• Tidak ada hasil yang ditemukan

SNATIKA Volume 02, Tahun Seminar Nasional Teknologi lnformasi, Komunikasi dan Aplikasinya. rssn TriY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SNATIKA Volume 02, Tahun Seminar Nasional Teknologi lnformasi, Komunikasi dan Aplikasinya. rssn TriY."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

rssn 2089-

1083

SNATIKA

2013

Seminar Nasional Teknologi

lnformasi,

Komunikasi dan Aplikasinya

Volume 02, Tahun 2013

PROGRAM COMMITIEE

Prof. Dr. R. Eko

lndrajit,

MSc, MBA (Perbanas Jakarta) Prof. Dr. ZainalA. Hasibuan (Universitas lndonesia) Prof. Dr. lr. Kuswara Setiawan, MT {UPH Surabaya}

STEERING COMMITTEE Evy Poerbaningtyas, S.Si, M.T

TriY.

Evelina, SE,

MM

Meivi Kartikasari, S.Kom

Mukhlis Amien, S.Kom Dedy Ari P., S.Kom

ORGANIZING COMMITTEE Eka Widya Sari

lsa Suarti

SEKRETARIAT

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Sekolah Tinggi lnformatika & Komputer lndonesia (STlKl)- Malang SNATIKA 2013

Jl. Raya Tidar 100 Malang 65145 Tel. +52-341560823

Fax. +52-341 562525

Website : snatika.stiki.ac.id Email : snatika@stiki.ac.id

(3)

KATA PE]IIGA]IITAR

Bapakllbu/Sdr.

Peserta

dan

Pemanakal SNATIKA 2013

yang

saya

hormati,

pertama-tama

saya ucapkan

selamat datang

atas

kehadiran Bapak/lbu/Sdr,

dan

tak

lupa

kami mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan peran serta

Bapak/lbulsdr

dalam kegiatan ini.

SNATIKA 2013 adalah Seminar NasinalTeknologi lnformasi, Komunikasi dan Aplikasinya yang

diselenggarakan

oleh

STIKI

Malang

bekerjasama dengan APTIKOM

Malang

dan

KIik

lndonesia. Sesuai tujuannya SNATIKA 2013 merupakan saiana bagi

peneliti,

akademisi dan

praktisi

untuk

mempublikasikan irasil-hasil

penelitian,

ide-ide

terbaru

mengenai Teknologi lnformasi, Komunikasi dan Aplikasinya. Selain

itu

sesuai dengan tema

yaitu

"lCTs

Aspect

for

Mobility, Social, Culture

&

Economy'',

topic-topik yang diambil disesuaikan

dengan

kompetensi dasar

dari

APTIKOM Malang yang diharapkan

dapat

mensinergikan penelitian

yang

dilakukan

oleh

para

peneliti

di

bidang

lnformatika dan

Komputer. Semoga acara ini

bermanfaat bagi kita

semua

terutama bagi

perkembangan

ilmu dan teknologi

di

bidang

tekn ologi i nform asi, komuni kasi d an apli kasi nya.

Akhir kata,

kami ucapkan selamat mengikuti seminar,

dan

semoga kita

bisa

bertemu lkembali pada SNATIKA yang akan datang.

Malang, 16 Nopember 2013

Panitia SNATIKA 2013

Tri Y. Evelina, SE,

MM

(4)

SAMBUTAN IGTUA

SEKOIAH TTNGG| TNFORMATTKA DAN KOMPUTER |NDONES|A (ST|K!) MAIANG

Yang saya hormati peserta Seminar

NasionalAffiKOM zftllg,

Puji &'Syukur kita

panjatkan

kepada

Tuhan

Yang

Maha

Esa,

atas

terselenggarakannya Seminar Nasional sebagairangkaian dari kegiatan Klik lndonesia 2013

di

Kota Malang. Kami

ucapkan

selamat datang

kepada

peserta Seminar

Nasional

serta

rekan-rekan perguruan

tinggi maupun mahasiswa yang telah berpartisipasi aktif sebagai pemakalah maupun peserta

dalam kegiatan seminar nasional

ini.

Konferensi

ini

merupakan bagian dari 10 Flag APTIKOM

untuk

meningkatkan kualitas SDM ICT

di

lndonesia,

dimana

anggota APTIKOM khususnya harus haus akan llmu untuk mampu memajukan tCT di lndonesia.

Konferensi ICT bertujuan untuk

menjadiforum

komunikasi antara peneliti,

penggia! birokrat

pemerintah,

pengembang sistem, kalangan

lndustry dan seluruh komunitas

ICT lndonesia

yang ada didalam APTIKOM maupun diluar APTIKOM. Kegiatan

ini

diharapkan memberikan

masukan kepada

stokeholder

ICT

di

lndonesia, yang meliputi masyaraka!

pemei'intah,

industri

dan

lainnya, sehingga mampu sebagai penggerak

dalam memajukan

ICT !nternasional.

Akhir kata, semoga

forum

seperti ini dapat terus dilaksanakan secara periodic sesuai dengan

kegiatan

tahunan

APTIKOM. Dengan

demikian kualitas

makalah,

maupun hasil

penelitian

dapat

semakin meningkat sehingga

mamfiu bersinergi dengan ilmuwan

dan praktisi

ICT internasional.

Sebagai Ketua STIKI

Malang

kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas segala

bantuan demi sukesnya acara ini.

"Mari

Bersama Memajukan ICT lndonesia"

Malang

16 Nopember 2013

Ketua STlKl,

IV Eva Handriyantini, S.Kom,

M.MT

(5)

tssN 2089-1083

SNATIKA

z}!3,Volume

02

DAFTAR

ISI

Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Sambutan Ketua STIKI

Daftar lsi

1

litty

VonessiLapmng,

Aplikasi Ber:basis

Web

Untuk

lzin

Absensi

Dan

1-s

Ririn lkono

Desanti,

Penggajian Pada Perusahaan Kontraktor Tambang

Astrid Collirta

2

Arip Mulyanto,

Mando

Klasifikasi

Karakter

Manusia

Menggunakan

6 - 11

Rohandi, Moh.

