• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga berperan sebagai penyumbang devisa negara serta sebagai penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Produk pertanian mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Salah satunya adalah sebagai bahan baku dalam kegiatan industri, baik industri besar, industri menengah, industri kecil maupun industri rumah tangga.

Pada umumnya, masyarakat Indonesia khususnya di pedesaan merupakan masyarakat petani, artinya pertanian menjadi sektor mata pencaharian hidup utama.Pertanian itu pun masih dilakukan secara tradisional. Adapun bidang-bidang lainnya seperti pedagang, pengrajin gula merah yaitu industri kecil rumahan yang pada umumnya dilakukan hampir oleh setiap keluarga, dan jasa masih kurang mendapat perhatian. Seperti yang mereka kerjakan setiap harinya yang berprofesi sebagai pembuat gula merah. Masyarakat desa memandang hidup secara sederhana, dan tidak diliputi oleh bermacam-macam pikiran yang menyulitkan. Mereka lebih memilih hidup sederhana dan menyerah terhadap keadaan sehingga kehidupan terlihat apa adanya.

(2)

Dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam lingkungan desa masyarakat mengandalkan sumber daya alam yang tersedia seperti bertani, berkerbun dan bahkan menjadi pengrajin atau pembuat gula merah yang pada umumnya dilakukan juga oleh para petani sebagai pekerjaan sampingan. Dalam pembuatan gula di desa biasanya menggunakan cara-cara pembuatan yang masih sederhana atau tradisional.

Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap dapat membantu perekonomian masyarakat yang mayoritas sudah berprofesi sebagai pembuat gula merah. Kegiatan tersebut sudah lama dilakukan oleh penduduk desa Sekarmayang, bahkan sudah ada yang berpuluh-puluh tahun melakukan kegiatan menjadi pembuat gula merah.Gula merah selain untuk dikonsumsi sendiri juga dijual.Nilai ekonomis yang tinggi menjadi salah satu faktor banyaknya orang-orang membuat gula merah, sehingga menjadi budaya turun temurun, pembuat gula merah sudah berlangsung dari dulu hingga sekarang.

Sebagai barang konsumsi, gula mempunyai peranan penting dalam sistem pangan manusia, selain sebagai penyedia rasa manis, gula menjadi pemasok kalori yang cukup penting. Penyedia kalori paling besar untuk tubuh sebenarnya adalah beras dan makanan tepung lain.

Dalam kehidupan sehari-hari kehadiran pemanis sangat penting. Banyak sekali jenis bahan pangan dan minuman yang harus diberi tambahan pemanis karena jika tidak, maka makanan dan minuman tersebut akan terasa hambar dan tidak nikmat lagi untuk disantap. Penggunaannya dalam

(3)

kehidupan sehari-hari telah menyebabkan komoditas ini memperoleh kedudukan yang baik, selain itu juga telah menjadi salah satu bahan kebutuhan pokok di Indonesia. Dapat dipastikan tingkat kebutuhan pemanis di negara akan terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya bidang industri pangan.

Semakin meningkatnya permintaan gula seiring lajunya pertumbuhan penduduk, maka terdapat sebagian masyarakat yang membuat gula sendiri di rumah untuk kebutuhannya sehari-hari dan sebagiannya dapat dijual salah satunya adalah gula merah. Ada sebagian masyarakat yang menjadikan pembuatan gula merah ini sebagai suatu kegiatan usaha sehari-hari mereka atau sebagai mata pencaharian mereka. Di desa Sekarmayang, Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, banyak sekali tanaman kelapa sehingga masyarakat di sana banyak yang mengolahnya sendiri menjadi gula merah karena bahan dasar dari pembuatan gula merah itu sendiri adalah terbuat dari air badheg.

Banyak perubahan yang terjadi setelah mereka beralih profesi dari sebagai petani dan kemudian berpindah menjadi pembuat gula merah. Menurut penduduk desa Sekarmayang berprofesi sebagai pembuat gula merah memang sangat menguntungkan. Pendapatan memang di atas rata-rata dibandingkan dengan para petani biasa. Dengan keuntungan yang mereka peroleh sangat besar, teryata menjadikan penduduk desa Sekarmayang sedikit banyak perubahan kehidupan sosial ekonomi mereka. Dari yang dulunya mereka hidup sederhana sekarang mereka berubah menjadi pola yang

(4)

konsumtif tetapi tetap terkontrol dan dari ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang tinggi atau mapan.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan akan melakukan penelitian dengan judul penelitiannya, yaitu Kehidupan Sosial Budaya

Pembuat Gula Merah di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?

2. Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?

3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap sebagai berikut: 1. Sejarah desa dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan,

Kabupaten Cilacap.

2. Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap.

(5)

3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang dan bahan kajian lebih lanjut.

b. Memberikan bekal kepada pembuat gula merah agar dapat memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan bekal pengetahuan pada masyarakat tentang gagasan kehidupan sosial budaya pembuat gula merah, sehingga dapat bermanfaat untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi para pembuat gula merah dalam meningkatkan dan mengembangkan home industry. c. Sebagai masukan pada para pedagang agar mengupayakan alat

transportasi dan komunikasi yang lebih baik agar pemasaran gula merah ke konsumen dapat lebih lancar.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai kehidupan sosial budaya pembuat gula merah teryata baru pertama kali dilakukan, namun penelitian yang berkaitan dengan kehidupan sosial budaya sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu

(6)

antara lain, dalam penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian

Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga.

Pada penelitian ini menjelaskan tentang sosial budaya dari kisah Nyi Pandansari dan Ki Kramat, yang dapat memberi contoh kepada masyarakat sekarang bagaimana cara bergaul dengan sesama, agar tidak memperlihatkan kesombongan, dengan melestarikan kebudayaan yang sudah ada seperti nanggap wayang. Banyak bukti sejarah atau petilasan dari Nyi Pandansari yang terletak di desa Pandansari, kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga diantaranya makam Nyi Pandansari, Makam Nyi Gendhuk Wasiyah, Makam Ki Kramat, Makam Nyi Rr Juminten, Makam Ki Kebo Kuning, Sumur Mas, Sebuah lingga tinggi 55 cm, keliling lingkar 57 cm.

Dalam penelitian Winarno (2003) yang berjudul Pendapat Kepala

Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Dalam Pembangunan Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.Dalam penelitian ini menjelaskan tentang membangun sosial

budaya di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Kepala Desa di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas telah berhasil membangun sosial budaya di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, dan hambatan-hambatan pelaksanaan tugas Kepala Desa di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas dapat diatasi dengan dilandasi rasa ikhlas dalam melaksanakan tugas tugas yang diembaninya.

(7)

Perbedaan dari penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian

Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga

adalah penelitian yang meneliti tentang kehidupan sosial dari seorang tokoh masyarakat di desa Pandansari sedangkan, penelitian Winarno (2003) yang berjudul Pendapat Kepala Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala

Desa Dalam Pembangunan Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas adalah penelitian yang meneliti tentang

membangun sosial budaya dan hambatan-hambatan pelaksanaan tugas kepala desa.

Dalam penelitian diatas menyimpulkan bahwa sosial budaya dalam masyarakat sangat berperan penting dalam perubahan nilai sosial budaya sebab dengan adanya kajian-kajian sosial budaya dapat memberi contoh pada masyarakat tentang cara bergaul dengan sesama, melestarikan kebudayaan, dan akan berdampak pada perubahan sosial.

F. Landasan Teori dan Pendekatan 1. Landasan Teori

Kehidupan sehari-hari kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia, Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua

(8)

bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal (Soejono, 1989:158).

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia (Warsito, 2012:51). Ketujuh unsure kebudayaan tersebut adalah : 1. Sistem bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Sistem sosial, 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi, 7. Sistem kesenin (Warsito, 2012:71)

a. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia (Warsito, 2012:73)

(9)

b. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya (Warsito, 2012:75)

c. Sistem Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah

(10)

kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya (Warsito, 2012:72)

d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akanselalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik (Warsito, 2012:71)

e. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana caramata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (Warsito, 2012:72). Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Di Indonesia terdapat berbagai macam mata pencaharian untuk mensejahterakan penduduk di Indonesia.

(11)

Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya. Mata pencaharian dibedakan menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian sampingan adalah mata pencaharian di luar mata pencaharian pokok. Mata pencaharian adalah keseluruhan kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada lingkungan fisik, sosial dan budaya yang terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.

