• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROYEKSI DALAM TEKS SURAT KABAR INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROYEKSI DALAM TEKS SURAT KABAR INDONESIA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 295

PROYEKSI DALAM TEKS SURAT KABAR INDONESIA

Amrin Saragih Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan Surel: amrin_saragih@yahoo.com

Abstrak: Proyeksi merupakan representasi pengalaman linguistik ke pengalaman linguistik lain. Makalah ini menampilkan temuan penelitian tentang proyeksi ekspresi dari suatu sumber berita ke dalam teks berita surat kabar Indonesia berdasarkan teori linguistik fungsional sistemik (LFS). Makalah ini bertujuan mendeskripsi jenis proyeksi dalam pemberitaan, menemukan jenis proyeksi yang dominan, dan mengkaji konteks sosial yang memicu penggunaan proyeksi yang dominan. Sumber data adalah teks berita surat kabar tingkat nasional (harian Kompas, Republika) dan tingkat lokal atau provinsi (Waspada, Analisa), Sebanyak 28 teks berita keempat surat kabar itu dianalisis berdasarkan teori LFS dengan fokus pada analisis proyeksi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa di samping penggunaan proyeksi yang lazim, yakni lokusi parataksis (1 “2) seperti dia berkata, “Saya akan pergi”, lokusi

quasiproyeksi seperti “saya akan pergi”, katanya dominan digunakan dalam surat kabar Indonesia. Quasiproyeksi ini menunjukkan bahwa, bunyi, kata, frase, klausa, klausa-kompleks, paragraf dan teks dapat berfungsi sebagai frase dalam teks pemberitaan surat kabar. Temuan quasiproyeksi berimplikasi revisi terhadap definisi frase yang lazim dikenal dan keterkaitan dengan konteks sosial Indonesia.

Kata-kata Kunci: proyeksi, surat kabar, quasiproyeksi PENDAHULUAN

Proyeksi merupakan pengodean pengalaman linguistik ke pengalaman linguistik lain. Istilah proyeksi yang digunakan dalam linguistik fungsional sistemik (Halliday 2014: 508; Eggins 2004; Martin 1992; dan Martin dan Rose 2007) setara dengan istilah tradisional kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Proyeksi adalah satu unsur fungsi logis yang selanjutnya merupakan satu unsur dari metafungsi dalam teori LFS. Sebagai fungsi atau hubungan logis, proyeksi klausa terdiri atas sekurang-kurangnya dua klausa. Dengan kata lain, proyeksi terjadi dalam hubungan klausa kompleks. Kedua klausa itu adalah klausa pemroyeksi dan klausa terproyeksi, seperti Ali berkata, “Saya akan pulang sekarang.” Hubungan antara klausa pemroyeksi dan terproyeksi dapat berupa hubungan sama status yang dikenal sebagai hubungan parataksis atau hubungan tidak sama status yang dikenal sebagai hipotaksis. Dengan menggunakan 28 teks pemberitaan dari 4 surat kabar tingkat nasional dan lokal atau provinsi sebagai data dan analisis teks berdasarkan teori LFS, ditemukan pemberitaan surat kabar Indonesia didominaasi oleh quasiproyeksi, yakni proyeksi semu. Quasiproyeksi bukan proyeksi karena quasiproyeksi hanya dibangun dari satu klausa saja. Berikut ini diuraikan proyeksi dalam teks pemberitaan surat kabar Indonesia berdasarkan teori LFS.

(2)

296 Proyeksi Dalam Teks Surat Kabar Indonesia

ORIENTASI TOERITIS

Kajian ini didasarkan pada teori LFS yang dikembangkan oleh Halliday (2014) dan para systemicists yang lain, seperti Martin (1992), Thompson (2014), Eggins (2004), Bloor dan Bloor (2013) dan Martin dan Rose (2007). Uraian singkat tentang teori yang digunakan disampaikan berikut ini

Pemroyeksi dan Terproyeksi

Proyeksi klausa terealisasi dalam klausa kompleks, yang sekurang-kurangnya terjadi dari dua klausa, yakni klausa pemroyeksi dan klausa terproyeksi. Dalam teks klausa kompleks seperti ditampilkan dalam Figura 1, klausa pemroyeksi adalah Ali berkata dan klausa Saya akan pulang sekarang adalah klausa terproyeksi. Klausa Saya akan pulang sekarang adalah representasi pengalaman linguistik yang selanjutnya direperesentasikan atau diproyeksikan kembali melalui pengalaman linguistik yang lain, yakni Ali berkata. Di dalam pemroyeksi Ali berkata terdapat proses atau verba, yakni berkata yang selanjutnya dikenal sebagai sebagai Proses Pemroyeksi. Proses Pemroksi dapat berupa Proses verbal seperti ditampilkan dalam Figura 1 itu, seperti berkata, mengatakan, menyebutkan dan sebagainya atau Proses Mental, seperti berpikir, berpendapat, menganggap dan lain sebagainya. Jika proses pemroyeksi adalah Proses Verbal proyeksi itu diistilahkan sebagai proyeksi lokusi, seperti dia berkata dia akan pergi dan lokusi ini berdasarkan konvensi LFS ditandai dengan dua tanda kutip “. Selanjutnya, jika proses pemroyeksi adalah Proses Mental proyeksi itu diistilahkan sebagai proyeksi ide, seperti dia menyadari dia akan pergi yang selanjutnya ditandai dengan satu tanda kutip ‘.

Ali berkata, “Saya akan pulang sekarang”.

