• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR AREA JAWA BALI (Studi Deskriptif Strategi Public Relations PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali Dalam Membangun Citra Perusahaan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR AREA JAWA BALI (Studi Deskriptif Strategi Public Relations PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali Dalam Membangun Citra Perusahaan)."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

OKKY WAHYU ARDIANSYAH NPM. 0943010046

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Rasulullah SAW, karena berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Str ategi Public Relations PT. Telekomunikasi Selular Ar ea J awa Bali” (Studi Deskriptif Strategi Public Relations PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali Dalam Membangun Citra Perusahaan).

Dalam penyusunan laporan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak lain berkat pertolongan dari Allah SWT, bantuan dari Bapak / Ibu Dosen Pembimbing serta dorongan dari orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyatakan rasa terima kasih kepada pihak berikut ini :

1. Ibu Dra.Hj.Suparwati, M.Si, selaku Dekan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN”VETERAN”Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN”VETERAN”Jawa Timur.

3. Bapak Ir.H.Didiek Tranggono, M.Si. selaku dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN”VETERAN”Jawa Timur.

5. Kedua orang tua tercinta, terima kasih atas dukungan dan motivasi dan dukungannya untuk menyelesaikan laporan skripsi ini.

(3)

menyelesaikan laporan skripsi ini.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas segala bentuk bantuan yang diberikan.

Semoga laporan skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis sadar bahwa laporan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Surabaya, 6 Nopember 2013

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAKSI ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori... 10

2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 10

2.2.2 Pengertian Humas/Public Relations ... 12

2.2.3 Fungsi Humas/Public Relations ... 15

2.2.4 Public Relations Eksternal ... 18

2.2.5 Peran Humas/Public Relations ... 21

2.2.6 Strategi Public Relations ... 31

2.2.7 Pengertian Citra ... 41

2.3 Kerangka Berfikir ... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 49

3.2 Definisi Konseptual ... 49

3.3 Lokasi Penelitian ... 50

3.4 Karakteristik Informan ... 50

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 51

(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53 4.2 Hasil Penelitian ... 68 4.3 Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 79 5.2 Saran ... 82

(6)

DAFTAR TABEL

No. J udul Hal.

Tabel 2.1 Strategi Public Relations 33

Tabel 2.2 The 3-C’s Option 34

Tabel 4.1 Strategi Public Relations 71

(7)

Bali Dalam Membangun Citra Perusahaan)

Penelitian ini didasarkan pada masalah pendirian tower BTS (Base Transceiver Station ) oleh masyarakat di sekitarnya, karena merasa khawatir terhadap konstruksi tower akan roboh bila diterpa angin dan radiasi yang ditimbulkan.

Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, penulis memilih informan yang dianggap memenuhi, memahami dan menjalani permasalahan yang terjadi sesuai isi penelitian ini. Penulis berusaha mencari variasi informasi dari informan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dari informan yang dianggap memenuhi, menjalani dan memahami permasalahan yang terjadi sesuai penelitian ini, dimana informan dapat mengartikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan bahasa mereka, istilah dan gaya mereka sendiri.

Kesimpulan penelitian adalah bahwa strategi Public Relations

PT.Telkomsel dalam membangun citra perusahaan masih tergolong lemah, hal ini karena tidak dibarengi dengan tindakan edukasi kepada masyarakat di sekitar BTS.

Kata kunci: Strategi PR (Public Relations), PT.Telkomsel, membangun citra perusahaan.

(8)

Areas In Citra Building Company)

The study was based on the establishment of a tower BTS ( Base Transceiver Station ) by the surrounding communities , as was worried the tower would collapse if the construction of the wind and radiation generated.

The method used is descriptive qualitative analysis. To determine the informants in this study , the authors chose informants considered to meet, understand and live the problems that occur according to the contents of this study. The author tried to find the variation information of informants by using in-depth interviews of informants were considered to meet , live and understand the problems that occur according this study, where the informant can interpret themselves and their environment with their language, terminology and style of their own.

Research conclusion is that the strategy PT.Telkomsel Public Relations in building the company's image is still relatively weak , it is because it is not accompanied by action to educate people around the BTS.

Keywords : Strategy PR ( Public Relations ) , PT.Telkomsel , build corporate image .

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan bawah sampai golongan menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan, baik pembangunan individu maupun kelompok. Saat ini perkembangan teknologi yang sangat cepat adalah teknologi telekomunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecanggihannya. Terjadi persaingan ketat antara 2 teknologi komunikasi yaitu selular dan FWA (Fixed Wireless Access). Adapun perkembangan teknologi komunikasi terutama teknologi selular sudah di mulai sejak pertengahan tahun 90 an dengan mengusung teknologi 1G (Generasi Pertama) dengan menggunakan teknologi AMPS (Advance Mobile Phone System). Dimana teknologi AMPS ini pertama kali dipergunakan oleh pihak militer di Amerika Serikat.

(10)
(11)

penduduk setempat akibat adanya kesenjangan secara sosial maupun ekonomi antara pelaku usaha (korporat) dengan masyarakat sekitar perusahaan.

Beberapa kasus berskala nasional dan internasional, seperti global warming, pencemaran lingkungan, radiasi serta munculnya berbagai penyakit mematikan akibat infeksi bahan kimia dari industrialisasi yang adalah sederetan excess negative externalities industrialisasi. Oleh karena itu, perusahaan tidak boleh mengembangkan diri sendiri dengan tidak memperhatikan lingkungan. Sehubungan dengan pendirian tower BTS (Base Transceiver Station ) banyak masyarakat di sekitarnya merasa khawatir terhadap konstruksi tower akan roboh bila diterpa angin dan radiasi yang ditimbulkan. Mencermati sisi negatif industrialisasi tersebut, tidak adil manakala masyarakat harus menanggung beban sosial. Mengingat masyarakat adalah pihak yang tidak memperoleh kontra prestasi langsung dari industrialisasi, terutama masyarakat garis bawah yang secara modal dan kesempatan tidak memiliki akses terhadap hiruk-pikuk industrialisasi. Sementara, justru mereka yang harus menanggung dampak sosial dan lingkungan.

(12)
(13)

public relations dengan tujuan untuk meminimalisir sentimen negatif dari komunitas terhadap program yang dilakukan.

(14)

(Information & Communication Technology), dan sumber daya manusia yang unggul. Dalam pelaksanaannya PT. Telkomsel bekerjasama dengan berbagai pihak dan para pemangku kepentingan setempat. Hal ini secara konsisten dilakukan agar program-program yang diberikan tepat sasaran dan kelak akan berkelanjutan. Tujuan utama akan terlaksananya program-program sosial ini ialah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, baik melalui pendidikan dan pelatihan, pemberdayaan dan berbagai hal lainnya. Untuk melaksanakan program-program sosial kepada masyarakat tersebut di atas, tentunya PT. Telkomsel banyak menghadapi berbagai kendala yang mungkin dapat mengganggu terlaksananya program-program.

Penulis memfokuskan penelitian pada masalah masyarakat di sekitar BTS (Base Transceiver Station) khususnya wilayah Surabaya dan sekitarnya. Bagaimana strategi Public Relations yang dilakukan oleh PT. Telkomsel dalam mewujudkan pelaksanaan program-program sosial kepada masyarakat yang diharapkan dapat mencapai sasaran yang akhirnya berdampak dapat membangun citra perusahaan .

