http://epserv.fe.unila.ac.id
ABSTRAK
ANALISIS DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) KOTA BANDARLAMPUNG
Oleh
Gusti Faurina Adiningrum
Awal tahun 2001 pemerintah Indonesia mulai melaksanakan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang merupakan peluang bagi pemerintah daerah di Indonesia untuk melaksanakan serta membiayai sendiri kemajuan pembangunan, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya manusia di daerah masing-masing.
Kota Bandarlampung dalam pelaksanaan pembangunannya tidak melakukan pinjaman, sehingga tidak ada kewajiban pembayaran ke pihak lembaga pemberi pinjaman manapun. Namun untuk selanjutnya perlu dipikirkan untuk mencari sumber –sumber pembiayaan yang potensial melalui pinjaman daerah dengan syarat ada kemampuan dalam
membayarnya. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana kesiapan Kota Bandarlampung dalam melakukan pinjaman daerah. Serta dampak yang mungkin terjadi.
kelayakan pemerintah daerah dalam melakukan pinjaman. Selain DSCR, digunakan juga alat analisis BMP (Batas Maksimal Pinjaman) jangka pendek dan jangka panjang, yaitu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pinjaman maksimum yang diperbolehkan menurut undang-undang. Nilai DSCR yang diperkenankan adalah minimal 2,5 point. Sedangkan nilai BMP tidak melebihi 75% dari penerimaan umum APBD tahun sebelumnya. Apabila dalam hasil perhitungan, ada peluang untuk melakukan pinjaman daerah, maka selanjutnya digunakan alat analisis Regulatory Impact Assesment (RIA)
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun anggaran 2001-2005. Nilai DSCR dan BMP Kota Bandarlampung telah memenuhi standar yang ditetapkan. Yaitu dengan asumsi DAU dimasukkan, karena dengan adanya DAU membuat Kota
Bandarlampung memiliki dana netto yang cukup besar dan dapat digunakan untuk membayar angsuran pinjaman beserta kewajiban lain yang menyertainya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kota Bandarlampung tidak bisa mengandalkan PADnya dan masih sangat bergantung pada DAU dalam melakukan pinjaman daerah.