Pemroyeksi Terproyeksi - berkata - mengatakan - berucap - menyebut - bertanya - menanyakan - menyarankan - ... Proses Verbal LOKUSI... “ - berpikir - memikirkan - berpendapat - mengingat - mengingatkan - menyadari - mengetahui - ... Proses Mental IDE... ‘

Figura 1 Pemroyeksi dan Terproyeksi

Parataksis dan Hipotaksis

Hubungan kesalingtergantungan antara pemroyeksi dan terproyeksi diistilahkan sebagai taksis. Berdasarkan taksisnya dalam proyeksi terjadi hubungan parataksis dan hipotaksis. Pada proyeksi parataksis berlangsung hubungan status sama dengan masing-masing unsur klausa pemroyeksi dan terproyeksi dapat berdiri sendiri, karena

(3)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 297 berstatus sama. Dengan kata lain, masing-masing klausa yang membangun proyeksi parataksis bersifat independen. Misalnya, dalam proyeksi Ali berbaka, “Elang itu terbang di angkasa”, klausa pemroyeksi Ali berkata dapat bediri sendiri dan demikian juga klausa terproyeksi Elang itu terbang di angkasa dapat berdiri sendri. Sebagai indikator atau konsekuensi status yang sama atau setingkat, posisi klausa yang membangun proyeksi parataksis dapat dipertukarkan. Misalnya, posisi klausa yang membanguan proyeksi Ali berkata, “Elang itu terbang di angkasa” dapat dipertukarkan dengan klausa awal dipindahkan ke belakang atau sebaliknya sebagai “Elang itu terbang di angkasa” Ali berkata atau “Elang itu terbang di angkasa” berkata Ali.

Berbeda dengan proyeksi parataksis, unsur proyeksi hipotaksis terjadi dari dua jenis, yakni klausa yang dapat berdiri sendiri yang dikenal sebagai klausa independen dan klausa yang tidak dapat berdiri sendiri atau bergantung pada klausa independen itu yang dikenal sebagai klausa dependen. Dalam proyeksi hipotaksis Ali memberi tahu mereka bahwa elang itu terbang di angkasa klausa Ali memberitahu mereka dapat berdiri sendiri sedangkan *bahwa elang itu terbang di angkasa tidak dapat berdiri sendiri. Selanjutnya, posisi kedua klausa yang membangun proyeksi itu tidak dapat dipertukarkan. Klausa *bahwa elang terbang di angkasa Ali memberi tahu mereka tidak berterima dalam BI.

Dalam konvensi LFS untuk membedakan proyeksi berdasarkan taksisnya digunakan angka (Arab) untuk parataksis dan huruf Yunani untuk hipotaksis. Dalam proyeksi parataksis klausa yang muncul lebih dahulu dilabeli angka 1 dan klausa yang muncul berikutnya atau mengikutinya dilabeli angka 2. Jika terdapat lebih dari dua klausa 1 dan 2, klausa berikutnya dilabeli 3, 4, 5, 6....dst. Berbeda dengan itu dalam proyeksi hipotaksis klausa independen diberi huruf dan klausa dependen ditandai dengan Jika terdapat lebih dari dua, klausa berikutnya dilabeli sebagai dst.

Hubungan Semantik Logis

Di samping taksis, pemroyeksi dan terproyeksi dideskripsi berdasarkan arti yang diistilahkan sebagai hubungan semantik logis. Secara operasional hubungan semantik logis mempertanyakan jika terdapat proyeksi 1 2 atau  apakah makna atau fungsi klausa 2 atau terhadap 1 atau ? Dua jenis hubungan makna atau fungsi wujud berdasarkan hubungan semantik logis, yakni proyeksi kata atau kutipan lokusi (quoting locution) dan proyeksi makna atau laporan ide (reporting meaning).

Proyeksi kata (projection of wordings) atau kutipan lokusi menunjukkan bahwa terproyeksi adalah ujaran, ucapan atau ekspresi langsung kata-kata suatu sumber. Fokus pada kutipan ujaran adalah pada keaslian, orisinalitas atau kelangsungan atau keidentikan kata-kata yang disampaikan oleh suatu sumber. Proses pemroyeksi adalah Proses Verbal dan berlangsung parataksis. Proyeksi kata berlangsung pada strata tata bahasa yang dikenal sebagai leksikogramar dalam LFS. Sebagai contoh konteks sosial proyeksi kata adalah ketika seorang ulama atau ustad mengutip suatu firman dari kitab

(4)

298 Proyeksi Dalam Teks Surat Kabar Indonesia

suci Al-Quran atau mengutip suatu hadis (persis) seperti kata-kata yang diucapkan oleh nabi/rasul dalam konteks Islam. Demikian juga pendeta atau pastor yang mengutip kata-kata dari kitab suci Injil atau Bibel. Konteks sosial yang lain adalah pengambilan sumpah oleh pejabat atau pegawai atas saksi di pengadilan atau yang sepenuhnya menirukan kata-kata yang diucapkan oleh pengambil sumpah jabatan atau sebagai saksi. Terproyeksi akan diproyeksikan persis seperti ekspresi dari sumbernya, seperti dalam teks dia berkata, “Anak itu akan pergi ke kota”.