Industri menurut Hartanto (1987) adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang meningkatkan nilai guna dari bahan atau barang dengan mengarahkan suatu teknologi dan ketrampilan fisik maupun sumber alam yang ada. Pengembangan merupakan sutu jalur kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu (Arsyad, 1992)

Industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk

(12)

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri kecil adalah jenis usaha mikro dengan modal dasar dibawah 500 juta, dengan menggunakan peralatan yang sederhana untuk proses produksinya (Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008)

Ada dua industri kecil yang ada di Indonesia. Pertama, industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta. Kedua, menurut kategori Biro Pusat statistik (BPS), usaha kecil identik dengan usaha kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) Industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang, (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang, (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999).

Usaha kecil meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, dan belum berbadan hukum. Usaha kecil informal meliputi petani, penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Semntara usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana

(13)

yang telah digunakan turun temurun, atau berkaitan dengan seni dan budaya (Sutrisno, 2002:47-48)

Istilah industri biasanya menimbulkan gambaran dalam pikiran akan adanya pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan yang mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi dengan menggunakan alat-alat seperti mesin-mesin dan lain-lain, yang dilayani karyawan dengan kecakapan tertentu (Swasta dan sukotjo 2001:10).

Adapun ciri-ciri industri kecil yaitu: (1) Modal yang ada kecil, (2) Alat-alat dan cara-cara ymasih sederhana, (3) Dilakukan di rumah (perusahaan kecil), (4) Umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha agraris, (5) Pengetahuan khusus tidak banyak, (6) Membuat barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari.

Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa masih tergolong masuk dalam kategori yang belum maju dan masih sederhana. Kebanyakan orang menganggap bahwa masyarakat desa khususnya masyarakat petani masih dianggap secara umum yang mana mereka dianggap seragam atau sama antara masyarakat petaniyang satu dengan yang lain. Kenyataannya malah berbanding terbalik dimana masing-masing petani memiliki ciri yang berbeda misalnya saja pada tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang ditanam, teknologi atau alat-alat pertanian yang mereka pergunakan, sistem pertanian yang mereka pakai, dan juga topografi atau bentuk kondisi fisik geografisnya. Masyarakat petani

(14)

bisa dibagi menjadi dua yaitu antara masyarakat petani tradisonal dan petani modern, yang membedakan antara keduanya adalah bagi kelompok petani yang pertama mereka masih tergantung dan ditentukan oleh alam karena masih rendahnya teknologi dan pengetahuan mereka, produksi yang mereka hasilkan hanya untuk usaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menghidupi keluarganya, dan tidak mengejar keuntungan sedangkan kelompok petani yang ke dua mereka lebih mengutamakan mendapatkan keuntungan, mereka juga menggunakan teknologi dan sistem pengelolaan yang modern dan menanam tanaman yang laku di pasaran.

Pertanian merupakan suatu usah apengolahan tanah, pengelolaan air, pemupukan terhadap suatu komoditas tanaman tertentu guna memperoleh hasil yang dapat dinikmati oleh manusia baik secara langsung maupun melalui tahap pengolahan. Komoditas yang dihasilkan dapat berupa tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Oleh karena, terdapat spesies tanaman yang menjadi komoditas pangan dunia seperti padi, gandum, jagung, tebu, kentang, kedelai,kacang tanah, pisang dankelapa dan lain-lain. Maka keberlanjutan pertanian menjadiisu penting bagi pemenuhan kebutuhan primermanusia (Jurnal pertanian ilmu-ilmu pertanian diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang

(15)

Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta volume 6, nomor 2, desember 2010)

f. Sistem Religi

Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitive (Warsito, 2012:76). g. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula daripenelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni

(16)

tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat (Warsito, 2012:73).

William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang materiil maupun yang immaterial, dengan terutama menekankan pengaruh yang besar dari unsure-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur immaterial. Kingsley Davis mengatakan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soerjono, 1989:284)

Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soerjono, 1989:285)

Menurut (Soekanto, 1989:390) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yaitu: (1) Sistem pendidikan yang maju, (2) Sikap menghargai hasil karya seseorang dalam keinginan-keinginan untuk maju, (3) Toleransi terhadap perubahan-perubahan yang menyimpang, (4) Sistem yang terbuka dalam masyarakat, (5) Penduduk yang heterogen, (6) Ketidak puasan

(17)

masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, (7) Sikap mudah menerima hal-hal baru.

Kalau bicara tenteng status dan perubahan sosial, kecenderungan masyarakat merujuk pada kondisi ekonomi dan sosial seseorang dalam kaitanya dengan jabatan (kekuasaan), dan peran yang bersangkutan didalam masyarakat dimana ia menjadi anggota atau partisipan. Dengan demikian, pengertian tentang status sosial cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam hubunganya dalam status orang lain berdasarkan ukuran tertentu. Ukuran itu yang menjadi tolak ukur adalah mencakup tingkat pendapatan, pendidikan atau kekuasaan.

