PERANAN ABDUL HARIS NASUTION PADA MASA
ORDE LAMA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH
MUISAH FARHANI LUBIS
NIM : 309 321 028
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
i
ABSTRAK
Muisah Farhani Lubis. NIM 309321028. Peranan Abdul Haris Nasution Pada Masa Orde Lama. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution,Untuk mengetahui peranan A.H Nasution padamasa Orde Lama, untuk menganalisa gagasan-gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa Orde Lama. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian library research (studi kepustakaan) / studi dokumen. Untuk menganalisis data maka dilakukan beberapa tahapan yaitu mengumpulkan sumber, verifikasi sumber, menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan.
Dari Hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa Jenderal Abdul Haris Nasution lahir dari pasangan suami istri H. Abdul HalimNasution dan Hj. ZaharahLubis di Kotanopan, Mandailing Natal pada 3 Desember 1918 di desa Huta Pungkut. Nasution lahir sebagai anak kedua, dan sebagai anak laki-laki yang pertama dalam keluarganya. Di tahun 1931 Nasution meninggalkan kampungnya, karena ia naik ke kelas 7 HIS di Kotanopan, Setelah tamat dari sekolah HIS, Nasution diterima masuk sekolah guru di Bukit Tinggi, yang waktu itu dikenal dengan nama “ Sekolah Raja”.
Peranan A.H.Nasution selama menjabat sebagai militer sangat terlihat jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari jabatan-jabatan yang dijabatnya serta dunia politik yang digelutinya seperti: Sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KASAB), Menteri Keamanan Nasional, Ketua Panitia Undang-undang Pokok Kepolisisan dan Kejaksaan, Ketua Panitia Retooling Aparatur Negara, Kepala Staf Angkatan Darat, Wakil Menteri Pertama Pertahanan/Keamanan, Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat, Penasehat Agung Majelis Mahasiswa Indonesia, Wakil Ketua Pengurus Besar Pront Nasional.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT pencipta segala alam, yang telah memberikan masa, kesempatan dan
kesehatan bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat beriringkan salam penulis sampaikan kepada Nabi junjungan Umat
Islam Muhammad SAW yang telah membawa ajaran islam yang sesungguhnya,
semoga kita termasuk dalam kelompok beliau sebagai ummatnya yang beriman
dan mendapatkan syafaat beliau di yaumilmahsyar kelak. Skripsi ini berjudul “
Peranan Abdul Haris Nasution Pada Masa Orde Lama”. Penulis sadari dalam
penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, penulis berharap kedepannya
banyak karya-karya yang bermunculan yang lebih baik lagi.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telahbanyakmemberibantuan, dorongan, motivasi, sertas emangat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan segala masalah yang
dihadapi dari awal melakukan penelitian sampai akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penelitianini sampai akhirnya selesai menjadis ebuah skripsi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan dan Jajarannya
2. Bapak Dr. Restu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan.
3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan
4. Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarahyang telah banyak memberikan
masukan-masukan serta motivasi dalam penyelesaian Skripsi ini.
5. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Sejarah juga selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai
iii
6. Ibu Dra. Syarifah, M.Pd selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen
Pembanding bagi penulis.
7. Bapak Yushar Tanjung M.Si selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen
Pembanding bagi penulis.
8. Seluruh Dosen-dosen dan Staf administrasi di Jurusan Pendidikan Sejarah,
terima kasih yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah kalian berikan
kepada penulis, selaku mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah.
9. Teristimewa kepada Ibunda yang selama ini selalu memberikan motivasi,
dukungan serta selalu mendoakan saya karena semua itu sangat berarti dan
sangat membantu saya selama kuliyah hingga selesai dengan menyandang
gelar sarjana. Juga terimakasih sebesar-besarnya kepada Alm. Ayahanda
A.Dalil Lubis yang semasa hidupnya telah banyak memberikan dukungan,
motivasi serta do’a yang sangat membantu bagi penulis, meski
dipertengahan perkuliyahan beliau sudah tidak ada tapi nasehat-nasehat
serta motivasi-motivasi yang pernah beliau berikan sangat membantu saya
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.semoga semua amal ibadah beliau
berterima disisinya. Jazakumullohu khoiron
10.Terima kasih Kepada pimpinan Badan Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian di perpustakaan tersebut sehingga
penulis bisa mengumpulkan data ataupun sumber yang berkaitan dengan
penelitian ini.