Syafri

Algoritma Nairre Bayes Untuk Rekomendasi Motif

Tuloli

Karawo Berbasis Budaya Gorontalo

3

Sandra Murdianto,

Evy

Sistem Pangkalan Data

Dosen

t2

-16 Poerboningtyos,Hendro Guna Perhitungan lnde,ks Prestasi Dan Beban Kerja

Suprayogi

Dosen (Studi Kasus: ST|KI Malang)

4

lndoh

DwiMumpuni,

Pengolahan Data Gaji Pada Stmik Ppkia

Pradnya

t7

-21

JauharulMoknunah

ParamitaMalangDenganPendekatan

Data Warehouse

5

Choerul

Anwor,

Perencanaan

Strategi Sistem lnformasi

Dan

22 - 26

Muhamad

lrsdn

Teknologi lnformasi Pada Sma Plus Pembangunan

Jaya

6

Setiabuditukaria,

Sistem Penunjang Keputusan Perekrutan

Karyawai

27 -33

Evangelista Deld

Rosa

Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

7

DedvKumiasunotw

il1H,iln,,,XT"[,:'*"[.Jl[*H,f?fffI

34-38

Kampus ll lnstitut Teknologi Nasional Malang)

8

betamRizky

Pemodelan Sistem loformasi Alqademik

Perguruan

39-43 Wicoksano,

Supriyanto

Tinggi Berbasis Service Oriented Architecture

(Studi Kasus: Macsysuniversitas Ma Chung)

9

Soetom

Rizky

Kendali Penggunaan Laboratorium Majemuk

Di

M

- 47 Wicoksono, Ronald

Dwi

Lingkup Perguruan

Tinggi

Menggunakan ltalc

Nompunu

(lntelligent Teaching And Learning With Computers)

10 Nurdionsyah

Algoritma Rijndael SebagaiTeknik Pengamanan

Data

48 -52 Rezkinanda, Ewy

Poerbaningtyas, lohan

lii lv v

(6)

Erika

tL

Ahmod

Luthfi

Pemodelan Open Course Ware Sebagai

Platform

53 - 58

Konsep Saling Berbag

t2

Laura Vionti,

Astrid

Developing

An

E-Learning System Prototype

Case

59 - 63 Callista,

Suryosori

Study: The Department Of lnformation Systems At

Universitas Pelita

Harapan

'

13

Devi Sionita

Soeprapto,

Aplikasi Berbasis Web Untuk Pengajuan

Kegiatan

64 - 69

Suryasofi, Astrid Cattista (emahasiswaan Dan Proses Pendukungnya Studi

Kasus: UFH

t4

Tri Yulistyawati

Evelina;

Sistem Ketersediaan Pangan Daerah

Dengan

70 -

lg

Subari

Anatisa

Wlayah

Lumbung

Pangan

Berbasis Teknologi Sistem lnformasi Geografis

15

Subari, Go

Frendi

Otomatisasi Sistem Rekomendasi 80 -87

Gunawon

Layanan Kesehatan Untuk Berobat Berbasis Webgis

16

€ko Budi

Cahynno

Rekalibrasi Kamera Kinect Untuk Augmented

Reality

88 -92 Dengan Geometri Visi Stereo

L7

Yuda

Munorko

Studi

Perbandingan Teknologi

Mesin

Pencari

93 - 98

Berhasis Dialog Dan Berhasis Thread Di User Forum

18 Subori

Rancang Bangun Sistem Official

App

Perguruan

99 - 109

Tinggi Berbasis Mobile Sebagai Upaya Pencitraan lnstitusi

tg

Koko Wahyu

Pmsetyo

Penerapan lt Balanced

Scorecard

110 - 114 Dalam Perencanaan Strategis Sistem lnformasi

DiSTlKltvialang

2n

Voyok Seby

Dwaaoko,

Rancang Ban8un Media Pembelajaran

interaktif

115 - 119

Hemorica

Destiand

Pengenalan Nama Tumbuhan Menggunakan Adobe ,

Flash Cs3 Sdn Kauman 1 Malang

2t

Jayonto, Titin

Promiyati,

Rancangan Basisdata: Sistem lnformasi lbu

Hamil

t2t

-

t25 Henky Boyu Seto

ZZ Sabarudin

The User Capability Development Model in

lT

126 - 135

lmplementation in Government: Case on IFMIS

{tntegrated Financial Management lnformation

Systems) lmplementation in lndonesia

-a Practitioner Perspective

23

Mukhlis Amien,

Meivi

Aplikasi Berbasis Java Untuk Melakukan

Pelacakan

t36

-

137

Kortikosori Penggunaan Kata Dalam Bahasa lndonesia Di

Situs-Situs Berita Untuk Mendapatkan Kata-Kata Terbaru

Yang Paling Sering Dipakai

(7)

lllilt, riiii ;iiiri: llltttt lrtlr;i i ilii, itrrili 'll, ,ili li i|1lli, 'I ili Eka WfdW

firi,

Siska Diatinod Andamwarih,

Monigo Cindy Niusori

llendrykttuwan, Samuel Perkosa, Herditomo, Sunday Noya Hendro Poerbo Proxtija, Yudhi Kumiawan, Fronsisca Romono Dessyona Kordha

Ami Fauzijoh, Dito Donionti

Diah Arifoh P.,lndra 5.,

Lailo lsyriyoh

Sistem lnformasi GeoSrafis Pencarian Lo*asi Restoran Terdekat Dengan Pembayaran Melalui

Kartu Kredit

Sistem lnformasi Penjualan Pada Suvalayan Abc

Pemanfaatan Data Warehouse Dalam Mendukung

Pengambilan Keputusa n Dan Pem buatan Pelaporan

Evaluasi Diri Perguruan Tinggi

{Studi Kasus Data Akademik Universitas Ma Chung Malang)

Sistem lnformasi Penilaian Kineria Guru

Optimasi Jaringan Fungsi Basis Radial Dalam

Verifi kasi Citra Sidik Jari

138 - t41 742- t47 148 - 153 154 - 159 150 -167 vil

(8)
(9)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 70

SISTEM KETERSEDIAAN PANGAN DAERAH DENGAN

ANALISA WILAYAH LUMBUNG PANGAN BERBASIS TEKNOLOGI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Tri Yulistyawati Evelina; Subari

Program Studi Teknik Informatika

Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia

Email: trievelina@stiki.ac.id , subari@stiki.ac.id

ABSTRAK

Penelitian bertujuan membangun sistem ketahanan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi sistem informasi geografis. Secara khusus penelitian bertujuan: (1) membangun database wilayah lumbung pangan; (2) membangun sistem informasi ketersediaan pangan daerah; (3) memberikan informasi pelaksanaan identifikasi, inventarisasi pemantauan permasalahan ketahanan pangan sehingga akan membantu menyusun kebijakan dalam rangka pembinaan, pengelolaan, distribusi, ketersediaan dan cadangan pangan, (4) pelatihan pemanfaatan sistem ketahanan pangan daerah guna menujang kinerja lembaga pemerintah.Instansi mitra dalam penelitian ini adalah Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan di bawah naungan Pemerintah Kabupaten Malang.

