• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA PT. SEKAWAN KARYATAMA MANDIRI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA PT. SEKAWAN KARYATAMA MANDIRI SIDOARJO."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Elysa Saud Hotma Tua Surya Munte 0612010135/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI

PADA PT.SEKAWAN KARYATAMA MANDIRI

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

Elysa Saud Hotma Tua Surya Munte 0612010135/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(3)

melimpahkan rachmat, hidayah dan karunianya-Nya, sehingga penulisan skriprisi

dengan judul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Pada PT. Sekawan Karyatama Mandiri Sidoarjo”, dapat penulis selesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 program

studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa

terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichasanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Rahman Amrulloh Suwaidi, MS., selaku wakil Dekan I Fakultas

(4)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Supriyono, SE., selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengarahkan, meluangkan waktu dan memberikan bimbingan guna

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi

mahasiswa.

7. Ucapan terima kasih kepada keluargaku, Papa Sahat Munthe, Mama Siti

Komariyah, Kakak Cristina Munthe dan Adik Andreas Munthe

8. Keluarga Om. Burhan Mahebu atas kesediaanya mengijinkan penulis

menjadikan perusahaannya sebagai objek penelitian. Juga keluarga ayah H.

Imam Syafi’i dan Mi’ Riska atas segala dukungan, bantuan, dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna

meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan

skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik

untuk mendalaminya dimasa yang akan datang.

Surabaya, Mei 2011

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstraksi ... x

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 9

2.2.2. Stres Kerja ... 10

2.2.2.1.Pengertian Stres Kerja ... 10

2.2.2.2.Penyebab Stres Kerja ... 12

2.2.2.3.Cara Mengatasi Stres Kerja ... 17

2.2.2.4.Pendekatan Stres Kerja ... 18

(6)

2.2.3. Komitmen Organisational ... 20

2.2.3.1.Pengertian Komitmen Organisasi ... 20

2.2.3.2.Aspek Komitmen Organisasi ... 22

2.2.3.3.Faktor Komitmen Karyawan Pada Organisasi .... 24

2.2.3.4.Indikator Komitmen Organisasi ... 26

2.2.4. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Komitmen Organisasi .. 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 28

2.4. Hipotesis ... 28

Bab III Metode Penelitian 3.1. Definisi Operasional ... 29

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 29

3.1.2. Pengkuran Variabel ... 30

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 31

3.2.1. Populasi ... 31

3.2.2. Sampel ... 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.3.1. Jenis Data ... 32

3.3.2. Sumber Data ... 33

3.3.3. Pengumpulan Data ... 33

3.4. Uji Kualitas Data ... 33

3.4.1. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 33

3.4.1.1.Uji Outlier Univariat ... 33

(7)

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 34

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 35

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 35

3.6. Asumsi Model ... 37

3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 39

3.6.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach ... 39

3.6.3. Evaluasi Model ... 40

Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 45

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 45

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden ... 51

4.2.2. Deskripsi Variabel Stres Kerja ... 53

4.2.3. Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi ... 55

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ... 56

4.3.1. Uji Normalitas dan Sebaran Linieritas ... 56

4.3.2. Tabel 4.6. ... 57

4.3.3. Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 58

4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

4.3.5. Pengujian Model Dengan One-Step Approach ... 62

4.3.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 65

(8)

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 67

Daftar Puskata

(9)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Tingkat Absensi Karyawan Oktober-Desember 2010 ... 5

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Penadpatan ... 52

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 52

Tabel 4.4. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Stres Kerja . 53 Tabel 4.5. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Komitmen Organisasi ... 55

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 58

Tabel 4.8. Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis ... 59

Tabel 4.9. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 60

Tabel 4.10. Construct Reliability & Variance Extrated ... 62

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 63

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Setelah Modifikasi ... 64

(10)

Daftar Gambar

Gambar 3.1. Contoh Model Pengukuran Variabel Stress ... 36

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan Karyatama Mandiri ... 46

Gambar 4.2. Model Pengukuran Kausalitas ... 63

(11)

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Lampiran 5 Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor

Analysis

Lampiran 6 Pengujian Reliability Consistency Internal

Lampiran 7 Construct Reliability & Variance Extrated

(12)

PADA PT. SEKAWAN KARYATAMA MANDIRI SIDOARJO

Elysa Saud Hotma T.S.M

ABSTRAKSI

Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Tekanan yang timbul dan berlangsung terus menerus berpotensi menimbulkan kecemasan. Dampak yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering dialami oleh masyarakat dan angkatan kerja pada khususnya disebut stres. Pada umumnya seorang karyawan apabila telah bergabung dalam suatu institusi dituntut untuk memberikan loyalitas yang tinggi demi tercapainya tujuan organisasi. Komitmen organisasi sangat diperlukan bagi semua karyawan karena berhasil atau tidaknya suatu usaha untuk mencapai tujuan harus dilandasai komitmen yang tinggi dari semua angota organisasi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stres terhadap komitmen organisasi pada PT. Sekawan Karyatama Mandiri Sidoarjo.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stres Kerja (X) dan Komitmen Organisasi (Y). Skala dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Sekawan Karya Tama Mandiri cabang Gedangan dan Waru yang berjumlah 203 orang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equatioan Modelling (SEM).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Stres Kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap Komitmen Organisasi pada PT. Sekawan Karyatama Mandiri.

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam usaha organisasi

mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang organisasi dengan

karya, bakat, kreativitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi

dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat

dicapai. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah istilah modern untuk

menggantikan istilah manajemen personalia atau administrasi personalia, karena

beberapa penulis menganggap bahwa ruang lingkup manajemen personalia lebih

sempit daripada manajemen sumber daya manusia. mendefinisikan manajemen

sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok

pekerja (Simamora, 2004:3).

Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi

menimbulkan banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam

lingkungan kerja. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan

perekonomian di Indonesia yang belum stabil akibat badai krisis yang

berkepanjangan juga sangat potensial menimbulkan tekanan. Tekanan yang timbul

dan berlangsung terus menerus berpotensi menimbulkan kecemasan. Dampak

yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering dialami oleh

(14)

Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari akan diwarnai dengan stres kerja

baik yang bersifat positif maupun negatif pada dirinya. Berbagai jenis stres yang

muncul pada diri seseorang akan memberikan nilai tambah apabila dikelola

dengan baik dan dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan usaha-usaha

pencarian terhadap apa yang diinginkan dan menjadi kebutuhannya (Gibson

1996:339). Menurut Nelson (1997) dalam Wijaya (2007) reaksi terhadap stres ada

dua macam yaitu (1) distress adalah reaksi negatif yang bersifat destruktif dan (2)

eustress adalah reaksi yag bersifat konstruktif/positif. Distress menyebabkan

berbagai kerugian pada individu maupun organisasi, misalnya menurunnya

prosuktivitas dan profit, meningkatkan kemangkiran dan perputaran tenaga kerja

(employye turnover), tindakan menyimpang karena terganggunya kondisi

psiklogis (emosional) samapai menurunkan kondisi fisik seseorang, sebaliknya

eustress menyebabkan munculnya gairah dan energi, menimbulkan ide-ide baru,

dan vitalitas organisasi yang meningkat.

Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam

menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini tampak dari symptom, antara lain emosi

yang tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok

yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup tekanan darah meningkat

dan mengalami gangguan pencernaan. Kondisi-kondisi yang cenderung

menyebabkan stress disebut stressor. Ada dua sumber utama dari stress pada

karyawan yaitu: faktor-faktor organisasi/pekerjaan dan faktor-faktor non

organisasi/non pekerjaan. Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan

(15)

Pada umumnya seorang karyawan apabila telah bergabung dalam suatu institusi dituntut untuk memberikan loyalitas yang tinggi demi tercapainya tujuan

organisasi. Organisasi atau tempat kerja menjadi rumah kedua bagi seseorang karena dari tempat kerja yang bersangkutan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Komitmen organisasi sangat diperlukan bagi semua karyawan karena berhasil atau

tidaknya suatu usaha untuk mencapai tujuan harus dilandasai komitmen yang tinggi dari semua angota organisasi (Koesmono :2007).

Kritner (2003:274) menyatakan bahwa komitmen organisasi

mencerminkan bagaimana seseorang individu mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Mathis (2001:99) berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga

kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap dalam organisasi tersebut. Greenberg (2000) dalam Koesmono (2007) berpendapat komitmen organisasi adalah tingkat identifikasi dan keterlibatan individu dengan

dan dalam suatu organsasi dan tidak ingin untuk meninggalkannya. Meyer (1993) mengatakan bahwa makain tinggi komitmen seseorang akan berdampak pada kemauan untuk menjalankan kegiatan lain yang harus dijalankan tanpa

mempertimbangkan imbalan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen individu pada dasarnya menurut Mowday (1991) dalam Koesmono (2007) adalah karakteristik personal,

karaktersitik peran dan tugas, karakteristik strutural dan pengalaman kerja. Oleh karena itu perlakuan organisasi terhadap anggotanya dapat mempengaruhi komitmen, karena organisasi dapat melakukan berbagai hal untuk membantu

(16)

tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya karena ada perbedaan kondisi atau situasi dalam proses perkembangan komitmen dalam diri individu itu sendiri.

Menurut beberapa para ahli proses komitmen dapat secara ringkas dinyatakan bahwa proses ini diawali dengan adanya keinginan individu untuk terlibat dalam aktivitas yang dilakukan, kemudian mengadakan sosialisasi aktivitas-aktivitas

tersebut dan akhirnya tercipta komitmen yang tingkatannya akan berbeda pada setiap individu.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek PT. Sekawan Karyatama

Mandiri, perusahaan swasta yang berbentuk badan hukum dan berkedudukan di Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam kegiatan produksinya perusahaan ini memproduksi barang sesuai pesanan yaitu pembuatan komponen rel pintu garasi, daun pintu dan

kusen dari besi, daun pintu, jendela dan kusen serta pagar besi & wiremesh. Dari wawancara singkat dengan karyawan bagian produksi didapatkan keterangan bahwa sering terjadi pengerjaan berulang yang disebabkan oleh produksi barang

yang dihasilkan tidak memenuhi standar, hal ini disebabkan karena karyawan bekerja tidak sesuai dengan bagiannya misalnya karyawan yang seharusnya bagian mengelas juga harus melakukan bagian lainnya seperti mengukur presisi

yang sebenarnya bukan tugasnya. Pengerjaan tugas yang diburu target dan waktu pengerjaan yang mengahruskan cepat selesai juga penambahan tugas yang bukan sesuai dengan tugasnya membuat sebagian karyawan merasakan tertekan dan

yang tidak mampu menghadapi tekanan tersebut akan merasa stres, Stres yang berkepanjangan akan membuat komitmen karyawan terhadap perusahaan rendah sehingga mengakibatkan kinerja perushaan kurang maksimal.

(17)

Tabel 1.1

Tingkat Absensi Karyawan Oktober s/d Desember 2010 No Bulan Jumlah Karyawan Sakit Ijin Alfa Total %

1 Oktober 203 5 12 19 36 18%

2 November 188 14 12 25 51 27%

3 Desember 185 16 13 26 55 30%

Sumber : PT Sekawan Karyatama Mandiri

Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat absen karyawan PT. Sekawan

Karyatama Mandiri meningkat , pada bulan Oktober terdapat 36 orang yang tidak

masuk kerja dan pada bulan November meningkat menjadi 51 orang kemudian

meningkat lagi pada bulan Desember menjadi 55 orang.

Banyaknya jumlah tingkat absensi yang meningkat juga mempengaruhi

kinerja, hal ini dapat dilihat dari produksi pintu yang dihasilkan pada bulan

Oktober hingga Desember 2010, selama bulan Oktober hingga Desember 2010

produksi pintu tidak dapat mencapai target yang diberikan perusahaan dan

mengalami ketidakstabilan, ketidakstabilan ini dapat dilihat pada bulan November

produksi PT Sekawan Karyatama Mandiri mengalami penurunan yang drastis dari

919 buah pada bulan Oktober menjadi 793 buah November walaupun sempat naik

lagi pada bulan Desember sebanyak 912 buah namun tidak sebanyak pada bulan

Oktober.

Pengaruh stres terhadap komitmen juga pernah diteliti oleh beberapa

peneliti sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Mulyati (2008) yang menyatakan

stres yang dialami anggota organisasi juga harus diperhatikan untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap intensitas komitmen. Stres kerja muncul sebagai

ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungan kerjanya. Stres kerja

(18)

tekanan waktu dari tempat kerja seperti pekerjaan-pekerjaan yang dikejar

(deadline). Semakin tinggi stres kerja yang dialami seseorang maka makin rendah

komitmen organisasi yang dimilikinya.

Dari uraian diatas maka diperlukan penelitian ini untuk mengetahui

”Pengaruh Stres Kerja Terhadap Komitmen Organsasi Pada PT. Sekawan

Karyatama Mandiri Sidoarjo.”

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah stres kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi pada PT.

Sekawan Karyatama Mandiri Sidoarjo”.

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini adalah

”Untuk mengetahui pengaruh stres terhadap komitmen organisasi pada PT.

Sekawan Karyatama Mandiri Sidoarjo

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang

(19)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan terhadap peneliti

selanjutnya yang ingin meneliti pada bidang yang sama. 3. Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu tambahan pengetahuan pada

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu A. Koesmono (2007)

Judul pada penelitian ini adalah “Pengaruh Kepemimpinan, Tuntutan Tugas dan Career Palteau Terhadap Stres Kerja, Komitmen Organisasi dan OCB Perawat Rumah Sakit Haji Surabaya”.Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah apakah kepemimpinan, tuntutan tuas dan career plateau berpengaruh terhadap stres kerja, komitmen organisasi dan OCB. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, tuntutan tuas dan career plateau terhadap stres kerja, komitmen organisasi dan OCB . Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kepemimpinan, tuntutan tuas dan career plateau mempunyai arti yang sangat penting bagi seorang perawat dalam melakukan tugasnya karena selalu bersinggungan dengan pasien dan bahkan keluarga pasien

B. Prasetyo (2008)

(21)

secara bersama-sama faktor-faktor stres berpengaruh terhadap komitmen mahasiswa untuk menyelesaikan studi.

C. Muriman (2008)

Judul pada penelitian ini adalah “Pengaruh Budaya Organisasi dan Stres

terhadap Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi di Kepolisian Negara

RI Sektor, Kepolisian Negara RI Daerah Jawa Timur)”. Rumusan dalam

penelitian ini adalah apakah budaya organsisasi dan stres berpengaruh terhadap

komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan stres kerja terhadap komitmen

organisasi dan kepuasan kerja. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah budaya

organisasi berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan kepuasan kerja adalah

sigpifikan positif dan kuat, stres berpengaruh signifikan negatif dan rendah

terhadap komitmen organisasi dan kepuasan kerja dan komitmen organisasi

berpengaruh signifikan positif terhadap kepuasan kerja, sebaliknya kepuasan

kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam usaha organisasi

mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang organisasi dengan

karya, bakat, kreativitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi

dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat

dicapai. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah istilah modern untuk

(22)

beberapa penulis menganggap bahwa ruang lingkup manajemen personalia lebih

sempit daripada manajemen sumber daya manusia. mendefinisikan manajemen

sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok

pekerja (Simamora, 2004:3).

Elemen yang dapat menunjang peningkatan sumber daya manusia adalah perkembangan pola pikir yang disertai pengetahuan serta pengalaman yang dikumpulkan dengan penuh kesadaran melalui jerih payah dan perjuangan berat. Dalam hubungan ini pengertian sumber daya bersifat sangat dinamis, bukan saja sebagai response terhadap kemajuan pengetahuan, perkembangan kesenian dan perkembangan sains, namun juga dalam response terhadap kebutuhan manusia secara individu serta sasaran-sasaran sosial dan pembangunan pada umumnya (Martoyo, 1990:8).

Sumber daya manusia diperusahaan perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Dalam suatu perusahaan, masalah tersebut sudah menjadi hal yang umum. Tidaklah wajar jika banyak pegawai yang sebenarnya secara potensi berkemampuan tinggi tetapi tidak mampu berprestasi dalam kerja. (Mangkunegara, 2002:1).

2.2.2. Stres Kerja

2.2.2.1. Pengertian Stres Kerja

(23)

merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan (Mangkunegara, 2002:157).

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor. Ada

dua sumber utama dari stress pada karyawan yaitu: faktor-faktor

organisasi/pekerjaan dan faktor-faktor non organisasi/non pekerjaan. Karyawan

dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut baik secara positif maupun

secara negatif (Mangkunegara, 2002:157). Stress dikatakan positif jika stress

tersebut merupakan suatu peluang dan dapat merangsang karyawan untuk

meningkatkan usahanya dalam memperoleh hasil maksimal dan stres

mengakibatkan timbulnya konsekuensi tersebut adalah penurunan atau

peningkatan usaha, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dalam

mengendalikan stres kerja, badan usaha wajib mengawalinya dengan mencari

penyebab stress kerja (Arkinson dan Atkinson,1990:164).

Beberapa para ahli juga mendefinisikan beberapa pengertian stres seperti

berikut ini:

1. Handoko (1994:200) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi ketegangan

yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang.

2. Robbins (1996:222) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi dinamika

dalam mana seseorang individu dikonfrontasikan dengan apa yang sangat

diingikannya dan yang hasilnya dipresepsikan sebagai tidak penting.

3. Gibson (1996:23) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapn adaptif,

(24)

konsekuensi dari setiap kegiatan yang membebani tuntutan psikologis atau

fisik yang berlebihan terhadap seseorang

4. Buchanan dan Hucyzynski (1997:157) mengatakan bahwa stres can, of

course, be challenging, arousing, and excitig,and can in some circumstaces

our sense of satisfication and accomplhsment and improve our performace. 5. Suprihanto dkk (2003:62) berpendapat bahwa stres merupakan sebuah kondisi

dinamis dimana seseorang dihadapkan pada konfrontasi antara kesempatan,

hambatan atau permintaan tentang apa yang dia inginkan dan hasilnya

dipersepsikan tidak pasti dan tidak penting.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa stres

merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir

dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melalui

kemampuan penyesuaian dirinya terhadap tuntutan lingkungan dalam hal ini

adalah tuntutan lingkungan kerja.

2.2.2.2. Penyebab Stres Kerja

Menurut Mangkunegara (2002:157) penyebab stres kerja antara lain :

1. Beban kerja yang dirasakan terlalu berat

2. Waktu kerja yang mendesak

3. Kualitas pengawasan kerja yang rendah

4. Iklim kerja yang tidak sehat

5. Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggungjawab

6. Konflik kerja

(25)

Berikut ini penjelasan tentang penyebab stres kerja :

1. Beban kerja yang dirasakan terlalu berat

Adalah beban pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan yang tidak sesuai

dengan kemampuan karyawan itu sendiri sehingga karyawan menganggap

kerja yang diberikan terlalu berat.

2. Waktu kerja yang mendesak

Adalah tenggang waktu yang sempit yang diberikan oleh perusahaan kepada

para karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sehingga

karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dengan baik

3. Kualitas pengawasan kerja yang rendah

Adalah kualitas pengawasan yang diberikan oleh pihak perusahaan yang tidak

seseuai dengan seharusnya sehingga membuat karyawa tidak dapat berkerja

dengan baik dan pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya stress

kerja.

4. Iklim kerja yang tidak sehat.

Yaitu keadan kerja dalam hal ini keadaan di tempat kerja yang tidak baik

sehingga sering terjadi konflik antar karyawan sehingga membuat karyawan

tidak dapat bekerja dengan nyaman

5. Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggungjawab

Yaitu pemimpin dalam hal ini atasan dalam bekerja yang tidak mempunyai

kinerja yang baik dan tidak bertanggung jawab dalam bekerja sehingga dapat

(26)

6. Konflik kerja

Yaitu pertengkaran yang sering terjadi di tempat kerja baik antara sesama

karyawan atau antara karyawan dengan pimpinan

7. Perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja.

Yaitu perbedaan yang diberikan oleh atasan terhadap karyawan yang tidak

mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan.

Menurut Robbins (1996:224) ada tiga kategori yang dapat menyebabkan

stres yaitu:

1. Faktor Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur suatu

oragnisasi, ketidak pastian itu juga mempengaruhi, tingkat stres dikalangan

karyawan dalam organsiasi tersebut.

Faktor lingkungan dipengaruhi oleh :

a. Ketidakpastian ekonomi

Apabila perekonomian suatu bangsa dalam keadaan mengerut, orang

menjadi makin mencemaskan mereka. Karena anjuran kebawah dalam

ekonomi seiring dengan pengurangan tenaga kerja yang permanen,

pemberhentian masal sementara, gaji yang dikurangi, masa kerja yang

lebih pendek dan semacamnya.

b. Ketidakpastian politik

Ancaman dan perubahan politik dapat menyebabkan stres. Oleh karena

itu, mencegahnya kondisi politik suatu Negara haruslah stabil sehingga

(27)

c. Ketidak pastian Teknologi

Inovasi baru dapat membuat keterampilan dan pengalaman seseorang

karyawan usang dalam waktu pendek, dan merupakan ancaman bagi

banyak orang sehingga dapat menyebabkan para pekerja menjadi stres.

2. Faktor Organisasi

Dalam organisasi banyak sekali faktor yang dapat menimbulkan stres, seperti

adanya tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas

dalam suatu kurun waktu yang terbatas serta beban kerja yang berlebihan

yaitu:

a. Tuntutan tugas

Merupakan faktor yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Mencakup

desain pekerjaan individu, kondisi kerja dan atat letak kerja fisik.

b. Tuntutan peran

Berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai

suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.

c. Tuntutan antar pribadi

Merupakan tekanan yang dicapai oleh karyawan lain, kurangnya

dukungan sosial dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi yang buruk

dapat menimbulkan stres yang cukupo besar, teristimewa diantara para

karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi.

d. Struktur organisasi

Struktur dalam organisasi yang terbntuk melalui desain organisasi yang

(28)

spesialisasi, serta lingkungan yang kurang mendukung. Hal lain dalam

desain organisasi yang juga dapat menyebabkan stres antara lain adalah

deferensiasi dalam perusahaan serta adanya sentralisasi yang

menyababkan karyawan tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan.

e. Kepemimpinan organisasi

Menggambarkan gaya manajerial dari eksekutif senior organisasi.

Beberapa pejabat eksekutif menciptakan suatu budaya yang dicirikan oleh

ketegangan, rasa takut, dan kecemasan. Sehingga membangun tekanan

yang tidak realistis untuk berprestasi dalam jangka pendek, memaksakan

pengawasan yang berlebihan ketatnya dan secara rutin memecat karyawan

yang tidak mengikuti

f. Tahap hidup organisasi

Suatu tahap kehidupan organisasi yakni dimana dia ada dalam daur empat

tahap ini menciptakan masalah dan tekanan yang berbeda untuk para

karyawan. Tahap pendirian dan kemerosotan terutama penuh dengan stres.

Yang pertama dicirikan oleh besarnya kegairahan dan ketidakpastian,

sedangkan yang kedua lazimnya menuntut pengurangan, pemberhentian,

dan suatu perangkat ketidak pastian yang berbeda.

3. Faktor Individu

Faktor individu mencakup faktor yang berhubungan dengan kehidupan pribadi

(29)

a. Masalah keluarga

Orang menganggap hubungan pribadi dan keluarga merupakan hal yang

sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya suatu hubungan, dan

kesulitan disiplin pada anak-anak merupakan contoh masalah hubungan

yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ketempat kerja.

b. Masalah ekonomi

Masalah ekonomi yang diciptakan oleh individu yang terlalu

menrentangkan sumber daya keuangan mereka merupakan suatu

perangkat kesulitan pribadi lain yang dapat menciptakan stres.

2.2.2.3. Cara Mengatasi Stres Kerja

Menurut Mangkunegara (2002 : 158) cara mendeteksi atau mengatasi stres

kerja antara lain :

1. Pola Sehat

Adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan

mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stress tidak menimbulkan

gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Karyawan yang

tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan

dengan cara yang baik dan teratur sehingga karyawan tersebut tidak perlu

merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan

tekanan cukup banyak.

2. Pola Harmonis

(30)

pola ini individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan

dengan cara mengatur waktu secara teratur. karyawan pun selalu menghadapi

tugas secara tepat, dan kalau perlu karyawan mendelegasikan tugas-tugar

tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh.

3. Pola Patologis

Adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik

maupun sosial psikologis. Dalam pola ini individu akan menghadapi berbagai

tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan

mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang

berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah yang buruk,

2.2.2.4. Pendekatan Stres Kerja

Ada 4 pendekatan terhadap stres kerja ysiut dukungan sosial (social),

meditasi, dan program kesehatan pribadi. Pendkatan tersebut sesuai dengan

pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2002:157) yang mengemukakan

bahwa ”Four approaches that or ten involve employye and management

cooperation, for stress management are social support, mediation, biofeedback

and personal welness programs.

1. Pendekatan Dukungan Sosial

Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan untuk memberikan

kepuasan sosial kepada karayawan. Misalnya bermain game, lelucon dan

(31)

2. Pendekatan Melalui Meditasi

Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam

pikiran, mengendorkan kerja otot, dan menenagkan emosi. Meditasi ini dapat

dilakukan sealam dua periode waktu yang masing-masing 15-20 menit.

Meditasi ini bisa dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama

islam bisa melakukannya setelah Shoalt Dzuhur

3. Pendekatan Melalui Biofeedback

Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan

dokter,psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dpat

menghilangkan stres yang dialaminya

4. Pendekatan Kesehatan Pribadi

Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres.

Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinue memeriksa

kesehatan, melakukan relaksasi otot, peraturan gizi, dan olahraga secara

teratur.

2.2.2.5. Indikator Stres Kerja

Menurut Lou dalam Koesmono (2007) stres kerja dapat diukur dengan

indikator sebagai berikut :

1. Morale and Organizational climate

2. Lock Of Power

3. Unclear Promotion Prospect

4. Managerial Role

(32)

2.2.3. Komitmen Organisational

2.2.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi

Pada umumnya seorang karyawan apabila telah bergabung dalam suatu

institusi dituntut untuk memberikan loyalitas yang tinggi demi tercapainya tujuan

organisasi. Organisasi atau tempat kerja menjadi rumah kedua bagi seseorang

karena dari tempat kerja yang bersangkutan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Komitmen organisasi sangat diperlukan bagi semua karyawan karena berhasil atau

tidaknya suatu usaha untuk mencapai tujuan harus dilandasai komitmen yang

tinggi dari semua angota organisasi (Koesmono :2007)

Beberapa para ahli juga mendefinisikan beberapa pengertian stres seperti

berikut ini:

1. Kritner (2003:274) menyatakan bahwa komitmen organisasi mencerminkan

bagaimana seseorang individu mengidentifikasi dirinya dengan organisasi

dan terikat dengan tujuan-tujuannya

2. Mathis (2001:99) berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah tingkat

kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan

mempunyai keinginan untuk tetap dalam organisasi tersebut.

3. Greenberg (2000) dalam Koesmono (2007) komitmen organisasi adalah

tingkat identifikasi dan keterlibatan individu dengan dan dalam suatu

organsasi dan tidak ingin untuk meninggalkannya.

4. Luthans (2005: 217) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai sebuah

sikap mengenai loyalitas pekerja kepada organisasi dan merupakan suatu

(33)

mengungkapkan perhatian dan keberhasilan anggota organisasi terhadap

organisasi tersebut, serta bagi kesejahteraan selanjutnya.

5. Menurut Greenberg and Baron (1993:163) komitmen organisasional

mencerminkan sejauh mana seseorang mengidentifikasikan dirinya dan

melibatkan diri dengan organisasinya akan mendorong seseorang untuk

meninggalkannya

Merangkum dari pendapat Handoko (1994:164) komitemn organisasional

memiliki definisi yang mencakup:

1. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi. Karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi akan memiliki

keinginan yang lebih kuat untuk tetap bekerja pada organisasi agar dapat terus

memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan yang karyawan yakini.

2. Keinginan untuk berusaha semaksimal mungkin demi kepentingan organisasi

Komitmen pada organisasi berkaitan dengan keinginan untuk berkorban dan

saling berbagi. Sehingga karyawan yang terlibat dengan organisasi diharapkan

dengan segenap kesdarannya untuk berkorban demi organisasi.

3. Kepercayaan yang kuat dan penerimaan tujuan, serta nilai didalam organisasi.

Tiap organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adanya penerimaan

tujuan serta nilai dalam organisasi yang diyakini dan dipercayai, serta sesuai

dengan diri seorang karyawan, maka komitmen pada organisasi cenderung

(34)

agar karyawan dapat mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi, maka

identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi

sehingga juga dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi

sehingga juga mencakup beberapa tujuan pribadi pada karyawan. Untuk itu

perlu diciptakan suasana saling percaya dan saling mendukung diantara

karyawan dengan organisasi

4. Komitmen organisasional merupakan sikap yang merefkleksikan kesetiaan

karyawan pada organisasi, serta merupakan proses yang bekelanjutan, dimana anggota organisasi memperlihatkan perhatian karyawan terhadap organisasi dnegan terlibat di dalam organisasi, serta peduli terhadap kesuksesan yang

berkelanjutan dan kesejahteraan organisasi. Komitmen pada organisasi tidak hanya menyangkut pada kesetiaan karyawan pada organisasi yang bersifat positif tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi, dimana karyawan atas kemauannya sendiri bersedia untuk memberikan sesuatu.

2.2.3.2. Aspek Komitmen Organisasi

Menurut Steers, Ongson & Mowday (1985) komitmen karyawan

terhadap organisasi memiliki tiga aspek utama, yaitu : identifikasi, keterlibatan

dan loyalitas karyawan terhadap organisasi atau perusahaannya.

1. Identifikasi, merupakan keyakinan dan penerimaan terhadap serangkaian nilai

dan tujuan organisai. Dimensi ini tercermin dalam beberapa perilaku seperti

adanya kesamaan nilai dan tujuan pribadi dengan nilai dan tujuan organisasi,

penerimaan terhadap kebijakan organisasi serta adanya kebanggaan menjadi

(35)

memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi

para karyawan ataupun dengan kata lain perusahaan memasukkan pula

kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya sehingga akan

membuahkan suasana saling mendukung diantara para karyawan dengan

organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa karyawan dengan

rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena

karyawan menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi

memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.

2. Keterlibatan yaitu keinginan yang kuat untuk berusaha demi kepentingan

organisasi. Hal ini tercermin dari usaha karyawan untuk menerima dan

melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.

Karyawan bukan hanya sekedar melaksanakan tugas-tugasnya melainkan

selalu berusaha melebihi standar minimal yang ditentukan oleh organisasi.

Karyawan akan terdorong pula untuk melakukan pekerjaan diluar tugas dan

peran yang dimilikinya apabila bantuannya dibutuhkan oleh organisasi.

bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja.

Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan karyawan

adalah dengan memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan

pembuatan keputusan, yang dapat menumbuhkan keyakinan pada karyawan

bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama. Oleh

Steers, Ongson & Mowday (1985) dikatakan bahwa tingkat kehadiran mereka

yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi pula. Mereka hanya

(36)

tingkat kemangkiran yang disengaja pada individu tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan pekerja yang keterlibatannya lebih rendah.

3. Loyalitas karyawan terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seorang

untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan

mengorbankan kepentingan pribadinya demi mencapai kesuksesan dan

keberhasilan organisasi tersebut. Kesediaan karyawan untuk mempertahankan

diri bekerja dalam perusahaan adalah hal yang penting dalam menunjang

komitmen karyawan terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat

diupayakan bila karyawan merasakan adanya keamanan dan kepuasan di

dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.

2.2.3.3. Faktor Komitmen Karyawan Pada Organisasi

Mowday (dalam Greenberg & Baron, 1993) mengelompokkan empat faktor

besar yang mempengaruhi komitmen organisasional, yaitu :

1. Karakteristik personal, antara lain usia, lama kerja, tingkat pendidikan, jenis

kelamin, ras, dan beberapa faktor kepribadian lainnya. Secara umum, usia dan

lama bekerja mempunyai hubungan positif dengan komitmen organisasi.

Sementara tingkat pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan

komitmen organisasional, meskipun hubungan ini tidak terlalu konstan.

Wanita cenderung memiliki komitmen organisasional yang lebih tinggi

daripada pria. Beberapa karakteristik kepribadian lain seperti motivasi

berprestasi dan perasaan kompeten ditemukan berhubungan dengan komitmen

(37)

2. Karakteristik pekerjaan dan peran, antara lain kesempatan kerja, konflik peran

dan ambiguitas peran. Semakin besar kesempatan yang diperoleh dalam

bekerja semakin banyak pengalaman yang diperolah yang pada akhirnya

memperbesar komitmen individu terhadap organisasi. Sedangkan konflik

peran mempunyai hubungan yang negatif dengan komitmen terhadap

organisasi, demikian halnya dengan ambiguitas peran.

3. Karakteristik struktural organisasi, antara lain ukuran organisasi, kesatuan,

luasnya kontrol dan sentralisasi otoritas.

4. Pengalaman kerja, antara lain ketergantungan pada organisasi, kepentingan

personal pada perusahaan, sikap positif terhadap perusahaan, dan keterikatan

sosial individu dalam perusahaan. Semakin besar semua faktor tersebut

semakin tinggi pula komitmen individu terhadap organisasi.

5. Dukungan organisasi ini didefinisikan sebagai sejauh mana pegawai

mempersepsikan bahwa organisasi (lembaga, atasan, dan rekan kerja)

memberi dorongan, respek, menghargai kontribusi pegawai, dan memberi

apresiasi bagi individu dalam pekerjaannya. persepsi karyawan terhadap

dukungan organisasi mempunyai hubungan yang positif komitmen

organisasional. Hal ini berarti jika organisasi peduli dengan keberadaan dan

kesejahteraan personal karyawan dan juga menghargai kontribusi karyawan

pada organisasi maka karyawan mau mengikatkan diri dan menjadi bagian

(38)

2.2.3.4. Indikator Komitmen Organisasi

Menurut Porter dan Streers dalam Prasetyo (2008:261) komitmen

organisasi dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :

1. Karakteristik Personal

2. Karakterisitk Peran dan Tugas

3. Karakteristik Struktural

4. Pengalaman Kerja

2.2.4. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Komitmen Organisasi

Menurut Mangkunegara (2002 : 157) stres kerja merupakan perasaan

tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini

tampak dari symptom, antara lain emosi yang tidak stabil, perasaan tidak tenang,

suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas,

tegang, gugup tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan.

Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah beban kerja

yang dirasakan terlalu berat waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan

kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai

yang berhubungan dengan tanggung jawab konflik kerja, perbedaan nilai antara

karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja (Mangkunegara, 2002:

157).

Karyawan yang mengalami stres cenderung tidak dapat berpikir dengan jernih sehingga mengakibatkan tidak dapat mengidentifikasi dengan tujuan perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian Mulyati (2008) yang menyatakan

(39)

pengaruhnya terhadap intensitas komitmen. Stres kerja muncul sebagai ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungan kerjanya. Stres kerja

merupakan stres yang timbul dari beban kerja yang berlebihan dan berbagai tekanan waktu dari tempat kerja seperti pekerjaan-pekerjaan yang dikejar (deadline). Semakin tinggi stres kerja yang dialami seseorang maka makin rendah

komitmen organisasi yang dimilikinya.

Timbulnya stres pada setiap orang dalam menghadapi pekerjaannya banyak dipengaruhi oelh beberapa faktor diantaranya faktor organisasi, faktor

individu dan faktor lingkungan, stres kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi hal ini didukung oleh penelitian Thoyib (2008) yang menyatakan bahwa pengaruh stres lebih terhadap komitmen organisasi baik lansung maupun

tidak langsung lebih besar dari pada pengaruh stres terhadap kepuasan kerja Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Cooper dalam Thoyib (2008) stres dalam bekerja dapat menurunkan motivasi dalam bekerja dan moral,

menurunkan kinerja, meningkatkan perilaku pindah kerja, meningkatkan kecelakaan, menurunkan kepuasan kerja dan stres juga dapat secara langsung berpengaruh terhadap komitmen organisasi.

Menurut Prasetyo (2008) banyak terdapat definisi stres yang intinya adalah stres digambarkan sebagai suatu reaksi psikologis yang dialami oleh individu karena tidak mampu memenuhi suatu tuntutan tertentu yang pada

akhirnya menghasilkan sesuatu yang berharga dalam kehidupan, rasa ketidakmampuan itulah yang menyebabkan individu menjadi stres. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2008) yang mengatakan

(40)

2.3. Kerangka konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka hiptesis dalam

penelitian ini adalah ”Diduga Stres Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap

Komitmen Organisasi.” Stres Kerja (X)

Komitmen Organisasi

(41)

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Untuk kemudahan dalam memahami penelitian ini serta menghindari

kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi operasional variabel-variabel

yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Stres Kerja (X)

Suprihanto dalam Koesmono (2007) berpendapat bahwa stres merupakan

kondisi dinamis dimana seseorang dihadapkan pada konfrontasi antara

kesempatan, hambatan atau permintaan tentang apa yang diinginkan dan hasilnya

dipersepsikan tidak pasti dan penting. Indikator stres kerja menurut Menurut Lou

dalam Koesmono (2007) sebagai berikut :

a. Morale and Organizational climate (X1) adalah suasana yang terjadi dalam

lingkungan pekerjaan.

b. Lock Of Power (X2)adalah cara seorang pemimpin dalam suatu perusahaan.

c. Unclear Promotion Prospect (X3) adalah tidak adanya kesempatan seorang

karayawan untuk promosi jabatan.

d. Managerial Role (X4) adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh

manajemen.

e. Lock of Consultation dan Communication (X5) adalah tertutupnya kesempatan

(42)

2. Komitmen Organisasi (Y)

Menurut Prasetyo (2008) komitmen organisasi mengandung arti loyalitas,

kemauan keras dan keyakinan pada diri individu untuk memberikan hasil; yang

terbaik sehingga membantu individu untuk meraih kesuksesan dan menjalanakan

tugasnya. Menurut Porter dan Streers dalam Prasetyo (2008:261) komitmen

organisasi dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :

a. Karakteristik Personal (Y1) adalah ciri dari seorang karyawan

b. Karakterisitk Peran dan Tugas (Y2) adalah ciri dari peran dan tugas yang

diberikan oleh perusahaan kepada karyawan

c. Karakteristik Struktural (Y3) adalah ciri dari struktur organisasi dalam suatu

perusahaan

d. Pengalaman Kerja (Y4) adalah kemampuan yang dimiliki oleh karyawan dari

tempat kerja sebelumya

3.1.2. Pengkuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval, yaitu merupakan ukuran yang semata-mata menunjukkan urutan

(ranking) obyek penelitian berdasarkan atribut, tetapi juga memberikan informasi

tentang jarak perbedaan antara tingkatan obyek yang satu dengan obyek yang lain.

sedangkan teknik pembobotan skala menggunakan skor lima poin skala Likert,

analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya

tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam

bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 5 dalam

(43)

1 2 3 4 5

STS SS

Keterangan :

Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Netral (N) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi obyek penelitian (Riduwan, 2002 : 03). Populasi dalam penelitian

ini adalah karyawan bagian produksi PT. Sekawan KaryaTama Mandiri cabang

Gedangan dan Waru yang berjumlah 203 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2003:73) adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh sampel penelitian Tehnik sampel yang digunakan

adalah metode non propobality sampling dengan teknik sampling purposive

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dalam penelitian

ini sampel yang dipilih adalah karyawan bagian produksi PT. Sekawan

(44)

2 tahun. untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan

pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002 : 48) :

1. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10

kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel

laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10 bila terdapat 10

indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Mengacu pada pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002 : 48) pada poin pertama yaitu 100-200 sampel untuk teknik

maximum Likelihood Estimation maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang atau responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Untuk menganalisa data yang baik maka diperlukan data yang valid, supaya mengandung suatu kebenaran. Ada dua macam data yang dikumpulkan

dari penelitian, yaitu : a. Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian, yaitu dengan

menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada karyawan PT. Sekawan Karya Tama Mandiri.

b. Data Sekunder

Data yang dikumpulkan dari pihak PT. Sekawan Karya Tama Mandiri berupa:

(45)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari PT. Sekawan Karya Tama Mandiri yang

dijadikan sebagai responden adalah karyawan perusahaan tersebut.

3.3.3. Pengumpulan Data a. Wawancara

Digunakan untuk mendapatkan bukti-bukti yang berkaitan/keterangan yang

lebih mendalam, khususnya berhubungan dengan beberapa hal yang belum

jelas dari data yang ada, wawancara ini dilakukan kepada staf personalia PT.

Sekawan Karyatama Mandiri.

b. Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan

kepada karyawan PT. Sekawan Karyatama Mandiri.

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002:52).

3.4.1.1.Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

(46)

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

sampel besar (Diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair et. al., 1995 dalam

Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.1.2.Uji Outlier Multivariate

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab walaupun

data yang dianalisis menunjukkan tida ada outlier pada tingkat univariat, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dokombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuang

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteris Jarak Mahalanobis pada tingkat P < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan X2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item

yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

besar dari nilai X2 Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indokator-indikator dalam

daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini

(47)

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya yang kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar > 0,70) dapat ditafsirkan suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata lain

instrumen tersebut dapat diandalkan (Ferdinand, 2002 : 193).

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang 2,58 maka distribusi

adalah tidak normal.

b. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang 2,58 maka distribusi

adalah normal.

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Structural Equation Modelling (SEM). Model pengukuran variabel stres

kerja tehadap komitmen organisasi dengan menggunakan Confirmatory Factor

(48)

terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Persamaan Dimensi variabel Stres :

X1 = λ1 Morale and Organizational climate + er_1

X2 = λ2 Lock Of Power + er_2

X3 = λ3 Unclear Promotion Prospect + er_3

X4 = λ4 Managerial Role + er_4

X5 = λ5 Lock Of Consultation and Communication + er_4

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensinalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variabel peran akan nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Variabel Stres

Keterangan :

(49)

3.6. Asumsi Model

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normaitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat

diuji dengan metode-metode statustik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.pada tingkat signifikan 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3) Normal Probability Plot (SPSS 10.1).

4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara 3,0 non outlier.

2) Multivariate utlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat P

< 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square X2 pada df sebesar jumlah

variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate outlier.

(50)

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan

apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi

Multikolinieritas dan reliabilitas.

d. Uji validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk

yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observerd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan Variance-ectracted dihitung dengan rumus berikut :

Construct Reliability= [Standardize Loading]2 [Standardize Loading]2+ΣEj Variance Extracted= [Standardize Loading2]

[Standardize Loading2]+ ΣEj

Sementara j dapat dihitung dengan formula j = 1 – [Standardize

(51)

3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t tabel berarti signifikan.

3.6.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to sturctural equation modelling (SEM) digunakan

untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan

jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas

indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-step approach

bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model

struktural pada One Step Approach (Hair et.al., 1998). Yang dilakukan dalam two

step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement model dan estimasi

terhadap structural model (Anderson dan Gerbing, 1998). Cara yang dilakukan

dalam menganalisis SEM dengan two step approach adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator

summed-scale bagi setiap kontrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap

indikator tersebut distandadisasi (Z-score) dengan mean = 0, deviasi standar =

1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang

(52)

b. Menetapkan error [ ] dan lambda [ ] terms, error terms dapat dihiitung dengan

rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson dan

Gerbing, 1998]. Perhitungan construk reliability (α) telah dijelaskan pada

bagian sebelumnya dan deviasi standar (σ) dapat dihitung dengan bantuan

program aplikasi statistik SPSS. Setelah error (ε) dan lambda (λ) terms

diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis

model pengukuran SEM

Keterangan akan symbol-simbol didalam SEM adalah sebagai berikut :

: Faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu

sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui

indikator-indikator yang diamati dalam dunia maya

: Variabel terukur/observed variable/indicators variables

yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui observasi,

misalnya melalui instrumen-instrumen survei.

Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan

hubungan yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju

anak panah merupakan variable dependen.

Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan

yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel berkorelasi.

3.6.3. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan

(53)

menggambarkan “god fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tesebut

mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

Goodness of fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,

CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model

dikembangkan dengan pendektan two step approach to SEM.

Goodness to Fit Indices GOODNESS

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample (apakah model sesuai dengan data).

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar.

≤ 0,08

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang disetimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda)

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model.

≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.

≥ 0,94

(54)

1. X2 CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah

likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya

sample yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih

dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model

yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya

rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Karena tujuan analisis

adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data

atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang

kecil dan signifikan.

X2 bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sample yaitu terhadap

sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan chi-square

hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu,

uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini

perlu dilengkapi dengan uji yang lain.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF APPROXIMATION RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi

chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model dietimasi dalam populasi.

Nilai RMSEA yang kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk

(55)

3. GFI-GOODNES OF FIT INDEKS

DFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks keseusian ini

akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kiovarians

sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI

adalah sebuah ukuran non-statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0

(poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah “better fit”. GFI yang diharapkan sebesar > 0,90.

4. AGFI – ADJUST GOODNES OF FIT INDEX

Adalah analog dari R dalam regresi berganda, fit index ini dapat

diadjust terhadap degress of freedom yang tersedia untuk mengaji diterima

tidaknya model AGFI – 1 – (1 – GFI) dbD

Dimana :

db= G

gΣ+1P(g)=jumlah-sampel-moment

d = degress – of - freedom

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah

model. Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X2

dibagi Dfnya sehingga disebut X2 reltif. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau

bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan

data. Nilai X2 relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang

(56)

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI aalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model.

Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan avery good fit.

Index ini diperoleh dengan rumus :

TLI=

Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah

derajat bebeasnya. Sementara Cb dan db adalah diskrepansi dan derajat bebas dari baseline model yang dijadikan pembanding.

7. CFI-COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (avery good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan

dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relative Non centrality Indeks (RNI). Indekx ini

diperoleh dengan rumus :

CFI=RNI=1-Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah

derajat bebasnya. Smeentara cb dan db adalah diskrepansi dan derajat bebas

(57)

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Sekawan Karyatama Mandiri merupakan perusahaan swasta yang

berbentuk badan hukum dan berkedudukan di Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam

kegiatan produksinya PT. Sekawan Karyatama Mandiri adalah perusahaan yang

bergerak dalam bidang pabrikasi yaitu pembuatan komponen rel pintu garasi,

daun pintu dan kusen dari besi, daun pintu, jendela, dan kusen dari kayu serta

pagar besi dan wire mesh. Pada tanggal 16 Desember 1996, perusahaan ini telah

mendapatkan akta pendirian perusahaan dari notaris dan disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 26 Februari 1997 dengan nama PT.

Sekawan Karyatama Mandiri.

Dengan segala kemampuan yang ada, perusahaan berjalan ke arah yang

mantap, disamping mengadakan perubahan situasi dan permintaan akan barang

yang semakin meningkat, maka perusahaan melakukan penambahan mesin.

Produk yang dihasilkan berupa komponen rel pintu garasi dan daun pintu dengan

merk “GRAND” yang selanjutnya untuk lebih spesifik dikenal masyarakat,

berubah nama menjadi merk “GRANT” dan telah didaftarkan pada Dirjen Hak

Kekayaan Intelektual, Departemen Hukun dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia pada tanggal 10 Juli 2006.

Sampai sekarang produk perusahaan ini sudah dikenal dikalangan

Gambar

Gambar 4.3. Model Pengukuran Kausalitas One Step Apporach-Modifikasi  64
Tabel 1.1 Tingkat Absensi Karyawan Oktober s/d Desember 2010
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Variabel Stres
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sekawan Karyatama Mandiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data yang digunakan adalah uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan koefisien determinasi (R 2 ). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

menunjukkan bahwa kepuasan kerja tidak mempengaruhi kinerja karyawan dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,01 dengan nilai p sebesar 0,90, sedangkan penelitian

Nilai koefisien path untuk hubungan langsung ( direct effect ) antara Karakteristik Individu terhadap Komitmen Organisasi menunjukkan koefisien path sebesar 0.031 dengan nilai

Saya berfikir untuk meninggalkan organisasi karna memiliki hubungan yang tidak baik dengan sesama rekan kerja.. Tekanan kerja yang diberikan oleh perusahaan membuat saya selalu

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai signifikasi uji t untuk variabel stres kerja sebesar 0,023 (lebih kecil dari 0,05) dengan nilai beta sebesar -0,372 Maka dapat

Pihak perusahaan sebaiknya selalu memperhatikan kepuasan kerja, pemberdayaan karyawan, dan stres kerja karyawan sehingga karyawan akan memiliki komitmen yang

Selanjutnya, hasil analisa koefisien regresi variabel stres kerja (X3) dengan variabel komitmen organisasi (Y2), diperoleh nilai thitung = -3.571 sedangkan QLODL W

Hasil penelitian ini diperoleh dengan nilai koefisien determinasi R2 sebesar 85,8% dari variabel kepuasan gaji/pendapatan, kepuasan kerja, dan lingkungan kerja terhadap komitmen