• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Pembelajaran Fisika ( 9 Files )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Media Pembelajaran Fisika ( 9 Files )"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-1

Profil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu

Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).

LENIMARLINA1), LILIASARI2,*), BAYONGTJASYONO2), SUMARHENDAYANA3)

1)Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Email : liliasari@upi.edu Email : sumar.hendayana@gmail.com

2)Institut Teknologi Bandung. Jl. Ganesa No. 10 Bandung.

Email : bajongtjas@gmail.com

3)Universitas Sriwijaya. Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Inderalaya Ogan Ilir. Sumatera

Selatan

Email : leni_fisika@yahoo.co.id

Abstrak Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal yang bermutu dan efisien. Guru IPA di SMP yang mengajar materi IPBA kebanyakan dari jurusan selain pendidikan fisika, seperti pendidikan kimia dan biologi. Hal ini menyebabkan terjadinya

mismatch(ketidaksesuaian) baik ditinjau dari kualifikasi guru maupun dari penguasaan materi. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji tentang Kebumian dan Antariksa. Pelajaran IPBA sudah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Namun sayangnya kemampuan guru untuk mentransfer ilmu ini kepada siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan guru sains/IPBA tidak terlepas dari proses penyiapan guru itu sendiri oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian disertasi dengan desain penelitian mixed method (campuran). Dari hasil studi pendahuluan terhadap 18 orang guru IPA SMP di salah satu MGMP di Provinsi Sumatera Selatan, latar belakang pendidikan guru IPA berasal dari pendidikan fisika 56%, biologi 39%, dan pertanian 5%. Sebagian besar guru memiliki pengalaman mengajar 6-10 tahun (67%), 11-15 tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Sedangkan pengalaman guru IPA yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan IPA sebanyak 33% sedangkan 67% belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan. Adapun materi IPBA yang dianggap sulit menurut guru adalah gerak edar matahari, bumi, dan satelit; proses di litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses di litosfer dan atmosfer dengan lingkungan.

Kata-kata Kunci:Profil, Kemampuan Guru, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).

PENDAHULUAN

Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Karena itu, profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pendidikan bermutu hanya akan diperoleh melalui proses pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh guru yang profesional dan mempunyai komitmen terhadap mutu. Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.

Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal yang bermutu dan efisien. Berbagai penelitian tentang guru IPA dan hasil belajar siswa memberikan sejumlah implikasi pentingnya berbagai strategi, sistem pembinaan profesionalitas guru untuk peningkatan mutu dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran (Susilawati, 2014).

(2)

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-2

Research Council, 1996; Btotosiswoyo, 2000). Menurut Hungerford dalam Pujani (2011) sains mengandung tiga pengertian, yaitu (1) proses memperoleh informasi melalui metode empiris, (2) informasi yang diperoleh melalui penyelidikan yang telah di tata secara logis dan sistematis, dan (3) suatu kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid. Lebih lanjut Hungerford dalam Pujani (2011) menjelaskan bahwa sains mengandung tiga unsur utama yaitu produk, proses dan sikap. Sains sebagai produk meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sains sebagai proses merupakan rangkaian kegiatan ilmiah terhadap fenomena alam yang menghasilkan pengetahuan ilmiah. Sedangkan sains sebagai sikap dapat berkembang karena adanya rasa ingin tahu, kerendahan hati, keraguan, tekad, terbuka, tekun, teliti, dan jujur.

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji tentang Kebumian dan Antariksa. Pelajaran IPBA sudah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia mulai jenjang SD hingga Perguruan Tinggi. Namun sayangnya kemampuan guru untuk mentransfer ilmu ini kepada siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan guru sains/IPBA tidak terlepas dari proses penyiapan guru itu sendiri oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Dalam rangka menyiapkan siswa sebagai masyarakat yang memiliki literasi sains, guru sains juga harus dipersiapkan dengan baik. Karena sains memiliki dasar pengetahuan yang cepat berubah dan memperluas relevansinya pada permasalahan sosial, guru perlu terus diberikan kesempatan untuk membangun pemahaman dan kemampuan mereka serta harus terus up to date terhadap permasalahan sains yang perlu diketahui siswa (National Research Council, 1996).

Guru IPA SMP di salah satu MGMP di Provinsi Sumatera Selatan yang mengajar materi IPBA kebanyakan dari jurusan selain pendidikan fisika, seperti pendidikan kimia dan biologi. Hal ini menyebabkan terjadinya mismatch (tidak sesuai) baik ditinjau dari kualifikasi guru maupun dari penguasaan materi. Hasil observasi lebih lanjut terhadap cakupan materi IPBA dalam kurikulum SMP dan SMA menemukan bahwa IPBA sebagai bagian konten dari kurikulum di sekolah menengah mengalami pergeseran orientasi yang cukup signifikan. Hal ini terindikasi dari cakupan materi IPBA dalam kurikulum fisika mengalami pengurangan porsi cukup besar dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004 ke KTSP 2006, begitu juga di dalam Kurikulum 2013.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Liliawati (2009), bahwa pengurangan porsi materi IPBA di kurikulum fisika SMP dan SMA disebabkan oleh adanya integrasi sebagian materi IPBA ke kurikulum IPS dan Geografi. Di sisi lain, materi IPBA seperti Astronomi dan Kebumian sangat sering dikompetisikan bagi siswa SMP dan SMA, baik tingkat nasional maupun internasional.