Langkah-langkah penelitian diawali kajian literatur, perencanaan dan penyusunan model sistem, verifikasi model, ujicoba lapangan, evaluasi dan pengembangan serta hasil implementasi. Target luaran yang akan dihasilkan: (1) diperoleh data dasar potensi pangan di wilayah lumbung pangan; (2) diperoleh data pendukung kondisi Kab. Malang; (3) dibangun sistem ketahanan pangan daerah dengan analisa lumbung pangan berbasis teknologi informasi geografis; (4) dapat diujicoba dan dievaluasi aplikasi yang dibangun; (5) disusun modul sistem ketahanan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi informasi geografis yang dapat digunakan bagi pelaksanaan lapangan yang membutuhkan pelatihan dan pendampingan.

Kata kunci: Sistem Ketahanan Pangan Daerah dengan analisa Wilayah Lumbung Pangan berbasis Teknologi Informasi Geografis

1

. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Ketersediaan pangan merupakan

subsistem dari sistem ketahanan pangan.

Ketersediaan Pangan adalah ketersediaan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya. Produksi pangan tergantung pada berbagai faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi pertanian yang digunakan, dan

bahkan insentif bagi para petani untuk

menghasilkan tanaman pangan. Kabupaten Malang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang menjadi salah satu fokus dalam daerah penyedia pangan. Dengan luas wilayah 3.534,86 Km2 atau 353.48 Ha, program prioritas dalam

pembangunan ―MADEP MANTEP‖ adalah

peningkatan produksi dan ketahanan pangan dalam

rangka memacu pertumbuhan ekonomi dan

menjamin ketahanan pangan masyarakat. Program tersebut diimplementasikan dengan menjadikan Kabupaten Malang menjadi wilayah lumbung

pangan. Terdapat 7 jenis pangan yang menjadi perhatian, yaitu: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ikan, daging, susu dan telur. Lumbung Pangan adalah Lembaga Milik Masyarakat Desa yang bergerak di bidang Penyimpanan, Pendistribusian, Pengolahan dan Perdagangan bahan pangan yang dibentuk dan dikelola masyarakat. Lumbung pangan yang dibentuk dengan mengumpulkan sejumlah gabah dimasa panen dan kemudian disimpan di suatu bangunan lumbung sampai musim paceklik tiba. Peranan lumbung pangan yang dibentuk ini adalah berfungsi sebagai (a) Menampung surplus produksi pangan pedesaan pada saat panen; (b) Melayani kebutuhan pangan pedesaan saat paceklik; (c) Melakukan simulasi pemupukan modal melalui iuran dalam bentuk bahan; (d) pangan maupun bentuk tunai, (e) Membantu petani yang kesulitan modal usaha dengan cara menyediakan; (f) alternatif kredit mikro bagi anggotanya sehingga terhindar dari praktek bank harian atau para pengijon; (g) Menghindarkan petani dari kerugian penjualan dini (tunda jual). Apabila dicermati lumbung pangan sangat penting peranannya bagi ketersediaan pangan dan bagi petani. Pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) berusaha untuk melakukan

(10)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 71

permasalahan ketahanan pangan. Perkiraan jumlah produksi pada lumbung pangan umumnya masih dilakukan dengan cara konvensional yaitu melalui

survei lapangan. Cara konvensional ini

membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama,

apabila dibandingkan dengan menggunakan

teknologi sistem informasi geografis. Survei kondisi lahan dengan mempergunakan teknologi informasi selain waktu perolehan informasinya cepat dan murah, juga cakupan wilayah surveinya luas dan informasinya dapat diperoleh lebih

berkesinambungan. Namun mengingat

kompleksitas sistem distribusi pangan daerah, perlu dibangun kembali sistem kelembagaan lumbung pangan secara integral dan sinergitas. Sistem yang akan dikembangkan adalah berbasis kemitraan dan pemberdayaan yang berguna dalam menghimpun data ketersediaan, baik data spasial dan data atribut

yang menggunakan sistem database secara

komputerisasi. Data Elektronik ini perlu

dikembangkan ke dalam Sistem Ketersediaan Pangan dengan analisa wilayah lumbung pangan dengan tujuan dapat membangun sistem informasi geografis yang menjangkau seluruh pusat produksi pangan di wilayah kabupaten Malang dan membangun sistem informasi ketersediaan pangan yang bisa mengelola dan menampilkan data spasial melalui internet dalam bentuk webgis.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah yaitu :

a. Bagaimanakah membangun sistem database wilayah lumbung pangan yang menjangkau seluruh pusat produksi pangan di wilayah

Kabupaten Malang? b. Bagaimanakah

membangun sistem informasi ketersediaan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi informasi geografis?

c. Bagaimanakah pelaksanaan identifikasi,

inventarisasi pemantauan permasalahan

ketahanan pangan menggunakan sistem

informasi ketersediaan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi informasi geografis guna membantu dalam menyusun kebijakan dalam rangka pembinaan, pengelolaan, distribusi, ketersediaan dan cadangan pangan?

d. Pelatihan pemanfaatan sistem ketahanan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi informasi geografis guna menunjang kinerja pelaksana kelembagaan pemerintah baik di BKP3 dan dinas Pertanian

1.3. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Identifikasi data-data yang dibutuhkan dalam membangun database wilayah lumbung pangan di Kabupaten Malang.

b. Membangun sistem informasi ketersediaan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi informasi geografis

c. Memberikan data informasi pelaksanaan

identifikasi, inventarisasi pemantauan

permasalahan ketahanan pangan menggunakan sistem informasi ketersediaan pangan daerah guna membantu dalam menyusun kebijakan

dalam rangka pembinaan, pengelolaan,

distribusi, ketersediaan dan cadangan pangan d. Pelatihan pemanfaatan sistem ketahanan pangan

daerah guna menunjang pelaksanaan kinerja kelembagaan pemerintah baik di BKP3 dan dinas Pertanian.