11.Terima kasih kepada kakak ku Mursidah Lubis, Abangku Ahmad Sofwan
Lubis, Muktafillah Lubis serta Adekku Sa’a Duddin Lubis yang selama ini
sangat banyak membantu. Semoga allah membalas semua kebaikan kalian.
Amin
12.Terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis, Indra Temasmiko,
Lisdawana, Riska Khairani, Itha Ferbina S Milala, Zaid Mubin,
Rismadiyah Br Sembiring, Margaretha Fardede yang selama ini telah
banyak membantu dan memberi dukungan serta motivasi kepada penulis
iv
13.Terima kasih buat teman-teman penulis Refnida, Rahma, Nur, Pidia, Asril,
Zaldi, Hasudungan, Adika dan semua teman-teman seperjuangan Sejarah
2009.
14.Teman-teman PPLT SMA Negeri I Tanjung Tiram, Ika Putri Indraswari,
Aryani, Hafiza Zahri, Intan dan temen-temen yang lainnya. Terimakasih
telah pernah hadir menemani hari-hariku.
Medan, Juni 2013 Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar BelakangMasalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 4
C.Pembatasan Masalah ... 4
D.RumusanMasalah ... 5
E. TujuanPenelitian... 5
F. ManfaatPenelitian... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A.Landasan Konsepsional ... 7
1. Peranan Nasution Dalam Bidang Militer ... 7
2. Peranan Nasution Dalam Bidang Politik ... 9
3. Konsep Orde Lama ... 11
B. Kerangka Berpikir ... 12
BAB III METODOLOGIPENELITIAN ... 15
A.MetodePenelitian ... 15
B.Sumber Data ... 15
C.Teknik Pengumpulan Data ... 16
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18
A. Latar Belakang Kehidupan Abdul Haris Nasution... 18
1. Masa Kecil Abdul Haris Nasution ... 18
2. Merantau ke Sumatera Barat ... 23
3. Pekerjaan dan Pengalaman Nasution... 26
4. Bintang-bintang Tanda Kehormatan ... 29
B.Peranan Abdul Haris Nasution Dalam Militer ... 31
1. Sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KASAB) ... 31
2. Kepala Staf Angkatan Darat. ... 32
3. Wakil Menteri Pertama Pertahanan/Keamanan ... 34
4. Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat ... 37
5. Penasehat Agung Majelis Mahasiswa ... 42
C.Peranan Abdul Haris Nasution Dalam Politik... 45
1. Wakil Pengurus Besar Front Nasional ... 45
2. Ketua Panitia Undang-undang Pokok Kepolisian dan Kejaksaan ... 46
3. Ketua Retooling Aparatur Negara ... 47
4. Menteri KeamananNasional ... 53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan
tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis
geneologi, lalu membangun dan mempertahankan keistimewaan suatu peristiwa,
memilih peristiwa yang dianggap spektakuler (seperti perang).