Seperti telah dibicarakan diatas, maka terjadi suatu lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat ada suatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut. Menurut (Soekanto,1982:231) ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat dalam lapisan-lapisan tersebut adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan dibidang ekonomi akan berdampak pada terjadinya perubahan dibidang yang lain, seperti yang tejadi pada perubahan sosial.

(18)

2. Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, seperti golongan sosial mana yang berperan, nilai-nilai yang dianutnya, serta hubungannya dengan hubungan lain (Kartodirdjo, 1994:4). Pendekatan sosiologi melihat suatu gejala dari aspek sosial yang mencakup hubungan sosial, interaksi, jaringan hubungan sosial, yang kesemuanya mencakup dimensi sosial kelakuan manusia (Kartodirdjo, 1992:87). Melalui pendekatan sosiologi akan dijelaskan tentang perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.

Roucek dan Werren (Soerjono, 1982:16) mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompoknya. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (Soerjono, 1982:16), menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.

Menurut (Soekanto 1982 : 61) Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di

(19)

dalamnya perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan kemasyarakatan yang kategoris, murni, abstrak, berusaha memberi pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat umum.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam tulisan ini yaitu metode sejarah.Metode sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekat objek penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstuktur sehingga akan mempermudah dalam perolehan data sejarah. Dalam penelitian sejarah data berkedudukan sangat penting sebab tanpa data sejarah tidak mungkin ditulis (nodata, no history). Data menjadi harga mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi (Priyadi, 2013:111)

Metode penelitian historis menurut Notosusanto (1978:35-43; bdk.Gottschalk, 1983:34) meliputi (1) heuristik (mencari sumber-sumber), (2) kritik atau analisis (menilai sumber-sumber), (3) interprestasi atau sintesa (menafsirkan keterangan sumber-sumber), dan (4) historiografi (penulisan sejarah). Langkah pemilihan topikdianggap sebagai langkah awal. Hal itu wajar saja karena tanpa ada topik atau sasaran studi, maka sejarawan tidak akan mungkin langsung melakukan pengumpulan sumber. Meskipun dianggap langkah para penelitian, tetapi perlu dipertimbangkan sebagai langkah awal dalam penelitian sejarah (Priyadi, 2011:3)

(20)

Data merupakan harga mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa akan meninggalkan jejak sejarah yang dapat diamati dari proses pencarian dan penemuan. Jika sebuah peristiwa telah kehilangan jejaknya, maka sejarah sangat sulit untuk diteliti dan ditulis. (priyadi, 2013:111)

1. Heuristik

Penulis mengumpulkan sumber-sumber dari pelaku pembuat gula merah (orang mengetahui tentang pembuat gula merah). Pengumpulan data dan informasi mengenai pembuatan gula merah melalui wawancara atau sejarah lisan. Sejarah lisan adalah karya sejarah atau historiografi didominasi oleh sumber sejarah lisan.Sumber sejarah lisan disebut dominan apabila lebih dari 50 % sumber yang dipakai sumber yang dipakai adalah non-dokumen dan non benda (Priyadi, 2014:15).

Dalam mengumpulkan sumber penulis melakukan wawancara dengan informan yaitu pembuat gula merah di desa Sekarmayang. Penulis melakukan wawancara dan dokumentasi dengan beberapa pembuat gula merah untuk mendapatkan data yang relevan.

2. Kritik

Sejarah lisan diperoleh, sejarawan harus melakukan langkah kritik atau verifikasi.Verifikasi berusaha menilai apakah data itu benar-benar asli atau tidak selanjutnya biasa dipercaya. Di sini, ada dua hal yang dituntut, yaitu keotetikan melalui kritik ekstern dan kekreabilitasan

(21)

dengan cara kritik intern. Keotetikan melihat dari sisi luar data, kekredibilitasan mengkritik hal-hal berkaitan dengan isi data (Priyadi, 2013:118).

Langkah selanjutnya setelah penulis menemukan fakta-fakta mengenai data, kemudian penulis melakukan suatu penilaian terhadap data tersebut.Penilaian dilakukan untuk memastikan data-data tersebut asli atau palsu.

