• Tidak ada hasil yang ditemukan

T IPA 1201391 Chapter (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T IPA 1201391 Chapter (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas

dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

internasional. Hal ini dikarenakan kita sebagai manusia akan selalu hidup

berdampingan dengan lingkungan di sekitar kita dengan membentuk hubungan

saling ketergantungan. Oleh karena itu, untuk senantiasa menjaga keseimbangan

hubungan saling ketergantungan tersebut, kita harus senantiasa menjaga kelestarian

lingkungan dimanapun kita berada terutama di lingkungan tempat tinggal kita

sendiri, sehingga akan tercipta keharmonisan sekaligus turut serta dalam menjaga

aset berharga untuk masa depan kita dan keturunan kita. Dengan kata lain, adanya

hubungan saling ketergantungan antara manusia dan lingkungannya, membuat

lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia, sehingga

apabila kita menginginkan kualitas hidup yang lebih baik, maka kita semua harus

ikut berpartisipasi di dalam menjaga dan melestarikan lingkungan kita.

Akan tetapi, terkadang harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Bagi

orang-orang atau pihak yang kurang peduli terhadap lingkungan, pemenuhan

kebutuhan seringnya bertolak belakang dengan upaya pelestarian sumber daya alam.

Kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan bervariasi dari waktu ke waktu,

akan berimbas pada eksploitasi sumber daya alam yang semakin meningkat pula.

Kondisi ini menuntut kita semua untuk berpikir dan mencari solusi terhadap

pemenuhan kebutuhan manusia sekaligus tetap berupaya menjaga dan melestarikan

lingkungan untuk keberlangsungan makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada

khususnya.

Akan tetapi pada kenyataannya, dewasa ini laju kerusakan lingkungan,

khususnya di Indonesia malah semakin meningkat. Menurut Irwanto (2013), data

(2)

700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun. Sedangkan menurut FAO, laju kerusakan

hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun, atau setiap tahunnya luas areal

hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Berbagai LSM yang peduli lingkungan,

seperti Greenpeace bahkan mengungkapkan data yang lebih mencengangkan lagi,

yaitu bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun yang

sebagian besar adalah penebangan liar (Irwanto, 2013).

Selain itu, aspek lain yang berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan adalah

adanya pemanasan global (Global Warming). Fenomena ini terjadi karena adanya

lapisan gas-gas rumah kaca, seperti metana (CH4), CO2, dan NO2, yang terdapat di

lapisan atmosfer, sehingga menghalangi energi panas matahari yang seharusnya

dipantulkan kembali ke angkasa. Hal tersebut tentunya akan menyebabkan naiknya

temperatur atau suhu bumi, dan memberikan dampak lain yang berkelanjutan.

Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (2013)

mengungkapkan data mengenai tingkat konsentrasi berbagai polutan yang termasuk

ke dalam gas rumah kaca sebagai berikut.

Tabel 1.1. Tingkat Konsentrasi Berbagai Gas Rumah Kaca

No Gas

Kondisi kerusakan lingkungan yang lain memiliki data yang berbeda. Menurut

Natural Resources Defense Council (Lembaga Pertahanan Sumber Daya Alam)

Amerika Serikat (2011), mengungkapkan bahwa rata-rata peningkatan suhu di

Amerika Serikat berkisar antara 3-90C pada satu abad terakhir ini. Menurut hasil

penelitian dari Program Penelitian Perubahan Global Amerika Serikat, dalam

Lembaga Pertahanan Sumber Daya Alam (2011), dampak yang terjadi akibat

(3)

ekstrim terutama anak-anak, orang tua, dan orang miskin; meningkatnya penyakit

yang ditransmisikan melalui makanan, minuman, dan serangga; serta tidak

menentunya pola iklim dan meningkatnya permukaan air.

Kemudian, peningkatan kebutuhan manusia yang disertai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan konsekuensi logis terhadap

peningkatan dalam bidang industri dan transportasi. Kedua bidang ini memberikan

dampak langsung terhadap meningkatnya tingkat pemanasan global (Global

Warming) yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan yang

kompleks. Ditambah lagi, berdasarkan hasil studi yang dilakukan ole Kementerian

Lingkungan Hidup (2012), Indeks Peduli Lingkungan (IPL) masyarakat Indonesia

masih berkisar pada 0,57 dari angka mutlak satu (1). Hal ini mengindikasikan bahwa

masyarakat belum berperilaku peduli terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, perlu

kesadaran semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan

demi terciptanya hubungan yang selaras antara manusia dan lingkungannya.