Setelah dibacakannya Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan
pengangsaan timur, maka dimulailah suatu lembaran baru yang bebas dari
penjajahan kolonialisme dan tangan asing, dan indonesia mulai menghadapi
prospek menentukan masa depannya sendiri. Dalam sebuah negeri yang masih
menunjukkan adanya kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan
tradisi-tradisi otoriter, maka banyak hal bergantung pada kearifan dan nasib baik
kepemimpinan negeri. Masa yang baru ini di tandai dengan hasil keputusan sidang
PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia yang pertama) yang pertama (1)
dengan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Moh.Hatta sebagai wakil
Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Jenderal Abdul Haris Nasution adalah salah satu tokoh penting di kalangan
militer yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia juga seorang pahlawan
nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam
peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah putrinya
Soebandrio (2001 : 43), mengatakan sebelum peristiwa G30S terjadi A.H Nasution adalah perwira paling tinggi pangkatnya setelah Yani. Saat itu dia sudah menyandang bintang empat, sedangkan Soeharto masih bintang empat. Di saat TNI/AD terpecah (secara tidak transparan ) dalam kubu-kubu ditahun 1960-an, kubu-kubu Nasution ditakuti oleh kubu-kubu Yani dan kubu-kubu Soeharto. Banyak politikus saat itu mengatakan bahwa letjen TNI A.H Nasution paling pantas menggantikan Presiden Soekarno. Dia terkenal anti PKI, memiliki dedikasi yang tinggi, dan termasuk jenderal yang diculik pelaku G30S. Yang tidak banyak diketahui orang adalah bahwa dari sekian perwira senior yang paling ditakuti Presiden Soekarno saat itu adalah Nasution. Presiden Soekarno menjuluki Nasution sebagai pencetus gagasan negara dalam negara.
Atas jabatan dan peranannya yang besar dalam TNI dan pemerintahan
maka A.H Nasution merupakan salah satu tokoh penting yang di butuhkan dan di
segani oleh petinggi-petinggi negara seperti Presiden Soekarno dan Jendral tinggi
lainnya.
A.H Nasution dilahirkan di Huta Pungkut, Kotanopan, Tapanuli Selatan
pada tanggal 3 Desember 1918. Nasution merupakan seorang figur TNI AD yang
menonjol dan amat berjasa tidak saja bagi sejarah TNI melainkan juga kepada
tanah Air, Bangsa, dan Negara Republik Indonesia. Sebagaimana Jenderal Besar
lainnya, Nasution merupakan seorang tokoh TNI AD juga peletak dasar
konsep-konsep kemiliteran. Pemikiran-pemikiran Nasution tentang peran politik militer
lahir ditengah konflik sipil-militer pasca kemerdekaan. Militer Indonesia atau
Tentara Nasional Indonesia (TNI) semenjak zaman kelahirannya tak dapat
dikatakan sebagai pihak yang mengakui keberadaan supremasi sipil, bahkan
pemerintahan sipil yang tengah berkuasa.
Menuliskan sejarah mengenai tokoh bukanlah hal yang mudah. Diperlukan
sejarawan yang meneliti bisa menilai secara objektif dalam menyikapi setiap
permasalahan yang ada.
Bagi sejarawan yang ingin memahami perjalanan sejarah Indonesia
Modern, hal yang terkadang menimbulkan rasa frustrasi ialah justru karena
kejadian yang paling misterius ternyata merupakan salah satu babak kejadian yang
terpenting. Kebenaran sejarah terletak dalam kesediaan sejarawan untuk meneliti
sumber sejarah secara tuntas, sehingga dapat diharapkan sejarawan akan
mengungkapkan secara objektif.
Bagi sejarawan sangat penting untuk menyadari bahwa wujud dan cita-cita
serta nilai-nilai bangsanya tidak bisa dimengerti tanpa referensi kepada sejarah
dan pengalaman bangsa itu. Maka usaha untuk mengungkapkan bagaimana
sejarah serta pandangan mengenai hari depan kait mengait dalam manusia
mengartikan kenyataan hari ini, merupakan intisari daripada tanggung-jawab para
ahli sejarah.
Abdul Haris Nasution merupakan salah seorang tokoh yang begitu banyak
menyumbangkan Pemikirannya bagi bangsa indonesia, memiliki peranan yang
begitu penting sebelum ataupun sesudah diproklamasikannya kemerdekaan antara
lain menjadi pemimpin dalam upaya menumpas PRRI di Sumatera dan operasi
merdeka di Sulawesi Utara.
