SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Untuk Memperoleh Gelar Sar jana Ilmu Administrasi Bisnis Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur
OLEH :
TRI PUJ I SANTOSO NPM. 1042010004
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
OLEH :
TRI PUJ I SANTOSO 1042010004
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui.
PEMBIMBING UTAMA
Dra. Hj. Supar wati, M.Si NIP. 195507181983022001
Menyetujui. DEKAN
Disusun Oleh : TRI PUJ I SANTOSO
1042010004
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Administr asi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 15 J anuar i 2014
Menyetujui,
PEMBIMBING TIM PENGUJ I: 1. Ketua
Dra. Ec. Hj. Supar wati, M.Si Dra. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 195507181983022001 NIP. 195507181983022001
2. Sekr etaris
Dr. J ojok D., S. Sos, M.Si NPT. 957000042 3. Anggota
Dra. Lia Nir awati, M. Si.
NIP. 196009241993032001
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Return On Asset dan Debt To Equity Ratio Ter hadap Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan BUMN yang Listed di Bur sa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2011).
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi sebagian syarat untuk menempuh ujian skripsi.
Hasil penulisan skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Ibu Dra. Hj. Suparwati M. Si sebagai dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Lia Nirawati, M.Si selaku ketua program studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan tersebut dapat member limpahan berkat dari Allah SWT. Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga dengan terselesainya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.Amin.
Surabaya, Januari 2014
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan... ... 10
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan... 11
2.2.1.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan... 12
2.2.1.4 Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan... 13
2.2.1.5 Pemakai Laporan Keuangan... 14
2.2.2 Dividen... .. 17
2.2.2.1 Pengertian Dividen... . 18
2.2.2.2 Jenis-jenis Dividen... . 18
2.2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi DPR... . 32 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... ... 45
3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel... ... 46
3.2.1 Populasi... ... 46
3.2.2 Sampel... ... 47
3.3 Teknik Pengumpulan data... ... 48
3.3.1 Jenis Data... ... 48
3.3.2 Metode Pengumpulan Data... 49
4.1.3.1 Return On Asset ... 72
4.1.3.2 Debt To Equity ... 74
4.1.3.3 Dividend Payout Ratio ... 76
4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 77
4.1.4.1 Uji Normalitas ... 77
4.1.4.2 Uji Multikolinieritas ... 78
4.1.4.3 Uji Heterokedastisitas ... 79
4.1.4.4 Uji Autokorelasi ... 80
4.1.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 81
4.1.6 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 83
4.1.7 Pengujian Hipotesis ... 84
4.1.7.1 Uji F ... 85
4.1.7.2 Uji t ... 87
4.2Pembahasan ... 91
4.2.1 Uji Asumsi Klasik... 91
4.2.2 Analsis Regresi Linier Berganda ... 92
4.2.3 Pengaruh ROA terhadap Dividend Payout Ratio ... 92
4.2.4 Pengaruh DER terhadap Dividend Payout Ratio ... 94
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 95
5.2Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 96
Tabel 1.1 Perkembangan PT. Bursa Efek Indonesia Tahun 1994-2011 ... 2
Tabel 1.2 Data Harga Saham Perusahaan BUMN Tahun 2008-2012 ... 11
Tabel 3.1 Perusahaan BUMN yang Menjadi Populasi Sasaran ... 43
Tabel 3.2 Perusahaan BUMN yang Menjadi Sampel Penelitian ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 DATA VARIABEL RETURN ON ASSET (X1 ...
Lampiran 2 DATA VARIABEL DEBT TO EQUITY RATIO (X2) ... Lampiran 3 DATA VARIABEL DIVIDEND PAYOUT RATIO (Y) ...
TRI PUJ I SANTOSO, PENGARUH RETURN ON ASSET DAN DEBT TO
EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA
PERUSAHAAN BUMN YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2008-2011.
Kebutuhan info mengenai dividend payout ratio bagi investor semakin meningkat, hal ini disebabkan investor ingin mengetahui pembagian laba dari pembeliaan saham, penelitian ini akan menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui variabel return on asset dan debt equity ratio berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap dividend payout ratio.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2011, sedangkan penentuan jumlah sampel digunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik dokumentasi. Data internal perusahaan BUMN untuk variabel return on asset, debt equity ratio dan dividend payout ratio diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2011.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis dapat diketahui bahwa secara simultan variabel return on asset dan debt equity ratio berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Pada pengujian secara parsial diperoleh hasil, variabel return on asset dan debt equity ratio tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
TRI PUJI SANTOSO, EFFECT OF RETURN ON ASSETS AND DEBT TO EQUITY RATIO OF DIVIDEND PAYOUT RATIO IN THE SOE LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE ( IDX ) YEAR PERIOD 2008-2011.
Needs information about the dividend payout ratio for investors is increasing, this is due to investors want to know the distribution of profits from its purchasing stock , this study will use multiple linear regression analysis to determine the variable return on assets and debt equity ratio the simultaneous effect and partial effect of dividend payout ratio .
The population in this study is a state-owned company that is listed on the Indonesia Stock Exchange ( IDX ) year period 2008-2011, while the determination of the number of samples used purposive sampling technique. The data collection techniques used in this study documentation. Internal data state-owned company to a variable return on assets, debt equity ratio and dividend payout ratio was obtained from the Indonesia Stock Exchange ( IDX ) year period 2008-2011.
