• Tidak ada hasil yang ditemukan

D MTK 1102672 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D MTK 1102672 Chapter1"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran matematika di PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) masih didominasi oleh metode ekspositori, satu arah dan mahasiswa hanya melihat dosennya menjelaskan tanpa mahasiswa aktif dalam menemukan sendiri konsep yang akan mereka pahami. Data hasil belajar selama beberapa semester terhadap mahasiswa S1 PGSD yang berasal dari SMA, SMK, MA dan SPG, dengan program studi IPA dan Non-IPA, ternyata kurang memuaskan dengan diperolehnya rerata kurang dari 50% dari skor maksimal untuk kedua kelompok tersebut (Supriadi, 2012, hlm 1). Keberagaman mahasiswa yang melatarbelakangi pendidikan mahasiswa PGSD, yakni mereka berasal dari berbagai jurusan, baik IPA, IPS maupun bahasa menjadi salah satu faktor penghambat mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan matematika. Faktor yang lainnya adalah lemahnya proses berpikir mahasiswa. Mereka hanya menghafal informasi, mengingat informasi dan mengumpulkannya tanpa memahami informasi yang diperolehnya. Sedangkan visi PGSD dalam kurikulum inti adalah menjadi program pendidikan sekolah dasar yang menghasilkan calon guru SD yang profesional yang mampu memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas (Supriadi, 2010, hlm. 1).

(2)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkemampuan tinggi, serta suasana kegiatan belajar mahasiswa PGSD cenderung tidak terlalu aktif (Supriadi, 2010, hlm. 2).

Pembelajaran matematika akan lebih menyenangkan jika mahasiswa aktif dalam menghubungkan antara fenomena nyata dengan pemahaman matematika yang akan diperoleh mahasiswa. Salahsatu cara untuk merealisasikan pembelajaran tersebut yaitu dengan pemodelan matematika. Proses pemodelan matematika memberikan ruang gerak yang cukup bagi mahasiswa untuk mengembangkan kreativitasnya, mendorong melakukan kegiatan berupa percobaan dan penyelidikan yang mengarah kepada pembuktian konjektur yang dibuat mahasiswa serta kemauan melakukan proses eksplorasi dan investigasi matematika (Turmudi, 2009). Selain itu, dengan pemodelan ini memungkinkan mahasiswa dapat menemukan kembali konsep-konsep atau hukum matematika yang pernah ditemukan oleh para ahli sebelumnya, dapat membuat model matematika yang pada mulanya cukup sederhana, kemudian lambat laun mahasiswa dapat menguji, menformalkan, dan menggeneralisasikan (Turmudi, 2009).

(3)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Blum (Maas, 2006, hlm. 115) mendiskripsikan, proses pemodelan akan dimulai dari masalah dunia nyata dengan menyederhanakan, menstrukturisasi dan mengidealisasi masalah ini sehingga akan mendapatkan model real. Matematisasi model nyata akan mengarah atau melahirkan suatu model. Dengan bekerja dalam kerangka ilmu matematika, solusi matematis dapat diperoleh. Selanjutnya solusi ini terlebih dahulu diinterpretasikan dan selanjutnya divalidasi. Jika solusi yang dipilih terbukti tidak tepat terhadap realita, maka langkah-langkah khusus ataupun mungkin seluruh proses pemodelan perlu diaplikasikan sekali lagi. Tujuan proses pemodelan matematika menurut Blum akan dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap matematika dan keyakinan dalam pembelajaran matematika.

Pengembangan kemampuan pemodelan matematik yang dilakukan mahasiswa perlu didukung oleh aspek afektif, seperti disposisi terhadap pemodelan matematik. Sumarmo (2013, hlm. 245) berpendapat bahwa:

“…dalam belajar bidang studi apapun mahasiswa perlu mengutamakan

pengembangan kemampuan berpikir dan disposisi matematik. Pengutamaan tersebut menjadi semakin penting manakala dihubungkan dengan tuntutan kemajuan IPTEKS dan suasana bersaing yang semakin ketat terhadap semua jenjang pendidikan” .

Polking (dalam Sumarmo, 2013, hlm. 381) mengemukakan bahwa disposisi matematik menunjukkan: a. rasa percaya diri dalam menggunakan matematika,

memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan, b. fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari

(4)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif strategi penyelesaian masalah. Disposisi juga berkaitan dengan kecendrungan mahasiswa untuk merefleksi pemikiran mereka sendiri (NCTM dalam Sumarmo, 2012, hlm. 3). Disposisi pemodelan matematik diperlukan oleh mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan pemodelan matematik. Mahasiswa dapat bergairah dalam belajar, percaya diri, fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide dan alternatif pemecahan masalah, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, memonitor dan merefleksikan pemikiran, rasa ingin tahu yang tinggi dan apresiasi terhadap matematika dalam kegiatan pemodelan matematika.

