifat

gawat-darurat. Mendapat tubuh yang

bugar tentunya dapat dilatih dengan

melakukan berbagai aktivitas fisik,

salah satunya adalah dengan

berenang.2

Berenang membantu melatih seluruh

kelompok otot, sehingga saat

berenang kebutuhan akan oksigen

menjadi lebih tinggi. Tekanan dalam

air saat berenang mempersulit dalam

proses bernapas. Saat berenang tidak

mudah dalam menarik napas, bahkan

lebih sulit dari beberapa olah raga

lainnya. Perenang aktif memiliki

kapasitas aerobik yang tinggi. Hal ini

dikarenakan tubuh beradaptasi pada

kebutuhan oksigen yang tinggi dan

tahanan dalam menarik napas.4

Otot-otot dalam pernapasan terdiri

dari diafragma, otot dada dan otot

perut. Otot-otot itu yang berperan

penting untuk menyokong fungsi paru

dalam mengambil oksigen dan

membuang karbondioksida. Pada

perenang aktif otot-otot tersebut

(4)

mengimbangi volume oksigen yang

dibutuhkan saat berenang. Oleh

karena itu fungsi otot-otot tersebut

sangat meningkat pada perenang.4

Pentingnya mengetahui tingkat

kebugaran yang bisa dicapai pada

anak usia 13 hingga 15 tahun yang

tergolong aktif guna meningkatkan

produktivitas baik pada bidang

akademik dan non-akademik

merupakan alasan dibuatnya

penelitian ini. Penelitian dilakukan di

Kota Denpasar dengan

membandingkan kebugaran paru dari

perenang aktif dan bukan perenang.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini digunakan jenis

penelitian survei analitik dengan

pendekatan cross sectional.

Penelitian dilaksanakan pada

kelompok pelajar usia 13 tahun

hingga 15 tahun yang tergolong

dalam kelompok belajar sekolah

menengah pertama (SMP) di daerah

Denpasar pada Februari 2014.

Populasi yang dipakai pada penelitian

ini adalah kelompok pelajar usia 13

tahun hingga 15 tahun yang tergolong

dalam kelompok pelajar sekolah

menengah pertama (SMP). Sampel

penelitian dipilih secara purposive

sampling sebanyak 40 sampel dan

dibagi menjadi 2 kelompok.

Kelompok pertama adalah kelompok

subjek yang terdiri dari 20 sampel

perenang aktif dan kelompok kedua

adalah kelompok kontrol yang terdiri

dari 20 sampel bukan perenang aktif.

Pengambilan dasar penggunaan 40

sampel berdasarkan penelitian serupa

yang dilakukan oleh Vaithiyanadane

dkk yang dilakukan pada sampel usia

19 tahun hingga 35 tahun. Kriteria

inklusi kelompok subjek berupa

pelajar usia 13 tahun hingga 15 tahun

yang bersedia untuk menjadi sampel

dan telah berenang secara aktif lebih

dari 1 tahun. Berenang aktif memiliki

ketentuan intensitas berenang dalam

seminggu sebanyak 3 kali dengan

lama sekali berenang 2 jam. Subjek

dalam penelitian dieksklusi jika

pelajar usia 13 tahun hingga 15 tahun

tersebut memiliki gangguan paru

sejak lahir, tidak bersedia menjadi

responden dan melakukan

pemeriksaan spirometer.

Pada penelitian ini digunakan

beberapa instrumen seperti kuesioner

untuk menentukan umur, lama

menjadi perenang aktif, kebiasaan

merokok subjek penelitian dan juga

(5)

badan subjek penelitian ditentukan

dengan mengukur langsung

menggunakan alat microtoise merk

SECA. Berat badan ditentukan

dengan mengukur langsung dengan

menggunakan timbangan badan merk

GEA. Pengukuran status fungsi paru

pada subjek penelitian menggunakan

alat spirometer AS500.

Data yang diperoleh selanjutnya

dianalisis guna mengetahui hubungan

antara variabel bebas dan variabel

terkait. Analisis data ini dilakukan

dengan menggunakan program SPSS

versi 16.0.

HASIL PENELITIAN

Responden penelitian diambil dari

klub renang yang terdapat di Kota

Denpasar. Terdapat beberapa klub

renang yang aktif di kota Denpasar

dan yang terbesar adalah TB. Dari

klub renang TB berhasil didapatkan

26 responden yang masuk kriteria

inklusi dan bersedia untuk

dilakukannya penelitian ini. Diambil

20 orang secara purposive yang

dijadikan responden. Sedangkan

untuk kelompok kontrol diambil dari

Sekolah Menengah Pertama 9

Denpasar. Dari sekolah tersebut

didapatkan 40 responden yang

bersedia dan memenuhi kriteria

inklusi lalu diambil secara acak 20

orang untuk menjadi responden.

Pada 20 responden dari kelompok

perenang didapatkan bahwa seluruh

responden aktif berenang lebih dari 1

tahun dengan rata-rata intensitas

berenang 6 kali seminggu dengan

lama berenang 2 jam dan jarak

tempuh sekali renang 5 km. Seluruh

responden tidak memiliki masalah

pernapasan bawaan dan tidak ada

yang memiliki kebiasaan merokok.

Pada 20 responden kelompok bukan

perenang dipilih karakteristik yang

menyerupai kelompok perenang,

dimana dipilih dengan tidak ada

riwayat merokok dan tidak ada

kelainan pernapasan bawaan.

Dari hasil pengukuran fungsi paru,

didapatkan bahwa pada kelompok

perenang, 1 orang responden

memiliki gangguan fungsi paru

restriktif, dan 19 orang responden

memiliki fungsi paru normal. Pada

kelompok kontrol didaptkan 15 orang

memiliki masalah pernapasan

restriktif dan 5 orang memiliki fungsi

paru normal. Dari pemeriksaan

keseluruhan, hasil %FVC perenang

lebih tinggi dari bukan perenang

(6)

99,7% dan %FVC bukan perenang

73,6% dengan perbedaan %FVC

21,6%.

Gambar. 1 Chart hasil %FVC

Data yang didapatkan dari penelitian

kemudian diproses ke dalam SPSS

untuk dianalisis. Sebelum melakukan

analisis, data harus terlebih dahulu

diuji normalitasnya. Uji normalitas

dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk.

Tabel 1. Hasil tes uji normalitas

Status Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig

FVC Perenang 0,952 20 0,401

Non

perenang

0,945 20 0,294

Dari uji Shapiro-Wilk didapatkan

bahwa FVC berdistribusi normal.

Sehingga data FVC akan dianalisis

menggunakan uji-t. Analisis data

digunakan untuk menentukan

perbedaan fungsi paru antara

perenang dan bukan perenang pada

pelajar sekolah menengah pertama

(SMP).

Tabel 2. Uji-t pada %FVC

X+SD T

95%CI

p Bawah Atas

FVC 26,135+3,48 7,495 19,07 33,19 0,000

Pada pemeriksaan uji-t dapat dilihat

bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara menjadi seorang

perenang aktif terhadap nilai %FCV

pada pelajar sekolah menengah

pertama yang ditunjukkan dengan

nilai p= 0,000 (p<0,05).

PEMBAHASAN

Perubahan jaman telah mengubah

aktivitas masyarakat pada masa kini.

Untuk dapat bertahan hidup didalam

lingkungan modern, orang-orang

dituntut untuk bersaing dalam

mencapai produktivitas yang tinggi.

Mencapai produktivitas yang tinggi

dibutuhkan banyak faktor pendukung,

salah satunya adalah bagaimana

kualitas kebugaran dalam individu itu

(7)

sehari-hari. Mencapai tubuh yang

bugar dibutuhkan aktivitas yang

melatih tubuh secara keseluruhan,

salah satunya adalah dengan

berenang.

Renang adalah salah satu cabang

olahraga yang berkembang di Kota

Denpasar. Setiap tahun terjadi

peningkatan jumlah peminat olahraga

ini. Disamping untuk melatih tubuh,

banyak pelajar yang mendalami

olahraga ini untuk mencari prestasi.

Renang adalah salah satu olahraga

dinamis yang melatih seluruh fungsi

otot, salah satu otot yang dilatih

adalah otot pernapasan. Beberapa otot

pernapasan yang digunakan saat

berenang adalah otot diafragma,

external dan internal intercostal, parasternal, sternomastoid, scalene, external dan internal oblique dan otot perut perenang cenderung memiliki

fungsi paru yang lebih baik dari

kebanyakan orang karena proses

latihan yang dijalani. Dengan fungsi

paru yang optimal diharapkan

kebugaran fisik seseorang juga

meningkat.

Terdapat 40 responden dalam

penelitian ini yang dibagi menjadi 2

kelompok. Kelompok pertama terdiri

dari 20 responden perenang aktif dan

kelompok kedua terdiri dari 20

responden bukan perenang aktif.

Kelompok pertama dilakukan

wawancara untuk mengetahui lama

menjadi perenang, intensitas renang

dan jarak tempuh setiap berenang.

Dari kedua kelompok dipilih

responden dengan karakteristik yang

mirip dengan tidak memiliki riwayat

merokok dan riwayat sakit

pernapasan bawaan. Selanjutnya

fungsi paru pekerja diukur

menggunakan alat spirometer untuk

mengetahui gambaran fungsi paru.

Nilai yang dipakai untuk menentukan

gambaran fungsi paru dalam

penelitian ini adalah nilai %FVC.

Penelitian ini membandingkan fungsi

paru antara kelompok renang dan

kelompok bukan perenang.

Didapatkan hasil bahwa pada

kelompok perenang, 1 orang

responden memiliki gangguan fungsi

paru restriktif, dan 19 orang

responden memiliki fungsi paru

normal. Sedangkan pada kelompok

bukan perenang didapatkan 15 orang

memiliki masalah pernapasan

restriktif dan 5 orang memiliki fungsi

paru normal. Dari pemeriksaan

keseluruhan, hasil FCV perenang

(8)

dimana data FVC perenang sebesar

99,7% dan FVC bukan perenang

sebesar 73,6% dengan perbedaan

sebesar 21,6%.

Pada kelompok perenang didapatkan

ada 1 orang responden memiliki

gangguan restriktif dan 19 responden

memiliki fungsi paru normal.

Sedangkan pada kelompok bukan

perenang didapatkan 15 orang

memiliki gangguan restriktif dan 5

orang memiliki fungsi paru normal.

Banyaknya gangguan paru yang

ditemukan mungkin disebabkan

karena standar yang digunakan

menggunakan standar global yaitu

gangguan restriktif bila nilai FVC

<80%. Pada pelajar usia 13 tahun

hingga 15 tahun perkembangan

paru-paru belum sempurna sebagaimana

orang dewasa. Namun tetap

didapatkan bahwa paru-paru pada

perenang berkembang lebih cepat

daripada paru-paru pada bukan

perenang.

Pemeriksaan FCV meggunakan

spirometer mendapat hasil kelompok

perenang mendapat hasil lebih tinggi

dari kelompok non perenang dengan

nilai rata-rata 99,7% pada perenang

dan pada 73,6% pada non perenang.

Hasil ini sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Vaithiyanadane dkk

dan Julianti dkk yang menyebutkan

bahwa orang yang melakukan

aktivitas berenang memiliki kapasitas

fungsi paru yang lebih besar. Bahkan

menurut Julianti, atlet cabang olah

raga renang memiliki kapasitas paru

terbaik dibandingkan dengan atlet

cabang olah raga lainnya. Ini sesuai

dengan teori yang menyebutkan

bahwa atlet renang membutuhkan

kapasita paru yang besar untuk dapat

bernapas di dalam air karena

pengaruh tahanan air.5 Dari hasil uji-t

dapat dilihat bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara

menjadi seorang perenang aktif

terhadap nilai %FVC pada pelajar

sekolah menengah pertama dengan

perbedaan nilai 21,6% dengan nilai p

0,000 (p<0,05).

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat

ditarik simpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara nilai

%FVC dari kelompok perenang aktif

dan bukan perenang pada Anak

Sekolah Pertama di Kota Denpasar.

Saran yang dapat diberikan bagi

pelajar usia 13 tahun hingga 15 tahun

(9)

melakukan aktivfitas renang secara

rutin. Bagi instansi pemerintah yang

terkait dengan pendidikan dan olah

raga disarankan untuk melakukan

upaya promosi untuk membuat

cabang olahraga renang dalam

kalangan pelajar menjadi lebih aktif.

Selain itu dibutuhkan juga penelitian

dalam skala yang lebih besar untuk

mendapatkan data yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton. A.C, Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. Alih

Bahasa dr. Irawati Setiawan,

dr. LMA Ken Ariata Tengadi

dan dr. Alex Santoso,

Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta, 2007.

2. Sudarsono,C. Kebugaran.

2008. Kelas Foundatation

Fitness and Art.

3. Megantara,M. Pemeriksaan

Fungsi Paru dengan Alat

Spirometri. 2011. Rumah

Sakit JIH. Diakses pada

tanggal : 2 Maret 2014

https://sites.google.com/site/j

ogjaindonesiahospital/home/i

nformasi-jih/artikel-

kesehatan/detail-artikel-kesehatan/pemeriksaanfungsi

parudenganalatspirometri

4. Vaithiyanadane V, Sugapriya

G, Saravena A,

Ramachandran C. Pulmonary

Function Test in Swimmers

and Non-Swimmers a

Comparative Study. 2012.

International Journal of

Biological and Medical

Research.

5. Julianti N, Nisa K.

Perbandingan Kapasitas Vital

Paru Pada Atlet Pria Cabang

Olahraga Renang dan Lari

Cepat Persiapan Pekan

Olahraga Provinsi 2013 di

Bandar Lampung. 2013.

Medical Journal of Lampung

Gambar

Tabel 1. Hasil tes uji normalitas

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan sarana dan prasarana promosi serta kegiatan promosi pemasaran pariwisata ekonomi kreatif dalam dan luar negeri dalam rangka meningkatkan. arus kunjungan wisatawan

(2006 ) Teknik Menulis Naskah Untuk Program Audio Pembelajaran, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Komunikasi Pendidikan, Jakarta.. Fitri Astutik, M.T.. Standar Kompetensi :

Hasil penelitian menunjukkan : 1) Pelaksanaan penggunaan Lembar Kerja Siswa untuk meningkatkan minat belajar pada kompetensi dasar mengolah kue Indonesia di

Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada tabel diatas diketahui bahwa nilai adjusted R- squared yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 0,090 atau 9% sehingga

(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi sebelum atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki jabatan struktural.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat dan serahkan ini merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan- ringkasan yang

Secara terminologi, definisi shariah adalah peraturan-peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh Allah, atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum

Dari pembahasan hasil prediksi JFBR dapat disimpulkan bahwa indeks gangguan geomagnet lokal K memberikan hasil yang dengan tingkat akurasi yang lebih baik pada