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern digunakan untuk mencari keotentikan (keaslian) sumber. Dan kritik ekstern yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas (kebisaan untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2011:75)

Dalam hal ini penelitian berusaha mencari dan menguji sumber-sumber yang akan dijadikan reverensi terhadap penelitian yang disusun, apakah sumber yang didapat itu benar-benar asli atau tidak. Peneliti akan menguji mengenai kejiwaan, umur, dan pola pikir sumber atau tokoh yang terlibat langsung dalam pembuatan gula merah.

b. Kritik Intern

Dalam kritik intern, yang dilakukan peneliti yaitu dengan memperhatikan informasi yang telah diperoleh dan membandingkan kesaksian dari berbagai sumber atau informan agar sumber dapat dipercaya (Priyadi, 2011:81)

(22)

Tahap selanjutnya penulis melakukan kritik intern yaitu dengan membandingkan dan menyeleksi informasi yang telah diperoleh. Kritik intern ini dilakukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatanya dan tanggung jawab.

3. Interpretasi atau Penafsiran

Peneliti mendeskripsikan fakta sejarah. Deskripsi ini dilakukan oleh peneliti agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan saling berkaitan. Fakta yang satu akan menjelaskan kedudukan fakta yang lain. Setelah dianalisis, sejarawan kemudian akan merangkai atau menyusun hasil-hasil analisis fakta yang berdiri sendiri sehingga fakta-fakta tersebut akan saling menyulam, dan saling membentuk jaringan atau teks akan saling menguatkan (Priyadi, 2013:122)

Penulis mendeskripsikan data-data telah diperoleh agar saling berkaitan sehingga dapat menjelaskan fakta-fakta sejarah yang diperoleh. Setelah penulis menganalisis kemudian data-data tersebut dirangkai menjadi sebuah penelitian atau karya ilmiah.

4. Historiografi

Langkah terakhir atau puncak metode sejarah yaitu penulisan sejarah atau sering disebut historiografi. Pada tahap penulisan peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang telah diajukan (Priyadi, 2011:92)

(23)

Proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk rekonstruksi sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data yang ada, sejarawan harus menyadari bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetati untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu peneliti perlu mempertimbangkan struktur gaya bahasanya.

H. Sistematika Penyajian

Pada penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan bagian demi bagian dengan sistematika sebagai berikut :

Bab Pertama Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan pendekatan, metode penelitian sejarah serta sistematika penulisan.

Bab Dua Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi wilayah desa Sekarmayang. Bab ini menjelaskan tentang keadaan geografis dan keadaan demografis.

Bab Tiga Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan Patimuan, Kabupaten cilacap. Bab ini menjelaskan tentang awal munculnya pembuat gula merah, perkembangan pembutan gula merah dari tahun 2011-2014, proses penyadapan atau pengambilan nira kelapa (nderes), proses pengolahan nira menjadi gula kelapa.

Bab Empat Kehidupan sosial budaya pembuat gula merah di desa Sekarmayang kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap dari tahun 2011-2014.

(24)

Bab ini menjelaskan tentang kehidupan sosial budaya dan kehidupan sosial ekonomi.

Bab Lima simpulan dan saran yang berisi mengenai uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran untuk berbagai pihak berkait dengan pembuat gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu media sosial yang cukup popular di kalangan masyarakat, facebook dimanfaatkan pula oleh UT sebagai s arana komunikasi, tempat belajar bersama

Jadi metode lovas dalam pembelajaran PAI untuk anak berkebutuhan khusus (autis) disini saling mempengaruhi satu sama lain. Anak berkebutuhan khusus tidak mungkin bisa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perbendaharaan kepustakaan IAIN Tulungagung dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya

Dia bertutur demikian: “Tanpa segan-segan saya menjan- jikan kepada Anda bahwa jika Anda masing-masing mengikuti program sederhana ini, tanpa memandang berapa kali Anda

Sehingga muncul rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, apakah terdapat perbedaan potensi kebangkrutan pada sektor pertambangan yang terdaftar di BEI

Agar agroindustri kecil mampu berkembang dan bertahan untuk ke depannya, maka perlu dilakukan penelitian tentang kinerja, nilai tambah dan strategi pengembangan agroindustri

A lihat pergerakan lingkaran berputar berlawanan jarum jam; segitiga dan kotak berputar searah jarum jam dengan berubah

Jumlah usahatani yang meningkat, kondisi iklim yang bagus, tidak memerlukan lahan yang luas, bahan baku yang mudah didapat, jumlah permintaan yang banyak dan