(5)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Intelligence) memegang peran penting bagi keberhasilan mahasiswa dalam

perkuliahan. Pada umumnya kita beranggapan bahwa keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahannya karena memiliki kecerdasan intelektual atau kognitif (IQ) yang tinggi, sehingga kecerdasan yang lain seperti kecerdasan kreatif kurang diperhatikan. Kecerdasan yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang menurut Strenberg (Moller, 2005, hlm. 1) adalah kecerdasan kreatif (Creative Intelligence).

Kecerdasan kreatif adalah kemampuan untuk melampaui yang ada untuk menciptakan ide-ide baru dan menarik (Moller, 2005, hlm. 2). Kecerdasan kreatif berkaitan dengan cara kita melakukan berbagai hal dan juga hasil yang dicapai. Suatu aktivitas bisa dianggap kreatif kalau melibatkan suatu pendekatan baru atau unik, bagaimana memecahkan masalah, dan jika hasilnya dianggap berguna serta dapat diterima (Rowe, 2005, hlm. 12). Akar dari pembelajaran adalah keingintahuan dan kemampuan untuk bertanya. Jika siswa tidak ingin tahu, mereka tidak akan bereksperimen untuk melihat bagaimana sebenarnya lingkungan di sekitar mereka. Rasa ingin tahu itu naluriah, tetapi bisa didorong oleh pendidikan yang mendukung keterbukaan dan pertanyaan. Sebuah pelajaran yang menarik akan berdampak pada pembelajaran. Karena siswa itu sangat menyukai baik dengan guru/dosen maupun cara mengajarnya (Rowe, 2005, hlm. 130) .

Ada banyak pendekatan pembelajaran yang bisa kita gunakan dalam upaya mengembangkan kemampuan dan disposisi pemodelan serta berpikir kreatif matematik, salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah pembelajaran kontekstual yang biasanya disebut juga dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Johnson (Hafiziani, 2006, hlm. 8) mengemukakan

bahwa,

(6)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang lebih terhadap suatu konten dapat dicapai siswa jika diberikan konteks yang lebih luas di mana didalamnya siswa dapat membuat hubungan-hubungan. Jadi bagian penting dari pekerjaan guru adalah menyediakan konteks. Semakin banyak siswa mengaitkan pelajaran mereka dengan konteks maka akan lebih banyak pengertian yang dapat diturunkan dari pelajaran tersebut. Menentukan makna atau pengertian dalam pengetahuan dan keterampilan mengarahkan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kontekstual ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran bermakna, dan belajar dalam perkuliahan matematika dikontekskan ke dalam situasi nyata, jadi lebih menekankan pada proses penemuan dari pengetahuan bukan pada hasil akhir. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, dosen harus mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bagi dosen yang kreatif, peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungan belajar mahasiswa dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk menciptakan kondisi yang lebih konkrit guna menuntun mahasiswa dalam memahami konsep matematika melalui model pembelajaran kontekstual. Bila pembelajaran matematika yang dilakukan menggunakan CTL, maka tentunya pembelajaran tersebut harus memiliki komponen-komponen yang dimiliki CTL. Komponen-komponen tersebut adalah konstruktivisme (constructivism), penemuan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment). Situasi nyata dalam pembelajaran kontekstual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika yang menyajikan nilai-nilai budaya Sunda dalam setiap pembelajarannya.

(7)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyandian, mengukur, mengelompokkan, menyimpulkan dan pemodelan. Tics berarti teknik, dengan kata lain etno mengacu pada anggota kelompok di dalam lingkungan budaya diidentifikasi oleh tradisi budaya mereka, kode simbol, mitos dan cara khusus yang digunakan untuk berpikir dan untuk menyimpulkan (Rosa dan Orey, 2007, hlm.10). Etnomatematika merupakan irisan dari tiga himpunan disiplin ilmu: matematika, antropologi budaya dan pemodelan matematika (Rosa dan Orey, 2006, hlm. 19).