1.1.Latar Belakang
Perkembangan ekonomi pada suatu negara dapat diukur dengan banyak cara,
salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan
industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk
ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dalam aktivitas di pasar
modal, dana yang dimiliki setiap orang dapat ditanamkan ke dalam berbagai
investasi, seperti investasi pada proyek, investasi perdagangan pada valuta asing,
obligasi maupun investasi saham. Investasi pada saham merupakan salah satu
alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor mempunyai tujuan
utama untuk memperoleh pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik
berupa pendapatan dividen (dividend yield) atau keuntungan modal (capital gain)
(Lisa dan Clara, 2009).
Dividend yield merupakan pendapatan laba bersih perusahaan kepada
pemegang saham sedangkan capital gain merupakan selisih harga jual saham
terhadap harga belinya. Wahyudi (2008) menyatakan bahwa sesungguhnya investor
jauh lebih menghargai pendapatan yang diperoleh dari dividen daripada pendapatan
pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang
relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan
investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Sementara perusahaan
mengharapkan adanya pertumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang saham.
Salah satu indikator yang menunjukan besarnya nilai dividen yang dibagikan
oleh perusahaan kepada investor adalah dividend payout ratio (DPR). Kebijakan
dividen merupakan hal yang penting karena bukan hanya menyangkut kepentingan
perusahaan, namun juga menyangkut kepentingan pemegang saham. Dalam
kebijakan dividen ini diambil keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada
akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan
ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang, (Harjito 2005 : 253). Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh
perusahaan tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Semakin tinggi dividend payout ratio
akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah
internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend
payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi
internal financial perusahaan semakin kuat. Dividend payout ratio atau kebijakan
dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan
kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba
Menurut Robert Ang (1997), keuntungan perusahaan atau faktor profitabilitas
merupakan faktor pertama yang biasanya menjadi pertimbangan direksi dalam
membayarkan dividen. Profitabilitas perusahaan dapat diproyeksikan melalui return
on asset (ROA). ROA merupakan suatu ukuran menyeluruh dari prestasi perusahaan,
sebab rasio ini menunjukkan laba atas seluruh dana yang diinvestasikan. Dalam dunia
bisnis sekarang hampir tidak ada lagi peusahaan semata-mata dibiayai dari modal
sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang otomatis didukung dari modal utang.
Profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi pula arus kas dalam
perusahaan dan diharapkan perusahaan akan membayar dividen yang lebih tinggi.
Solvabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
semua kewajiban-kewajibannya (Riyanto, 2001). Salah satu rasio solvabilitas adalah
debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini menggambarkan
gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono, 2001:66). Oleh karena itu,
semakin rendah DER maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka kemampuan
perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. DER mempengaruhi
kebijakan dividen dengan hubungan negatif. Prihantoro (2003) menyatakan bahwa
DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan
negatif dengan dividend payout ratio (DPR). Namun kontradiktif dengan penelitian
Suhartono (2004) yang menyatakan rasio DER berpengaruh positif dan signifikan
terhadap DPR.
Badan Usaha Milik Negara atau biasa disingkat sebagai BUMN memiliki
peran yang penting bagi negara. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, dimana pemegang saham terbesarnya
berasal dari pemerintah. Namun setelah memasuki era globalisasi, kepemilikan saham
perusahaan BUMN tidak lagi menjadi milik pemerintah sepenuhnya karena sebagian
sudah dijual kepada para investor lain bahkan investor asing. Hal inilah yang menjadi
alasan penulis untuk memilih perusahaan-perusahaan BUMN sebagai objek
penelitian atau studi kasus.
Perusahaan BUMN memiliki perilaku yang berbeda dengan perusahaan
swasta dalam hal pembagian dividen. Besarnya dividen ditentukan dalam RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham). Dalam perusahaan BUMN, pemerintah sebagai
pemegang saham terbesar sangat menentukan besarnya dividen yang dibayarkan.
Sedangkan, pada perusahaan swasta tidak demikian. Besar kecilnya dividen
dalam perusahaan swasta dipengaruhi oleh para pemegang saham yang tidak berasal
dari pemerintah.
Dividen BUMN merupakan hal yang penting untuk dibahas karena akan
sangat berpengaruh terhadap pendapatan negara dalam APBN. Porsi pembayaran
dividen selama periode 2008-2011 tergolong tinggi. Hal ini bisa dilihat dalam tabel
turun dengan persentase rata-rata diatas 30%. Rata-rata pembayaran dividen pada
perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2011
dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Sumber : Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011
Rata-rata pembayaran dividen dari sebelas perusahaan BUMN yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 adalah sebesar 42.78%. Pada tahun 2009,
pembayaran dividen tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi
sebesar 36.90%, tahun 2010 meningkat menjadi 38.21%, tahun 2011 kembali
mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 44.65%, Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 4 tahun pembayaran dividen
dari perusahaan BUMN tersebut adalah tergolong tinggi
Dengan melihat adanya permasalahan yang bersumber pada tabel 1.1 diatas
yaitu dengan rasio pembayaran dividen yang berfluktuatif naik turun, maka dalam
penelitian ini penulis mengambil judul penelitian “Pengar uh Return On Asset dan
Debt to Equity Ratio Ter hadap Dividen Payout Ratio ( Studi Kasus Pada
Per usahaan BUMN Yang Listed di BEI Per iode Tahun 2008-2011 )”. Tbk.
15. PT. Krakatau Steel
(Persero) Tbk. - - 8.91 181.64
16. PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero) Tbk. - 45.06 60.00 60.03
17. PT. PP (Persero) Tbk. - 23.55 34.99 30.00
18. PT. Timah (Persero) Tbk. 4.99 - 50.00 49.98
19. PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk. - - - -
1.2 Rumusa n Masalah
1. Apakah Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan
BUMN yang listed di BEI periode tahun 2008-2011?
2. Apakah Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan
BUMN yang listed di BEI periode tahun 2008-2011?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk m en ge t ah u i d an menganalisis pengaruh Return on Asset (ROA)
dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR) pada perusahaan BUMN yang listed di BEI periode tahun
2008-2011.
2. Untuk me n ge t ah u i d an menganalisis pengaruh Return on Asset (ROA) dan
Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan BUMN yang listed di BEI periode tahun 2008-2011.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan tambahan literatur dan kontribusi pemikiran
pada penelitian selanjutnya terutama dalam kaitannya dengan kebijakan
dividen pada perusahaan-perusahaan BUMN di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
perusahaan-perusahaan BUMN di Indonesia mengenai pengelolaan
keuangan yang baik, sekaligus penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan para investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi yaitu
menentukan perusahaan mana yang akan memberikan return yang lebih
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis dilakukan oleh Fira
Puspita (2009) yang melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio (DPR). Adapun
variabel-variabelnya adalah cash ratio, growth, firm size, return on asset (ROA), debt to
total asset (DTA) dan debt to equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio
(DPR). Dengan mengambil 26 sampel perusahaan dari 392 perusahaan yang
terdaftar di BEI periode 2005-2007. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
cash ratio, firm size dan return on asset (ROA) berpengaruh signifikan positif
terhadap dividend payout ratio (DPR) sedangkan growth berpengaruh negatif
terhadap dividend payout ratio (DPR), variabel lain yaitu debt to total asset
(DTA) dan debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio (DPR).
Siti Syamsiroh Difah ( 2011 ) dalam jurnalnya yang berjudul “ analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi DPR pada perusahaan BUMN yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2009” meneliti apakah ada pengaruh
signifikan antara ROA, Curent Ratio, Growth potential, Firm size, dan Dividend
tahun lalu terhadap DPR pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI
dan firm size memiliki hubungan yang signifikan sedangkan ROA dan Dividend
tahun lalu memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap dividend payout
ratio pada persahaan BUMN yang terdafatar di BEI 2004-2009.
Penelitian yang sekarang penulis lakukan yaitu tentang pengaruh
return on asset dan debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio pada
perusahaan BUMN atau Badan Usaha Milik Negara yang listed di Bursa Efek
Indonesia periode 2008 - 2011 dengan variabel terikat ( Y ) dividend payout ratio
dan dua variabel bebas yaitu return on asset (X1), dan debt to equity ratio ( X2 ).
2.2. Landasan Teor i
2.2.1 Lapor an Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggungjawaban atas
pengelolaan perusahaan yang berisi informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja
arus kas pada saat tertentu dan informasi kinerja perusahaan pada periode tertentu.
Suatu perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan tersebut dari laporan keuangan yang telah dibuatnya.
2.2.1.1 Penger tian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
manager perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor,
pemerintah, dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut
ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai laporan keuangan.
Menurut Darsono dan Ashari ( 2005 : 15 ), mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan laporan keuangan yaitu merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi
perusahaan yang diungkapkan dalam bentuk mata uang. Sedangkan menurut PSAK
No. 1 Paragraf 7 ( 2009 : 1 ), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas.
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No. 1 Paragraf 7 ( 2009 : 2 ) menjelaskan tentang tujuan
laporan keuangan, yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Sedangkan laporan keuangan menurut Kasmir ( 2009 : 10 ) mempunyai
beberapa tujuan pembuatan laporan keuangan yang bersifat umum diantaranya
sebagaiberikut :
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
6. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
2.2.1.3 Sifat dan Keter batasan Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 26) menjelaskan mengenai sifat dan
keterbatasan laporan keuangan diantaranya, yaitu :
1. Laporan keuangan bersifat historis (sejarah) yaitu laporan atas
kejadian-kejadian yang telah lewat.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu.
3. Laporan keuangan itu sebagai hasil dari pemakaian stelsel timbulnya hak dan
kewajiban dalam akuntansi dan proses penyusunannya tidak lepas dari
penggunaan taksiran dan pertimbangan.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastiaan.
5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa
6. Laporan keuangan disajikan dengan bahasa teknis akuntansi, sehingga belum
tentu semua orang dapat memahaminya.
7. Laporan keuangan mengikuti standar (SAK) yang mungkin terjadi perubahan
aturan setiap tahun.
8. Laporan keuangan sering disajikan terlambat,sehingga informasinya
kadaluarsa.
2.2.1.4 J enis dan Bentuk Lapor an Keuangan
Dalam laporan keuangan terdapat berbagai komponen yang bertujuan
memberikan gambaran yang lengkap untuk analisis laporan keuangan secara
keseluruhan dan menurut PSAK No. 1 Paragraf 49 (2009 : 1) bahwa laporan
keuangan yang lengkap umumnya terdiri atas:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
2. Laporanlaba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan arus kas selama periode
4. Laporan perubahan ekuitas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Laporan Posisi Keuangan Pada Akhir Periode
Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai aktiva,
dapat dilihat posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Dari laporan neraca juga dapat dilakukan berbagai analisis untuk
mengetahui sumber dana dan penggunaanya.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif Selama Periode
Merupakan laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
pendapatan dan biaya-biaya usaha.
3. Laporan Arus Kas Selama Periode
Laporan ini dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai
untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk
mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan
perubahan keadaan dan peluang.