(15)

1.2. Per umusan Ma salah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Strategi Public Relations PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali Dalam Membangun Citra Perusahaan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui “Strategi Public Relations PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali Dalam Membangun Citra Perusahaan”.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan : penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu wacana untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan .

b. Bagi pihak-pihak lain : dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka pengambilan keputusan dan kebijakan dalam pemilihan strategi public relations .

(16)

2.1. Penelitian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu yang berjudul Strategi Public Relations

Pariwisata Bali yang dilakukan oleh Kadek Dwi Cahaya Putra, staf pengajar pada Politeknik Negeri Bali. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif . Informan dalam penelitian ini adalah karyawan Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Bali

Tourism Board (BTB) dengan 9 stakeholders sebagai organisasi pendukung. Teori yang digunakan adalah teori strategi public relations. Penelitian ini membahas positioning public relations pariwisata Bali dan menetapkan strategi public relations pariwisata Bali dalam mempertahankan citranya sebagai daerah tujuan wisata terkemuka

Kesimpulan: Public Relations pariwisata Bali berada pada kuadran V, menurut hasil analisis SWOT, yang berarti bahwa strategi yang harus diambil adalah stabilisasi/pertumbuhan.

(17)

karyawan PT. Kereta Api (Persero) Daop VI Yogyakarta. Teori yang digunakan adalah teori hubungan manusiawi oleh Elton Mayo dan teori motivasi oleh Maslow. Penelitian ini membahas tentang strategi

employee relations untuk meningkatkan kinerja karyawan dan citra perusahaan, baik karyawan di lingkungan kantor maupun yang berada di stasiun mulai petugas parkir sampai awak kereta api.

Kesimpulan: Mencermati berbagai program yang telah dilakukan oleh humas PT. Kereta Api (Persero) dalam mengevaluasi kegiatan

employee relations dapat dikatakan bahwa sebagian besar telah berjalan dengan baik dan cukup berhasil karena memberikan respon yang cukup baik dari karyawan, dapat diterima oleh karyawan dan karyawan cukup merasa puas dengan berbagai kegiatan tersebut. Hanya saja belum maksimal dan belum dapat sepenuhnya memperbaiki citra PT. Kereta Api (Persero).

Dari kedua penelitian tersebut di atas jika dibandingkan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan saat ini yang berjudul “Strategi

(18)

perbedaan pada kedua penelitian terdahulu yaitu pada obyek penelitiannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi menurut Effendi (1992:3), yaitu berasal dari perkataan bahasa Latin : communicatio yang berarti ”pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Dengan demikian secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).

Sementara itu, menurut Rosady (2008:81) proses komunikasi dapat diartikan sebagai ”transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan. Tujuan dari proses komunikasi tersebut adalah tercapainya saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Sebelum pesan-pesan tersebut dikirim kepada komunikan, komunikator memberikan makna-makna dalam pesan tersebut (decode) yang kemudian ditangkap oleh komunikan dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode) .

(19)

perhatian publik serta tujuan penting yang lainnya dari fungsi public relations. (Communication is an important tool of the public relations function. Public recognition and acknowledgment of performance

require communication of effectively bring the good performance to

attention of the public, which is another very important purpose of the

public relations function). (Rosady, 2008:83)

Rosady (2008:82) mengemukakan bahwa peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasif, edukatif, dan informatif. Sebab tanpa komunikasi maka tidak ada proses interaksi: saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung dengan melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama. Pengertian pemakaian bahasa dapat bersifat konkret atau abstrak.

(20)

Akhirnya dan yang terpenting dari semua pejabat humas haruslah seseorang yang ahli dalam aspek komunikasi.( Rosady, 2008:82-83) 2.2.2. Pengertian Humas/Public Relations

(21)

Sedangkan tujuan dari eksternal relations adalah untuk mempererat hubungan dengan orang luar diluar perusahaan atau lembaga, yaitu dengan:

a. Pers

b. Para langganan c. Masyarakat d. Pemerintah

Humas atau Public Relations akan sangat dipengaruhi faktor-faktor lingkungan dimana Public Relations itu dipraktekkan.

Jefkins mengemukakan “Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara satu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian” (Jefkins Revisi Daniel Yadin, 2002: 10). Menurut, Cutlip and Centre (1982) dalam buku Effective Public Relations Ruslan (2008:25) ”Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya”. Sedangkan, menurut Davis “Public Relations

(22)

Elvinaro (2007:14) “Public Relations adalah fungsi dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan bagi mereka yang terkait atau mungkin ada hubungan dengan penelitian opini publik diantara mereka.

Edward L. Berneys (1993 : 19) menyatakan PR memiliki tiga macam arti:

1. memberi informasi kepada masyarakat.

2. persuasi yang dimaksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan kedua belah pihak.

3. usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antar lembaga dengan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.

Menurut Dr.Rex Harlow, dari San Francisco, Amerika yang menjadi acuan para anggota IPRA (International Public Relations Association) (1978), yang berbunyi “Hubungan masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasai dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama’’ (Rosady, 2008:130).

Dikaitkan dengan definisi Humas yang sekaligus merupakan acuan fungsi kehumasan tersebut di atas maka kegiatan public relations

(23)

home), hingga kegiatan bersifat membangun citra perusahaan (image corporate building), citra cermin (mirror image) , citra serbaneka, dan lain sebagainya.

Kedudukan Public Relations / Humas adalah menilai sikap masyarakat (publik) agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi/instansi. Karena mulai dari aktifitas, program humas, tujuan (goal) dan hingga sasaran (target) yang hendak dicapai oleh organisasi/instansi tersebut tidak terlepas dari dukungan, serta kepercayan citra positif dari pihak publiknya.

2.2.3. Fungsi Humas / Public Relations

Secara operatif, maka Humas/PR merupakan fungsi khusus manajemen (specialized management function). Artinya, PR/Humas membantu memelihara aturan bermain bersama melalui saluran komunikasi ke dalam dan keluar, agar tercapai saling pengertian atau kerja sama antara organisasi dan publiknya. Termasuk di dalamnya mengidentifikasikan dan menanggapi opini publik yang sesuai atau tidak dengan kebijaksanan yang dilaksanakan oleh lembaga/organisasi bersangkutan. Dan juga membantu fungsi manajemen dalam mengantisipasi, memonitor, dan memanfaatkan berbagai kesempatan, serta tantangan atau perubahan yang terjadi di dalam masyarakat/publiknya.

Menurut Frank Jeffkins (1992), fungsi dan tugas public relations

(24)

• Menciptakan dan memelihara citra serta kebijakan

lembaga/perusahaan termasuk prosedur pelayanan dari para karyawannya.

• Memonitor pendapat masyarakat dan menyampaikannya kepada

unsur pimpinan.

• Memberikan saran kepada manajer mengenai masalah komunikasi,

perumusan dan tekniknya.