Dari hasil wawancara dengan salah satu ketua MGMP di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, sebagian besar SMP masih menerapkan kurikulum KTSP, hanya beberapa sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Disamping itu juga, guru IPA SMP dituntut untuk lebih inovatif dalam merancang dan menerapkan kurikulum IPA khususnya materi IPBA dalam pembelajaran. Adapun tujuan dari studi pendahuluan ini adalah untuk mengetahui profil kemampuan guru IPA SMP dalam memahami konsep atau materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).

METODE PENELITIAN

(3)

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-3

Provinsi Sumatera Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner, dan tes.

Gambar 1. Desain Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Pendidikan Guru IPA

Dari hasil studi pendahuluan, latar belakang pendidikan guru IPA SMP di salah satu MGMP di kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan berbeda-beda. Diantaranya pendidikan Fisika, Biologi, dan Pertanian. Adapun persentasenya dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Latar Belakang Pendidikan Guru IPA 39%

Latar belakang keilmuan

Kualitatif sebelum intervensi :gambaran awal sikap guru dan siswa terhadap pembelajar an IPBA Kuantita tif Pretest (konsep-konsep IPBA) Kuantit atif Postest (konsep-konsep IPBA)

Skor N-gain PK dan KBK Intervensi ii Rancangan pembelajar an IPBA: Materi, RPP, LKS, Media Metode dan asesmen. Kualitatif selama intervensi: penerapan PPGI untuk meningkatkan PK dan KBK

Kualitatif setelah intervensi : Gambaran akhir sikap guru dan siswa terhadap pembelajar an IPBA Interpretasi data kualitatif dan kuantitatif: memberikan makna hasil implementasi berdasarkan uji statistik (penguasaan konsep dan KBK Siswa). Persepsi dan sikap guru terhadap penyusunan desain dan implementasi instruksional IPBA, persepsi dan sikap siswa terhadap pembelajaran IPBA

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-3

Provinsi Sumatera Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner, dan tes.

Gambar 1. Desain Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Pendidikan Guru IPA

Dari hasil studi pendahuluan, latar belakang pendidikan guru IPA SMP di salah satu MGMP di kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan berbeda-beda. Diantaranya pendidikan Fisika, Biologi, dan Pertanian. Adapun persentasenya dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Latar Belakang Pendidikan Guru IPA 56%

5%

Latar belakang keilmuan

Fisika Biologi Pertanian/Biologi Kualitatif sebelum intervensi :gambaran awal sikap guru dan siswa terhadap pembelajar an IPBA Kuantita tif Pretest (konsep-konsep IPBA) Kuantit atif Postest (konsep-konsep IPBA)

Skor N-gain PK dan KBK Intervensi ii Rancangan pembelajar an IPBA: Materi, RPP, LKS, Media Metode dan asesmen. Kualitatif selama intervensi: penerapan PPGI untuk meningkatkan PK dan KBK

Kualitatif setelah intervensi : Gambaran akhir sikap guru dan siswa terhadap pembelajar an IPBA Interpretasi data kualitatif dan kuantitatif: memberikan makna hasil implementasi berdasarkan uji statistik (penguasaan konsep dan KBK Siswa). Persepsi dan sikap guru terhadap penyusunan desain dan implementasi instruksional IPBA, persepsi dan sikap siswa terhadap pembelajaran IPBA

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-3

Provinsi Sumatera Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner, dan tes.

Gambar 1. Desain Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Pendidikan Guru IPA

Dari hasil studi pendahuluan, latar belakang pendidikan guru IPA SMP di salah satu MGMP di kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan berbeda-beda. Diantaranya pendidikan Fisika, Biologi, dan Pertanian. Adapun persentasenya dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Latar Belakang Pendidikan Guru IPA

Pertanian/Biologi Kualitatif sebelum intervensi :gambaran awal sikap guru dan siswa terhadap pembelajar an IPBA Kuantita tif Pretest (konsep-konsep IPBA) Kuantit atif Postest (konsep-konsep IPBA)

Skor N-gain PK dan KBK Intervensi ii Rancangan pembelajar an IPBA: Materi, RPP, LKS, Media Metode dan asesmen. Kualitatif selama intervensi: penerapan PPGI untuk meningkatkan PK dan KBK

(4)

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-4

Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa latar belakang pendidikan guru IPA SMP adalah Sarjana S1 sebanyak 44% yang berasal dari Biologi dan Pertanian bukan dari pendidikan IPA atau fisika. Dari hasil wawancara dan angket Sebanyak 18 orang guru yang berasal dari 13 SMP, ada beberapa guru yang berasal dari fakultas MIPA Biologi dan fakultas Pertanian yang mengambil akta mengajar (angta IV) untuk menjadi guru IPA SMP. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja mereka sebagai guru IPA SMP khususnya dalam mengajarkan materi IPBA, dimana mereka dituntut untuk lebih inovatif dalam merancang dan membelajarkan kepada siswa.

Pengalaman Mengajar Guru IPA

Adapun pengalaman mengajar guru IPA SMP MGMP Kabupaten Ogan Ilir seperti terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPA

Dari gambar 3 di atas, pengalaman mengajar guru IPA SMP kabupaten Ogan Ilir adalah 6-10 tahun (67%), 11-15 tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar guru IPA sebagian besar 10 tahun hanya beberapa orang yang di atas 10 tahun.

Pelatihan Yang Pernah diikuti Guru

Pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA SMP kabupaten Ogan Ilir seperti Gambar 4.

11-15 tahun 16%

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-4

Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa latar belakang pendidikan guru IPA SMP adalah Sarjana S1 sebanyak 44% yang berasal dari Biologi dan Pertanian bukan dari pendidikan IPA atau fisika. Dari hasil wawancara dan angket Sebanyak 18 orang guru yang berasal dari 13 SMP, ada beberapa guru yang berasal dari fakultas MIPA Biologi dan fakultas Pertanian yang mengambil akta mengajar (angta IV) untuk menjadi guru IPA SMP. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja mereka sebagai guru IPA SMP khususnya dalam mengajarkan materi IPBA, dimana mereka dituntut untuk lebih inovatif dalam merancang dan membelajarkan kepada siswa.

Pengalaman Mengajar Guru IPA

Adapun pengalaman mengajar guru IPA SMP MGMP Kabupaten Ogan Ilir seperti terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPA

Dari gambar 3 di atas, pengalaman mengajar guru IPA SMP kabupaten Ogan Ilir adalah 6-10 tahun (67%), 11-15 tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar guru IPA sebagian besar 10 tahun hanya beberapa orang yang di atas 10 tahun.

Pelatihan Yang Pernah diikuti Guru

Pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA SMP kabupaten Ogan Ilir seperti Gambar 4.

0-5 tahun 0%

6-10 tahun 67% 11-15 tahun

16%

16-20 tahun 17%

Pengalaman mengajar

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-4

Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa latar belakang pendidikan guru IPA SMP adalah Sarjana S1 sebanyak 44% yang berasal dari Biologi dan Pertanian bukan dari pendidikan IPA atau fisika. Dari hasil wawancara dan angket Sebanyak 18 orang guru yang berasal dari 13 SMP, ada beberapa guru yang berasal dari fakultas MIPA Biologi dan fakultas Pertanian yang mengambil akta mengajar (angta IV) untuk menjadi guru IPA SMP. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja mereka sebagai guru IPA SMP khususnya dalam mengajarkan materi IPBA, dimana mereka dituntut untuk lebih inovatif dalam merancang dan membelajarkan kepada siswa.

Pengalaman Mengajar Guru IPA

Adapun pengalaman mengajar guru IPA SMP MGMP Kabupaten Ogan Ilir seperti terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPA

Dari gambar 3 di atas, pengalaman mengajar guru IPA SMP kabupaten Ogan Ilir adalah 6-10 tahun (67%), 11-15 tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar guru IPA sebagian besar 10 tahun hanya beberapa orang yang di atas 10 tahun.

Pelatihan Yang Pernah diikuti Guru

(5)

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-5

Gambar 4. Pengalaman Pelatihan Guru IPA

Pengalaman pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA sebanyak 33%, dengan rincian pelatihan yang diikuti adalah pelatihan kepala laboratorium, instruktur nasional kurikulum 2013, pembuatan media ajar, implementasi kurikulum 2013, TOT IN Guru Pembelajar. Sedangkan sebanyak 67% guru IPA belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Tingkat Kesulitan dalam Memahami Konsep Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).

Materi IPBA yang dianggap sulit menurut guru IPA SMP Kabupaten Ogan Ilir seperti gambar 5.

Gambar 5. Tingkat kesulitan Guru IPA dalam memahami konsep IPBA

Dari gambar 5 di atas, konsep atau materi IPBA yang dianggap sulit dipahami oleh guru IPA sebagian besar adalah gerak edar matahari, bumi, dan satelit; proses di litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses di litosfer dan atmosfer dengan lingkungan.

KESIMPULAN

0x 67% 1x

11% 2x 17%

3x 5%

Pengalaman pelatihan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Tata surya Matahari sbg bintang, bumi sbg planet

Gerak edar matahari, bumi,

satelit

Proses di litosfer & atmosfer

Hub. proses di litosfer & atmosfer dgn

lingkungan

Tingkat kesulitan dalam memahami konsep

Sangat sulit

Sulit

Sedang

(6)

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-6

Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal yang bermutu dan efisien. Dari hasil studi pendahuluan terhadap profil guru IPA SMP di salah satu MGMP kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera sebanyak 18 orang guru yang berasal dari 13 SMP, latar belakang pendidikan guru IPA adalah Pendidikan fisika (56%), Biologi (39%), dan pertanian (5%). Dengan pengalaman mengajar guru IPA sebagian besar 6-10 tahun, sedangkan 11-20 tahun hanya beberapa guru. Pengalaman pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA sebanyak 33%, Sedangkan sebanyak 67% guru IPA belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Konsep atau materi IPBA yang dianggap sulit dipahami oleh guru IPA sebagian besar adalah gerak edar matahari, bumi, dan satelit; proses di litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses di litosfer dan atmosfer dengan lingkungan.

UCAPAN TERIMA KASIH

(7)

S

EMINAR

N

ASIONAL

J

URUSAN

F

ISIKA

FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9 PPG-7

DAFTAR RUJUKAN

Atkin, J. M., & Black, P. 2003. Inside science education reform: A history of curricular and policy change. New York, NY: Teachers College Press.

Brahmantyo, B. dkk. 2009. Pengantar Ilmu dan Teknologi Kebumian. Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB. Bandung

Berwald, J. dkk. 2007. Focus on Life Science Grade 7. Ohio : McGraw-Hill Companies. Borrero, F., Hess, F., Hsu, J., Kunze, G., Leslie, S., et al. 2008. Earth Science: Geology,

the Environment, and the Universe. USA: Glenco.

Brotosiswoyo, B.S. 2000. Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi dalam Hakekat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.

Creswell. W.J. & Clark. P.V. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research. Sage Publications. Thousand Oaks, London, New Delhi.

Depdiknas. 2005-a. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Fokus Media.

Depdiknas. 2005-b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Fokus Media.

Liliasari, Agus Setiawan, Ari Widodo. 2007. Pembelajaran Berbasis TI untuk Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar. Laporan Penelitian Hibah Pascasarjana, Jakarta DIKTI.

NSTA (National Science Teacher Association). 2003. Standards for Science Teacher Preparation.

National Research Council (NRC). 1996. National Science Education Standard. Washington DC: National Press.

National Research Council (NRC). 2007. Taking science to school: Learning and teaching science in grades K 8. Washington, DC: National Academies Press.

Penuel, W. R., Gallagher, P.L., & Moorthy, S., 2011. Preparing teacher to design sequences of instruction in earth systems science: A comparison of three professional development program. Am Educ Res J. Vol:96 p.996-1025

Pujani, M.N. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: SPs. Universitas Pendidikan Indonesia.

Pujani, dkk. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains Calon Guru pada Bidang Astronomi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.

Sofiraeni, R. 2011. Model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA Melalui Lesson Study Berbasis MGMP. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Gambar 2. Latar Belakang Pendidikan Guru IPAGambar 2. Latar Belakang Pendidikan Guru IPAGambar 2
Gambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPAGambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPAGambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPA
Gambar 5. Tingkat kesulitan Guru IPA dalam memahami konsep IPBA

Referensi

Dokumen terkait

mengenai “ Analisis Hasil Belajar Menyediakan Room Service Siswa SMK Negeri 9 Bandung Sebagai Kesiapan Menjadi Waiter Di Restoran Hotel ”. Identifikasi dan

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang harus diperbaiki selama proses pembelajaran, guna meningkatkan hasil belajar pemahaman konsep siswa.Hasil kerja siswa

Hasil yang diperoleh peneliti pada uji coba skala luas berdasarkan tabel 4.70 memperoleh persentase sebesar 63,03% dan rata-rata 2,52 dengan kriteria yaitu

Namun setelah antena diganti, kejadian dimana saya harus melakukan repair untuk mendapatkan koneksi internet tetap terjadi.. Jawaban selanjutnya atas masalah

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari latihan stabilisasi terhadap peningkatan teknik double ballet leg dalam cabang olahraga

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat retrospective dengan pengumpulan data dari rekam medis pasien sindrom nefrotik dari tahun 2011 sampai 2012

Tahapan yang dilakukan, meliputi; analisis kompetensi dasar Matapelajaran IPA SMP untuk kelas VII, mahasiswa mengidentifikasi kearifan lokal dalam setiap KD yang

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah pendapatan asli daerah, jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan kebijakan otonomi daerah mempunyai pengaruh