• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI

DI SUMATERA UTARA

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

MARDIYAH ASNURI

NIM : 082188630076

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla Tuhan yang Maha Kuasa atas karunia dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Pengaruh

Aglomerasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara” sehingga dapat terwujud

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu

Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini banyak mendapat dorongan dan

bantuan dari segi struktural isi dan konseptual maupun dalam bantuan moril yang tak

terhingga. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ribuan ucapan terima

kasih kepada beberapa pihak antara lain kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan. Dan bapak

Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana Unimed.

2. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan, atas pelayanan akademik yang diberikan

kepada penulis.

3. Bapak Dr. H. M. Yusuf Harahap, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Rahmanta

Ginting, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya

serta arahan dalam memberikan bimbingan hingga selesainya penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. Jonni Manurung, Bapak Dr. Arwansyah, M.Si dan Bapak Dr. Dede Ruslan,

M.Si selaku penguji yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mempertanggung jawabkan hasil penelitian ini.

5. Bapak Dr. Eko W. Nugrahadi, M.Si selaku sekretaris Prodi Ilmu Ekonomi, ibu dan

(4)

iv

mendukung kelancaran administrasi perkuliahan hingga masa sidang akhir pertanggung

jawaban tesis ini.

6. Kedua orangtuaku, IR. H. M. Ilyas, MM dan Hj. Junainah Lubis yang telah mengasuh

dan mendidik, rela mengorbankan segalanya, yang selalu sabar dan penuh kasih sayang

serta senantiasa memanjatkan untaian doanya untuk kebaikan penulis tanpa pernah

mengharap balasan apapun.

7. Untuk suamiku, Faisal Batubara, SE serta anakku tersayang M. Faeyza Aulia Raufa

Batubara sumber motivasi dan inspirasi.

8. Untuk adik-adikku, Ilda Syafrina, SKM, Ilfi Mawaddah, ST, Ilna Maulida, S.Psi.

9. Segenap keluarga besarku, terutama nenek dan ompungku, serta keluarga besar

suamiku, yang telah memberikan dukungan dan doa.

10. Kepada sahabatku Fuadaturrahmah, M.Pd dan lizmardiani, dan rekan-rekan seangkatan

di Prodi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, terutama

Bapak M. Iriansyah, Bapak Ade Haris, Bapak Zulkarnaen, Bapak Iqbal, Maria Ulfa,

Dwi, Ervina, Kak Butet, Kak Rusma, Kak Sri dan Kak Zulaika. Dengan ikhlas dan

tanpa pamrih membantu penulis selama kuliah dan pelaksanaan penulisan tesis ini,

juga atas kebersamaan, setia kawan dan kekompakkannya.

11. Rekan-rekan sejawat di SMK Budisatrya Medan serta seluruh pihak yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Akhirnya, bersama kesulitan selalu datang kemudahan. Demikian juga harapan penulis

kiranya pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan

tesis ini. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012

Penulis,

(5)

i

ABSTRAK

Mardiyah Asnuri, Analisis Pengaruh Aglomerasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara. Tesis. Medan : Program Pascasarjana UNIMED. 2012.

Peranan sektor industri bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin penting. Peran penting sektor industri ini terlihat dari kontribusinya yang cukup besar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto. Dimana sektor pertanian yang sebelumnya merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi peranannya semakin menurun. Penghematan aglomerasi yang mendorong terkonsentrasinya para produsen dan konsumen ke lokasi-lokasi tertentu merupakan salah satu penyebab timbulnya kota. Industri manufaktur cenderung berlokasi didalam dan sekitar kota. Daerah-daerah dimana konsentrasi ekonomi terjadi memperoleh manfaat disebut dengan ekonomi aglomerasi. Ekonomi aglomerasi merupakan eksternalitas yang dihasilkan dari kedekatan geografis dengan kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya daerah-daerah yang termasuk dalam aglomerasi pada umumnya mempunyai laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang bukan aglomerasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh indeks balassa aglomerasi, indeks pembangunan manusia, dan tingkat pengangguran terbuka terhadap pertumbuhan ekonomi di sumatera utara.

Spesifikasi model yang digunakan diadaptasi dari beberapa penelitiaan terdahulu dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dianggap akan memberikan hasil yang lebih baik dalam menganalisis pengaruh aglomerasi terhadap pertumbuhan ekonomi di sumatera utara. Menggunakan pooled data yaitu data antar wilayah dari 25 kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dan data antar waktu pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan, tingkat pengangguran terbuka berpengaruh negatif dan signifikan, serta indeks balassa aglomerasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dari hasil analisis ditunjukkan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebaiknya pemusatan kegiatan ekonomi aglomerasi pada suatu lokasi dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Serta dengan meningkatkan kualitas pembangunan manusia sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi di sumatera utara akan meningkat.

(6)

ii

ABSTRACT

Mardiyah Asnuri, Analysis of Agglomeration Effect To The Growth of Economic in North Sumatera. Thesis. Medan: The State University of Medan School of Postgraduate Studies, 2012.

The role of the industrial sector for economic growth in Indonesia is increasingly important. The role of this important industrial sector can be seen from a considerable contribution in the establishment of the Gross Regional Domestic Product. Where the agricultural sector which was previously a key driver of economic growth, its role increasingly declining. Economic agglomerasi that encourage concentrated of producers and consumers to particular locations is one of the causes of the city. Manufacturing industries tend to be located in and around the city. Areas where economic concentration occurs is called the economic agglomeration. An economic of agglomeration is the externalities resulted from geographical proximity to economic activity. As the result, the areas included in the rate of agglomeration in general have higher economic growth compared with the non-agglomeration. This study aims to analyze the influence of agglomeration balassa index, human development index, and the open unemployment rate to economic growth in north Sumatra.

Specification of the used, model was adapted from some previous studies to make adjustments that might be expected to give better results in analyzing the influence of agglomeration economic growth in north Sumatra. Using pooled data is data among, 25 districts / cities in the province of North Sumatra and data among the time in 2005 until 2010.

The study results showed that the human development index has positive and significant influence, the open unemployment rate have a significant negative effect, as well as the balassa index of agglomeration have a positive and significant impact to economic growth.

From the analysis result can be indicated that to increase economic growth, it is better for the concentration of agglomeration of economic activity at a site and managed well. And by improving the quality of human development so that economic growth is expected to increase in north Sumatra.

(7)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 11

2.1.3 Konsep Aglomerasi ... 14

2.1.4 Teori Aglomerasi ... 16

2.1.5 Teori Pembangunan Manusia ... 21

2.1.6 Teori Ketenagakerjaan ... 31

2.2 Penelitian Terdahulu ... 33

2.3 Kerangka Penelitian ... 36

2.4 Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 37

(8)

vi

3.3 Pembentukan Model ... 37

3.4 Defenisi Operasional ... 39

3.5 Metode Analisis ... 40

3.6 Uji Asumsi Klasik dan Signifikansi ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara dan Variabel yang Mempengaruhinya ... 45

4.1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 45

4.1.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 47

4.1.3 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ... 50

4.1.4 Perkembangan Aglomerasi ... 52

4.2 Hasil Estimasi Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara ... 53

4.3 Hasil Uji Kesesuaian Model ... 55

4.4 Hasil Uji Penyimpangan Klasik ... 56

4.5 Analisis Hasil Estimasi atas Variabel-variabel yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara ... 58

4.5.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 58

4.5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ... 60

4.5.3 Indeks Balassa Aglomerasi (IBA) ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha

Sumatera Utara Tahun 2005 – 2010 (Persen) ... 3

Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ... 23

Tabel 2.2 Jenjang Pendidikan dan Faktor Konversi Untuk Menghitung Rata-rata

Lama Sekolah (MYS) ... 28

Tabel 2.3 Daftar Komoditas Yang Digunakan Untuk Menghitung Purchasing

Power Parity (PPP) ... 30

Tabel 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera

Utara Tahun 2005 – 2009 (Persen) ... 46

Tabel 4.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Regional Periode

2005 – 2009 ... 49

Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota

di Sumatera Utara Tahun 2005 – 2009 ... 51

Tabel 4.4 Indeks Balassa Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun

2005 – 2010 ... 52

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Metode Efek Tetap ... 54

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pendapatan Domestik Bruto Indonesia ADHK 2000 Menurut Lapangan

Usaha (Miliar Rupiah) ... 2

Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Dalam Persen 2005 – 2010 ... 4

Gambar 1.3 Jumlah Penduduk Sumatera Utara dalam Ribu Jiwa 1990 – 2010 ... 5

Gambar 1.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara ADHK 2000 (Milyar Rupiah) Tahun 2005 – 2010 ... 6

Gambar 2.1 Kurva Incremental Earnings Pekerja Berpendidikan Tinggi ... 26

Gambar 2.2 Diagram Ketenagakerjaan ... 32

Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 2005 – 2010 ... 45

Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat IPM di Sumatera Utara Tahun 2004 – 2009 ... 48

Gambar 4.3 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumatera Utara Tahun 2005 – 2009 ... 50

Gambar 4.4 Hasil Uji Hausman Pada Distribusi Chi Kuadrat ... 53

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

ingin dijadikan kenyataan tersebut dapat diimplementasikan melalui

pembangunan ekonomi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Sampai sekarang

pembangunan ekonomi belum banyak tersentuh sehingga perlu untuk

ditingkatkan. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dinamika perekonomian Indonesia telah melewati berbagai proses yang

begitu kompleks. Semenjak merdeka, Indonesia berusaha membangun

perekonomiannya sendiri dengan semangat nasionalisme sampai pada penerapan

berbagai kebijakan dan strategi yang mulai mengkompromikan liberalisme guna

menghadapi arus globalisasi yang makin deras mendera setiap sistem

perekonomian Indonesia.

Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

perekonomian global sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian

Indonesia. Industrialisasi telah mengakibatkan terjadinya transformasi struktural

dibanyak negara. Proses transformasi struktural ini terlihat dari adanya penurunan

kontribusi sektor primer (sektor pertanian dan sektor pertambangan), sementara

(12)

2

industri yang cepat dan menjadi pemicu transformasi struktural ternyata terjadi

secara merata di semua daerah dalam suatu negara.

Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara

Dari gambar diatas pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di

Indonesia sejalan dengan kecenderungan proses transformasi struktural yang

terjadi diberbagai negara. Pada sektor pertanian dalam komposisi PDB Indonesia

tahun 2005 yaitu sebesar 253.881,7 miliar rupiah dan tahun 2010 mengalami

kenaikan menjadi 304.406,2 miliar rupiah. Apabila dibandingkan dengan sektor

primer, sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air

minum, dan sektor bangunan) terus cenderung mengalami kenaikan. Seperti

peranan sektor industri pengolahan (manufacturing) tahun 2005 terus mengalami

peningkatan dari 491.561,4 menjadi 595.313,1 di tahun 2010. Dengan demikian

sektor industri di Indonesia berkembang melampaui sektor-sektor lainnya.

Kecenderungan industrialisasi telah mengakibatkan proses transformasi

struktural di Sumatera Utara sejalan dengan yang terjadi pada umumnya. Pada 491561,4 514100,3 538084,6 557764,4 569784,9 595313,1

Gambar 1.1

Pendapatan Domestik Bruto Indonesia ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)

(13)

3

tahun 2005, sektor industri menyumbang Produk Domestik Bruto Sumatera Utara

yaitu sebesar 4,76 persen, sementara tahun 2010 memberikan sumbangan sebesar

4,52 persen. Secara umum, persentase sumbangan sektor industri terhadap Produk

Domestik Bruto Sumatera Utara mengalami penurunan diakibatkan oleh krisis

ekonomi yang diawali oleh kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 yang telah

menggerus daya beli masyarakat dan menimbulkan tekanan inflasi yang tinggi.

Namun, relatif lebih baik bila dibandingkan dengan nasional. Perkembangan

perekonomian tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami kenaikan

terutama pada sektor industri di Sumatera Utara. Bila dilihat dari mulai

kondusifnya iklim investasi. Dengan demikian sektor industri mengalami

kenaikan sumbangan terhadap PDRB.

Perekonomian regional dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah

balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu

lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi

regional akan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Dari tabel 1.1

terlihat laju pertumbuhan ekonomi ADHK menurut lapangan usaha di Sumatera

Utara tahun 2005 sebesar 5,48 persen dan mengalami peningkatan pada tahun

2010 sebesar 6,35 persen.

Tabel 1.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi ADHK 2000 menurut Lapangan Usaha Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Persen)

No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 3,38 2,40 4,98 6,05 4,85 5,08

2. Industri Pengolahan 4,76 5,47 5,09 2,92 2,76 4,52

Sumatera Utara 5,48 6,20 6,90 6,39 5,07 6,35

(14)

4

Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara

Persebaran sumber daya yang tidak merata menimbulkan disparitas dalam

laju pertumbuhan ekonomi antar daerah. Ketidakmerataan sumber daya ini

tercermin pada konsentrasi kegiatan ekonomi yang terjadi pada daerah tertentu

saja. Daerah-daerah dimana konsentrasi ekonomi terjadi memperoleh manfaat

disebut dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration economies). Ekonomi

aglomerasi merupakan eksternalitas yang dihasilkan dari kedekatan geografis

dengan kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya daerah-daerah yang termasuk dalam

aglomerasi pada umumnya mempunyai laju pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah yang bukan aglomerasi. Aglomerasi bukan saja

menguntungkan produsen karena penghematan aglomerasi maupun urbanisasi, 0

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 dalam Persen

(15)

5

konsumen juga dapat meminimalisasi biaya opportunities dalam membandingkan

jenis barang yang sama di tempat yang berbeda yang saling berdekatan.

Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) dibalik

urbanisasi di kawasan Asia sejak dasawarsa 1980-an. Berbeda dalam kasus

industri berbasis sumber daya (resource-based-industries), industri manufaktur

cenderung berlokasi didalam dan disekitar kota. Pertanian dan industri

berdampingan, bahkan kadang berebut lahan di seputar pusat-pusat kota yang

pada gilirannya mengaburkan perbedaan bahan baku antara desa dan kota.

Sumber : BPS, Statistik Indonesia

Dari gambar diatas proses urbanisasi juga dialami oleh Sumatera Utara.

Dimana dari tahun 1990 sampai tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara

terus mengalami peningkatan, ini mengindikasikan adanya gejala aglomerasi

kegiatan ekonomi. Tahun 1990 jumlah penduduk Sumatera Utara sebanyak

10.256.027 jiwa dan terus mengalami peningkatan tahun 2010 sebanyak

12.982.204 jiwa. Oleh karena itu penghematan aglomerasi yang mendorong

terkonsentrasinya para produsen dan konsumen kelokasi-lokasi tertentu

10256 11514

13042 12982

1990 2000 2008 2010

Gambar 1.3

Jumlah Penduduk Sumatera Utara dalam Ribu Jiwa 1990 - 2010

(16)

6

merupakan salah satu penyebab terciptanya kota. Pertumbuhan kota perlu

dibatasi, agar tidak terjebak kepada kondisi kelebihan penduduk (over populated).

Untuk itu pembangunan bidang transportasi di suatu wilayah perlu diimbangi

dengan pembangunan perekonomian di wilayah pedesaan dan kota-kota kecil dan

menengah. Tujuannya adalah untuk memelihara pendapatan rata-rata penduduk

wilayah (antara penduduk kota dan desa) relatif seimbang. Adanya penghematan

aglomerasi ini mendorong peningkatan produksi dari perekonomian kota secara

keseluruhan yang akan membawa dampak kepada peningkatan pendapatan

masyarakat sehingga meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Masalah ketenagakerjaan di Sumatera Utara merupakan permasalahan dan

isu yang komplek serta terus berkembang. Indikasi ini terlihat disamping

pertambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya yang terus meningkat sebagai

implikasi dari jumlah penduduk yang cukup besar disertai struktur umur yang

cenderung mengelompok pada usia muda juga masih tingginya angka

pengangguran terutama pengangguran terbuka yang dianggap paling serius untuk

diatasi. Karena sangat disadari bahwa semakin tinggi penggangguran akan

berakibat pada meningkatnya kerawanan sosial.

Konsep pembangunan manusia berbeda dengan pembangunan yang

memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan diasumsikan

bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Fakta

menunjukkan banyak daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup

baik namun memiliki kualitas pembangunan manusia yang rendah. Hal ini

mungkin terjadi karena tingkat PDRB yang tinggi disuatu daerah tersebut belum

(17)

7

Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel diatas, tahun 2005 PDRB ADHK 2000 Sumatera Utara sebesar

Rp 87.897,79 Milyar meningkat menjadi Rp 118.640,90 milyar di tahun 2010. Ini

merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan

pembangunan ekonomi di suatu daerah dilihat dari pertumbuhan ekonomi

regional yang akan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat sebagai

pemilik faktor produksi. Hubungan positif antara geografis dari kegiatan-kegiatan

ekonomi dan pertumbuhan ekonomi telah banyak dibuktikan. Aglomerasi

menghasilkan perbedaan spasial dalam tingkat pendapatan. Semakin

teraglomerasi secara spasial suatu perekonomian maka akan semakin

meningkatkan pertumbuhannya. Daerah-daerah yang banyak industri pengolahan

tumbuh lebih cepat dibandingkan daerah-daerah yang hanya mempunyai sedikit

industri pengolahan. Alasannya adalah daerah-daerah yang mempunyai industri

pengolahan lebih banyak mempunyai akumulasi modal. Dengan kata lain,

daerah-daerah dengan konsentrasi industri pengolahan tumbuh lebih cepat dibandingkan

dengan daerah yang tidak punya konsentrasi industri. 87897,79 93347,40 99792,27

106172,36 111559,22 118640,90

PDRB ADHK 2000

Gambar 1.4

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara Tahun 2005-2010 ADHK 2000 (Milyar Rupiah)