4. Laporan Perubahan Ekuitas Selama Periode
Menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan
selama periode yang bersangkutan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika
disajikan), laporan perubahan ekuitasdan laporan arus kas. Catatan atas
laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang
disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos
2.2.1.5 Pemakai Laporan Keuangan
Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi dan kondisi keuangan,
sangat membutuhkan informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan
keuangan. Informasi tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam bentuk neraca,
laporan laba-rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas
laporan keuangan. Informasi tersebut sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang go
public dalam persiapannya untuk melakukan penawaran umum karena salah satu
syarat perusahaan yang go public adalah harus menyerahkan laporan keuangannya
selama dua tahun terakhir yang sudah diperiksa oleh akuntan publik.
Karena akuntansi mengkomunikasikan informasi-informasi keuangan suatu
entitas ekonomi kepada pihak-pihak yang membutuhkan maka akuntansi sering
disebut sebagai “the language of business”.
Menurut Deanta (2009 : 5) para pemakai laporan keuangan terdiri atas :
1. Investor
Para investor dapat menilaiapakah aktiva yang telah ditanamkan pada
perusahaan tersebut dapat memberikan nilai lebih misalnya dalam bentuk
dividen.Sehingga pemilik modal dapat mengambil keputusan apakah aktiva
yang telah ditanamkan dalam perusahaan tersebut perlu dipertahankan atau
tidak. Dari laporan keuangan pula dapat digunakan sebagai salah satu dasar
untuk menentukan apakah calon investor akan menempatkan investasinya
yang berorientasi investasi jangka panjang (long term investment) dan
investor yang berorientasi investasi jangka pendek (short term investment).
2. Kreditor
Merupakan pemberi pinjaman bagi perusahaan.Kreditor juga mempunyai
kepentingan terhadap laporan keuangan sehingga dapat menilai apakah
perusahaan mampu membayar kewajibannya atau tidak.
3. Pemasok
Para pemasok tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah jumlah yang akan terhutang akan dibayar pada saat jatuh
tempo.
4. Pelanggan
Seorang pelanggan mempunyai kepentingan terhadap informasi mengenai
kelangsungan hidup atau bentuk kerjasama dengan perusahaan.
5. Pemerintah
Bagi pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan menetapkan kebijakan pajak
dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik
6. Karyawan
Para karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan
kesempatan kerja.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa laporan keuangan dapat digunakan
oleh siapa saja yang memerlukannya dan sifatnya umum. Dimana laporan keuangan
merupakan salah satu alat untuk mengetahui keadaan kondisi suatu perusahaan dan
sebagai pusat pertimbangan untuk memulai berinvestasi.
2.2.2 Dividen
Dividen merupakan sumber informasi yang memberikan sinyal kepada
investor di pasar modal. Investor yang menyukai investasi jangka panjang biasanya
berorientasi untuk mendapatkan dividen. Investor tidak akan terburu-buru
merealisasikan keuntungan yang bersifat sesaat, karena mengharapkan keuntungan
maksimal. Karakter dari investasi jangka panjang seperti itu akan menikmati
keuntungan dalam dua bentuk, yaitu berupa dividen dan potential gain. Jika investor
menjual saham setelah menerima dividen, berarti keuntungannya berupa dividen dan
Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan
datang. Pada umumnya para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraannya dengan mengharapkan return (pengembalian) dalam bentuk dividen
maupun capital gain.
2.2.2.1 Penger tian Dividen
Pengertian dividen menurut Rusdin (2006 : 73) yaitu bagian keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan dividen menurut
Toto Prihadi (2010 : 231) menyatakan bahwa dividen merupakan bagian laba bersih
yang dibagikan kepada pemegang saham biasa. Perusahaan secara sadar hanya akan
membagikan beberapa persen dari laba bersih yang diperoleh sebagai deviden.
Apabila tidak dibagi maka laba tersebut akan masuk ke dalam saldo laba dan atau
dana cadangan.
Sehingga dapat disimpulkan dari kedua pengertian di atas, dividen adalah
pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang
dimiliki. Sedangkan dividend yield adalah hasil dari dividen yang diperoleh dari suatu
investasi, dihitung dengan cara membagi dividen per saham dengan harga pasar
saham. Pembagian ini tentunya akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia
bagi perusahaan.
2.2.2.2 J enis-J enis Dividen
Menurut Wibowo dan Arif (2003 : 64-67) dividen dapat dibedakan menjadi
1. Cash Dividend
2. Property Dividend
3. Scrip Dividend
4. Liquidating Dividend
5. Stock Dividend
Adapun penjelasan mengenai jenis dividen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Cash Dividend
Merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham yang berbentuk tunai
atau kas.
2. Property Dividend
Merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk asset
selain kas, baik itu berupa peralatan, real estate atau investasi tergantung dari
keputusan dewan direksi.
3. Scrip Dividend
Merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham oleh perusahaan
dengan cara menerbitkan surat wesel khusus kepada para pemegang saham
yang akan dibayarkan pada waktu yang akan datang ditambah dengan bunga
4. Liquidating Dividend
Merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham yang didasarkan
kepada modal disetor (paid in capital) bukan didasarkan kepada laba ditahan.
Jenis ini jarang digunakan, biasanya dibayar ketika perusahaan menurunkan
kegiatan operasinya secara permanen atau mengakhiri segala urusannya.
5. Stock Dividend
Merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk saham
atau stock. Hal ini dimaksudkan untuk mengkapitalisasikan pendapatan
perusahaan sehingga tidak ada asset yang diberikan.
Dari kelima jenis dividen tersebut, yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah dividen dalam bentuk tunai (cash dividend). Pembayaran dividen dalam
bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor dari pada dalam bentuk lain, karena
pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam
aktivitas investasinya ke dalam perusahaan. Demikian pula stabilitas dividen yang
dibayarkan juga akan mengurangi ketidakpastian dari profitabilitas perusahaan,
sehingga stabilitas dividen juga merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan manajemen perusahaan.
Menurut Ridwan dan Inge (2003 : 380) menyatakan bahwa keputusan
dividen dapat mempengaruhi secara signifikan kebutuhan pembiayaan eksternal
perusahaan. Dengan kata lain jika perusahaan membutuhkan pembiayaan, semakin
diperoleh dari eksternal melalui pinjaman atau melalui penjualan saham biasa atau
saham preferen.
Menurut Simamora (2000 : 423), biasanya sebuah perusahaan harus
memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen kas,
diantaranya:
1. Saldo laba yang mencukupi,
2. Kas yang memadai,
3. Tindakan formal oleh dewan direksi.
2.2.2.3. Pr osedur Pembayar an Dividen
Menurut Wibowo dan Arif (2003 : 64) terdapat tiga tanggal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan pembayaran dividen :
1. Tanggal pengumuman (date of declaration), merupakan tanggal pada saat
dewan direksi mengumumkan akan membagi dividen.
2. Tanggal pencatatan (date of record), merupakan saat (waktu) ketika proses
administrasi terhadap para pemegang saham yang berhak memperoleh
dividen.
3. Tanggal pembayaran (date of payment), merupakan saat perseroan
2.2.3. Kebijakan Dividen
Kebijakan perusahaan untuk membagikan dividen merupakan keputusan yang
sangat penting. Dalam pembuatan kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang
mempunyai kepentingan masing-masing yang berbeda, yaitu pihak pemegang saham
dan pihak perusahaan sendiri.
Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai
dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
2.2.3.1. Penger tian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
(2004:297), menyatakan bahwa Kebijakan dividen adalah menyangkut tentang
masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham.
Jadi kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang akan diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang.
Pihak manajemen perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan
diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanam modal dalam
2.2.3.2. J enis-jenis Kebijakan Pembayar an Dividen
Menurut Ridwan dan Inge (2003 : 391-393) ada tiga jenis kebijakan pembayaran
dividen, yaitu :
1. Stabile Amount Per Share
2. Constan Payout Ratio
3. Loin Regular Plus Extra
Adapun penjelasan mengenai jenis kebijakan pembayaran dividen adalah
sebagai berikut :
1. Stabile Amount Per Share
Pada kebijaksanaan ini besarnya dividendper share yang dibayarkan selalu
stabil dalam jumlah yang relatif tetap setiap tahunnya walaupun terjadi
fluktuasi dalam earning per share. Dividen stabil ini dipertahankan untuk
beberapa tahun kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat
dan kenaikan pendapatan tersebut permanen barulah besarnya dividend per
share dinaikkan dan dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan
untuk jangka waktu yang relatif panjang.
2. Constan Payout Ratio
Pembayaran dividen merupakan persentase yang tetap dari pendapatan
perusahaan. Jarang sekali perusahaan menjalankan kebijakan dividen jenis ini
dimana perusahaan membayarkan dividen dalam persentase yang konstan
terhadap pendapatan perusahaan berfluktuasi, maka jumlah dividen yang
3. Loin Regular Plus Extra
Kebijakan dividen ini merupakan kombinasi antara jenis pertama dan jenis
kedua. Perusahaan membayarkan dividen tetap yang rendah tetapi ditambah
dengan pembayaran ekstra pada saat tertentu. Dengan cara ini perusahaan
dapat menghilangkan ketidakpastian bagi investor mengenai pendapatan
dividen yang akan diterimanya. Untuk perusahaan yang pendapatannya
berfluktuasi maka jenis ini merupakan pilihan terbaik.
2.2.3.3. Teor i Kebijakan Dividen
Ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen menurut Atmaja (2008 :
285-288) terdapat lima teori kebijakan diantaranya adalah :
1. Irrelevance Theory
2. Bird in The Hand Theory
3. Tax Differential Theory
4. Signaling Hypothesis Theory
5. Clientele Effect Theory
Adapun penjelasan dari kelima teori kebijakan tersebut diuraikan sebagai
berikut :
1. Irrelevance Theory
Beberapa kalangan berargumen bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai
Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal
tersebut tidak relevan. Menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Adaoglu
(2000), menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar
kecilnya dividend payout ratio (DPR), tapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan”.
Jadi menurut Modigliani dan Miller, dividen adalah tidak relevan.Pernyataan
Modigliani dan Miller ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang
“lemah” seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional,
b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham
baru, Tidak ada pajak,
c. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
Sedangkan pada prakteknya :
a. Pasar modal yang sempurna sulit ditemui,
b. Biaya emisi saham baru pasti ada,
c. Pajak pasti ada,
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.
Beberapa ahli menentang pendapatan Modigliani dan Miller tentang dividen
baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari
laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal
dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar biaya modal sendiri dari laba
ditahan. Tapi dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalahbiaya modal
sendiri dari saham biasa baru.Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya
pajak, jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital
gains (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak
untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka
menerima capital gains dari pada dividen, karena pajak pada capital gains
baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui atau dinikmati. Dengan
kata lain, investor lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak.
Investor lebih suka bila perusahaan menetapkan dividend payout ratio (DPR)
yang rendah, menginvestasikan kembali keuntungan dan menaikkan nilai
perusahaan atau harga saham.
2. Bird in The Hand Theory
Teori ini berpendapat bahwa investor lebih menyukai dividen karena kas
ditangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Gordon dan
Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan sangat
ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, semakin
tinggi dividen yang dibagikan, semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Asumsinya perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa dividen yang
Namun Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan
Lintner ini merupakan suatu kesalahan. Modigliani dan Miller menggunakan
istilah “the bird in the hand fallacy” yang menurutnya adalah pada akhirnya
investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada
perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir
sama.
3. Tax Differential Theory
Teori ini mengemukakan apabila dividen dikenai pajak dengan jumlah yang
lebih tinggi daripada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar
dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk
memaksimumkan nilai perusahaan.
Dalam banyak hal dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir
setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan lainnya. Disamping itu ada
juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi
agency problem dan masih banyak lagi pertimbangan manajemen dalam
menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Jadi, setiap perubahan
dalam kebijakan dividen akan mempunyai pengaruh yang saling bertentangan.
Dengan demikian, kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah
kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan
pertumbuhan di masa yang akandatang, dan yang akan memaksimumkan
harga saham.Selanjutnya, teori tax differential theory menurut Litzenberger
keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital
gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor
mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang
memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham
dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas
dividen lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin
terasa.
Jika manajemen percaya bahwa teori ”Dividen Tidak Relevan” dari
Modigliani dan Miller adalah benar, maka perusahaan tidak perlu
memperdulikan berapa besar dividen yang harus dibagi. Jika mereka
menganut teori “the bird in the hand”, mereka harus membagi earning after
tax (EAT) dalam bentuk dividen. Dan bila manajemen cenderung
mempercayai teori perbedaan pajak (Tax Differential Theory) mereka harus
menahan seluruh earning after tax (EAT) atau DPR=0%. Jadi ketiga teori
yang telah dibahas mewakili kutub-kutub ekstrim dari teori tentang kebijakan
dividen. Sayangnya tes secara empiris belum memberikan jawaban yang pasti
tentang teori mana yang paling benar.
4. Signaling Hypothesis Theory
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan
kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya
menyebabkan harga saham turun.Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti
Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang di atas
biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen
perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen dimasa yang
akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang
di bawah kenaikan normal biasanya diyakini investor sebagai suatu sinyal
bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang. Seperti
teori dividen yang lain “Signaling Hypotesis Theory” ini juga sulit dibuktikan
secara empiris, adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa
informasi, tapi sulit dikatakan bahwa apakah kenaikan dan penurunan harga
setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh
efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
5. Clientele Effect Theory
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang
berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan
pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi.
Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang
saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan.Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia
dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi
lebih menyukai capital gains, karena dapat menunda pembayaran pajak.
kecil.Sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah
cenderung menyukai dividen yang besar.Bukti empiris menunjukkan bahwa
efek dari “clientele” ini ada, tapi menurut Modigliani dan Miller hal ini
menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil daripada sebaliknya. Efek
“clientele” ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham,
kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka.
2.2.4. Dividend Payout Ratio
Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan kepada
investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain diperoleh
dari selisih harga jual dan beli saham. Sedangkan dividen adalah pembagian
keuntungan perusahaan.
2.2.4.1. Penger tian Dividend Payout Ratio
Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut Agus
Sartono (2001:491) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen,
atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang
tersedia bagi pemegang saham.
Ang (1997) menyatakan bahwa dividend payout ratio merupakan
perbandingan antara Dividend per share dengan earning per share, jadi secara
perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan dividend per share terhadap
pertumbuhan earning share. Dividen merupakan salah satu tujuan investor
yang diharapkan maka ia akan cenderung tidak membeli suatu saham atau menjual
saham tersebut apabila telah memilikinya.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan dividend payout ratio (DPR)
merupakan laba yang diterima oleh para pemegang saham dari laba bersih yang
didapat oleh perusahaan.
Tujuan pembagian dividen juga untuk menunjukkan likuiditas perusahaan.
Dengan dibayarkan dividen juga untuk menunjukan dimata investor akan memiliki
nilai yang tinggi. Dengan pembayaran dividen yang terus menerus, perusahaan ingin
menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak perekonomian dan
mampu memberikan hasil kepada para pemegang saham. Hal ini ditunjang oleh
beberapa penelitian yang menunjukan arti pentingnya keuntungan dibagikan kepada
para pemegang saham (Rizal Adhiputra, 2010).
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi
dividen. Dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan jumlah
dividen yang ada. Pembagian dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada
pemegang saham, yang diinvestasikan kembali oleh mereka dalam bentuk modal
yang disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham.
Dividend payout ratio (DPR) yang ditentukan perusahaan untuk membayar
dividen kepada para pemegang saham setiap tahun dilakukan berdasarkan besar
kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah dividen yang dibayarkan akan
mempengaruhi harga saham atau kesejahteraan para pemegang saham.
Dividend Per Share DPR =
Earning Per Share
Sumber : Lukas Setia Atmaja (2008)
Dividend payout ratio (DPR) diukur dengan membandingkan dividen kas per
lembar saham terhadap laba yang diperoleh per lembar saham. Pada perusahaan,
dividen jenis ini berhubungan dengan pengurangan pada rekening laba ditahan dan
kas. Earning per share (EPS) atau laba per lembar saham adalah laba yang didapat
dari saham yang beredar per lembarnya.
2.2.4.2. Fa ktor -Faktor yang Mempengar uhi Dividend Payout Ratio
Sebelum perusahaan memutuskan untuk membayar dividen, dalam hal ini
adalah dividen tunai, maka perlu terlebih dahulu diperhatikan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kebijakan dividen.
Menurut Bambang Riyanto (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen dalam suatu perusahaan ,antara lain:
1. Posisi likuiditas perusahaan
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yanga akan dibayarkan kepada para pemegang
saham, oleh karena itu dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya
membayart dividen. Hal ini berarti bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu
perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang,
maka makin tinggi rasio pembayaran dividennya.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan
dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari
pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti bahwa hanya sebagian
kecil saja dari pendapatan atau earnings yang dapat dibayarkan sebagai
dividen, dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio
yang rendah.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.
Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan
pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang
saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini berarti bahwa
makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar
kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari
pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah
4. Pengawasan terhadap perusahaan
Variabel penting lainnya adalah pengawasan terhadap perusahaan. Ada
perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan
dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas
dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansinya dibiayai dengan dana yang
berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan control dari
kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai
ekspansi dengan hutang akan memperbesar resiko finansialnya.
Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividend
payout ratio-nya.
2.2.5 Return On Asset
2.2.5.1 Penger tian Return On Asset
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu
Mamduh M. Hanafi dan Halim (2005 : 84).
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akan menarik minat investor
untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang
tinggi pula. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar.Return on asset
terhadap total aset perusahaannya. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari
keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio.
Pada tingkat profitabilitas yang tinggi perusahaan mengalokasikan dividen
yang rendah, hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar
keuntungan sebagai sumber dana internal pada ROA tinggi dibayarkan dividen
rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Dengan cara
ini sumber dana internal meningkat sehingga perusahaan dapat menunda penggunaan
utang atau emisi saham baru. Sebaliknya bila ROA rendah maka dibayarkan dividen
yang tinggi. Hal ini dilakukan karena perusahaan mengalami penurunan profit
sehingga untuk menjaga reputasi dimata investor, perusahaan akan membagikan
dividen besar. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi
pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Semakin tinggi profitabilitas
perusahaan, maka semakin tinggi pula arus kas dalam perusahaan, dan diharapkan
perusahaan akan membayar dividen yang tinggi.
Adapun bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap dividend payout
ratio setara dengan penelitian Happy S. Hartadi (2006).Namun pada kondisi tertentu
profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen. Hal ini terjadi bila perusahaan
yakin memiliki kepastiaan bahwa earning di masa mendatang terprediksi secara jelas.
Berdasarkan dua logika yang berbeda menunjukkan bahwa profitabilitas tidak
sepenuhnya mencerminkan penentuan kebijakan dividen. Proksi profitabilitas
menggunakan return on asset (ROA) yaitu Earning After Tax (EAT) dibagi Total
Rumus untuk menghitung return on asset (ROA) yaitu :
Earning After Tax ROA =
Tottal Asset
Sumber : Agus Sartono (2002)
Earning After Tax (EAT) atau laba setelah pajak terdapat di laporan keuangan
dalam laporan laba rugi yang sering disebut laba bersih. Sedangkan total aktiva
merupakan jumlah aktiva dalam neraca perusahaan.
2.2.5.2 Pengar uh Return On Asset Ter hadap Dividend Payout Ratio
Menurut Mondigliani-Miller (1961) yang diacu oleh Atmaja (2008 : 285-288)
menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor
bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan
datang.
Berdasarkan teori tersebut menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi
melalui asset yang dimiliki yang tercermin dalam return on asset (ROA)
menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam
dividend payout ratio (DPR).
Adapun teori tentang pengaruh return on asset terhadap dividend payout ratio
dikemukakan oleh Sartono (2001 : 122) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
Tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengalokasikan dividen yang
rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar keuntungan
sebagai sumber dana internal. Pada ROA tinggi dibayarkan dividen rendah karena
keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Dengan cara ini sumber
dana internal meningkat sehingga perusahaan dapat menunda penggunaan utang atau
emisi saham baru. Sebaliknya bila ROA rendah maka dibayarkan dividen yang tinggi.
Hal ini dilakukan karena perusahaan mengalami penurunan profit sehingga untuk
menjaga reputasi dimata investor, perusahaan akan membagikan dividen besar.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Happy S.Hartadi (2006) menunjukkan bahwa
ROA berpengaruh negatif terhadap DPR.
2.2.6 Debt to Equity Ratio
2.2.6.1 Penger tian Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) masuk di dalam rasio leverage atau solvabilitas,
rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut
dengan rasio pengungkit (Leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam
meminjam uang (Darsono dan Ashari, 2010 : 54-55).
Pengertian Debt to Equity Ratio menurut Suad Husnan (2004 : 70) yaitu
Sedangkan menurut Darsono dan Ashari (2005 : 54) Debt to Equity Ratio
(DER) adalah rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang
saham terhadap pemberi pinjaman.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
rasio DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengindikasi besarnya dana
dalam mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s
equity atau modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Menurut Prihantoro (2003) menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER)
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang
ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Semakin besar penggunaan
hutang maka dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan
dampak ini bila perusahaan memiliki hutang yang tinggi, hal tersebut akan
mengurangi pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditur
kepada pemegang saham. Dalam hal ini kepentingan kreditur tetap diperhatikan
karena keuntungan disimpan untuk pelunasan hutang.
Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan hutang yang tinggi akan
menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan
sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang
rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar
dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai subsitusi atau
pengganti atas penggunaan hutang. Proksi kebijakan hutang menggunakan debt to
equity ratio (DER) yaitu Total Liability dibagi Total Equity.
Rumus untuk menghitung debt to equity ratio (DER) yaitu :
.
Total Hutang
DER =
Total Asset
Sumber : Marlina dan Danica (2009)
Total liability atau total hutang (kewajiban) yang dimaksud dalam rumus
perhitungan diatas adalah seluruh totah hutang perusahaan baik hutang jangka pendek
maupun hutang jangka panjang dalam satu periode akuntansi. Semakin tinggi debt to
equity ratio (DER) ini semakin menunjukkan perusahaan semakin beresiko.
Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri
yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah rasio DER
akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya.
Jika beban hutang tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan
semakin rendah, sehingga debt to equity ratio mempunyai hubungan negatif dengan
2.2.6.2 Pengar uh Debt to Equity Ratio Ter hadap Dividend Payout Ratio
Debt to Equity Ratio menurut Darsono dan Ashari (2005 : 54) adalah rasio
yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap
pemberi pinjaman.
Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba
bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima,
karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dari pada pembagian dividen.
Menurut Marlina dan Danica (2009) mengemukakan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) dihitung dengan total hutang dibagi total ekuitas.
Pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio menurut Sutrisno
(2001 : 247) menyatakan bahwa semakin tinggi debt to equity ratio maka tingkat
pembayaran dividen semakin rendah, dan sebaliknya jika debt to equity ratio rendah
maka pembayaran dividen semakin tinggi.
Menurut Prihantoro (2003) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang
ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang.
Oleh karena itu, semakin rendah DER maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka
kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah hal ini
dan Nirwanasari (2007) menyebutkan bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
2.3 Kerangka Ber pikir
Berdasarkan kajian teori diatas, penelitian ini mencakup pengamatan pada
perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011,
dengan membahas bagaimana pengaruh return on asset dan debt to equity ratio.
Kemudian dilakukan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh return on asset dan debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio
perusahaan BUMN yang listed di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan menjual sahamnya di pasar modal berkaitan dengan kebutuhannya
untuk memperoleh dana dalam rangka mengembangkan usahanya agar tetap survive.
Disisi lain, investor menginvestasikan dananya di pasar modal bertujuan untuk
memaksimumkan kekayaannya dengan mengharapkan return yang memuaskan atas
investasi yang dilakukannya yaitu berupa dividen, yang merupakan bagian dari
keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dan capital gain
yaitu selisih dari jual beli saham dimana nilai jual saham lebih tinggi dari nilai
belinya.
Keuntungan berdasarkan capital gain mempunyai tingkat risiko yang tinggi
karena bisa jadi saham-saham yang memberikan keuntungan saat ini menjadi saham
pembagian keuntungan dalam bentuk dividen tunai merupakan suatu bentuk
pemecahan masalah dari kekhawatiran ketidakpastian akan masa depan bagi investor.
Dalam suatu perusahaan selalu dihadapkan pada tiga permasalahan penting
yang saling berkaitan di dalam pengelolaan keuangan. Ketiga permasalahan tersebut
meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen untuk
menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham.
Dividend yield merupakan pendapatan laba bersih perusahaan kepada
pemegang saham sedangkan capital gain merupakan selisih harga jual saham
terhadap harga belinya.
Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen
dapat meningkatkan kepercayaan investor dalam menanamkan dananya ke dalam
perusahaan. Sementara perusahaan mengharapkan adanya pertumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan sekaligus memberikan kesejahteraan
kepada para pemegang saham.
Pihak manajemen perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan
dalam rangka menarik minat investor untuk menanam modal dalam perusahaan dalam
bentuk kepemilikan saham.Salah satu indikator yang menunjukkan besarnya nilai dividen
yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor adalah dividend payout ratio (DPR).
Biasanya seorang investor lebih menyukai dividen dibandingkan dengan laba
ditahan. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya
semakin tinggi pula nilai perusahaan. Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya
pajak. Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains
(kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan
capital gains sama, investor cenderung lebih suka menerima capital gains daripada
dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan
diakui atau dinikmati. Dengan kata lain, investor lebih untung karena dapat menunda
pembayaran pajak.
Secara lebih lengkapnya, penelitian ini dapat dijelaskan melalui gambar kerangka
pemikiran berikut ini :
Gambar 2.1
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai penelitian berikut:
1. Diduga variabel return on asset dan debt to equity ratio berpengaruh secara
simultan ( bersama – sama ) terhadap dividend payout ratio perusahaan BUMN
yang listed di Bursa Efek Indonesia ( BEI ).
2. Diduga variabel return on asset dan debt to equity ratio berpengaruh secara
parsial terhadap dividend payout ratio perusahaan BUMN yang listed di Bursa
3.1 Definisi Oper asional dan Pengukur an Var iabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel menyatakan tentang
pengoperasional mengenai obyek-obyek yang akan dijadikan sebagai bahan
penelitian, serta untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini.
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam pengukuran penelitian adalah :
1. Variabel Terikat ( Dependen )
a. Dividend PayOut Ratio (Y)
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah persentase laba perusahaan BUMN
yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba perusahaan
BUMN yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang
tersedia bagi pemegang saham.
Rumus untuk pengukuran dividend payout ratio (DPR) yaitu :
Dividend Per Share DPR =
Earning Per Share
2. Variabel Bebas ( Independen )
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan BUMN menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset
yang tertentu.
Rumus untuk pengukuran return on asset (ROA) yaitu :
Earning After Tax ROA =
Tottal Asset
b. Debt to Equity Ratio (X3)
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara total
hutang perusahaan BUMN dengan total modal sendiri.
Rumus untuk menghitung debt to equity ratio (DER) yaitu :
Total Hutang
DER =
Total Asset
3.2Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi menurut pendapat Ridwan (2003 : 55) adalah keseluruhan dari