Pemahaman dan sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan tersebut, sangat

perlu untuk ditanamkan kepada generasi muda yang akan mewarisi tanggungjawab

untuk dapat menjaga, mengelola, serta melestarikan lingkungan secara arif dan

bijaksana.

Sebagai upaya atau langkah nyata kita sebagai pendidik dalam menyikapi

permasalahan ini adalah dengan menginternalisasikan pemahaman dan sikap tersebut

di dalam setiap aktifitas pembelajaran. Langkah ini diharapkan mampu menyiapkan

peserta didik yang memiliki kepedulian lingkungan, karena aktifitas-aktifitas yang

dilakukan di lingkungan sekolah nantinya diharapkan akan menjadi suatu kebiasaan,

dan kebiasaan tersebut diharapkan pula akan menjadi sebuah karakter yang melekat

kuat pada setiap peserta didik. Salah satu model yang mendukung upaya ini adalah

dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah (PBL). Sebagai

suatu model, Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu upaya dalam

kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa,

karena di dalamnya terdapat berbagai macam interaksi sosiologis antara anggota

kelompok maupun antar kelompok, seperti diskusi, berdebat, saling mendukung dan

(4)

satu aspek yang penting dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah adalah

proses pemecahan masalah (Problem Solving). Pemecahan masalah didefinisikan

sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi

antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Cahyadi, 2009). Salah satu

bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision

making), yang didefinisikan sebagai pemilihan solusi terbaik dari sejumlah alternatif

yang tersedia (Cahyadi, 2009).

Penelitian ini difokuskan pada proses yang terintegrasi di dalam aktivitas

pembelajaran. Diharapkan melalui penerapan strategi tersebut di dalam proses

pembelajaran di kelas, siswa mampu mengaplikasikan pemahaman dan sikap peduli

terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, dan diharapkan generasi muda

yang dihasilkan memiliki kecakapan yang sesuai dengan tuntutan yang tercantum

dalam Standar Kompetensi Lulusan. Hal itulah yang mendasari penulis untuk dapat

memberikan kontribusi melalui penelitian ini, dengan harapan akan terbentuknya

generasi muda yang cerdas dalam menjaga, mengelola, dan melestarikan

lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengaruh Pembelajaran Ekosistem Berbasis Masalah Global terhadap Penguasaan Konsep, Kemampuan Penalaran dan

Kesadaran Lingkungan Siswa Kelas X?”. Rumusan masalah tersebut dapat

dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah

dilakukan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global dan pembelajaran

ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan lingkungan?

2. Bagaimanakah perbedaan kemampuan penalaran siswa sebelum dan setelah

dilakukan pembelajaran ekosistem berbasis masalah global dan pembelajaran

ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan lingkungan?

3. Bagaimanakah perbedaan sikap kesadaran lingkungan siswa sebelum dan

(5)

pembelajaran ekosistem dengan metode diskusi yang menggunakan pendekatan

lingkungan?

4. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran, dan kesadaran lingkungan

siswa kelas X?

5. Bagaimanakah korelasi antara tingkat penguasaan konsep dan kemampuan

penalaran dengan tingkat kesadaran lingkungan siswa kelas X?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti membatasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran ekosistem yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah suatu

proses pembelajaran dengan pembahasan materi-materi yang berkaitan dengan

kerusakan lingkungan atau ekosistem, khususnya yang diakibatkan oleh faktor

alami maupun aktivitas manusia secara langsung. Kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh faktor alam diantaranya kerusakan akibat gempa bumi, gunung

meletus, tsunami, dan lain sebagainya. Sedangkan kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh aktifitas manusia diantaranya adalah pencemaran (tanah, air,

dan udara) serta akibat yang ditimbulkan dari pencemaran tersebut seperti

pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hujan asam, dan lain sebagainya.

2. Pembelajaran berbasis masalah global yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

yang menyajikan suatu permasalahan lingkungan yang bersifat global atau

memberikan dampak yang luas, baik secara ekologis maupun geografis, yang

kemudian harus dapat dianalisis dan dicari solusi penyelesaian masalahnya

secara berkelompok. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan

penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah, yang berasal dari

berbagai sumber yang relevan, terpercaya, dan bersifat multidisipliner.

3. Pembelajaran diskusi dengan menggunakan pendekatan lingkungan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran untuk kelas

(6)

pembelajarannya. Kemudian untuk pendekatan lingkungannya, digunakan

sebagai orientasi siswa pada topik yang akan didiskusikan melalui pengamatan

langsung dari lingkungan di sekitarnya.

4. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah dimensi

kognitif menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi, mulai dari kemampuan

mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3).