Sebutan Orde Lama muncul dan tercipta pada masa Orde Baru yang sering
di ucapkan oleh A. H. Nasution dan Soeharto yang merupakan sebuah istilah
stigmatik untuk menandai mulainya masa Orde Baru dalam masa pemerintahan
Sebagai seorang petinggi, A. H Nasution mamiliki peranan yang sangat
banyak pada masa Orde Lama karna ia banyak menciptakan ide-ide dan gagasan
baik dalam bidang politik maupun dalam bidang pertahanan dimana ide dan
gagasannya ini dipakai secara luas di berbagai kalangan seperti Tentara Republik
Indonesia dan Tentara negara lain seperti Amerika Serikat. A.H Nasution juga
menjadi tonggak lahirnya Orde Baru yang di pimpin oleh Soeharto.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis disini ingin melakukan
penelitian dengan judul “Peranan Abdul Haris Nasution Pada Masa Orde
Lama”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat
mengidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :
1. Latar Belakang kehidupan Abdul Haris Nasution
2. Peranan A.H Nasution pada masa Orde Lama
3. Gagasan-gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa Orde Lama
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang akan muncul dalam penelitian ini, maka
berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis menyimpulkan pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah “Peranan A.H.Nasution Pada Masa Orde
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution?
2. Apasaja Peranan A.H Nasution pada masa Orde Lama?
3. Bagaimana Gagasan – gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa
Orde Lama?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution
2. Untuk mengetahui peranan A.H Nasution pada masa Orde Lama
3. Menganalisa gagasan-gagasan yang di buat oleh A.H Nasution pada masa
Orde Lama
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya seperti:
1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan Abdul Haris Nasution
2. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai peranan-peranan A. H.
Nasution pada masa Orde Lama.
3. Sebagai sarana untuk melatih diri secara langsung dalam mempraktekkan
memperluas dan memperdalam wawasan dalam meningkatkan mutu karya
sejarah.
4. Memberikan dan memperkaya informasi pengetahuan bagi masyarakat
terkait peranan A.H.Nasution pada masa Orde Lama.
5. Sebagai didikan moral bagi anak bangsa untuk semakin mencintai tanah
air sehingga dapat mengisi kemerdekaan yang telah di perjuangkan dengan
hal yang bermamfaat bagi Negara Republik Indonesia.
6. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED Khususnya Jurusan
Pendidikan sejarah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah dilakukan Bab demi Bab,
maka penulis dapat membuat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Jenderal Abdul Haris Nasution lahir dari pasangan suami istri H. Abdul
Halim Nasution dan Hj. Zaharah Lubis di Kotanopan, Mandailing Natal
pada 3 Desember 1918 di desa Huta Pungkut. Nasution lahir sebagai anak
kedua, dan sebagai anak laki-laki yang pertama dalam keluarganya. Di
tahun 1931 Nasution meninggalkan kampungnya, karena ia naik ke kelas 7
HIS, dan juga masuk “sekolah sore”. Karena itu Nasution di titipkan pada
keluarganya di Kotanopan yang pada saat itu merupakan Ibukota
kecamatan dari Kotanopan sampai sekolahnya selesai. Setelah tamat dari
sekolah HIS, Nasution diterima masuk sekolah guru di Bukit Tinggi, yang
waktu itu dikenal dengan nama “ Sekolah Raja”.
Ayah Nasution di masa mudanya adalah pengikut Sarikat Islam, dan ia
adalah pengagum perjuangan kebangkitan Islam, dan kebangkitan Turki.
Abdul Haris Nasution mulai dari kecilnya sudah mendapatkan ajaran dan
pendidikan agama yang kuat dari keluarganya. Pendidikan yang di
dapatkannya dari keluarga itulah yang membuat Nasution tetap taat dalam
Nasution di kenal sebagai Jenderal yang taat dalam beragama serta sopan
santunya tetap terbina.
Cita-cita yang dihayati Nasution masa itu adalah menjadi pegawai
pemerintah dan melihat gurulah orang yang terpenting dan gurulah orang
yang terhormat dalam masyarakat desa. Bagi teman-temannya yang
mengutamakan belajar di madrasah, jadi guru agamalah yang di anggap
sebagai tujuan yang terbaik. Karena guru agama adalah orang-orang yang
terpenting dalam masyarakat.
2. Peranan A.H.Nasution selama menjabat sebagai militer sangat terlihat
jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari jabatan-jabatan yang dijabatnya serta
dunia politik yang digelutinya seperti: Sebagai Kepala Staf Angkatan
Bersenjata (KASAB), Menteri Keamanan Nasional, Ketua Panitia
Undang-undang Pokok Kepolisisan dan Kejaksaan, Ketua Panitia
Retooling Aparatur Negara, Kepala Staf Angkatan Darat, Wakil Menteri
Pertama Pertahanan/Keamanan, Wakil Panglima Besar Komando
Tertinggi Pembebasan Irian Barat, Penasehat Agung Majelis Mahasiswa
Indonesia, Wakil Ketua Pengurus Besar Pront Nasional.
3. A. H Nasution juga menggagas dengan Mempelopori Kembali kepada
Undang-Undang Dasar 1945. Usul Nasution pada bulan Agustus 1958, di
Dewan Nasional agar UUD ’45 diperlakukan kembali, pada mulanya tidak
mendapat tanggapan yang positif dari sidang Dewan pada umumnya.
Pertimbangan Soekarno itu mungkin karena Soekarno tidak merasa
dan mungkin pula Soekarno takut tidak bisa mengimbangidan menguasai
peranan TNI selama peranan partai-partai politik belum dilemahkan.
Tetapi setelah partai-partai di Parlemen dengan keras menentang
dilakukannya reformasi Parlemen secara drastis, yaitu agar sepertiga
anggota Parlemen harus dari golongan fungsionil, karena momentum
inilah kemudian Dewan Nasional mengambil keputusan untuk kembali
memakai UUD ’45 sebagai pelaksana Demokrasi Terpimpin, serta
Presiden Soekarno memaklumkan berlakunya kembali UUD ’45 dengan
sebuah dekrit pada 5 Juli 1959.
B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penelitian iniyakni:
1. Lewat perjuangan-perjuangan yang dilakukan Jenderal Abdul Haris
Nasution, generasi muda di harapkan dapat mengambil contoh positif yang
dapat menumbuhkan rasa Nasionalisme yang tinggi.
2. Diharapkan kepada siswa dan mahasiswa sebagai yang terdidik agar
Saling bekerja sama dan bahu membahu untuk membangun negara ke arah
yang lebih maju sehingga dapat berkembang dan bersaing dengan
negara-negara lain.
3. Diharapkan kepada para staf pengajar dalam membimbing dan mendidik
siswa maupun mahasiswa untuk menjadikan Nasution maupun
sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan sebagai motivasi
68
DAFTAR PUSTAKA
Crouch, Harold (1986). Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta: P.T.Dharma Aksara Perkasa.
Muhaimin, Yahya.A (2005). Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia
1945-1966.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid I. Jakarta: PT Gunung Agung.
Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid IV. Jakarta: PT Gunung Agung.
Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid V. Jakarta: PT Gunung Agung.
Nasution, A.H (1984). Memenuhi Panggilan Tugas jilid VI. Jakarta: PT Gunung Agung.
Nasution, A.H (1964). Mengamankan Panji-panji Revolusi. Jakarta: Delegasi.
Setiadi, Elly.M (2005). Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Simatupang, Mayjen. T.B (1981). Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai. Jakarta: Sinar Harapan.
Soekanto, Soejono. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: CV.Rajawali.
Soebandrio. H (2001). Kesaksianku Tentang G30S.Jakarta: Forum Pendukung Reformasi Total.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Sundhaussen, ULF. (1986). Politik Militer Indonesia 1945-1967. Jakarta: LP3ES.