Proyeksi makna (projection of meaning) atau laporan ide menunjukkan bahwa terproyeksi adalah makna atau arti yang disampaikan suatu sumber. Fokus pada laporan ide adalah kesamaan atau kesesuaian makna yang dilaporkan dengan makna yang disampaikan oleh suatu sumber walapupun dengan kata-kata yang berbeda. Dengan kata lain, proyeksi makna menampilkan terproyeksi sebagai makna yang sama dengan makna yang disampaikan sumber dan potensial dengan kata-kata yang berbeda. Proses pemroyeksi adalah Proses Mental dan berlangsung dalam hipotaksis. Proyeksi makna berlangsung pada strata semantik Sebagai contoh konteks sosial proyeksi suatu makna adalah rujukan yang dilakukan dalam karya ilmiah, seperti artikel ilmiah, tesis dan disertasi. Seorang penulis atau peneliti menggunakan rujukan berbasis isi (content-based reference) dalam tulisan ilmiah dalam hal mempertahankan suatu pendapat. Contoh lain dari proyeksi makna adalah terjemahan dari satu teks sumber ke teks lain. Kata-kata yang digunakan potensial berbeda tetapi maksud atau maknanya sama. Dengan demikian, makna bisa lebih atau kurang dari kata-kata yang sesungguhnya dikatakan oleh sumber.

Dalam perspektif LFS bahasa terjadi dari tiga strata, yakni semantik, tata bahasa atau leksikogramar dan fonologi (bahasa lisan) atau grafologi (bahasa tulis) atau

isyarat (bahasa isyarat). Hubungan ketiga strata ini merupakan semiotik denotatif

(yang ditandai dengan garis panah) dengan semantik direalisasikan oleh leksikogramar. Selanjutnya, realisasi semantik dalam leksikogrammar atau fusi semantik dalam leksikogramar itu diekspresikan oleh fonologi dalam bahasa lisan. Alternatif lain, adalah leksikogrammar yang telah terfusi dengan semantik direalisasikan oleh grafologi dalam bahasa tulis atau oleh isyarat atau tanda dalam bahasa isyarat. Seperti diringkas dalam Figura 2 pada awalnya berdasarkan hubungan semantik logis ada dua jenis proyeksi, yakni proyeksi kata pada strata leksikogramar dan proyeksi makna pada strata semantik. Proyeksi kata dikenal juga sebagai kutipan dan proyeksi makna sebagai laporan. Dengan kata lain, pada awalnya ada kutipan lokusi dan laporan ide.

(5)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 299 ke

D

p

bahwa anak itu akan pergi ke kota

“Anak itu akan pergi ke kota “

leksikogramar kata (lokusi) semantik arti/makna (ide)

Dia pikir Dia berkata

Figura 2 Kutipan Lokusi dan Laporan Ide

fonologi/ grafologi/isyarat

Kutipan lokusi merupakan parataksis dan laporan makna merupakan hipotaksis. Sebagai kutipan kata, proyeksi parataksis itu menggunakan Proses Verbal sebagai proses pemroyeksi. Berbeda dengan itu, sebagai laporan makna proyeksi hipotaksis menggunakan Proses Mental sebagai proses pemroyeksi. Perbandingan kedua jenis proyeksi itu ditampilkan dalam Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1 Perbandingan Proyeksi Kata dan Pryeksi Makana

No Aspek Proyeksi Kata Proyeksi Makna

1 terproyeksi kata makna

2 strata bahasa leksikogramar semantik

3 taksis parataksis hipotaksis

4 proses pemroyeksi verbal mental

5 istilah lain kutipan lokusi; lokusi parataksis

laporan ide; ide hipotaksis 6 konteks sosial pengambilan sumpah;

kutipan ayat kutab suci

terjemahan; interpretasi 7 contoh teks Dia berkata,“ Anak itu

akan pergi ke kota”

Dia pikir anak itu akan pergi ke kota Selanjutnya, dari kutipan lokusi didatangkan laporan lokusi yang ditandai dengan anak panah pada Figura 3. Sebagai contoh dari Dia berkata, “Anak itu akan pergi ke kota.” sebagai kutipan lokusi diturunkan laporan lokusi Dia mengatakan bahwa anak itu akan pergi ke kota. Demikian juga dari laporan ide, diturunkan kutipan ide. Sebagai contoh dari laporan ide Dia pikir bahwa anak itu akan pergi ke kota diturunkan kutipan ide *Dia berpikir, “Anak itu akan pergi ke kota.” yang hampir belum pernah ditemukan atau mungkin tidak berterima di dalam bahasa Indonesia (BI). Di dalam bahasa Inggris proyeksi kutipan ide wujud seperti he thought, “The boy will leave for the city”.

(6)

300 Proyeksi Dalam Teks Surat Kabar Indonesia

KUTIPAN LAPORAN

Lokusi

Ide

Dia pikir bahwa

anak itu akan pergi ke kota Dia berkata,“ Anak itu

akan pergi ke kota”

Figura 3 Pembentukan Laporan Lokusi dan Kutipan Ide Dia mengatakan anak itu akan pergi ke kota

*Dia berpikir, “Anak itu akan pergi ke kota.” He thought, “The boy will leave for the city”

Quasi Proyeksi

Quasiproyeksi adalah teks yang kelihatan seperti proyeksi tetapi pada prinsipnya bukan proyeksi. Secara tertulis quasiproyeksi mirip proyeksi karena penanda dalam bahasa tulis dengan dua tanda kutip “...” yang terdapat pada dan mengapit satu bagian teks itu. Sesungguhnya, quasiproyeksi bukan proyeksi karena berdasarkan tata bahasa kriteria proyeksi tidak terpenuhi. Seperti diuraikan terdahulu, klausa proyeksi sekurang-kurangnya terjadi dari dua klausa. Dengan kata lain, unsur yang membangun satu klausa kompleks yang membentuk proyeksi terdiri atas dua klausa atau lebih. Quasiproyeksi terjadi dari satu klausa saja. Dengan demikian, teks quasiproyeksi bukan proyeksi yang sebenarnya. Klausa majemuk dia berkata, “Saya akan pergi ke kantor” merupakan proyeksi tetapi teks katanya, “Saya akan pergi ke pesta itu” dan “Saya akan pergi ke pesta itu” katanya hanya terbentuk sebagai satu klausa dan oleh karena itu kedua teks itu merupakan proyeksi semu atau diistilahkan sebagi quasiproyeksi.

Kategori Proyeksi

Dari uraian terdahulu secara teoretis terdapat empat jenis proyeksi, yakni lokusi parataksis, lokusi hipotaksis, ide parataksis, dan ide hipotaksis. Akan tetapi, quasiproyeksi juga terkait dengan proyeksi. Dengan demikian terdapat lima kategori yang digunakan dalam mengkaji proyeksi dalam pemberitaan surat kabar Indonesia. Kelima jenis itu adalah empat kategori proyeksi, yakkni lokusi parataksis, lokusi hipotaksis dan ide parataksis dan satu kategori proyeksi semu yang diistilahkan sebagai quasiproyeksi. Dalam Tabel 2 berikut ini ditampilkan kelima ketegori itu.

Tabel 2 Ketegori Proyeksi

No Janis Kategori Notasi Contoh dan Analisis

(7)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 301 sekarang.”

1 “2

2 Lokusi Hipotaksis  Beny mengatakan dia harus pergi saat itu.

 “

3 Idea Parataksis 1 '2 *Beny berpikir, “Saya harus pergi sekarang”

Beny thought, “I must go now.” 1 ‘2

4 Ide Hipotaksis  Saya pikir saya harus pergi sekarang. Beny berpendapat dia harus pergi saat itu.

 ‘

5 Quasiproyeksi “Saya harus pergi sekarang”, katanya.

Katanya “Saya harus pergi sekarang.”

METODE

Sumber data dalam kajian ini adalah teks berita empat surat kabar, yakni Kompas, Republika, Waspada dan Analisa. Surat kabar Kompas dan Republika diasumsikan mewakili terbitan koran yang berlevel nasional karena kedua koran itu terdistribusi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Koran Waspada dan Analisa juga tersebar luas di wilayah provinsi Sumatra Utara. Setiap surat kabar diwakili oleh 7 teks berita utama. Dengan demikian terkumpul 28 teks berita dari keempat koran itu. Berita yang digunakan dalam kajian ini adalah berita yang tidak berasal dari kantor berita. Dengan batasan ini semua teks yang digunakan adalah liputan asli oleh masing-masing koran itu.

Data dalam kajian ini adalah klausa kompleks mengenai proyeksi dari 28 teks berita keempat koran itu. Mula-mula diambil teks berita utama yang tampil di halaman pertama dari pemberitaan keempat koran itu yang berjumlah 28 teks. Lalu dari teks itu hanya klausa kompleks yang diambil. Klausa kompleks itu mencakupi dua hal, yakni kalusa tkompleks tentang ekspansi dan proyeksi. Akhirnya, yang menjadi data difokuskan pada klausa kompleks mengenai proyeksi.

Kajian ini adalah kajian kualitatif yang menggunakan kelima kategori pada Tabel 2 sebagai pengelompokan proyeksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis teks yang digunakan dalam LFS. Kklausa kompleks proyeksi dianalisis dengan mengunakan nooatsi seperti pada Tabel 2.

TEMUAN KAJIAN

Dari lima jenis atau kategori yang potensial terjadi dan menjadi acuan dalam kajian ini, tiga digunakan dalam pemberitaan surat kabar Indonesia. Ketiga kategori itu adalah lokusi hipotaksis, ide hipotaksis dan quasiproyeksi. Proyeksi yang dominan dalam teks berita surat kabar Indonesia adalah quasiproyeksi. Dua jenis proyeksi yakni

(8)

302 Proyeksi Dalam Teks Surat Kabar Indonesia

lokusi parataksis dan ide parataksis tidak digunakan dengan urutan berdasarkan proporsi.

Tabel 3 Proporsi Proyeksi

No Jenis Proyeksi Jumlah Persentase

1 Lokusi Parataksis (1 “2) 0 0 2 Lokusi Hipotaksis ( “) 28 27,18 3 Idea Parataksis (1 ‘2) 0 0 4 Ide Hipotaksis ( ‘) 19 18,45 5 Quasiproyeksi 56 54,37 Total 103 100 Lokusi Hipotaksis

Proporsi lokusi hipotaksis adalah 27,18%. Berikut adalah contoh penggunaan proyeksi lokusi hipotaksis. Proses pemroyeksi dicetak miring. Proses pemroyeksi adalah Proses Verbal.

(1)

- Presiden menyatakan tidak akan memihak calon mana pun yang bertarung dalam pilkada serentak pada 15 Februari besok (Kompas 14 Feb. 2017 hal 1 kol.1).

- JPU menyebutkan beberapa item tujuan pemberian “uang ketok” itu antara lain yakni persetujuan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan (LPJP) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumut Tahun 2012 dengan total Rp1.550.000.000 dan menyetujui Perubahan APBD Sumut 2013 senilai Rp2.550.000.000 (Analisa 14 Feb. 2017 hal. 1kol.1).

- Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Gerindra Endro Hermono mengatakan akan melakukan konsolidasi dengan fraksi lain mengenaai penerapan hak angket tersebut ...(Waspada 14 Feb. 2017 hal. A2. Kol. 6)

Ide Hipotaktis

Proporsi proyeksi ide hipotaksis sekitar18,45%. Proses pemroyeksi adalah Proses Mental, yang dalam tampilan contoh teks berikut ini dicetak miring.

(2)

- ACTA (Advokat Cinta Tanah Air) berpendapat bahwa seharusnya Mendgari memberhentikan Ahok lantaran nomor registrasi perkara penodaan agama sudah ada (Waspasa 14 Feb. 2017 hal A2 kol.7).

- Pemerintah menyadari kekuatan citra Indonesia yang saat ini masih lemah (Kompas 14 Februari 2017 hal 18, kol.3)

- Namun, diyakini masyarakat Indonesia adalah masayarakat yang cerdas dan dewasa (Analisa 14 Feb. Hal 9 kol4).

(9)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 303

Quasiproyeksi

Lebih dari setengah atau sekitar 54,37% dari proyeksi dalam teks berita surat kabar Indonesia adalah quasiproyeksi. Berikut adalah contoh quasiproyeksi yang digunakan dalam pemberitaan surat kabar Indonesia.

(3)

- “Rekaman ini menjadi data pembanding ketika ada persoalan saat rekapitulasi suara,” ujar anggota Bawaslu, Nasrullah (Kompas 14 Februari 2017, hal. 15 kol.5)

- ACTA (Advokat Cinta Tanah Air) berpendapaat bahwa seharusnya Mendgari memberhentikan Ahok lantaran nomor registrasi perkara penodaan agama sudah ada (Waspasa 14 Feb. 2017 hal A2 kol.7)

- “Soal pilkada prinsipnya Pak Presiden sebagai kepala pemerintahan menegaskan ulang tentang posisinya yang tetap netral, objektif, dalam pilkada ini di mana saja. Tidak memihak calon mana pun, artinya tetap menjaga netralitas”, tutur Haedar seusai bertemu dengan Presiden (Kompas 14 Feb. 2017. Hal. 1 kol.1-2)

- “Kenapa kepala daerah yang lain bisa memberhentikan kepala daerah yang lain. Ini keidakadilan hukum. Karena itu kami sudah berseppakat untuk mengusulkan hak angket. Kami yakin akan ada titik terang,” kata Yandri. (Waspada 14 Feb. 2017 hal A2.kol.6)

- “Kami telah menyiapkan sejumlah langkah untuk melanjutkan reformasi perpajakan, yaitu Pasal 18 Undang-Undang Pengampunan Pajak, implementasi program untuk mempermudah akses terhadap data nasabah bank, serta program peningakatan layanan kepada wajib pajak,” kata Direktur Jendral Pajak Ken Dwijugiasteadi saat jumpa pers di Jakarta, Senin (13/12) (Waspada 14 Feb. 2017 hal.1 kol.3)

PEMBAHASAN

Dua jenis atau kategori proyeksi, yakni lokusi parataksis dan ide parataksis tidak digunakan dalam teks pemberitaan surat kabar Indonesia. Proyeksi lokusi parataksis atau kutipan lokusi wujud dalam dalam laras lain di dalam BI. Sebagai contoh, dalam karya sastra novel Babad Mangkubumi proyeksi lokusi parataksis berikut ini digunakan. Dalam contoh itu proses pemroyeksi adalah Proses Verbal bertanya, menanggapi, bersabda dan menjawab yang dicetak miring.

(4)

Sri Paduka Kangjeng Sultan bertanya: “Bagaimana pendapat saudara Overste tentang akan datanganya tamu Tuan Komisaris Jenderal itu? Saudara Overste sudah maklum bahwa di sini tidak ada apa-apa. Selain daripada itu sudahlah jelas bahwa aku ada di bawah kekuasaan Jenderal Kompeni. Aku minta supaya tidak terjadi sesuatu kekecewaan yang membuat malu bagi kita”.

(10)

304 Proyeksi Dalam Teks Surat Kabar Indonesia

Tuan Overste Iseldhik menanggapi: “Maafkanlah Kangjeng Sultan, saya sendiri kurang begitu jelas apa tujuan utama kunjungan Tuan Koomisaris Jenderal tersebut. Bagimanapun juga saya belum mengetahui kepastiannya, sebab saya belum menerima surat. Namun, meskipun saya belum menerima suratnya dan nantinya betul juga ada kunjungan Tuan Komisaris Jenderal, apakah yang menimbulkan kesangsian Kanjeng Sultan? Saya percaya bahwa kemanunggalan kompeni dengan raja-raja Jawa sudah sedemikian baiknya”.

Sri Paduka Kangjeng Sultan bersabda lagi: “Aku harus bersikap bagaimana untuk menyesuaikan sopan santun kedudukan? Apabila aku harus menghormat Tuan Gubernur, pastilah aku duduk di sebelah kiri Tuan Gubernur. Untuk kunjungan Tuan Komisaris Jenderal nantinya aku duduk di mana? Di sebelah kirinya ataukah di sebelah kanannya?”