1.4. Urgensi Penelitian

a. Sistem Ketersediaan Pangan Daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis Teknologi Informasi Geografis yang akan yang akan dibangun dan diujicobakan, sebagai upaya membangun database wilayah lumbung pangan di Kabupaten Malang. Harapannya, dengan sistem yang akan dibangun dan diujicobakan akan meringankan beban pemerintah khususnya BKP3 dibawah pemerintah kabupaten Malang

untuk menghimpun informasi mengenai

keberadaan lumbung pangan di daerah yang

penting peranannya untuk penyimpanan,

pengolahan dan pendistribusian pangan

manakala diperlukan di masa bukan panen. b. Melalui sistem ketahanan pangan daerah yang

akan dibangun akan mengatasi permasalahan dalam pengelolaan lumbung pangan, misalnya:

 Menghimpun data ketersediaan pangan pada

wilayah lumbung pangan di seluruh pusat produksi di kabupaten Malang

 Terbangunnya sistem kelembagaan lumbung

pangan secara integral dan sinergitas, sehingga akan lebih memperkuat koordinasi diantara elemen- elemen organisasi

 Pada umumnya lumbung pangan belum

memiliki sistem organisasi dan sistem adminitrasi yang kuat, sehingga dengan

sistem yang terintegrasi akan lebih

membantu kinerja para pengurus lumbung pangan

 Kemampuan pengurus untuk membuka

komunikasi dengan pihak luar masih

terbatas, sehingga mengakibatkan

terbatasnya akses informasi yang dibutuhkan

 Memberikan informasi kepada anggota

melalui pengurus di wilayah lumbung pangan mengenai informasi produksi pangan sehingga akan menghindarkan petani dari

kerugian penjualan dini (tunda jual),

melayani kebutuhan pangan pedesaan saat paceklik/bukan masa panen, simpan pinjam dan sebagainya.

 Dalam rangka pengaturan dan pembinaan

(11)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 72

daerah, peran perangkat lainnya misalnya pengurus kelompok tani, pengurus lumbung pangan menjadi lebih nampak atau lebih berperan.

c. Dengan dibangunnya Sistem Ketahanan Pangan Daerah dengan analisa wilayah Lumbung Pangan ini akan dapat digunakan sebagai model percontohan bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia yang mempunyai wilayah lumbung pangan sebagai penyedia cadangan pangan daerah khususnya di masa bukan panen. d. Pemanfaatan lain dalam pengembangan lebih

lanjut dari sistem Ketahanan Pangan Daerah ini tidak hanya dapat mengatasi masalah-masalah petani saja, namun juga dapat dikembangkan misalnya: Untuk mengatasi masalah wilayah rawan pangan Kecukupan Pangan Masalah bencana alam Masalah sosial lainnya

e. Melalui sistem ketahanan pangan daerah yang akan dibangun dan diujicobakan memungkinkan

meningkatnya peran lembaga-lembaga

pemerintah yang lain, seperti Dinas Pertanian,

Dinas Perkebunan dan dinas pemerintah

lainnya.

f. Pihak perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah yang dituntut untuk menemukan

aplikasi-aplikasi terbaru untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, dengan penelitian ini dapat menjadi salah satu lapangan penelitian yang implementasinya untuk peningkatan mutu pelayanan pemerintah daerah khususnya dan

para petani pada umumnya, dapat

dipertanggung-jawabkan secara ilmiah untuk dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah lain yang mempunyai fokus wilayah yang sama. g. Adanya sistem ketahanan pangan daerah yang

dibangun dan diujicobakan, para pengurus akan lebih terbuka dengan informasi yang ada, sehingga lebih produktif dan mandiri, sesuai dengan harapannya.

1.3 Target Luaran

• Diperoleh data dasar potensi pangan di wilayah lumbung pangan yang berkaitan dengan kebutuhan penyusunan sistem ketahanan pangan daerah

• Dapat diperoleh data pendukung mengenai kondisi Kabupaten Malang seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi pertanian yang digunakan

• Dapat dibangun sistem ketahanan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi informasi geografis sehingga

dapat diujicobakan dalam melakukan

identifikasi, inventarisasi dan pemantauan

mengenai permasalahan ketahanan pangan. • Dapat dilakukan ujicoba dan evaluasi mengenai

aplikasi yang dibangun apakah telah sesuai dengan kebutuhan BKP3 Kabupaten Malang dalam rangka pengaturan dan pembinaan,

pengelolaan, distribusi, ketersediaan dan

cadangan pangan.

1.4 Lingkup Penelitian

• Dalam penelitian ini akan dibatasi pada pembuatan perangkat lunak untuk

tempat-tempat lumbung pangan berdasarkan

ketersediaan data pada instansi terkait studi kasus di Kabupaten Malang.

• Penelitian tidak mengerjakan aspek perangkat keras, seperti proses konfigurasi server yang sesungguhnya pada layanan hosting, pemesanan domain, sistem akan diimplementasikan pada server lokal (localhost).

• Untuk pengujian penelitian ini akan digunakan beberapa contoh kasus request user yang dikondisikan mendekati ideal sesuai dengan kenyataan data yang ada diamana data tersebut sudah diolah dalam perangkat lunak.

• Perangkat lunak berupa aplikasi GIS

(Geographics Information System) ini

menggunakan teknologi WebGIS.

2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian WebGIS

Web-based GIS (WebGIS) adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) yang terdistribusi dalam suatu jaringan komputer untuk mengintegrasikan dan menyebarluaskan informasi geografi secara

visual pada World Wide Web. WebGIS

dibandingkan dengan GIS yang berbasis dekstop menawarkan beberapa keuntungan seperti efisiensi biaya, efisiensi beban kerja sumber daya manusia untuk instalasi, pemeliharaan dan dukungan teknis, pemangkasan kurva pembelajaran untuk pengguna akhir dan keunggulan dalam hal integrasi data spasial dan data non spasial menggunakan DBMS (Databese Management System).

Objek geo spasial terdiri dari informasi data spasial dan data non spasial. Informasi spasial dapat divisualisasikan dengan mengkonversi data non spasial yang ditampilkan secara dinamis di halaman HTML. Gambaran proses request data yang standar pada WebGIS dapat dijelasakan sebagai berikut, database mengirimkan request data ke PHP, hasil respon dari request berupa format data dikirimkan kembali melalui browser. Untuk menerima data spasial dan non spasial dari DBMS

dibutuhkan sebuah teknik yang mampu

mengkomunikasikan antara client dan database pada server. Teknik seperti ini sudah tersedia di PHP, ASP, ASP.net, atau JSP. Pemilihan tekniknya disesuaikan dengan web server yang digunakan. Contoh pemanfaatan WebGIS ketika terjadi tsunami di Aceh bukti kehebatannya baru dapat kita analisa jika sudah ditampilkan kedalam bentuk peta.

2.3 Leaflet

Leaflet adalah aplikasi open-source yang menggunakan JavaScript modern untuk peta yang

(12)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 73

interaktif. Aplikasi ini dikembangkan oleh Vladimir Agafonkin dari CloudMade dengan tim kontributor khusus. Beratnya hanya sekitar 27 KB kode JS gzip. Hal ini dibangun secara efisien dengan mengambil keuntungan dari HTML5 dan CSS3 pada browser modern. Fokusnya adalah pada kegunaan, kinerja, ukuran kecil dukungan, A-grade browser dan API sederhana dengan konvensi di atas konfigurasi. Kode OOP berbasis perpustakaan ini dirancang untuk menjadi modular, extensible dan sangat mudah dipahami.

Fitur-fitur dari leaflet diantaranya adalah: a. layer peta mendukung untuk :

• Lapisan Vektor seperti : polylines dan poligon.

• Lapisan GeoJSON. b. Fitur Visual:

• Zoom animasi. • Tampilan Lebih Halus. • Animasi Poup. c. Kontrol Peta: • Zoom Peta. • Pemindah Layer. • Skala • Atribut.

2.4 Studi Pemantauan Daerah Rawan Pangan Berbasis Inderaja Satelit dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Studi Pemantauan Daerah Rawan Pangan Berbasis Inderaja Satelit dan Sistem Informasi Geografis (SIG) pernah dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pada kuartal pertama (Januari-April) tahun 2002 dengan menggunakan metode yang dikembangkan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Kajian difokuskan terhadap Pulau Jawa mengingat bahwa sampai saat ini Pulau Jawa masih menjadi salah satu sentra produksi padi yang penting di Indonesia. Perkiraan Potensi Daerah Rawan Pangan secara sederhana didasarkan pada Rasio Produksi dan Kebutuhan beras di suatu daerah. Analisis dilakukan terhadap daerah di Pulau Jawa pada Kuartal pertama (Januari – April) tahun 2002. Hasil kajian tersebut digunakan oleh pemerintah di tingkat pusat maupun daerah untuk mengantisipasi keadaan rawan pangan sedini mungkin dan mengambil tindakan yang berkaitan dengan pengadaan pangan.

Perkiraan produksi padi umumnya masih dilakukan dengan cara konvensional yaitu melalui

survei lapangan. Cara konvensional ini

membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama,

apabila dibandingkan dengan teknologi

penginderaan jauh. Survei kondisi lahan dengan mempergunakan teknologi satelit penginderaan jauh selain waktu perolehan informasinya cepat dan murah, juga cakupan wilayah surveinya luas dan

informasinya dapat diperoleh lebih

berkesinambungan.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan,

bahwa teknologi penginderaan jauh dapat

digunakan untuk memberikan informasi secara dini

tentang perkiraan luas panen dan tingkat

produktifitas padi. Selanjutnya dengan menerapkan sistem informasi geografis (SIG), informasi tersebut dapat diintegrasikan ke dalam model deteksi rawan pangan.

2.5 Roadmap Penelitian

Salah satu indikator terbangunnya

ketahanan pangan adalah tidak adanya indikasi kerawanan dan kasus rawan pangan. Salah satu aspek penting dalam pencapaian tersebut adalah ketersediaan cadangan pangan masyarakat dan kemampuannya dalam mendayagunakan sumber pangan yang ada. Penelitian yang akan dilakukan adalah memetakan lumbung pangan yang ada di Kabupaten Malang. Sehingga bisa diketahui dengan cepat ketersediaan pangan di daerah abupatan Malang, sehingga bisa mencegah secara dini kerawanan pangan.

2.6 Keberlanjutan & Penerapan Hasil Kegiatan

Adanya sistem Ketahanan Pangan Daerah yang dapat digunakan untuk memetakan secara detail lumbung pangan yang ada di Kabupaten Malang dan kondisi yang paling mutakhir dari lumbung tersebut. Mempercepat pengaksesan data

lumbung pangan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan (pemerintah, petani, masyarakat), khususnya dalam penanganan daerah rawan pangan. Salah satu bentuk layanan pemerintah terhadap masyarakat yang ingin mengetahui ketersediaan cadangan pangan masyarakat dan kemampuannya dalam mendayagunakan sumber pangan yang ada

3. Metode Penelitian 3.1 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini, sesuai dengan judul penelitian maka digunakan pendekatan ―research and development‖ . Artinya, antara tujuan dengan metode yang digunakan ada garis kesesuaian, agar masalah yang sedang diselesaikan berjalan dengan baik sesuai aturan yang ada.

Pendekatan pelaksanaan pekerjaan

menggunakan metodologi penelitian dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilaksanakan untuk merumuskan indikator rawan pangan yang relevan dengan wilayah yang dikaji. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai pembanding dan memperjelas data kuantitatif yang ada dengan memakai strategi studi kasus. Strategi studi kasus dipilih karena kekhasan masalah, selain kemampuannya dalam menjelaskan fenomena sosial secara lebih mendalam (Cresswel, 1994; Babie 2004 dalam Sitorus,1999). Kerangka penelitian digambarkan sebagai berikut:

(13)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 74

Gambar 1 Siklus penelitian pengembangan model Sistem Ketersediaan Pangan Daerah

Siklus pertama, studi pendahuluan

sistem ketersediaan pangan daerah dengan analisa wilayah lumbung pangan berbasis teknologi

WebGIS terdiri dari: (1) penelitian dan

pengumpulan informasi (research and information collecting) teori, hasil studi dan informasi yang relevan dengan masalah pemetaan daerah rawan pangan. Mencakup assessment kebutuhan, kajian pustaka, studi penelitian berskala kecil, penyiapan laporan, pertimbangan nilai yang berlaku dilokasi penelitian pedesaan di Kabupaten Malang. (2) perencanaan (planning), tahap ini mencakup

pendefinisian ketrampilan yang dipelajari,

merumuskan dan mengurutkan tujuan,

mengidentifikasi kegiatan pelatihan, ujia validasi berskala kecil, (3) mengembangakan analisa awal mencakup penyiapan model implementasi sistem pemetaan lumbung pangan untuk tiap wilayah beserta data spasial dan non spasial yang dibutuhkan, serta yang mempengaruhi factor-faktor rawan pangan.

Siklus kedua, pemetaan wilayah rawan

pangan dilakukan dengan mendigitasi semua titik yang berkaitan dengan analisa dari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rawan pangan. Menentukan titik utama untuk lokasi lumbung pangan masyarakat, pengumpulan dan analisa data individu, observasi, dokumentasi dan pencitraan lokasi baik dari digitasi vektor tiap kecamatan dalam Kabupaten Malang maupun hasil remote sensing (citra satelit).

Siklus ketiga, hasil dari pemetaan dan

digitasi wilayah ketersediaan pangan daerah Kabupaten Malang sesuai uraian pada siklus kedua, maka dilakukan perencanaan sistem yang akan dibangun dengan menggunakan teknologi WebGIS, mempersiapkan layer-layer pendukung faktor yang mempengaruhi rasio rawan pangan bagi suatu daerah. Membuat area penanda untuk klasifikasi rasio rawan pangan yang nilai rasio sudah didapatkan dan membuat interpolasi peta pada hasil pemetaan wilayah ketersediaan pangan daerah Kabupaten Malang.

Siklus keempat, meliputi: (1) uji

lapangan operasional (operational field testing), uji validasi model pemetaan wilayah ketersediaan pangan daerah. (2) Memonitor kesesuaian hasil

pemetaan dan nilai faktor-faktor yang

mempengaruhi ratio angka kerawanan pangan serta menanalisa hasil impelemntasi terhadap tujuan institusi pemerintah yang terkait dengan penelitian ini.

Gambar 2 Tahapan pelaksanaan penelitian pengembangan Model Sistem Ketersediaan Pangan

Daerah

3.2 Teknik dan Instrument Penelitian

Data yang dikumpulkan dari lapangan dikelompokkan menjadi empat bagian, studi pendahuluan, pengembangan, ujicoba terbatas, dan ujicoba lapangan operasional. Setiap tahapan penelitian yang dilakukan mempunyai teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan yang dibuat dalam penelitian.

Tahap satu studi pendahuluan dilakukan persiapan, survey pendalaman, analisis kebutuhan. Untuk ini dipilih teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi dan kajian pustaka. Kerja operasional; ketiga alat ukur tersebut digunakan secara fleksibel tergantung kondisi dilapangan. Sukmadinata (2006: 165) mengatakan, penelitian dan pengembangan diawali dengan

adanya kebutuhan, permasalahan yang

membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu.

Tahap kedua menyusun perencanaan

model sistem ketersediaan wilayah pangan daerah. Dengan mengacu pada hasil studi pendahuluan,

maka dilakukan pembuatan rancangbangun

(prototype) model Sistem Ketersediaan Pangan

Daerah melalui pendekatan analisa wilayah

lumbung pangan masyarakat. Analisa dalam perancangan ini meliputi faktor-faktor penentu dalam rasio rawan pangan antara lain: (1) Konsumsi pangan terhadap ketersediaan bersih per kapita per hari, (2) Penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, (3) Akses terhadap jalan, (4) Akses terhadap listrik, (5) Angka harapan hidup, (6) berat badan balita, (7) Angka kematian bayi, (8) Akses ke

(14)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 75

air bersih, (9) akses ke puskesmas dan (10) Jumlah perempuan buta huruf.

Tahap ketiga ujicoba dan implementasi

model Sistem Ketersediaan Pangan Daerah secara operasional. Ujicoba ini dilakukan beberapa kali dan tergantung dari kesesuaian antara kajian teori dan kondisi lapangan. Pada tahap ujicoba alat ukur diperluas, sering dilakukan dan digunakan serta dianalisis sesuai kebutuhan, dilakukan juga uji validasi dan reliabilitas alat ukur.

Tahap keempat ujicoba lapangan operasional atau uji validasi model Sistem Ketersediaan Pangan Daerah, pada tahap ini digunakan alat ukur yang sama dengan tahap ujicoba. Pada tahapan ini juga telah diterbitkan

modul-modul hasil analisa dan penggunaan

sistemketersediaan pangan daerah, serta pelatihan untuk staf-staf pada instansi terkait.

3.3 Subjek dan Lokasi Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah (1) lokasi dan data penunjang untuk pemetaan lumbung pangan masyarakat yang berada disemua kecamatan dalam Kabupaten Malang, (2) faktor-faktor data penentu rasio nilai daerah rawan pangan, sesuai dengan penjelasan dari tahapan enelitian pada tahap kedua. (3) data-data penunjang lainnya, mulai dari komoditas pertanian, iklim, bentuk tanah, kepadatan penduduk, dan lainnya.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan pekerjaan adalah di semua kecamatan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Waktu pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama 1 tahun.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Dilihat dari sumbernya, data dasar yang digunakan sebagai berikut :

 Data Sekunder

Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan dan sajikan oleh pihak lain. Adapun data sekunder yang akan digunakan dalam studi ini adalah data time series lima tahun terakhir, yaitu: a. Data padi menurut kecamatan di seluruh kabupaten:

1. Intensitas tanam padi per tahun 2. Luas tanaman padi per tahun/per tanam 3. Luas tanaman padi yang rusak per tahun 4. Luas panen padi per tahun

5. Jumlah produksi padi per tahun 6. Rata-rata harga gabah per tahun

7. Luas lahan pertanian yang menganggur/tidak digarap

b. Data palawija (non padi) menurut kecamatan di seluruh kabupaten:

1. Intensitas tanam per tahun 2. Luas tanaman per tahun/per tanam 3. Luas tanaman yang rusak per tahun 4. Luas panen per tahun

5. Jumlah produksi per tahun 6. Rata-rata harga per tahun 7. Jumlah ternak

c. Data kesehatan/gizi penduduk menurut

kecamatan di seluruh kabupaten:

1. Prevalensi balita kurang energi protein 2. Angka kelahiran dan jumlah ibu 3. Angka kematian bayi waktu lahir (IMR) 4. Umur harapan hidup anak usia 1 tahun 5. Jumlah anak kurang gizi

6. Jumlah penduduk yang dapat mengakses air bersih

7. Jumlah penduduk menurut jarak tempat tinggal dengan puskesmas

8. Wanita yang buta huruf

d. Data sosial ekonomi penduduk menurut kecamatan di seluruh kabupaten:

Jumlah penduduk/kepala keluarga miskin

(keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I) e. Data pendukung lainnya

1. Angka kejahatan (pencurian)

2. Pola konsumsi pangan (peralihan dari pangan pokok ke lainnya)

3. Mobilitas tenaga kerja lokal ke daerah lain 4. Frekuensi jual beli ternak

 Sumber Data

Data-data sekunder yang disebutkan dimuka dikumpulkan dari berbagai sumber resmi, yaitu: BKP3, BPS, Bappeda, Dinas Pertanian, BKKBN, Dinas Kesehatan.

 Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek studi. Adapun data primer yang digunakan dalam studi ini diantaranya meliputi: kondisi visual lapangan, informasi masyarakat langsung, pendapat dan pandangan dari pemerintah daerah Kabupaten Malang.

4. Pembahasan

Dalam penelitian ini pada langkah awal setelah data didapatkan maka dihasilkan rancangan dari sistem yang akan dibuat berdasarkan pada pola desain arsitektur sistem yang ditentukan, arsitektur ini memiliki beberapa blok proses yang dijelaskan sebagai berikut:

(15)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 76

4.1 Arsitektur Sistem

Gambar 3 Arsitektur WebGIS Wilayah Lumbung Pangan

• Input sistem berupa pendataan atribut dan data spasial dari layer lumbung pangan. Beberapa kriteria berikut perlu diakomodasi supaya sistem berjalan optimal:

o Super Administrator membuat data

identifikasi user untuk Administrator dari masing-masing instansi atau tempat.

o Super Administrator memasukkan master data template untuk Identitas instansi, kecamatan sebagai pembagian zona wilayah, komoditas pertanian, master data lumnbung pangan, dan koordinat dimana instansi berada.

o Administrator yang memasukkan data konten

berupa kelengkapan dari data-data

pendukung lumbung pangan termasuk

didalamnya komoditas yang selalu berubah-ubah baik nilai dan jenisnya.

o Administrator mampu memodifikasi data-data dari departemen terkait, termasuk memodifikasi data spasial jika secara geografis terjadi perubahan.

• Pada blok Web Server, hasil inputan diatas akan

dimanajemen pada bagian ini untuk

mengklasifikasikan antara data atribut dan data spasial. Beberapa proses yang dilakukan adalah: o Menyimpan data atribut pada database

termasuk dokumentasi dan detail lumbung pangan tiap wilayah.

o Mengklasifikasikan layer untuk tiap data atribut instansi yang berkaitan.

o Menyimpan semua data spasial mulai koordinat, zona wilayah tempat tempat lumbung pangan serta data pendukung didalamnya ke dalam database spasial sesuai layer untuk tiap masing-masing wilayah. o Merelasikan data komoditas, lumbung

dengan tiap-tiap wilayah yang ada.

• Pada blok filter didalam proses Leaflet, tiap data atribut dan spasial yang telah diproses pada blok sebelumnya akan diproses lebih lanjut untuk mendeteksi kesesuaian dengan penentuan posisi dan pembuatan map marker pada basemap yang aktif. Untuk blok ini terdapat tiga proses utama yang bisa dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 4 Blok Diagram Proses pada Leaflet Klasifikasi basemap layers dan object layers berguna untuk menetapkan layer peta utama (basemap) yang harus diambil dari map server, dimana klasifikasi ini akan menentukan peta utama apa saja yang akan disediakan dalam layer basemap. Terdapat 7 pilihan layer peta induk antara lain (Google Roadmap, Google Satellite, Google

Hybrid, Mapnik yang akan mengaktifkan

OpenStreetMap, MapQuest, Cloudemade, dan bing map). Selanjutnya menentukan multiple choice bagi layer objek yang ada.

Aktivasi map server, map marker dan hyperlink marker berguna untuk mengambil peta utama yang terpilih dari map server kemudian menentukan perbesaran dan skala tampilan awal peta tersebut (zoom), dan penempatan zona wilayah awal sesuai

(16)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 77

koordinat yang dibaca dari database spasial. Setelah ditetapkan property dari peta utama (basemap), selanjutnya membaca filter layer objek yang aktif, mengambil nama objek dan foto objek, serta menetapkan hyperlink objek tersebut. Sedangkan pada database spasial bagian ini akan membaca

koordinat posisi masing-masing instansi,

selanjutnya mengklasifikasikan marker untuk layer objek yang aktif untuk dikaitkan posisi objeknya pada peta utama. Bagian ini juga yang akan membuat visualisasi layanan kesehatan apa saja yang akan ditampilkan ke peta utama sesuai dari user (client).

Representasi data spasial pada basemap yang aktif berguna untuk menyiapkan pada frame leaflet peta utama terpilih beserta data marker hasil blok sebelumnya yang selanjutnya hasil set pada frame leaflet ini akan dikirimkan kembali pada web server untuk ditampilkan pada halaman web user yang merequest (client).

• Pada blok Client ini, melakukan request alamat web dari webgis layanan kesehatan ini, kemudian memilih jenis request pada halaman web berupa zona wilayah yang ingin ditampilkan (wilayah Kecamatan dan Kelurahan), pilihan peta utama (7 layer basemap), objek lumbung pangan yang perlu ditampilkan.

• Output dari sistem adalah:

o Representasi data atribut dan data spasial untuk peta utama yang aktif dan layer objek terpilih.

o Data identifikasi masing-masing tempat lumbung pangan beserta informasi apa saja yang terdapat didalamnya.

o Data keberadaan posisi objek secara geografis dan info pendukungnya yang berkaitan dengan wilayah dan komoditas pertanian.

o Data hasil pemilihan zona yang

direpresentasikan dalam bentuk peta wilayah menurut Kecamatan dan Kelurahan.

o Data detail hasil pemilihan sub pelayanan kesehatan yang akan otomatis melakukan filter pilihan dari layer objek yang memenuhi kondisi dari pilihan user.

4.2 Fitur-Fitur Perangkat Lunak

Berikut akan dijabarkan lebih lanjut mengenai macam-macam fitur yang akan didukung oleh perangkat lunak:

• User Interface yang user-friendly

Halaman web didesain sedemikian rupa yang terlihat sangat mudah sekali untuk bisa dibaca dan interaksi user dipandu dengan navigasi yang sangat membantu untuk memilih atau melakukan request secara dinamis pada hasil halaman webgis.

• Pencarian POI (Point of Interest)

Fitur ini berguna untuk mencari pengelompokkan jenis objek tempat objek, zona wilayah dalam lingkup Kecamatan dan Kelurahan. Hasil filter akan ditampilkan berdasarkan area didalam kecamatan dan kelurahan yang dicari.

• Pemilihan Layer Peta Utama (Basemap layers) Fitur ini berguna untuk menentukan peta utama yang akan diaktifkan, menvisualkan peta baik dalam bentuk vector 2D maupun citra satellite (remote sensing). Masing-masing peta utama memeiliki kelebihan dan kekurangan dari sisi detail informasi geografis, dan ini menjadikan keleluasaan user untuk bisa menyesuaikan pilihan peta utama mana yang tepat dan mudah dibaca.

• Pemilihan Layer objek (Object layers)

Fitur ini untuk mengaktifkan dan menonaktifkan map marker dari masing-masing tempat.

• Navigasi dan Info Peta

Fitur ini untuk mengatur visualisasi peta dan informasi didalamnya. Beberapa navigasi dan informasi didalamnya antara lain adalah:

o Tile Layers, sebuah label yang menampilkan informasi layer peta utama yang aktif. o Attribution, Informasi label masing-masing

objek dan beberapa objek pendukung lain berupa label POI (point of interest) disekitar objek utama.

o Zoom in/out, untuk mengatur skala

penampakan peta diperbesar atau diperkecil. o Markers, icon penanda dari masing-masing

objek

o Popups, menu interaktif yang terdapat pada

masing-masing markers yang akan

menampilkan dialog berupa foto dan nama objek. Dalam fitur ini user bisa melihat detail objek tersebut dengan cara mengklik hyperlink dari nama objek yang ada.

o Layer switcher, pilihan kategori layer yang terdiri dari pemilihan layer peta utama (basemap layers) dan layer lumbung pangan (object layers).

o Scale, informasi skala peta yang sedang ditampilkan.

• Halaman detail tempat layanan kesehatan Fitur ini untuk menampilkan detail informasi data atribut dan spesifikasi data spasial dari masing-masing objek lumbung pangan.

(17)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 78

Fitur ini untuk menampilkan informasi dan dokumentasi dari objek lumbung pangan.

• Gambaran dari Layout WebGIS Wilayah Lumbung Pangan di Kabupaten Malang, adalah sebagai berikut:

Gambar 5 Halaman Utama pembuka web

Gambar 6 Halaman Galeri Lumbung Pangan

Gambar 7 Tampilan Utama WebGIS

Gambar 8 Tampilan pemilihan layer sumber peta

5. Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab-bab

sebelumnya dari penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut ini :

• Dengan adanya sistem informasi geografis wilayah lumbung pangan di Kabupaten Malang bebasis webgis ini maka masyarakat lebih mudah mencari informasi tentang letak dan dan informasi sarana yang disediakan dari tempat pelayanan kesehatan tersebut.

• Membantu pemerintahan Kabupaten Malang dalam memantau daerah rawan pengan dari area

(18)

SNATIKA 2013, ISSN 2089-1083| 79

ketersediaan lumbung pangan dan komoditas yang ada.

• Pihak Dinas terkait sendiri akan terbantukan dalam menginformasikan tentang letak dan keberadaan lumbung pangan yang ada.

• Sistem ini akan memberikan informasi tidak hanya data teks dan gambar, namun representasi objek pada peta geografis sesuai keadaan sebenarnya sehingga sangat memungkinkan

untuk mendapatkan data dengan tingkat

kebenaran mendekati ideal.

5.2 Saran

Adapun saran untuk pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi geografis wilayah lumbung pangan di Kabupaten Malang berbasis webgis ini adalah penambahan fitur yang lebih

dinamis melibatkan semua elemen dalam

khususnya bidang pertanian, social dan

kemasyarakatan untuk bisa langsung terlibat dan ikut andil dalam memberikan perubahan data yang ada pada sistem ini.

6. Daftar Pustaka

[1] Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta [2] Rachman, H.P.S, dkk.. 2004. Manajemen

Ketahanan Pangan Era Otonomi Daerah danPerum Bulog. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

[3] Rachman, H.P.S, A. Purwoto, dan G.S.

Hardono 2005. Kebijakan Pengelolaan

Cadangan Pangan Pada Era Otonomi Daerah Dan Perum Bulog. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 23 No. 2, Desember 2005 : 73 – 83

[4] Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan

Teknologi Penginderaan Jauh – LAPAN, 2002, Pemantauan Daerah Rawan Pangan di Pulau Java untuk/dan Alarm Bencana Alam pada Kuartal Pertama (Januari-April) Tahun 2002, LAPAN

[5] Simatupang, P. 2006. Kerangka Dasar

Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional.

Makalah disajikan pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Manado 18 – 20 Juni 2006.

[6] Henny Pramoedyo, et. al., 2010, Indikator dan

Pemetaan Daerah Rawan Pangan di

Kabupaten Ponorogo, Universitas Brawijaya Malang

[7] Jabal Tarik Ibrahim, et al, 2009, Analisis Ketahanan Pangan di Jawa Timur (The Food Security Analysis in East Java), Disajikan Pada Workshop Ketahanan Pangan 2009 [8] Alamgir, M. and P. Arora. 1991. Providing

Food Security For All. New York University

Press for the International Fund for

Gambar

Gambar 1 Siklus penelitian pengembangan  model Sistem Ketersediaan Pangan Daerah
Gambar 3 Arsitektur WebGIS Wilayah Lumbung  Pangan
Gambar 5 Halaman Utama pembuka web

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam melakukan pemeriksaan, Satuan Polisi Pamong Praja tetap mengacu kepada peraturan daerah terkait dengan tugas dan fungsnya sebagai penegak perda dalam hal ini

Penulis juga pernah melaksanakan Praktik Lapangan (PL) di Laboratorium Bioproses, Pusat Penelitian Bioteknologi- LIPI Cibinong selama periode Juli sampai Agustus 2007, dan

Namun demikian, hidrogen dapat diproduksi dengan teknologi yang lebih murah dan mudah, yaitu dengan memanfaatkan organisme bakteri melalui proses fermentasi atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian khitosan terhadap proses penyembuhan luka pada kulit mencit jantan (Mus musculus albinus) dengan parameter

Kriteria daerah yang terkena pengaruh Dampak Pengaruh Iklim (DPI) Bencana alam banjir dan kekeringan pada tanaman padi untuk masing – masing kecamatan disetiap kabupaten/kota

Metode yang cocok digunakan untuk produksi biohidrogen selama ini adalah dengan menggunakan metode fermentasi anaerobik dengan memanfaatkan biomassa atau limbah biomassa cair dan

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini akan dibangun pengembangan sistem pemetaan wilayah endemis Organisme Pengganggu Tanaman di Kabupaten