http://epserv.fe.unila.ac.id
A B S T R A K
Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Anggaran Daerah
(Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Lampung)
Oleh
Siti Zuleha
Desentralisasi fiskal di Indonesia sudah dimulai sejak Januari tahun 2001. Meskipun secara pelaksanaannya desentralisasi fiskal ini masih mengalami berbagai kendala di lapangan, namun sudah memungkinkan untuk melakukan evaluasi dengan melihat dampaknya terhadap kinerja anggaran suatu daerah, khususnya Kabupaten/Kota di Lampung. Berdasarkan hasil perhitungan
disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal dapat memberikan dampak yang positif bagi anggaran daerah Kabupaten/Kota di Lampung. Secara nominal besaran APBD terus meningkat bahkan sangat signifikan dibandingkan sebelum desentralisasi fiskal, namun rata-rata persentase kontribusi sebagian pos dalam APBD belum berkembang secara positif. Tingkat kemandirian Kabupaten/Kota di Lampung, diantaranya Lampung Selatan, Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Barat dan Bandar Lampung mengalami peningkatan walau masih cukup rendah yaitu rata-rata sebesar 17,41% sebelum desentralisasi fiskal menjadi 22,07% sesudah implementasi desentralisasi fiskal.
Dari revenue side, Pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Lampung diharapkan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan PAD untuk mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah (local discretion). Langkah penting yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaan daerah adalah menghitung potensi PAD riil yang dimiliki daerah. Sedangkan expenditure side, pemerintah daerah
Kabupaten/Kota di Lampung harus meningkatkan alokasi dana publik untuk keperluan yang langsung berkaitan dengan kepentingan publik atau public
oriented, yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan : pelayanan dasar, misalnya pengeluaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak (basic infrastructure).