Tuan Overste Iseldhik menjawab seperti memperolokkan Sri Paduka kanjeng Sultan, “Tentunya Kangjeng Sultan mengakui bahwa kedudukan Kompeni itu lebih tua. Dan perlu diketahui bahwa kedudukan Kompeni itu lebih tua. Dan perlu diketahui bahwa tamu Kangjeng Sultan nanti, meskipun beliau Komisaris Jenderal pasti tidak mau duduk di sebelah kiri Kangjeng Sultan”. (Sastronaryatmo 2009: 151—152)

Ketidakmunculan lokusi parataksis dalam pemberitaan surat kabar Indonesia diduga untuk tujuan praktis. Seandainya dalam pemberitaan surat kabar lokusi parataksis digunakan, teks berita akan bernuansa laras bahasa sastra seperti pada novel Babad Mankubumi itu. Teks surat kabar mengutamakan fakta dan kepraktisan. Keterbatasan ruang atau kolom juga mempengaruhi pemakaian lokusi parataksis.

Ketidakmunculan ide parataksis disebabkan jenis proyeksi ini tidak terdapat dalam BI. (Berdasarkan pengalaman penulis, proyeksi ini belum ditemukan dalam BI. Di dalam bahasa Inggris proyeksi ini wujud, seperti he thought, “I will go now”. )

Quasiproyeksi merupakan proyeksi semu. Berdasarkan kriteria tata bahasa, proyeksi klausa terjadi dari sekurang-kurangnya dua klausa, yakni pemroyeksi dan terproyeksi. Quasiproyeksi terjadi dari satu klausa saja. Misalnya, quasiproyeksi pada (5a, b) terjadi dari satu klausa saja dan dengan demikian tidak merepresentasikan fungsi atau makna logis. Dengan kata lain, quasiproyeksi tidak memenuhi kriteria tata bahasa yang membentuk proyeksi, yakni tidak ada dua klausa sebagai unsurnya dan tidak ada makna logis dalam semua teks itu.

(5)

a. “Rekaman ini menjadi data pembanding ...,” ujar...Nasrullah (Kompas 14 Februari 2017, hal. 15 kol.5).

(11)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 305 Berbeda dengan teks pada (5a, b), teks pada (6a, b) adalah proyeksi karena teks itu terjadi dari dua klausa, yakni pemroyeksi dan terproyeksi. Teks pada (6) adalah lokusi parataksis dengan proses pemroyeksi Proses Verbal (dicetak miring)

(6)

a. “Rekaman ini menjadi data pembanding,” berujar Nasrullah. b. “Saya akan pergi”, berkata dia.

Masing-masing teks (6a, b) terjadi dari dua klausa, yakni klausa terproyeksi “Rekaman ini menjadi data pembanding,” dan berujar Nasrulla atau Nasrullah berujar dan “Rekaman ini menjadi data pembanding”. Hal yang sama juga terjadi pada teks “Saya aka pergi” dan berkata dia atau “Saya akan pergi” dan dia berkata. Berbeda dengan semua teks pada (6a, b), teks pada (5a, b) merupakan satu klausa saja. Unsur ujar Nasrullah merupakan satu frase dan tidak bisa berdiri sendiri karena frase itu merupakan bagian dari kalusa yang lebih besar. Demikian juga jika disungsangkan *Nasrullah ujar tidak berterima. Demikian juga, teks katanya adalah frase dan *nyakata tidak berterima.

Teks “Saya akan pergi”, katanya merupakan satu klausa yang pada tingkat atau lexicogrammar terjadi dari dua frase (istilah berdasarkan perspektif tata bahasa formal) atau terjadi dari dua grup (istilah berdasarkan perspektif tata bahasa fungsional sistemik), yakni katanya dan saya akan pergi. Kedua unsur frase atau grup nominal itu membentuk satu klausa yang dalam klausa itu berfungsi Proses: Relasional . Dengan kata lain, “Saya akan pergi”, katanya adalah klausa relasional yang merepresentasikan pengalam relasional. Proses: Relasional adalah yang menghubungkan Saya akan pergi dan katanya secara nyata tidak wujud tetapi proses itu potensial wujud secara eksplisit di dalan BI seperti pada (7) dan dinyatakan dengan (adalah), yang berarti bahwa Proses: Relasional itu dapat wujud secara eksplisit atau implisit.

Seperti ditampilkan pada (7) klausa teks “Rekaman ini menjadi data pembanding ...,” ujar...Nasrullah dan “Saya akan pergi”, katanya masing-masing sejajar atau setara dengan dokter itu Bill dan ibu kota Indonesia Jakarta. Antara kedua frase yang membangun klausa itu secara eksplisit dapat wujud Proses: Relasional adalah. Selanjutnya, seperti ditampilkan pada (8) klausa ujar Nasrullah “Rekaman ini menjadi data pembanding...” dan katanya, “Saya akan pergi”, setara dengan Bill dokter itu dan Jakarta ibu kota Indonesia dengan proses adalah wujud antara kedua unsur yang membangaun klausa itu.

(7) Klausa Pasif Relasional

a. “Rekaman ini menjadi data pembanding” (adalah) ujar...Nasrullah

b “Saya akan pergi” (adalah) katanya

c. Dokter itu (adalah) Bill

d. Ibu kota Indonesia (adalah) Jakarta.

(12)

306 Proyeksi Dalam Teks Surat Kabar Indonesia (8) Klausa Aktif Relasional

a. Ujar Nasrullah (adalah) “Rekaman ini menjadi data

pembanding...”

b. Katanya (adalah) “Saya akan pergi”.

c. Bill (adalah) dokter itu.

d. Jakarta (adalah) ibu kota Indonesia

Bentuk (Proses: Relasional) Nilai

Masing-masing quasiproyeksi “Rekaman ini menjadi data pembanding ...,” ujar Nasrullah atau ujar Nasrullah, “Rekaman ini menjadi data pembanding...” dan “Saya akan pergi” katanya atau katanya “Saya akan pergi”, merupakan satu klausa relasional yang potensial ditandai oleh Proses: Relasional , adalah. Inti atau induk dari semua Proses: Relasional adalah proses ADALAH atau IALAH. Proses: Relasional mencakupi sejumlah proses seperti adalah, ialah, menjadi, merupakan, mengenai, menunjukkan, menyatakan, mengacu, kelihatan, kedengaran, terasa, terdri atas, terjadi dari, terletak, mencakupi, meliputi, berharga, berarti, bermakna, berimplikasi, berberat, memiliki, mendapat, menyebabkan, memerankan, memainkan, menggabarkan, dan proses lain yang jumlahnya belum diketahui tetapi semuanya dapat dikembalikan ke bentuk asalnya atau digantikan oleh proses adalah. Misalnya, Bill menjadi dokter setara dengan Bill adalah dokter, klausa relasional Bill berberat 78 kg setara dengan Bill (adalah) 78 kg dengan Proses: Relasional potensial eksplisit atau implisit. Klausa mereka kelihatan gembira setara dengan mereka (adalah) gembira. Di dalam BI sebagai proses adalah lazim tidak ditampilkan, bersifat implisit dan laten. Dikatakan laten karena proses, adalah tidak nampak atau lazimnya tidak direalisasikan. Akan tetapi, keberadaan adalah dalam klausa relasional dapat dibuat nyata dan jika dipaksa atau dicari dalam klausa relasional, proses adalah akan muncul atau teridentifikasi. Misalnya Bill dokter sebenarnya sama dengan Bill adalah dokter dengan Proses: Relasional adalah implisit. Keberadaan proses adalah dalam klausa dapat dibuktikan dengan cara memperpanjang informasi tambahan tentang partisipan Bill. Jika direkayasa dengan perpanjangan tambahan informasi tentang Bill sebagai berikut: Bill yang dilahirkan di Tanjungbalai dan dibesarkan di Medan... adalah dokter, proses adalah muncul. Dengan fakta ini Proses: Relasional potensial.

Klausa relasional pada (8) merupakan klausa aktif dan hal ini teridentifikasi dengan membandingkan kesejajaran penggunaan proses memerankan dengan adalah. Dalam klausa (8a) dan (9a) Bill berfungsi sebagai Tanda (Token) dan dokter itu adalah Nilai (Value). Dengan indikator Tanda Ʌ Nilai klausa itu adalah klausa aktif. Berlawanan dengan keadaan pada (8a) jika Tanda dan Nilai disungsangkan dengan Nilai Ʌ Tanda seperti pada (7) klausa relasional itu adalah klausa pasif. Dengan membandingkan dan menyejajarkan diperankan dengan adalah dikuatkan bahwa klausa relasional dokter itu Bill adalah klausa pasif relasional.

(13)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 307 (9)

a. Bill (memerankan/adalah) dokter itu.

b. Dokter itu (diperankan/adalah) Bill.

Hal yang sama juga terjadi pada teks (9) dengan (9)a sebagai klausa aktif dan (9)b adalah klausa pasif relasional. Dengan analogi itu dapat disejajarkan dan diklasifikasikan bahwa klausa katanya, “Saya akan pergi” pada (8) adalah klausa aktif relasional dan “Saya akan pergi”, katanya adalah klausa pasif relasional. Hal yang sama juga terjadi pada teks (10) dengan (10a) adalah klausa aktif relasional dan (10b) adalah pasif.

(10)

a. Jakarta (merupakan/adalah) ibu kota Indonesia.

b. Ibu kota Indonesia (dirupakan/adalah) Jakarta

IMPLIKASI TEMUAN PENELITIAN

Secara tradisional frase didefinisikan sebagai unit tata bahasa yang terjadi dari kata dan yang menjadi unsur pembangun klausa. Dalam perpektif LFS unit tata bahasa secara sistematis terdiri atas morfem, kata, grup/frase, dan klausa. Seperti ditampilkan pada (11) masing-masing klausa itu terjadi dari dua frase dengan Proses: Relasional menghubungkan kedua frase yang menjadi unsur klausa. Misalnya dalam (11a) klausa itu terjadi dari frase gadis itu dan dokter. Demikian juga pada (11b) dua frase yang membangun klausa itu adalah novel itu dan kepunyaan kakaknya. Dapat diamati bahwa frase dalam masing-masing klausa itu dibangun dari kata, yang merupakan unit tata bahasa di bawah grup/frase. Inilah yang menjadi kelaziman bahwa frase terjadi dari kata.

(11)

a. Gadis itu (adalah) dokter.

b. Novel itu (adalah) kepunyaan kakaknya.

c. Kampus kami (adalah) yang berwarna hijau di peta itu. d. Pamannya (adalah) pengacara terkenal itu

Dengan ditemukannya quasiproyeksi sebagai unsur fitur laras bahasa surat kabar, kini definisi frase itu berubah. Temuan penelitian ini berimplikasi bahwa frase dalam BI dapat berupa bunyi, kata, frase (yang lazim diketahui), klausa, atau paragraf/teks seperti ditampilkan berikut ini.

Bunyi sebagai Frase

(12)

“Oh”, katanya

Kata sebagai Frase

(14)

308 Proyeksi Dalam Teks Surat Kabar Indonesia “Lari”, serunya

Frase yang Lazim

(14)

“Di dalam kamar,” ungkapnya.

Klausa sebagai Frase

Klausa dapat berfunsgsi sebagai frase. Seperti ditampilkan pada (15a) satu klausa berfungsi sebagai frase. Selanjutnya pada (15b) klausa kompleks berfungsi sebagai frase.

(15)

a. “Seharusnya tulisan ‘co’ di ujung alamat situs berita itu memunculkan kecurigaan pada diri kita,” ujarnya (Kompas 14 Feb.2017 hal 9 kol.3

b. “Soal pilkada prinsipnya Pak Presiden sebagai kepala pemerintahan menegaskan ulang tentang posisinya yang tetap netral, objektif, dalam pilkada ini di mana saja....”, tutur Haedar seusai bertemu dengan Presiden (Kompas 14 Feb. 2017. Hal. 1 kol.1-2)

Paragraf atau Teks sebagai Frase

Satu paragaraf atau satu teks dengan pengertian teks terjadi dari lebih dari satu klausa dapat berfungsi sebagai frase seperti ditampilkan pada (16)

(16)

“Kenapa kepala daerah yang lain bisa memberhentikan kepala daerah yang lain. Ini keidakadilan hukum. Karena itu kami sudah berseppakat untuk mengusulkan hak angket. Kami yakin akan ada titik terang,” kata Yandri. (Waspada 14 Feb. 2017 hal A2.kol.6)

Quasiproyeksi menunjukkan bahwa teks pada masing-masing teks dari (12) sampai (16) adalah satu klausa saja karena berapa banyakpun klausa yang dimasukkan diantara dua tanda kuti “....” tetap merupakan frase. Betapa pun banyaknya klausa yang digunakan, struktur quasiproyeksi itu adalah X (adalah) Y. Unsur X merupakan frase dan demikian juga unsur Y. Kedua unsur frase itu membentuk klausa relasional. Untuk temuan yang baru ini diusulkan, sebagaimana lazimnya dalam tradisi LFS, untuk frase yang terjadi dari klausa atau klausa kompleks digunakan istilah frasemakro dan untuk frase yang terjadi dari paragraf atau teks digunakan istilah frasehiper.

SIMPULAN

Makalah ini didasarkan pada temuan kajian tentang proyeksi dalam teks surat kabar Indonesia. Dengan menggunakan teks pemberitaan surat kabar Kompas, Republika, Waspada dan Analisa sebagai sumber data dan teknik penganalisisan teks berdasarkan LFS ditemukan bahwa teks berita surat kabar Indonesia menggunakan

(15)

PS PBSI FKIP Universitas Jember | Seminar Nasional 309 lokusi hipotaksis, ide hipotaksis dan quasi proyeksi. Walaupun digunakan dalam laras bahasa yang lain, misalnya sastra, lokusi parataksis tidak ditemukan dalam teks berita surat kabar Indonesia. Ide parataksis tidak digunakan karena sampai saat ini penggunaan jenis proyeksi itu belum ditemukan dalam BI. Temuan tentang quasiproyeksi berimplikasi terhadap potensi perubahan definisi frase yang lazim dikenal. Quasiproyeksi berimplikasi bahwa dalam BI bunyi, kata, frase, klausa, klausa kompleks dan paragraf atau teks dapat berfungsi sebagai frase dan menjadi bagian dari klausa.

DAFTAR RUJUKAN

Bloor, T dan M. Bloor. 2013. The Functional Analysis of English. edisi ketiga. London: Routledge.

Halliday, M.A.K. 2014. Halliday’s Introduction to Functional Grammar. edisi keempat. fourth edition. London: Routledge.

Eggins, S. 2004. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. New York: Continuum.

Martin, J. R. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: John Benjamins. Martin, J. R. and D. Rose 2007. Working with Discourse: Meaning beyond the Clause.

London: Continuum.

Sastronaryatmo, M. 2009. Babad Mangkubumi. Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.

Thompson, G. 2014. Introducing Functional Grammar. edisi ketiga. London: Routledge.

(16)

Gambar

Figura 3 Pembentukan Laporan Lokusi dan Kutipan Ide  Dia mengatakan anak  itu akan pergi ke kota

Referensi

Dokumen terkait

Kuil Yasukuni adalah tempat perlindungan Shinto di Tokyo yang awalnya dibangun pada 1869 untuk menghormati mereka yang mengorbankan nyawa mereka bagi Jepang.Sekitar 2,5

Tujuan : Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada lansia di Desa Windujaya, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas.. Metode

Pemenuhan kebutuhan sarana informasi di lingkungan kampus disediakan perangkat SIDAMA (Sistem Informasi Data Mahasiswa) yang ditempat di Fakultas maupun

Dalam rangka memastikan terakomodasinya kepentingan perlindungan bagi para saksi dan korban yang lebih memadai, serta agar tatanan peran dan fungsi masing-masing lembaga

Pentingnya informasi kebijakan dividen bagi investor dan pemegang saham perusahaan juga telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya, Laitupa (2007) dalam penelitiannya

DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU SELULER IM3 VERSI “IM3 SERU GRATIS GAK ABIS ABIS” (Studi Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor). Di bawah bimbingan

Agar peningkatan laba bersih yang diperoleh para pelaku bisnis dapat meningkat cukup signifikan, perlu dilakukan rekayasa terhadap induk ikan kerapu agar meningkatkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode Make A Match mata pelajaran matematika materi Penjumlahan Pecahan kelas IV