2005 - 2010

(18)

8

Dengan adanya kenyataan diatas maka penelitian ini berjudul “Analisis

Pengaruh Aglomerasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai

berikut :

Bagaimana pengaruh Indeks Balassa Aglomerasi, Indeks Pembangunan

Manusia dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap pertumbuhan ekonomi di

Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh Indeks Balassa Aglomerasi, Indeks

Pembangunan Manusia dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap

pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi sebagai bahan acuan kepada mereka yang akan

meneliti dan sekaligus ikut memperkaya kepustakaan tentang aglomerasi dan

pertumbuhan ekonomi regional serta memberikan informasi bagi pengembangan

ilmu ekonomi dan memberikan tambahan informasi kepada pemerintah dan

pihak yang terkait dalam pengambilan kebijaksanaan khususnya mengenai

pengelolaan aglomerasi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di

(19)

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Koefisien determinasi pada hasil estimasi variabel pertumbuhan ekonomi di

Sumatera Utara mampu dijelaskan oleh variabel-variabel indeks

pembangunan manusia, tingkat pengangguran terbuka dan indeks balassa

aglomerasi dengan model yang digunakan.

2. Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel pertumbuhan

ekonomi menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Indeks

pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan, tingkat

pengangguran terbuka berpengaruh negatif dan signifikan serta indeks

balassa aglomerasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

3. Nilai koefisien variabel-variabel yang menjelaskan variabel pertumbuhan

ekonomi, yang terbesar adalah variabel indeks pembangunan manusia, diikuti

berturut-turut oleh variabel indeks balassa dan variabel tingkat pengangguran

terbuka. Dimana koefisien regresi indeks pembangunan manusia sebesar

1,524646 pada tingkat kepercayaan 90 persen. Dan koefisien regresi Variabel

indeks balassa aglomerasi adalah 0,019935 pada tingkat kepercayaan 90

persen. Serta untuk variabel tingkat pengangguran terbuka menunjukkan hasil

(20)

63

5.2. Saran

1. Kecenderungan terjadinya aglomerasi industri di sumatera utara terbesar

terjadi di daerah Kabupaten Deli Serdang, disusul kota Tebing Tinggi.

Disebabkan karena terpusatnya industri manufaktur di daerah tersebut dan

memiliki keunggulan dalam hal infrastruktur serta persentase jumlah

penduduknya lebih besar dari daerah lainnya. Temuan ini kurang lebih

sejalan dengan teori Isard dan Weber yang menyatakan bahwa daerah

konsentrasi tenaga kerja (penduduk) dapat menarik industri untuk

menempatkan lokasi usahanya ditempat tenaga kerja (penduduk) tersebut.

Dalam hal ini disarankan agar pemerintah maupun instansi lainnya menaruh

perhatian yang besar untuk menciptakan tersedianya aksesibilitas yang

memadai, baik aksesibilitas kepasar maupun kefaktor produksi.

2. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, berdasarkan hasil penelitian ini

sebaiknya pemusatan aglomerasi dikelola dengan sebaik-baiknya agar

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat.

3. Selain pemusatan kegiatan ekonomi aglomerasi pada suatu lokasi atau daerah,

baik pihak pemerintah maupun instansi lain beserta seluruh elemen

masyarakat agar turut serta dalam meningkatkan kualitas pembangunan

manusia yang dalam hal ini diukur dengan indeks pembangunan manusia

yang mencakup pada bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan

penduduk. Dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia secara

otomatis kualitas manusia juga akan meningkat dan diharapkan pertumbuhan

(21)

64

DAFTAR PUSTAKA

Aaberg, I., 1973, Regional Productivity Differential in Swedish Manufacturing,

Regional and Urban Economics, 3, Elsevier Science Publishers, Amsterdam

Adisasmita, H.Rahardjo, 2005, Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta

____________________, 2008, Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori, Graha Ilmu, Yogyakarta

Alonso, Wiliam, 1972, Location Theory, Reading In Urban Economics,

Macmillan Publishing Co. Inc, New York

Badan Pusat Statistik, 2011, Berbagai Edisi 2011, Medan.