• Memberikan informasi kepada publik mengenai kebijakan, kegiatan,

prosedur-prosedur dan kepegawaian sehingga publik (masyarakat) mengerti dan memahami tentang lembaga/perusahaan tersebut. (Sumber : Edison B. Hutapea , 2010)

Menurut L.F.Urwick dalam bukunya Element of Administration

(1976), menjelaskan bahwa aktifitas public relations sebagai salah satu fungsi manajemen organisasi melalui 3 bentuk (unsur) yang berkaitan dengan fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manajemen mekanik

Fungsi manajemen mekanik ini melalui dengan melakukan

forecasting atau pengamatan (peramalan) di masa mendatang,

planning (perencanaan), dan organizing (pengorganisasian). 2. Manajemen dinamik

Merupakan fungsi menajemen dinamik ini terdiri dari unsur-unsur,

commanding and directing (komando dan pengarahan),

(25)

3. Manajemen relasi

Sedangkan fungsi hubungan atau relasi publik (public relationship) menurut Rosady (2008:32-33) merupakan salah satu tugas manajemen public relations yang utama dalam manajemen perusahaan, yaitu untuk melaksanakan:

a. Berupaya mendengarkan pendapat dan aspirasi publik, serta mampu untuk mengidentifikasikan keinginan-keinginan publik khalayak sasarannya;

b. Menyampaikan sumbang-saran dan ide atau gagasan kreatif tertentu yang positif kepada pimpinan organisasi demi manfaat bersama bagi perusahaan dan publik;

c. Mampu menciptakan suasana iklim yang kondusif dan hubungan yang harmonis serta positif untuk kalangan internal perusahaan, mulai dari tingkat pimpinan ke bawahnya atau sebaliknya, dengan membangun hubungan baik bagi kedua belah pihak dalam suatu organisasi.

(26)

bahkan kehilangan citra (lost of image) yang dapat menimbulkan berbagai resiko yang menyangkut krisis kepercayaan maupun krisis manajemen.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas PR/Humas akan menjalankan fungsinya yaitu kepentingan menjaga nama baik dan citra organisasi/perusahaan agar perusahan/organisasi selalu dalam posisi yang menguntungkan. Salah satu metode yang dipergunakan adalah melalui cara-cara edukatif dan informatif serta persuasif, yang mengandung arti suatu ajakan atau imbauan, bukan merupakan paksaan. 2.2.4. Public Relations Eksternal

Publik eksternal sebagai sasaran kegiatan Public Relations terdiri atas orang-orang yang berada di luar perusahaan atau organisasi, baik yang ada kaitannya dengan perusahaan maupun yang diharapkan atau diduga kaitannya dengan organisasi. Public Relations mengusahakan tumbuhnya sikap dan citra positif terhadap segala kebijakan dan langkah-langkah serta tindakan perusahaan. Public Ekstern perusahaan yang terdiri atas berbagai orang yang berbeda-beda kepentingannya, oleh karena itu teknik pembinaan hubungan dengan mereka berbeda-beda.

Menurut Effendy (2006:107-109) berpendapat bahwa kegiatan yang dapat dibentuk dengan publik eksternal pada perusahaan adalah :

1. Client Relations yakni kegiatan Public relations

(27)

berkelanjutan antara perusahaan dengan klien. Dapat dilakukan dengan membuat bulletin secara khusus untuk para klien yang sedang dan telah bekerja sama dengan perusahaan agar pihak klien mengetahui sejauh mana perkembangan dan keberhasilan kegiatan yang telah kita lakukan secara lengkap dan mengenal situasi.

2. Customer Relations, merupakan kegiatan Public Relations

dalam rangka memelihara hubungan dengan pelanggan. Bagi suatu perusahaan, pelanggan itu merupakan faktor yang sangat penting, sebab maju mundurnya suatu perusahaan ditentukan pelanggan.

3. Supplier Relations, merupakan kegiatan Public Relations

dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan

supplier, dan segala kebutuhan perusahaan dapat diterima dengan baik.

4. Goverment Relations dengan membina hubungan dengan

pemerintahan dapat membantu lancarnya kegiatan

Public Relations. Berkomunikasi dengan pimpinan jawatan pemerintah dapat dilakukan dengan mengirimkan kartu ucapan selamat, mengirimkan kalender atau agenda perusahaan, mengadakan olahraga bersama, dan sebagainya.

(28)

demikian pula dengan penyiaran iklannya. Hubungan dengan media massa dapat dilakukan dengan mengadakan ucapan pada saat media massa tersebut berulang tahun atau berhasil memperoleh penghargaan,mengadakan hiburan bersama para wartawan.

Tugas dalam External Public Relations, Effendy (2006:121-123) mengemukakan di antaranya adalah :

1. Menilai sikap dan opini publik terhadap kepemimpinan, terhadap para pegawai dan metode yang digunakan.

2. Memberikan advis dan bimbingan pada pimpinan tentang segala sesuatu yang ada hubungannnya dengan public relations

mengenai aktivitas-aktivitas.

3. Menanamkan image/citra positif perusahaan

4. Menyelesaikan semua masalah yang berhubungan dengan publik, dengan bijaksana dan menggunakan win-win solution. 5. Menjalin hubungan yang harmonis dengan semua publik luar,

mulai dari masyarakat, pemerintahan sampai media massa. 6. Menyusun staf yang benar-benar ahli di bidang public relations. Dan tujuan-tujuan itu di antaranya bisa dicapai melalui bentuk komunikasi:

(29)

2. Press Release, dengan selalu menginformasikan secara positif kegiatan perusahaan/organisasi melalui media masssa.

3. Press Relations, dengan menjalin hubungan yang baik dengan media massa

4. Press Briefing/Press Conference. Dalam kondisi tertentu menyelenggarakan konferensi pers untuk menjelaskan kejadian/masalah di perusahaan yang mendapat sorotan publik. 5. Publicity and Adveritising. Tidak ada salahnya menempuh jalur

“mengiklankan diri” untuk mendapat perhatian publik.

6. Internet, Radio and television. Memanfaatkan fungsi dan kekuatan Internet, radio maupun televisi sebagai media penyampai informasi dan media yang mampu menginfluence komunikan.

7. Presentation, melakukan presentasi untuk memperkenalkan atau mengiklanklan suatu jasa.

8. Film. Membuat film dokumenter atau film iklan untuk disebarluaskan / diinformasikan ke masyarakat.

9. Media komunikasi dan infor masi lainnya. Menggunakan brosur, kalender, stiker untuk promosi.

2.2.5. Peran Humas / Public Relations

(30)

dan public cooperation (pemahaman publik, kepercayaan masyarakat, dukungan publik, dan kerjasama publik).

Dalam perannya, PR ini mempunyai metode untuk menangani krisis kepercayaan dan menurunnya citra. Metode ini terdiri dari beberapa tahap yaitu penelitian (research), perencanaan (planning),

pelaksanaan (action), dan penilaian (evaluation). Citra perusahaan terletak pada praktisi PR. Oleh karena itu, PR sebisanya menjalin koordinasi, melakukan hal yang integrative, antisipatif dan solutif untuk menjaga citra perusahaan. Selain itu praktisi PR harus tetap bertahan menjaga citra perusahaan dalam keadaan apapun. (Sumber : Testanirwana.wordpress.com “ Peran PR dalam Menangani Krisis Kepercayaan dan Menurunnya Citra Perusahaan” )

Peranan public relations dalam suatu organisasi dapat dibagi empat kategori (Dozier&Broom,1995);

1. Penasehat Ahli (Expert prescriber)

(31)

memecahkan dan mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

2. Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitator)

Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di pihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process fasilitator)

(32)

membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu.