Keberhasilan negara Jepang dan Tionghoa dalam pembelajaran matematika karena mereka menggunakan etnomatematika dalam pembelajaran matematikanya (Emmanuel dkk, 2009, hlm. 386). Matematika adalah produk dari budaya yang berbasis kegiatan sosial manusia dan semua masyarakat memiliki praktek-praktek matematika yang dianggap paling sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan budayanya. Sistem ini disebut sebagai etnomatematika (Matang, 1998, hlm. 23). Selain itu, matematika diidentifikasi sebagai kegiatan budaya dalam masyarakat tradisional dan non tradisional (Rosa dan Orey 2007, hlm. 61). Matematika dalam etnomatematika dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang terikat dengan budaya dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan mahasiswa, jelas ini sangat bertentangan dengan pendapat selama ini bahwa matematika adalah sebagai disiplin ilmu yang bebas dari budaya dan nilai-nilai sosial.

Budaya yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika ini adalah budaya Sunda, budaya Sunda merupakan budaya yang dimiliki oleh sebagian besar mahasiswa PGSD di sebuah Universitas Negeri. Mahasiswa PGSD ini terletak di provinsi Jawa Barat yang terdiri dari Kampus Purwakarta, Kampus Bumi Siliwangi, Kampus Cibiru, Kampus Sumedang, dan Kampus Tasikmalaya dan provinsi Banten dengan Kampus Serang. Provinsi Jawa Barat dan Banten memiliki kebudayaan asli yaitu kebudayaan Sunda.

Kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansekerta

(8)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa (Koentjaraningrat, 2002, hlm. 181). Definisi kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002, hlm. 180).

Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2002, hlm. 186) adalah:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

(9)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai budaya Sunda merupakan tuntunan hidup orang Sunda yang berhubungan dengan Tuhan, pribadinya sesama manusia, terhadap alam, dan terhadap waktu (Suryalaga, dalam Abdullah, 2013, hlm. 16). Nilai budaya Sunda sebagai perilaku manusia Sunda dalam menghadapi perubahan cara menghadapi masalah, serta sikap terhadap pendapat dan konflik (Mariana dan Paskrina, 2006, hlm. 65). Nilai budaya Sunda adalah sebagai konsep yang dimiliki orang Sunda dalam menghadapi masalah kehidupan dan penghidupannya di dunia ini.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan budaya Sunda diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan bahwa matematika akan dapat diajarkan secara efektif dan bermakna dengan menghubungkannya dengan budaya atau untuk mahasiswa secara individual, mahasiswa merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam membahas konsep-konsep matematika, mendorong penciptaan pengetahuan, dan pembelajaran matematika dapat membantu dalam mempromosikan nilai-nilai dalam budaya.

(10)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Latar belakang di atas mendorong penulis melakukan penelitian untuk melihat pengembangan kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik mahasiswa PGSD melalui pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika (PKBE) ditinjau keseluruhan mahasiswa, latar belakang pendidikan (IPA, dan Non IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda). Untuk memperdalam kajian penelitian ini, diungkap pula interaksi antara PKBE dengan latar belakang pendidikan (IPA, dan Non IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non Sunda). Selain interaksi, akan diungkap pula asosiasi antara kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik. Penulis pun ingin mengetahui pendapat mahasiswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan PKBE. Bidang etnomatematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai-nilai budaya Sunda. Selain itu, untuk mengoptimalkan proses PKBE maka diperlukan sebuah bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika. Bahan ajar yang didesain sesuai dengan indikator kemampuan pemodelan matematik dan kemampuan berpikir kreatif matematik. Bahan ajar yang disusun berisi problema budaya yang terjadi saat ini dan dilengkapi dengan nilai-nilai budaya Sunda yang dikembangkan dalam pembelajaran. Pengembangan bahan ajar menggunakan metode Didactical Design Research (DDR). Setelah diperoleh sebuah desain bahan ajar yang optimal, selanjutnya diuji keberhasilannya dengan metode eksperimen. Untuk mengetahui kehandalan bahan ajar penulis akan mencoba membandingkan kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang mendapatkan PKBE-DDR dengan mahasiswa yang belajar dengan PKBE Non DDR dan pembelajaran konvensional (PKV).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

(11)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

etnomatematika. Rendahnya rerata hasil belajar mahasiswa PGSD selama ini karena pembelajaran banyak didominasi oleh pembelajaran konvensional, sehingga diperlukan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika merupakan sebuah solusi dalam mengembangkan hasil belajar mahasiswa, khususnya dalam kemampuan pemodelan, berpikir kreatif, disposisi pemodelan, dan disposisi berpikir kreatif matematik. Selain inovasi pembelajaran, penyusunan bahan ajar yang sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan mahasiswa sangat penting untuk dikembangkan. Metode Didactical Design Research (DDR) digunakan dalam pengembangan bahan ajar pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika. Sehingga PKBE yang akan digunakan peneliti terdiri dari PKBE DDR dan Non DDR. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas penelitian ini berjudul:

“Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan serta Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis

Etnomatematika”.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah kemampuan pemodelan matematik antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda)? 2. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang

mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda)? 3. Apakah disposisi pemodelan matematik antara mahasiswa yang mendapatkan

(12)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Apakah disposisi berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda)?

5. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap kemampuan pemodelan matematik?

6. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap kemampuan pemodelan matematik?

7. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik?

8. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik?

9. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap disposisi pemodelan matematik?

10.Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap disposisi pemodelan matematik?

11.Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap disposisi berpikir kreatif?

12.Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap disposisi berpikir kreatif?

13.Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan pemodelan matematik dengan kemampuan berpikir kreatif matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan yang menggunakan PKV?

(13)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15.Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan yang menggunakan PKV?

16.Bagaimana pendapat mahasiswa terhadap PKBE?

17.Bagaimana pemahaman nilai-nilai budaya Sunda mahasiswa terhadap kemampuan dan disposisi pemodelan serta berpikir kreatif matematik dalam PKBE?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi obyektif mengenai kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik mahasiswa PGSD melalui PKBE DDR, PKBE Non-DDR dan PKV. Unsur etnomatematika yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika adalah nilai-nilai budaya Sunda. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk menelaah:

1. Kemampuan pemodelan matematik antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non- DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda).

2. Kemampuan berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda).

(14)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Disposisi berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda).

5. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap kemampuan pemodelan matematik.

6. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap kemampuan pemodelan matematik.

7. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik.

8. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik.

9. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap disposisi pemodelan matematik.

10.Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap disposisi pemodelan matematik.

11.Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap disposisi berpikir kreatif.

12.Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap disposisi berpikir kreatif.

13.Asosiasi antara kemampuan pemodelan matematik dengan kemampuan berpikir kreatif matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan yang menggunakan PKV.

14.Asosiasi antara kemampuan pemodelan dengan disposisi pemodelan matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan yang menggunakan PKV .

(15)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 16.Pendapat mahasiswa terhadap PKBE.

17.Pemahaman nilai-nilai budaya Sunda mahasiswa terhadap kemampuan dan disposisi pemodelan serta berpikir kreatif matematik dalam PKBE.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Memberikan referensi keberlakuan dan keterandalan pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika baik yang berbahan ajar DDR dan Non DDR terhadap pengembangan kemampuan dan disposisi pemodelan matematik serta kemampuan dan disposisi berpikir kreatif matematik mahasiswa PGSD.

b. Memberikan manfaat langsung terhadap dosen dalam pengembangan keterampilan mengajarkan matematika di PGSD. Disamping itu, mahasiswa PGSD sebagai calon guru kelas mendapatkan pengalaman langsung mengenai proses pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika serta dampak langsung yang dirasakan setelah pembelajaran.

c. Memberikan manfaat terhadap dosen dalam pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan mahasiswa sehingga mendapatkan hasil yang optimal melalui metode DDR.

(16)

Supriadi, 2014

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Referensi

Dokumen terkait

Pirolisis adalah proses termokimia yang dapat digunakan untuk mengubah biomassa densitas rendah (1,5 GJ/m 3 ) dan bahan organik lainnya menjadi cairan

Kandungan minyak tertinggi diperoleh pada waktu ekstraksi 2 jam dengan perbandingan biji kurma dengan pelarut = 1:6.. Dari hasil analisis yang dilakukan pada

Gambaran kondisi Nyata sikap positif yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Inggris di MTs.N Subang .... Kendala yang ditemukan untuk

Pada halaman admin terdapat delapan menu utama yaitu : Beranda, Olah Data Fakultas, Olah Data Jurusan, Olah Data Jenis Usulan, Olah Data Pangkat/Golongan, Olah Data

mahasiswa FPOK Prodi PJKR dan PGSD Penjas tahun 2014. Melaksanakan pengumpulan data dan melaksanakan tes kebugaran jasmani. untuk mengetahui adakah perbedaan dan mana

Oleh karena itu, persepsi maupun asumsi siswa terhadap tindakan radikalisme yang dimiliki oleh siswa perlu untuk digali dan diidentifikasi, sehingga dapat memberi

untuk melakukan pengujian mengenai pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, dalam skripsi

Bila telepon yang ada di genggaman kita merupakan keajaiban manusia sejak 20 tahunan yang lalu di mana kita bisa menelpon di mana saja dan mengirim teks sms kapan saja, maka era