Baldwin, Richard E. dan Philippe Martin, 2004, Agglomeration and Regional

Growth, Graduate Institute of International Studies, Geneva

http://www.core.ucl.ac.be/staff/thissehandbook/baldwin%3amartin.pdf, Akses 10 Juli 2010

Deichmann, Uwe, Somik V Lall, dan Zmarak Shalizi, 2001, Agglomeration

Economies and productivity in Indian Industry, WoPEc

http://netec.mcc.ac.uk/WoPEc/data/Papers/wopwobaiu2663.html, Akses 12 Juli 2010

Friedman, John, dan William Alonso, 1986, Regional Development and Planning: A Reader, The M.I.T Press, Massachussetts

Ghalib, Rusli, 2005, Ekonomi Regional, Pustaka Ramadhan, Bandung

Isard, Walter, 1979, Introduction To Regional Science, Prentice-Hall, Inc. New York

Idrus, Muhammad, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Erlangga, Yogyakarta

Jhingan, M.L., 2008, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajagrafindo Persada, Jakarta

Juoro, Umar, 1989, Perkembangan Studi Ekonomi Aglomerasi dan Implikasinya bagi perkembangan Perkotaan di Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol.37, No.2, 1989

(22)

65

Kuncoro, mudrajad, 2001, Regional Clustering of Indonesia Manufacturing Industry: A spatial Analysis with Geograpic Information System (GIS),

Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 3 No. 3 September 2001, Yogyakarta

________________, 2003, Analisis Spasial dan Regional : Studi aglomerasi dan kluster industri Indonesia, UPP STIM YKPN, Yogyakarta

________________, 2002, Why Manufacturing Industry Pesisted to Cluster Spatially in Java? Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 5 No. 2 May 2003, Yogyakarta

________________, 2002, Analisis Spasial dan Regional: Studi Agglomeration dan Kluster Industri di Indonesia, AMP YKPN, Yogyakarta

Martin, Philippe dan Gianmarco IP. Ottaviono, 2001, Growth and

Agglomeration, International Economic Review, Vol.42, No.4, November

2001, Akses 20 Juli 2010

____________________________________________, 2003, Economic Growth :

Explaining Agglomeration, Centre for Economic Policy Research

http://www.cepr.org/Pubs/bulletin/dsp/dp1529.htm, Akses 3 Agustus 2010

Nuryadin, didi, dkk, Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik Regional di Indonesia,

http://aldinosuprima.blog.uns.ac.id/files/2010/05/agglomerasi-dan-pertumbuhan-ekonomi-peran-karakteristik-regional-di-indonesia.pdf, Akses 12 Desember 2010.

O’Sullivan, Artur, 1998, Urban Economies, Irwin Mr. Graw-Hill, Boston

Sirojuzilam, 2008, Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, Pustaka Bangsa Press, Medan

Tabuchi, Takatoshi dan Atsushi Yoshida, 1999, Urban Agglomeration Economies

In Consumption and Production, Faculty of Economics, University of

Tokyo

http://netec.mcc.ac.uk/WoPEc/data/Papers/tkyfseres99cf41.html

Tarwiyanto, Junaidi, 2004, Disertasi Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi Kasus di Sumatera Selatan Tahun 1993-2002, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Gambar

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha
Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha
Tabel 1.1.  Laju Pertumbuhan Ekonomi ADHK 2000 menurut Lapangan Usaha Sumatera Utara Tahun
Gambar 1.3 Jumlah Penduduk Sumatera Utara dalam Ribu Jiwa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan adalah menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan dan tingkat pertumbuhan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) terhadap pertumbuhan ekonomi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aglomerasi industri, angkatan kerja dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota

Leonard Bastian Girsang, NIM 137003010 “ Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2009 –

Penelitian ini menganalisis pengaruh jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi

Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Pembangunan Terbuka (TPT) Terhadap Tingkat Kemsikinan di

Oleh karena hal tersebut, penulis ingin menganalisa seberapa jauh indeks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi dan pengangguran mempengaruhi kemisikinan di Provinsi

Dengan demikian model yang terbaik untuk pengaruh pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran, dan upah minimum terhadap kemiskinan di Jawa Timur tahun