4. Teknisi Komunikasi (Communication technician)

Berbeda dengan tiga peranan praktisi PR profesional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan communication technician ini menjadikan praktisi PR sebagai jounalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan

methode of communication in organization. Sistim komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalkan komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations andcommunication media model).

Sumber : (Rosady, 2008:20-21)

(33)

pengertian dari publik terhadap lembaga/perusahaan tersebut dengan demikian seorang public relations harus menguasai komunikasi persuasif (bujukan/ajakan). Seperti tersebut di atas bahwa pola kerja

public relations dalam melakukan komunikasi dua arah tersebut, dimulai dengan penelitian, perencanaan, komunikasi dan evaluasi, hingga bentuk teknis, serta tujuan komunikasi yang dipergunakan, misalnya bekerja sama dengan pihak media massa/pers (press relations), menyusun acara-acara penting (event programs), melaksanakan teknik publikasi untuk mencapai publisitas, kiat dan strategi kampanye public relations serta metode komunikasi yang dipakai. (Edison B. Hutapea : 2010)

Rosady (2008:24) mengemukakan bahwa peranan umum PR / Humas dalam manajemen suatu organisasi itu terlihat dengan adanya beberapa aktivitas pokok kehumasan yaitu:

• Mengevaluasi sikap atau opini publik,

• Mengidentifikasi kebijakan & prosedur organisasi/perusahaan

dengan kepentingan publiknya,

• Merencanakan & melaksanakan penggiatan aktivitas PR/Humas.

Menurut Rosady (2008:22) peran public relations/Humas tersebut diharapkan dapat menjadi “mata” dan “telinga” serta “tangan kanan” top manajemen dalam organisasi/lembaga.

(34)

fungsi manajemen yang memfokuskan diri pada membangun/mengembangkan relasi serta komunikasi yang dilakukan individual maupun organisasi terhadap publik guna menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Publik yang dimaksud dari definisi di atas menurut Arens ada tujuh kategori publik, yaitu para

Employees - Stockholders- communities- Media – Government -

Investment Community-Customers.

Definisi William F Arens mengandung makna bahwa aktivitas

Public Relations berada pada kata manajemen relasi dan komunikasi yang berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak demi meningkatkan pencitraan individu atau perusahaan tersebut. Pencitraan yang terbentuk dengan baik akan memberikan dampak yang baik pula demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan individu ataupun organisasi. Akan meraih keuntungan dari produk yang dijual karena memilliki citra yang baik. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap individu atau organisasi dalam menjalankan bisnis.

(35)

Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan dampaknya pada perkembangan media massa memberikan peluang akses informasi masyarakat luas. Public Relations Society of America (PRSA), sebuah Organisasi Public Relations yang terbentuk pada tahun 1947 di Amerika, pada tahun 2002 merumuskan aktivitas-aktivitas Public Relations :

1. Community Relations

Hubungan publik yang memfokuskan diri pada komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan. Misalnya, para pemilik lahan/tanah haruslah mendapat perhatian dan kepuasaan dari perjanjian pembelian tanah oleh perusahaan yang membutuhkan tanah mereka untuk proyek pembangunan lapangan terbang baru. Jika tidak, maka komunitas yang tidak terpuaskan ini bisa menghambat proyek yang sedang dilaksanakan.

2. Counseling

(36)

Public Relations membantu mendefinisikan dan mempresentasikan pesan tersebut untuk sampai ke publik. 3. Development/Fundraising

Semua organisasi baik yang profit maupun non-profit dapat bertahan karena ada kontribusi dari berbagai pihak dalam bentuk waktu maupun uang. Peran Public Relations yang menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan organisasi tersebut kepada pihak-pihak yang memiliki peluang dan atau kemampuan memberikan kontribusi.

4. Employee/Member Relations

Sebagai bagian inti dari jalannya perusahaan, tugas Public Relations untuk menciptakan hubungan-hubungan yang baik, tidak hanya sekadar pada para pekerja melainkan juga kepada keluarga pekerja. Dengan demikian akan terbentuk motivasi yang baik pula dan moral yang tinggi dari para pekerja sehingga loyal pada perusahaan.

5. Financial Relations

(37)

rangka ekspansi pasar maupun akuisisi perusahaan, tergantung dari seberapa bagus hubungan-hubungan finansial yang tercipta. 6. Government Affairs

Inilah tipe aktifitas Public Relations yang memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak pemerintahan. Karena sebagai perusahaan publik, tidak bisa dilepas /dipisahkan hubungannya dengan pemerintahan. Bahkan untuk beberapa kasus, perusahaan yang ingin mengikuti tender proyek harus memiliki endors resmi dari pemerintah, misalnya SIUPP dan NPWP. 7. Industry Relations

Perusahaan tidak hanya menjalin relasi yang terbatas pada konsumen/ pelanggan semata, melainkan juga harus menciptakan relasi yang baik dengan perusahaan lain yang secara langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan seperti para suppliers, distributor, agen bahkan relasi terhadap perusahaan kompetitor sekaligus.

8. Issues Management

Manajemen isu melibatkan publik dalam jumlah besar demi terciptanya imej produk maupun citra dari perusahaan. Aktivitas

(38)

yang baik terhadap publik bahwa usaha yang dilakukan tidak berdampak pada kerusakan alam.

9. Media Relations

Perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap bentuk-bentuk media massa memberikan pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Liputan yang baik di media akan memberikan pencitraan yang baik pula bagi perusahaan, meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam memakai produk perusahaan, dan akhirnya menumbuhkan minat pemodal untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan. Aktivitas Public Relations inilah yang menjalin relasi dengan media dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media.

10.Marketing Communication

Kombinasi dari aktivitas menjual produk, servis, maupun ide. Iklan-iklan yang dilakukan melalui berbagai media memberikan efek yang menguntungkan pada aktivitas Public Relations. Bentuk kemasan produk yang unik dan bagaimana memajang produk di pasar merupakan terpaan dari pembentukan imej dari perusahaan yang membedakan dari perusahaan lainnya.

11.Minority Relations/Multicultural Affairs

(39)

langsung maupun tidak akan memberikan dampak publisitas perusahaan.

12.Public Affairs

Interaksi Public Relations yang melibatkan para ofisial dan pemimpin dari berbagai bentuk organisasi atau para pemegang kekuasaan. Relasi dengan komunitas maupun pemerintahan merupakan fokus dari aktivitas Public Relations.

13.Special Events and Public Participant

Aktivitas langsung yang melibatkan publik dan dilakukan oleh

Public Relations untuk menjalin interaksi antara

organisasi/perusahaan dengan publik. Dari rumusah tersebut jelas bahwa posisi Media Relations menempati bagian terpenting dari aktifitas Public Relations. Bahwa Media Relations merupakan corong atau penyuara perusahaan untuk menjangkau public melalui media .

(Sumber:http:/belajarkomunikasi2009.blogspot.com) 2.2.6. Strategi Public Relations

(40)

Menurut Rosady (2008:134) tahapan fungsi-fungsi manajemen, tahap pertama adalah menetapkan tujuan (objectif) yang hendak diraih, posisi tertentu atau dimensi yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan (statement of organization destination) yang telah diperhitungkan dengan baik oleh pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen suatu organisasi bersangkutan. Berikutnya adalah strategi “apa dan bagaimana” yang digunakan dalam perencanaan untuk mencapai suatu tujuan organisasi/lembaga. Kemudian, program kerja (action plan) yang merupakan suatu strategi yang “dijabarkan “ dalam langkah-langkah yang telah dijadwalkan (direncanakan semula). Terakhir, yang paling menentukan adalah unsur anggaran (budget) yang sudah dipersiapkan, yang merupakan “dana dan daya”, berfungsi sebagai pendukung khusus yang dialokasikan untuk terlaksananya suatu strategi program kerja manajemen Humas/PR.

Mengacu kepada pola strategi Public Relations (1990) tersebut di atas, maka menurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manajemen Jayakarta, batasan pengertian tentang strategi Public relations adalah : “Alternatif optimal yang dipilih, untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam rangka suatu rencana public relations (public relations plan)”. (Rosady,2008:134)

(41)

produk barang dan jasa terhadap para stakeholdersnya sasaran yang terkait yaitu publik internal dan pubik eksternal. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi kegiatan Humas/PR semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholder, akar sikap tindak dan persepsi mereka. Konsekuensinya, jika strategi penggarapan itu berhasil maka akan diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan dari

stakeholder sebagai khalayak sasaran. Pada akhirnya akan tercapai suatu opini dan citra yang menguntungkan.

Untuk lebih jelasnya “strategi public relations” dibentuk melalui dua komponen yang saling terkait erat, yakni sebagai berikut :

Tabel 2.1

No. Komponen Pembentukan Strategi PR 1. Komponen

Sasaran

Satuan atau segmen yang akan digarap 2. Komponen

Sarana

Panduan atau bauran sarana untuk menggarap suatu sasaran

Sumber: Strategi public relations (Rosady , 2008:135)

(42)

perhatian sasaran khusus”. Maksud sasaran khusus di sini adalah yang disebut publik sasaran (target public).

Kedua, komponen sarana (Adnanputra,1990) yang pada Strategi

Public Relations berfungsi untuk mengarahkan ketiga kemungkinan tersebut ke arah posisi atau dimensi yang menguntungkan. Hal tersebut dilaksanakan melalui pola dasar “The 3-C’s option” (Conservation, Change dan Crystallization) dari stakeholder yang disegmentasikan menjadi publik sasaran yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2

No. Komponen Strategi Public Relations

1. Mengukuhkan (conversations)

Terhadap opini yang aktif-Pro (Proponen) 2. Mengubah (change) Terhadap opini yang aktif-Contra (Oponen) 3. Mengkristalisasi

(crystallization)

Terhadap opini yang pasif (Un-commited) Sumber: The 3-C’s option (Rosady , 2008:135)

Landasan umum dalam proses penyusunan strategi public relations, menurut Ahmad S.Adnanputra dalam makalah “PR Strategy” (1990), yang berkaitan dengan fungsi-fungsi PR/Humas secara integral melekat pada manajemen suatu perusahaan/lembaga yaitu sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi permasalahan yang muncul

2. Identifikasi unit-unit sasarannya

3. Mengevaluasi mengenai pola dan kadar sikap tindak unit sebagai sasarannya.

(43)

5. Pemilihan opsi atau unsur taktikal strategi public relations

6. Mengidentifikasi dan evaluasi terhadap perubahan kebijaksanaan atau peraturan pemerintah dan lain sebagainya.

7. Langkah terakhir adalah menjabarkan strategi public relations, dan taktik atau cara menetapkan langkah-langkah program yang telah direncanakan, dilaksanakan, mengkomunikasikan, dan penilaian / evaluasi hasil kerja. (Rosady, 2008:139-140)

Setelah melalui tahapan penyelesaian studi kasus dan penyusunan program taktikal dan strategi public relations perlu diketahui komponen-komponen “pembentuk strategi perusahaan” (corporate strategy). Menurut Rosady (2008:140) berpendapat bahwa dalam pembentukan strategi korporat, suatu strategi dipengaruhi oleh unsur-unsur tertentu yang berkaitan dengan lingkungan, kondisi, visi atau arah, tujuan dan sasaran dari suatu pola yang menjadi dasar budaya perusahaan bersangkutan (corporate culture) yaitu:

a. Secara makro, lingkungan perusahaan/lembaga tersebut akan dipengaruhi oleh unsur-unsur : kebijakan umum (public policy), budaya (cultur) yang dianut, sistem perekonomian dan teknologi yang dikuasai oleh organisasi bersangkutan.

(44)

dalam jangka pendek atau jangka panjang, serta tujuan dan sasarannya yang hendak dicapai.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mengokohkan dan memantapkan fungsi kehumasan agar mengenai sasaran organisasi/lembaga, maka aktivitas utama Humas secara operasional seharusnya berada di posisi yang sedekat mungkin dengan pimpinan puncak organisasai (top management). Manfaat yang dapat dicapai dari kedekatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pengetahuan yang jelas dan rinci mengenai suatu sistem terpadu, pola perencanaan, kebijakan, keputusan yang diambil, visi dan arah tujuan organisasai bersangkutan. Hal ini perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan dan informasi dari lembaga/organisasi kepada publiknya.

Komunikator dan mediator Humas/PR harus mengetahui sejauh mana batas-batas pesan/informasi yang dapat dipublikasikan, atau pesan/informasi yang tidak bisa diungkapkan secara terbuka kepada publiknya, khususnya kepada kalangan pers/media massa.

(45)

mengetahui secara jelas segi pelaksanaan dari keputusan atau kebijaksanaan pimpinan organisasi tersebut.

3. Mengetahui secara langsung dengan tepat tentang “latar belakang” suatu proses perencanaan, kebijaksanaan, arah dan hingga tujuan organisasi yang hendak dicapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Dengan berhubungan secara langsung dan segera dengan pimpinan puncak, tanpa melalui perantara pejabat/departemen lain, maka fungsi kehumasan berlangsung secara optimal, antisipatif dan dapat melaksanakan berbagai macam perencanaan. Peranan komunikasi atau dengan kewenangan yang ada akan mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan timbul tanpa diduga sebelumnya.

5. Sebagai suatu akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil dan kebijaksanaan telah dijalankan oleh pihak lembaga/organisasi, maka pihak Humas berperan melakukan tindakan mulai dari memonitor, merekam, menganalisis, menelaah hingga mengevaluasi setiap reaksi (feed back), khususnya dalam upaya penilaian sikap tindak serta mengetahui persepsi masyarakat (public acceptance or non public acceptance)

(46)

memperbaiki, atau mempertahankan nama baik, kepercayaan dan citra perusahan terhadap publiknya. Termasuk upaya

menjembatani atau menyerasikan antara

kebijaksanaan/keputusan organisasi/lembaga dengan kepentingan, dan keinginan serta sekaligus upaya memperoleh dukungan dan partisipasi dari masyarakat (publiknya). (Rosady, 2008:141-142)

Humas berfungsi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antar pejabat Humas/PRO dan masyarakat (khalayak sebagai sasaran) untuk mewujudkan tujuan bersama. Fungsi tersebut dapat diwujudkan melalui beberapa aspek-aspek pendekatan atau strategi Humas:

a. Strategi operasional

Melalui pelaksanaan program Humas yang dilakukan dengan pendekatan kemasyarakatan (sociologi approach), melalui mekanisme sosial kultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik atau kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca dan lain sebagainya yang dimuat di berbagai media massa.

(47)

b. Pendekatan persuasif dan edukatif

Fungsi Humas adalah menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik) dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan, maupun dengan melakukan pendekatan persuasif, agar tercipta saling pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi dan lain sebaginya.

c. Pendekatan tanggung jawab sosial humas

Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan ditujukan untuk mengambil keuntungan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat), namun untuk memperoleh keuntungan bersama. d. Pendekatan kerja sama

(48)

e. Pendekatan koordinatif dan integratif

Untuk memperluas peranan PR di masyarakat, maka fungsi Humas dalam arti sempit hanya mewakili lembaga/institusinya. Tetapi peranannya yang lebih luas adalah berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional, dan mewujudkan Ketahanan Nasional di bidang politik, ekonomi, sosial budaya (Poleksosbud) dan Hankamnas.

Sebagai contoh secara pro-aktif mengkapanyekan program KB Nasional, anti Narkoba GN-OTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh), Kadarkum (Kesadaran Hukum) dan kampanye sistem dialogis untuk menyukseskan Pemilu secara integratif melalui koordinasi Bakohumas (Badan Koordinasi Humas) kedinasan pemerintah dengan bekerja sama dengan organisasi profesib Perhumas (Perhimpunan Humas) mewakili organisasi atau parpol dan lain sebagaianya. (Rosady, 2008:143-144)

Berkaitan dengan penjelasan langkah-langkah pokok dari berbagai aspek pendekatan dan strategi komunikasi public relations dalam upaya untuk menjalin berbagai hubungan positif dengan publik internal dan publik eksternal tersebut di atas, dapat ditarik suatu pengertian yang mencakupi peranan Humas diberbagai kegiatan di lapangan, yaitu : 1. Menginformasikan (to inform) ;

(49)

4. Membujuk (to persuade) ; 5. Mengundang (to invite) ; 6. Meyakinkan (to convince). Sumber : (Rosady, 2008:144) 2.2.7. Pengertian Citr a

Holt, Rinehart and Winston Inc. (1996:360) berpendapat bahwa

image atau citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam benak seseorang. Sedangkan menurut M. Alwi Dahlan, citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Kemudian Bill Canton mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi (Kim Harrison. 2001:2). Selanjutnya menurut Philip Henslowe (2000:2) citra adalah kesan yang diperoleh dari tingkat pengetahuan dan pengertian terhadap fakta (tentang orang-orang, produk atau situasi).

(50)

adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matetatis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya.

Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat (respek), kesan-kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga / organisasi atau produk barang dan jasa pelayanannya yang diwakili oleh pihak Humas/PR. Biasanya landasan citra itu berakar dari “nilai-nilai kepercayaan”yang kongkretnya diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi dari amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas, yaitu sering dinamakan citra (image). (Rosady, 2008:75-76)

(51)

Rosady (2008:77) menyatakan bahwa citra dari suatu lembaga/organisasi dan bentuk pelayanan jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh Humas (public relations) dalam sistim informasi terbuka pada era globalisasi serba kompetitif tersebut, intinya tidak terlepas dari bentuk kualitas jasa pelayanan yang telah diberikan, nilai kepercayaan dan merupakan “amanah” dari publiknya, serta goodwill

(kemauan baik) yang ditampilkan oleh lembaga / perusahaan bersangkutan.

Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Hubungan Masyarakat (Intermasa,1992) ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas hubungan masyarakat (public relations), dan dapat dibedakan satu dengan yang lain sebagai berikut :

1. Citra cermin (mirror image)

(52)

2. Citra kini (current image)

Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau organisasi atau hal yang lain berkaitan dengan produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaannya, sehingga dalam posisi tersebut pihak Humas / PR akan menghadapi risiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice), dan hingga muncul kesalahpahaman (misunderstanding) yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan yang negatif diperolehnya.

3. Citra keinginan (wish image)

Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga / perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum. 4. Citra perusahaan (corporate image)

(53)

pihak Humas / PR berupaya atau bahkan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid) untuk berkompetisi di pasar bursa saham.

5. Citra serbaneka (multiple image)

Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan di atas, misalnya bagaimana pihak Humas / PR nya akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo,

brand’s name, seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para profesionalnya. Semua itu kemudian diunifikasikan atau diidentikkan ke dalam suatru citra serbaneka (multiple image) yang diintegrasikan terhadap citra perusahaan (corporate image).

6. Citra penampilan (performance image)

(54)

penerima telepon masuk tidak menyebut identitas nama pribadi atau perusahaan bersangkutan merupakan tindakan kurang bersahabat dan melanggar etika. (Rosady,2008:77-79)

Menurut Nimoeno citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap:“....proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation

(citra) dari stimulus.”(Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2005:115) Empat komponen tersebut dapat diartikan sebagai:

1. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.

(55)

3. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. (Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2005:116)

Elvinaro (2004:3) berpendapat bahwa kepercayaan dan citra yang baik di mata masyarakat merupakan salah satu yang terpenting bagi eksistensi di sebuah perusahaan. Pada era persaingan sekarang ini, bukan publik yang membutuhkan perusahaan.

2.3. Kerangka Berfikir

(56)

dengan kehadiran jaringan selular di suatu daerah, baik voice, SMS maupun layanan data.

Kehadiran PT. Telkomsel tentunya harus memberikan nilai dan manfaat yang lebih bagi perkembangan lingkungan sekitar. Sebagai bagian dari masyarakat, PT. Telkomsel berkomitmen untuk ikut berpartisi aktif di dalam menjawab berbagai permasalahan sosial yang ada, seperti masalah pendirian tower BTS (Base Transceiver Station). Banyak masyarakat di sekitarnya merasa khawatir terhadap konstruksi tower akan roboh bila diterpa angin dan radiasi yang ditimbulkan.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah Strategi Public Relations

PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali Dalam Membangun Citra Perusahaan. Strategi apakah yang digunakan oleh PT. Telekomunikasi Selular dalam mengatasi masalah masyarakat di sekitar BTS. Strategi yang dilakukan PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat sekitar BTS khususnya wilayah Surabaya dan sekitarnya, sehingga akan membentuk citra positif di masyarakat.

(57)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses penyaringan data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam kehidupan obyeknya. (Hadari Nawawi, 1994:176)

3.1. J enis penelitian

Penelitian deskripsi adalah salah satu kaedah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Dalam penelitian ini data, deskripsi, dan analisis kesimpulannya disajikan dalam uraian kata-kata. ( Dani, 2008:9-10)

3.2. Definisi konsepstual

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan pengertian sebagai berikut :

(58)

b. PT. Telekomunikasi Selular adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi dan merupakan salah satu operator telekomunikasi seluler GSM terbesar di Indonesia .

c. Area Jawa Bali adalah wilayah operasi .

d. Citra Perusahaan adalah citra positif yang terbentuk dari aktivitas hubungan masyarakat .

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Surabaya dan sekitarnya. Yang menjadi obyek penelitian adalah Public Relations PT. Telekomunikasi Selular Area Jawa Bali yang berkantor di Jl. Basuki Rachmad No. 138 Surabaya.

3.4. Karakteristik Infor man

Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, penulis memilih informan yang dianggap memenuhi, memahami dan menjalani permasalahan yang terjadi sesuai isi penelitian ini. Informan terdiri dari 4 orang.

Penulis berusaha mencari variasi informasi dari informan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dari informan yang dianggap memenuhi, menjalani dan memahami permasalahan yang terjadi sesuai penelitian ini, dimana informan dapat mengartikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan bahasa mereka, istilah dan gaya mereka sendiri. 1. Pihak yang terlibat secara langsung dalam aktivitas Public Relations

(59)

memberikan informasi yang akurat mengenai masalah yang diteliti yaitu, General Manager Public Relations PT.Telkomsel.

2. Pihak yang rumah/lahannya didirikan BTS 3. Masyarakat/warga yang tinggal di sekitar BTS 3.5. Metode Pengumpulan Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data primer ini diperoleh melalui wawancara mendalam (Indepth Interview). Peneliti akan menggunakan teknik wawancara, dimana peneliti akan bertatap muka secara langsung dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Wawancara ini dilakukan ke beberapa orang yang menjadi informan yang mempunyai kaitan erat atau berwenang dengan masalah yang diteliti.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, dimana sumber data dapat berupa dokumen – dokumen resmi, karya ilmiah, jurnal – jurnal penelitian ilmiah, artikel ilmiah, surat kabar, majalah maupun sumber tertulis lain yang ada hubungan dengan obyek penelitian. Untuk menambahkan beberapa data yang perlu diperjelas dan akan digunakan sebagai landasan teori sebagai pendukung teoritis dalam permasalahan yang peneliti angkat.

3.6 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif.

(60)

metode analisis deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subyek, obyek penelitian saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Hasil dari gambaran pemecahan permasalahan yang ada pada hasil kemudian akan ditarik suatu kesimpulan tertentu. Selanjutnya dari data kualitatif yang diperoleh tersebut dirangkum dengan hasil wawancara dan dokumen lainnya, yang kemudian digunakan untuk menyusun analisis dan deskripsi tentang pelaksanaan strategi Public Relations. Tahap berikutnya adalah membandingkan temuan di lapangan dengan penerapan strategi

(61)

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Telkomsel merupakan operator selular terkemuka di Indonesia yang dimiliki PT Telkom dengan kepemilikan saham sebesar 65% dan SingTel sebesar 35%. Hingga September 2011, Telkomsel dipercaya melayani 105 juta pelanggan, menjadikan Telkomsel sebagai pemimpin pasar di industri telekomunikasi selular dengan pangsa pasar sekitar 50 %. Sebagai operator selular yang memiliki visi

“Best and Leading Mobile Lifestyle and Solutions Provider in the Region”, Telkomsel menyediakan ragam pilihan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan melalui produk paskabayar kartuHALO maupun prabayar

simPATI dan Kartu As.

Komitmen kuat Telkomsel dalam menghadirkan layanan mobile lifestyle yang semakin berkualitas sangat jelas terlihat dengan secara konsisten mengimplementasikan roadmap teknologi selular terkini, yakni 3G, HSDPA, HSPA, HSPA+, serta Long Term Evolution. Tahun ini Telkomsel mengembangkan jaringan mobile broadband dengan mencanangkan 40 kota besar sebagai broadband city.

(62)

Indonesia, serta dukungan gateway internet internasional berkapasitas bandwidth

15 Gbps,.

Seiring diselesaikannya program Universal Service Obligation yang diamanahkan pemerintah untuk menggelar jaringan di 25.000 desa, maka layanan Telkomsel menjangkau hampir 100 persen wilayah populasi Indonesia.

Bahkan kenyamanan berkomunikasi pelanggan Telkomsel yang sedang berada di luar negeri tetap terjamin berkat dukungan 403 mitra operator

international roaming dan 300 mitra operator data roaming di lebih dari 200 negara di seluruh belahan dunia.

Slogan

Slogan “Begitu Dekat Begitu Nyata” menjadikan Telkomsel sebagai perusahaan jasa telekomunikasi yang memiliki jumlah pelanggan paling banyak. Telkomsel selalu mengutamakan kualiatas dan ketersediaan kapasitas jaringan serta menyediakan jasa pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. Visi

The best and leading mobile lifestyle & solutions provider in the region. Misi

Deliver mobile lifestyle service and solution in an excellent way that exceed

customer expectation, create value for all stakeholders and the economic

(63)

Logo PT. Telkomsel

Arti logo PT.Telkomsel

Logo Telkomsel mempresentasikan penuh karakteristik Telkomsel yang dinamis, berteknologi tinggi dan mencerminkan perusahaan telekomunikasi seluler yang berorientasi kepada pelayanan pelanggan.

Simbol: Setiap bagian dan warna dari symbol Telkomsel memiliki maksud dan arti tersendiri, yaitu:

1. Lingkaran Elips Horisontal

Lingkaran yang membelah heksagon secara horizontal melambangkan cakupan wilayah Telkomsel secara nasional dan domestic share holder

(TELKOM)

2. Lingkaran Elips Vertikal

Melambangkan jangkauan International Telkomsel dan Internasional shareholder (SingTel)

3. Heksagon Merah

(64)

4. Heksagon abu-abu kehitam-hitaman

Telkomsel selalu siap mengayomi dan terus memenuhi kebutuhan pelanggannya sedangkan warna abu-abu adalah warna logam yang berarti juga kesejukan, luwes dan fleksibel.

5. Pertemuan dua lingkaran elips berwarna putih, kedua lingkaran elips tersebut berpotongan diatas. Heksagon merah yang membentuk “T” yang mempunyai huruf awal dari Telkomsel. Warna putih mengandung makna kebersihan, keterbukaan, dan transparansi.

Filosofi Identitas Telkomsel:

Identitas Telkomsel menggunakan huruf sebagai logotype yang ditentukan adalah HELVETICA BOLD OBLIQUE, tidak diperkenankan menggunakan menggunakan huruf dengan jenis huruf lain. Untuk logotype dipergunakan spasi 0 (nol), skala horizontal 80%, kerning -3cm.

Customer Services 1. GraPARI

(65)

Selain sebagai kantor pelayanan yang memfokuskan diri untuk melayani pelanggannya, GraPARI juga menyediakan penjualan produk sendiri seperti kartuHALO dan simPATI . GraPARI tidak menjual perangkat telepon selular, kecuali jika ada kebijaksanaan tertentu untuk menjual dalam bentuk paket produk Telkomsel, hal inipun tidak selalu dilakukan. Sehingga jika ada pelanggan yang ingin membeli perangkat telepon selular terpisah dari produk Telkomsel, maka GraPARI akan menyarankan untuk mendapatkannya pada dealer resmi, outlet eksklusif, maupun ritel yang telah bekerjasama dengan Telkomsel.

GraPARI menjual dan memasarkan kartuHALO maupun simPATI untuk mempermudah masyarakat memperoleh produk Telkomsel, karena ada di antara pelanggan di seluruh Indonesia tersebut hanya tahu bahwa untuk mendapatkan kartuHALO dan simPATI harus ke kantor Telkomsel . Mereka belum mengetahui bahwa kartuHALO dan simPATI juga dapat diperoleh di dealer resmi, outlet eksklusif maupun ritel. Dengan kata lain GraPARI hanya sebagai salah satu alternatif

kemudahan untuk memperoleh dan menutupi pangsa pasar yang tidak tertampung oleh saluran distribusi Telkomsel lainnya.

(66)

2. GraPARIkios

Saat ini terdapat daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Telkomsel terutama di luar pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan Grapari untuk mengisi kekosongan pelayanan tersebut walaupun telah diusahakan berbagai peningkatan jangkauan Grapari (terutama karena permasalahan sumber daya manusia).

Untuk meningkatkan jangkauan penjualan dan/atau pelayanan telah dilakukan penjajakan metode alternative franchising atau waralaba untuk memperluas jaringan pelayanan Telkomsel. Konsep franchising merupakan solusi yang sangat efektif karena jauh lebih efektif untuk daerah-daerah yang selama ini belum terpenuhi.

Franchising didefinisikan sebagai ketentuan penjualan dan/atau pelayanan pelanggan dengan menggunakan sumber daya pihak ketiga dan merek/cap serta standard Telkomsel.

(67)

3. Plasa GraPARI

Saat ini terdapat daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Telkomsel yaitu kota - kota kecil di luar jangkauan GraPARI dan GeraiHALO. Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan tersebut telah dilakukan kerjasama dengan PT. TELKOM sebagai induk perusahaan untuk memberikan layanan Telkomsel di Plasa Telkom yang sudah ada di seluruh Indonesia. Konsep kerjasama ini merupakan solusi yang jauh lebih efektif untuk daerah-daerah yang selama ini belum terpenuhi. Dengan tetap memberikan kuantitas dan kualitas pelayanan sebagaimana GraPARI dan GeraiHALO.

4. Call Center

Telkomsel sangat memperhatikan kemudahan dan kenyamanan pelanggan dalam memperoleh informasi atau konsultasi setiap saat dan di manapun. Untuk itu, Telkomsel membangun akses pelayanan Call Center dinamakan Caroline (Customer Care On-Line) - pelayanan pelanggan melalui telepon, sebagai wujud dari pelayanan pelanggan 24 jam yang memberikan pelayanan tak henti kepada pelanggan untuk segala kebutuhan dan permasalahan pelanggan.

Nomor akses Call Center : a. Melalui KartuHALO : 133

b. Melalui kartu simPATI dan Kartu AS :

(68)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 9/PER/M.KOMINFO/06/2010 dimana kode akses yang diawali dengan 11x hanya dipergunakan untuk layanan darurat. Mulai tanggal 1 Februari 2012 nomor akses Call Center simPATI dan Kartu AS dengan nomor sebelumnya 116 berubah menjadi 155 (bebas biaya), 188 (berbayar) dan mulai tanggal 1 April 2012 nomor akses Call Center KartuHALO dengan nomor 111 berubah menjadi 133 (bebas biaya).

Corporate Social Responcibility Telkomsel

Sejak pertama kali berdiri di tahun 1995, kami sebagai pelaku bisnis telekomunikasi di tanah air mengamati berbagai perkembangan yang luar biasa yang terjadi pada masyarakat akibat kemajuan ICT (Information & Communication Technology). Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ICT, khususnya di bidang telekomunikasi memiliki dampak yang amat signifikan, diantaranya terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

(69)

Pertumbuhan perusahaan juga lakukan dalam koridor yang bertanggung jawab dengan melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk berkembang bersama. Kami mengedepankan semangat untuk terus memberikan kontribusi positif kepada perkembangan bangsa melalui program-program community development yang kami lakukan. Di sisi lain, Telkomsel juga terus ikut serta di dalam meminimalisasi dampak lingkungan yang disebabkan oleh proses bisnis kami, diantaranya melalui pendekatan penggunaan energi yang terbarukan.

Sebagai penyedia solusi dan gaya hidup selular terbaik, dalam perkembangannya Telkomsel selalu berupaya untuk menjadi yang terdepan di dalam inovasi dan kreativitas baik pada produk, Layanan yang kami hadirkan mengutamakan tercapainya kepuasan pelanggan dan mampu memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan perusahaan dan tentunya bagi perkembangan ekonomi bangsa. Telkomsel percaya bahwa keberlanjutan (sustainability) bisnis ini terletak pada berbagai pendekatan inovatif yang selama ini dilakukan, terutama di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pendekatan terhadap ketiga hal ini kemudian diterjemahkan dalam tema

'CONNECT, CARE and CONSERVE'.

Connect

(70)

bermaksud tidak hanya untuk memperkuat layanan bisnis utama, namun juga dalam pengembangan bisnis 'New Wave', dan memperkuat fondasi perusahaan khususnya pada jaringan (network), IT, dan kompetensi sumber daya manusia. Hal ini perlu dilakukan untuk menunjang performa layanan yang diberikan dan memberikan kenyamanan berkomunikasi. Secara jangka panjang hal ini juga mampu memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan (stakeholder).

Di dalam membangun dan memperluas jaringan, diantaranya ketika menentukan lokasi transmisi dan infrastruktur lainnya, selalu mengadakan konsultasi dengan para pemangku kepentingan di daerah setempat, baik pemerintah, masyarakat dan LSM. Hal ini untuk memastikan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang tidak merugikan lingkungan maupun masyarakat setempat. Saat ini jumlah BTS di seluruh Indonesia mencapai angka 44.000, dimana 57% diantaranya terletak di luar P

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini : (1) Sejauh mana Pendidikan Politik Menjelang Pilkada Serentak di Kota Semarang dengan menggunakan hasil penelitian

men III ~d. Khususnya dalam Pasal 1 paragrap 2 Amandemen III, COGEMA dianggap sebagai pe - rusahaan yang ditunjuk.. COGEMA akan membuat laporan lengkap seperti

Apabila di wakilkan diharuskan membawa Surat Kuasa dan diminta kepada Saudara hadir tepat waktu serta membawa seluruh berkas dokumen lelang yang sudah diupload (dokumen

Untuk Para Marketing Associate PT.X (lnforman Penelitian), terima kasih atas bantuan dan kesediaan yang bapak ibu berikan sehingga skripsi ini

Menurut pengalaman masyarakat adat Pandumaan dan Sipituhuta bahwa pohon kemenyan hanya bisa hidup (tumbuh) dan menghasilkan.. 62 dengan baik jika berdampingan dengan pohon-pohon

Berdasarkan pada perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, terdapat pengaruh negatif persepsi risiko keuangan terhadap sikap

Dari data yang telah dianalisis, diperoleh nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan indeks nilai penting pada ketiga lokasi penelitian seperti yang

Para petani salak pondoh di Desa Padang Pengrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser sebaiknya melakukan inovasi produk dari buah salak pondoh dengan memanfaatkan