5. Penalaran yang akan dijaring dalam penelitian ini merupakan kemampuan

penalaran yang termasuk ke dalam Higher Order Thinking (HOT) menurut teori

Bloom yang telah direvisi. Kemampuan penalaran tersebut meliputi kemampuan

menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan kemampuan mencipta

(C6).

6. Kesadaran lingkungan yang akan dijaring dalam penelitian ini merupakan lima

tingkatan ranah afektif yang terdiri dari menerima (receiving), menanggapi

(responding), dan menilai (valuing), mengorganisasikan (organization), dan

menginternalisasikan nilai-nilai yang kompleks (characterization by a value

complex) yang dikemukakan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Kelima

tingkatan ini akan dijabarkan kembali menjadi beberapa pernyataan dalam

bentuk skala sikap yang disesuaikan dengan indikator dari setiap tingkatan ranah

sikap tersebut.

D. Asumsi

1. PBL dapat meningkatkan kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan

awal, konteks, dan perspektif, yang sangat penting dalam proses memecahkan

masalah (Tan, 2006).

2. PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan

menjadi pelajar yang mandiri (Arends, 2008:43).

3. PBL dapat meningkatkan penampilan siswa dalam memecahkan

(7)

4. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, menganalisis dan

memecahkan masalah kompleks, bekerja kooperatif dalam kelompok, dan

kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan (Akcay, 2009).

5. Hasil dari proses pembelajaran berbasis masalah adalah tercapainya

keterampilan dalam penyelidikan dan proses dalam mengatasi masalah disertai

dengan adanya sikap atau perilaku dan keterampilan sosial (Arends, 2008).

E. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis ditentukan dengan mengacu pada asumsi-asumsi

yang telah dijelaskan di atas. Hipotesis yang dimaksud adalah:

1. Terdapat perbedaan penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran

lingkungan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol.

2. Terdapat korelasi positif antara tingkat penguasaan konsep dan kemampuan

penalaran dengan kesadaran lingkungan siswa.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran lingkungan

siswa kelas X.

2. Menganalisis efektivitas pembelajaran ekosistem berbasis masalah global

terhadap penguasaan konsep, kemampuan penalaran dan kesadaran lingkungan

siswa kelas X.

3. Menganalisis hubungan antara penguasaan konsep dan kemampuan penalaran

terhadap kesadaran lingkungan siswa kelas X.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

(8)

1. Bagi siswa, memberikan wawasan dan informasi mengenai penalaran sains dari

hasil belajarnya pada materi ekosistem. Selain itu juga, siswa dapat mengasah

kepeduliannya terhadap lingkungan setelah mendapatkan informasi yang benar

mengenai suatu kondisi yang terjadi di sekitarnya.

2. Bagi guru (pengajar), hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi

untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat yang digunakan untuk

meningkatkan kemampuan penalaran dan kesadaran terhadap lingkungan yang

sangat diperlukan dalam sains. Selain itu, mudah-mudahan hasil penelitian ini

juga dapat dijadikan sebagai tambahan ide untuk lebih menggali potensi anak

melalui pembelajaran dengan menyajikan permasalahan-permasalahan yang

kontekstual.

3. Bagi peneliti lain, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumbangan ilmiah mengenai pengembangan strategi pembelajaran yang

diharapkan dapat memberikan hasil pembelajaran yang optimal bagi siswa,

Referensi

Dokumen terkait

Penutupan terumbu karang hidup di pulau ini pada umumnya berada dalam kondisi sedang(kurang bagus) dengan rata-rata penutupan sebesar 35,58% dan penutupan

Putusan Pengadilan Negeri Tangerang ini patut diapresiasi karena sekalipun perjanjian antara Penggugat dan Tergugat itu sah dan mengikat sesuai Pasal 1320 KUH Perdata

Ini adalah yang paling lazim dari desain khusus ,dimana Soemitra menghasilkan karya kerajinan tangan bagi pelanggan yang memungkinkan mereka untuk membuat desain

Setiap kapal yang berlayar mempunyai nahkoda yang memiliki peran yang penting dalam perjalanan tugas nahkoda kapal sebagai Pemimpin Kapal bertanggungjawab dalam membawa

Perbedaan nilai R/C Ratio yang diperoleh antara usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti dengan Dusun Selingkut Hulu dipengaruhi oleh jumlah pakan yang masih tersedia

Pada lantai 1, yaitu pada Ruang Tamu (Main-Entrance), botol bekas digunakan sebagai dinding partisi sekaligus menjadi celah ventilasi, dimana fungsi botol bekas ini untuk

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

LDR adalah rasio ini yang digunakan untuk menifai likuiditas suatu bank dengan cara membagijumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi