• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 2 SIABU TAHUN AJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 2 SIABU TAHUN AJARAN 2014/2015."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

T O U R N A M E N T ( T G T ) P A D A M A T E R I P E C A H A N DI KELAS VII SMP NEGERI 2 SIABU T.A 2014/2015

Oleh: Khoirun Nisa

4101111025

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI M O DE L PE M B E L AJ A A R A N K O O PE RA T I F T I PE TE A M S

GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 2 SIABU T.A 2014/2015

Khoirun Nisa (NIM. 4101111025) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 2 Siabu Tahun Ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 2 Siabu yang berjumlah 25 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan tes.

Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu dilakukan observasi awal dengan memberikan angket motivasi dan tes awal kepada siswa. Berdasarkan hasil angket motivasi pada observasi awal yang diberikan kepada 25 siswa diperoleh nilai rata-rata skor angket motivasi awal 63,68 dan persentase tingkat motivasi kelas sebesar 32% (tingkat motivasi ≥ 65). Berdasarkan hasil tes awal diperoleh bahwa hanya 7 siswa (28%) yang mencapai ketuntasan belajar (nilainya  65).

Setelah pemberian tindakan siklus I, rata-rata skor angket motivasi I siswa 74,96 dan persentase tingkat motivasi kelas sebesar 72% (tingkat motivasi ≥ 65). Selanjutnya, pada siklus II, rata-rata skor angket motivasi II siswa sebesar 80,60 dan persentase tingkat motivasi kelas sebesar 92% (tingkat motivasi ≥ 65). Dari tes hasil belajar I siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 17 siswa (68%) sedangkan pada siklus II sebanyak 23 siswa (92%), diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal meningkat sebesar 24%.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti pada siklus I termasuk dalam kategori cukup dengan nilai 72,92 dan pada siklus II dalam kategori baik dengan nilai 83,34.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2 Pengertian Pembelajaran 11

2.1.3 Motivasi Belajar 12

2.1.3.1 Pengertian Motivasi 12

2.1.3.2 Jenis-jenis Motivasi 14

2.1.3.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar 17

2.1.3.4 Indikator Motivasi Belajar 18

2.1.3.5 Teknik-teknik Motivasi dalam Pembelajaran 21 2.1.3.6 Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran 22

2.1.4. Hasil Belajar 23

2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif 24 2.1.5.1 Definisi Pembelajaran Kooperatif 24 2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 28 2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament 28

2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) 28

2.1.6.2 Komponen-komponen Pembelajaran Teams Games Tournament 32

2.1.6 Pembahasan Materi 38

2.2 Kerangka Konseptual 41

(5)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 44

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 44

3.2.1. Subjek Penelitian 44

3.2.2. Objek Penelitian 44

3.3. Jenis Penelitian 44

3.4. Prosedur Penelitian 45

3.5. Alat Pengumpul Data 50

3.6. Teknik Analisis Data 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 58

4.1.1. Hasil Penelitian Siklus I 58

4.1.1.1 Permasalahan 58

4.1.1.2 Perencanaan Tindakan 60

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan 62

4.1.1.4 Observasi 64

4.1.1.5 Analisis Data Hasil Siklus I 64

4.1.1.5.1 Hasil Angket Motivasi 64

4.1.1.5.2 Analisis Data Hasil Observasi 66

4.1.1.5.3 Analisis Data Tes Hasil Belajar 67

4.1.1.6 Refleksi 68

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II 69

4.1.2.1 Permasalahan 69

4.1.2.2 Perencanaan Tindakan 70

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan 71

4.1.2.4 Observasi 72

4.1.2.5 Analisis Data Hasil Siklus II 73

4.1.2.5.1 Analisis Data Angket Motivasi II 73 4.1.2.5.2 Analisis Data Hasil Observasi II 75 4.1.2.5.3 Analisis Data Tes Hasil Belajar II 76

4.1.2.6 Refleksi 77

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 86

5.2 Saran 86

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus I 90 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II) Siklus I 106 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) Siklus II 120 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP I) Siklus II 132 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 147 Lampiran 6. Alternatif Penyelesaian LAS I 150 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 152 Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian LAS II 156 Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 157 Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS III 160 Lampiran 11. Lembar Aktivitas Siswa IV (LAS IV) 161 Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS IV 164 Lampiran 13. Kisi-Kisi Angket Motivasi Awal 167

Lampiran 14. Angket Motivasi Awal 169

Lampiran 15. Lembar Validasi Angket Motivasi Awal 172 Lampiran 16. Kisi-Kisi Angket Motivasi I 175

Lampiran 17. Angket Motivasi I 177

Lampiran 18. Lembar Validasi Angket Motivasi I 180 Lampiran 19. Kisi-Kisi Angket Motivasi II 183

Lampiran 20. Angket Motivasi II 185

Lampiran 21. Lembar Validasi Angket Motivasi II 188

Lampiran 22. Kisi-Kisi Tes Awal 191

Lampiran 23. Tes Awal 192

Lampiran 24. Altermatif Penyelesaian Tes Awal 193

Lampiran 25. Pedoman Penskoran Tes Awal 195

Lampiran 26. Lembar Validasi Tes Awal 196

Lampiran 27. Kisi-Kisi Hasil Belajar I 199

Lampiran 28. Tes Hasil Belajar I 200

Lampiran 29. Altermatif Penyelesaian Hasil Belajar I 201 Lampiran 30. Pedoman Penskoran Hasil Belajar I 205 Lampiran 31. Lembar Validasi Hasil Belajar I 206

Lampiran 32. Kisi-Kisi Hasil Belajar II 209

Lampiran 33. Tes Hasil Belajar II 210

(7)

xi

Lampiran 42. Lembar Observasi Kegiatan Siswa II Siklus I 229 Lampiran 43. Lembar Observasi Kegiatan Siswa I Siklus II 231 Lampiran 44. Lembar Observasi Kegiatan Siswa II Siklus II 233 Lampiran 45. Rekapitulasi Skor Angket Motivasi Awal Siswa 235 Lampiran 46. Rekapitulasi Skor Angket Motivasi I Siswa 236 Lampiran 47. Rekapitulasi Skor Angket Motivasi II Siswa 237 Lampiran 48. Daftar Nama Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 2 Siabu 238

Lampiran 49. Data Hasil Tes Awal 239

Lampiran 50. Data Hasil Tes Hasil Belajar I 240 Lampiran 51. Data Hasil Tes Hasil Belajar II 241 Lampiran 52. Data Korelasi Motivasi dan Hasil Belajar siswa pada 242 Observasi awal

Lampiran 53. Data Korelasi Motivasi dan Hasil Belajar siswa pada 243 Siklus I

Lampiran 54. Data Korelasi Motivasi dan Hasil Belajar siswa pada 244 Siklus II

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Koopertif 27 dengan Kelompok Belajar Konvensional

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 28 Tabel 2.3 Fase Pembelajaran Kooperatif tipe TGT 38 Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Angket Motivasi Siswa 51

Tabel 3.2 Tingkat Motivasi Siswa 53

Tabel 3.3 Tingkat Penguasaan Siswa 54

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Observasi 56

Tabel 4.1 Tingkat Motivasi Siswa pada Angket Motivasi Awal 59 Tabel 4.2 Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Awal 59 Tabel 4.3 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Tes Awal 60 Tabel 4.4 Deskripsi Nilai Persentase Angket Motivasi I 65 Tabel 4.5 Tingkat Motivasi Siswa pada Angket Motivasi I 65 Tabel 4.6 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I 67 Tabel 4.7 Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Hasil Belajar I 67 Tabel 4.8 Deskripsi Peningkatan Nilai Persentase Motivasi Belajar

Siswa Siklus II 73

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya.

Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan

terbelakang. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia

adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan. Namun, indikator

kearah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah

satu cara untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan

perbaikan dalam proses pembelajaran, maka perlu diadakan upaya dalam

perbaikan pembelajaran seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut

siswa untuk berwawasan luas.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah

maupun luar sekolah. Proses belajar mengajar ini merupakan interaksi yang

dilakukan antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan untuk mewujudkan

tujuan yang ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar tersebut, guru sebagai

fasilator dan motivator harus mampu memfasilitasi serta memberi dan

mengembangkan motivasi kepada pihak pembelajar agar dapat melakukan proses

belajar secara optimal. Menciptakan kegiatan belajar mengajar, meningkatkan

hasil belajar semaksimal mungkin dan meningkatkan mutu pendidikan merupakan

tugas guru.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk

dipelajari oleh siswa dalam dunia pendidikan. Banyak manfaat yang akan

diperoleh dari belajar matematika. Baik itu untuk kehidupan sehari-hari maupun

untuk dasar ilmu-ilmu lainnya. Matematika diberikan pada setiap jenjang

pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia

yang semakin maju dan berkembang pesat. Cockrof (dalam Abdurrahman, 2009:

(10)

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Mengingat besarnya peranan matematika dalam kehidupan, seharusnya

matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik. Sehingga

dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam belajar matematika.

Motivasi dan semangat yang meningkat ini akan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam proses

pembelajaran matematika.

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang timbul misalnya

dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru perubahan dalam

sikap, emosional dan perubahan jasmani. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi

oleh besarnya usaha yang dilakukan peserta didik. Rendahnya hasil belajar

seringkali disebabkan oleh intelegensi yang dimiliki oleh peserta didik dan

kurangnya motivasi belajar peserta didik.

Penemuan- penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada

umumnya meningkat jika motivasi dan aktivitas siswa untuk belajar bertambah.

Hal ini dipandang masuk akal, seperti yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto

(dalam Djamarah, 2011: 200) bahwa “Banyak bakat anak tidak berkembang

karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi

yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil

yang semula tidak terduga”.

Hal ini sejalan dengan pendapat M. Dalyono (dalam Djamarah, 201: 201)

bahwa :

(11)

3

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai suatu

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai. Memberikan motivasi kepada seseorang siswa, berarti

menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.

Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan

dan ingin melakukan kegiatan belajar.

Ada beberapa aspek motivasi belajar matematika siswa pada materi

pecahan yang dilihat dari beberapa ciri-ciri motivasi :

1. Hasrat dan keinginan untuk berhasil pada materi pecahan

2. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar materi pecahan

3. Harapan dan cita-cita masa depan dengan belajar materi pecahan

4. Penghargaan dalam belajar materi pecahan

5. Minat dan semangat terhadap materi pecahan

6. Tekun dan ulet dalam menghadapi kesulitan dan tugas pada materi pecahan

Setelah diberikan angket motivasi awal kepada siswa SMP Negeri 2

Siabu, diperoleh pendapat siswa mengenai pelajaran matematika pada materi

pecahan. Melalui 25 siswa di kelas VII-1 SMP Negeri 2 Siabu, diketahui bahwa

rata-rata skor angket motivasi awal siswa adalah 63,68 dan persentase tingkat

motivasi kelas sebesar 32% (tingkat motivasi ≥ 65). Dengan demikian motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika pada materi pecahan masih rendah.

Berikut ini akan diuraikan persentase dari setiap aspek. Hasrat dan

keinginan siswa untuk berhasil pada materi pecahan, ada sekitar 66,17% (kategori

sedang). Dorongan dan kebutuhan siswa dalam belajar materi pecahan, ada sekitar

65,50% (kategori sedang). Siswa yang memiliki harapan dan cita-cita masa depan

dengan belajar materi pecahan, ada sekitar 56,75% (kategori rendah). Siswa yang

ingin mendapat penghargaan dalam belajar materi pecahan, ada sekitar 59,50%

(kategori rendah). Siswa yang berminat dan semangat terhadap materi pecahan,

(12)

menghadapi kesulitan dan tugas pada materi pecahan, ada sekitar 61,25%

(kategori rendah).

Dari hasil observasi tersebut, tampak bahwa siswa dalam pembelajaran

matematika pada materi pecahan tidak mendapat motivasi ekstrinsik dari

lingkungan belajarnya. Terlihat dari banyaknya siswa yang tidak berminat dan

bersemangat dalam menerima pelajaran materi pecahan serta tidak aktif dalam

mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga hasil belajarnyapun menjadi

kurang memuaskan.

Salah satu penyebab siswa kurang termotivasi belajar pada pelajaran

matematika tidak terlepas dari kemampuan guru dalam memilih dan

menggunakan model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa lebih mudah untuk

memahami dan tidak merasa bosan untuk belajar matematika. Selama ini, metode

pengajaran yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran adalah metode

pengajaran konvensional yang terpusat pada guru (teacher centered). Siswa hanya

bisa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru tanpa ikut berperan aktif

dalam pembelajaran. Siswa diposisikan sebagai obyek, dimana siswa dianggap

tidak tahu apa-apa. Sementara guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai

pengetahuan. Hal ini tidaklah sesuai dengan tujuan pendidikan matematika untuk

mengembangkan pola pikir logis, kritis dan jujur. Dengan itu perlu dirancang

suatu pembelajaran yang memusatkan perhatian pada usaha untuk menarik minat,

semangat, kreatifitas, kemampuan dan keaktifan siswa untuk menemukan dan

memecahkan permasalahan dengan upaya sendiri.

Metode pengajaran yang tidak tepat akan berakibat pada motivasi belajar

siswa yang menjadi rendah. Motivasi belajar siswa yang rendah dalam belajar

matematika dapat berdampak pada keberhasilan siswa dalam belajar matematika.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran inovatif yang dapat mencakup

seluruh aspek dan memenuhi kebutuhan belajar siswa sehingga mereka dapat

termotivasi belajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang

telah disebutkan di atas adalah dengan memperbaiki model pembelajaran. (Isjoni,

(13)

5

meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir

kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih

optimal. Model pembelajaran yang diduga dapat digunakan untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT).

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dapat

digunakan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, dimana sistem

belajarnya bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang

secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih semangat dalam

belajar. Sharan (dalam Isjoni, 2009: 157) mengemukakan :

Siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari rekan sebaya. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menerima berbagai informasi, belajar mengggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa mempersama adai sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu

tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Pembelajaran model

Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dalam

keterlibatan dalam belajar.

Salah satu kelemahan siswa dalam mempelajari pecahan adalah

ketidakmampuan dalam mengoperasikan pecahan, misalnya pada pelajaran

penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Dengan

demikian siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada

(14)

Kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung pecahan juga terjadi di

SMP Negeri 2 Siabu, seperti yang dinyatakan oleh Bapak Hasoloan Siagian

sebagai guru matematika kelas VII (hasil wawancara 08 Februari 2014)

menyatakan :

Nilai rata-rata siswa pada materi pecahan adalah 60 dan yang mengalami ketuntasan belajar hanya 40%. Siswa sering melakukan kesalahan dalam mengoperasikan pecahan. Dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan seringkali mengerjakannya dengan cara menambah/mengurang pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam memahami mengoperasikan pecahan, kurang menguasai soal-soal berbentuk cerita pada materi pecahan, tidak mampu mengaitkan apa yang telah dipelajari ke dalam kehidupan nyata.

Hal ini juga diperkuat dari hasil tes awal mengenai materi pecahan yang

dilakukan peneliti pada hari Sabtu, 08 Februari di kelas VII-1, dan hasilnya dari

25 siswa yang mengikuti tes hanya 7 siswa (28%) yang memperoleh nilai di atas

KKM dan sebanyak 18 siswa (72%) yang memperoleh nilai di bawah KKM.

Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, penguasaan siswa terhadap

materi pecahan masih sangat rendah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anita Harahap dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada Siswa MTS. Al-Washliyah Tembung Tahun Ajaran 2011/1012”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari hasil angket motivasi awal yang diberikan kepada siswa

sebelum tindakan, diketahui tingkat motivasi siswa rendah dengan rata-rata skor

angket motivasi awal adalah 55,77. Setelah pemberian tindakan pada siklus I,

rata skor angket motivasi siswa adalah 59,8. Selanjutnya pada siklus II,

rata-rata skor angket motivasi siswa adalah 63,68 . Hasil pelaksanaan penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui apakah pembelajaran

dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

(15)

7

perlu diadakan suatu penelitian dengan mengangkat judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Materi Pecahan Di Kelas VII SMP Negeri 2 Siabu Tahun Ajaran 2014/2015”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, adapun masalah yang dapat

diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Motivasi belajar matematika siswa rendah.

2. Proses pembelajaran cenderung terpusat pada guru yang memposisikan

siswa sebagai objek pasif di dalam belajar.

3. Hasil belajar matematika siswa rendah.

4. Pemilihan model pembelajaran yang kurang sesuai.

1.3 Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah – masalah yang teridentifikasi, maka

peneliti merasa perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar

analisis hasil penelitian ini dapat dilakukan lebih mendalam dan terarah maka

penelitian ini hanya dibatasi pada konsep bilangan pecahan, pecahan senilai,

pecahan campuran, operasi hitung bilangan pecahan, dan penggunaan bilangan

pecahan dalam pemecahan masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) yang ditinjau dari 5 komponen utama yaitu,

Class-Presentation (Penyajian kelas), Kerja kelompok (Team), Games

(Permainan), Tournament (Pertandingan), dan Team-Recognize (penghargaan

kelompok) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di kelas VII SMP

Negeri 2 Siabu T.A 2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi fokus

(16)

1. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada

materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 2 Siabu ?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

pecahan di kelas VII SMP Negeri 2 Siabu ?

1.5 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok

permasalahan di atas adalah :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa pada materi pecahandi kelas VII SMP Negeri 2 Siabu.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 2 Siabu.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru : sebagai salah satu alternatif pembelajaran bagi guru bidang

studi matematika untuk menggunakan penerapan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) sehingga dapat

menvariasikan model pembelajaran pada proses belajar mengajar untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Bagi siswa : sebagai pemicu motivasi belajar sehingga dapat belajar

matematika dengan giat dalam suasana permainan yang menyenangkan.

3. Bagi sekolah : sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

menyetujui pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di sekolah yang

(17)

9

4. Bagi peneliti : sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan tentang

penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dalam menjalankan tugas sebagai pengajar kelak.

5. Bagi peneliti berikutnya : sebagai bahan perbandingan untuk penelitian

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

(TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi pecahan di

kelas VII-1 SMP Negeri 2 Siabu.

2. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan di kelas

VII-1 SMP Negeri 2 Siabu.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian, pembahasan

serta kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Disarankan agar guru selalu menggunakan media dalam pembelajaran untuk

mengurangi rasa bosan siswa serta mampu meningkatkan minat dan

mempermudah siswa dalam pemahaman materi.

2. Dari hasil penelitian ditemukan kebanyakan siswa tidak berani mengajukan

pendapat ataupun pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti kepada

guru ketika proses pembelajaran berlangsung, maka disarankan kepada guru

yang akan melaksanakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) ini diharapkan dapat mempelajari bagaimana cara

memotivasi siswa untuk berani berbicara ataupun bertanya sehingga proses

(19)

87

3. Kepada kepala sekolah SMP Negeri 2 Siabu, agar dapat mengkoordinasikan

guru-guru untuk menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai alternatif untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan

untuk menyediakan alokasi waktu yang lebih karena pembelajaran ini

menggunakan waktu yang lebih banyak dan memperhatikan

kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S.B., (2011), Psikologi belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S.B, dan Zain, A., (2011), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Hamalik, O., (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Harahap, A., (2012), Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada Siswa MTS. Al-Washliyah Tembung Tahun Ajaran 2011/1012., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Huda, M., (2011), Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovati, Media Persada, Medan.

Kartika, D., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Materi Program Linear Di Kelas X-PM SMK Negeri 1 Medan Tahun Ajaran 2012/2013., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Kunandar, (2009), Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT. Rajagrafindo Persanda, Jakarta.

Lie, A., (2010), Cooperative Learning, Gramedia, Jakarta.

(21)

89

Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Sagala, S., (2012), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran, Kencana, Jakarta.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.

Slavin, R., (2005), Cooperative Learning, Nusa Media, Jakarta.

Sudjana, (2009), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.

Trianto, (2011), Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Prenada Media, Jakarta.

Uno, H., (2011), Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

(22)

RIWAYAT HIDUP

Khoirun Nisa dilahirkan di Aek Mual, pada tanggal 23 Maret 1992. Ibu

bernama Hotmaida dan Ayah bernama Torni Nasution. Merupakan anak ketiga

dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 146942 Aek

Mual dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di

SMP Negeri 1 Siabu dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis

melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Siabu dan lulus pada tahun 2010. Pada

tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Referensi

Dokumen terkait

POLITEKNIK UNIVf, RSITAS NNDAIAS

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan.. Imunisasi ini untuk

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar workshop Kelas Manajemen Keuangan Usaha Bagi UKM Kreatif bagi para pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif guna meningkatan pengetahuan

Menurut Encyclopedia of Social Sciences, warisan adalah harta benda orang mati yang diberikan kepada orang hidup, dan terdapat dalam suatu bentuk dimana lembaga harta benda

By showing the example through Carrie , the researcher want to proof that hyper-parenting is a parenting that has a bad impact if used to look after the children. By

[r]

After studying and learning this chapter, coginitively students are able to know, recognize, and understand how to translate descriptive texts, affectively they can acknowledge

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan