IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tahapan Membangun SAM Provinsi Bali Dalam studi ini analisis data dilakukan dari aspek ekonomi regional dengan menggunakan Model Social Accounting Matrix (SAM) atau analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SAM). Dengan metode ini juga selanjutnya akan dilakukan analisis simulasi kebijakan untuk mengetahui dampak kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan rumahtangga di Provinsi Bali. Selain mampu menjelaskan perilaku dari seluruh variabel makro (dibagi atas empat blok neraca), model SAM dapat juga menggambarkan berbagai keterkaitan langsung dan tidak langsung antara variabel satu dengan variabel lainnya yang dijabarka n da lam sebuah analisis yang disebut Structural Path Analysis (SPA) da n Decomposition Analysis. Oleh karena pada saat penelitian ini dilaksanakan masih belum tersedia Tabel Social Accounting Matrix (SAM) atau Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SAM) Provinsi Bali, maka langkah awal yang penting untuk dilakukan adalah membangun Tabel SAM Provinsi Bali. Setelah Tabel SAM Provinsi Bali dibangun, baru kemudian dapat dilakukan analisis pengganda dan analisis simulasi dari aspek ekonomi regional. Konstruksi Tabel SAM Provinsi Bali dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, menggunakan data Tabel Input-Output Provinsi Bali dan berbagai data yang bersumber dari SUSENAS, SAKERNAS, SKTIR, dan data indikator ekonomi Provinsi Bali tahun 2007, kemudian dilakukan pengisian sel-sel Tabel SAM Provinsi Bali yang akan di bangun. Kedua, Tabe l SAM yang dihasilkan tidak seimbang, sehingga perlu dilakukan balancing dengan menggunakan metode cross-entropy sehingga dihasilkan Tabel SAM Provinsi Bali tahun 2007 yangseimbang (Lampiran 1). Dan ketiga, melakukan pengolahan data sesuai dengan keperluan dalam studi ini. Mengacu pada Kerangka Dasar SAM Indonesia seperti disajikan pada Tabel 3.3. Bab 3, prosen membangun SAM Provinsi Bali dilakukan. Tabe l SAM Provinsi Bali yang dibangun dalam studi ini secara garis besarnya terdiri atas dua neraca, yaitu endo gen da n eksogen. Dalam neraca endo gen terdapa t tiga blok yakni blok faktor produksi, institusi dan aktifitas produksi. Setiap blok akan didisagregasi menjadi beberapa neraca sesuai kerangka SAM Indonesia yang menjadi acuan didalam menyusun Tabel SAM Provinsi Bali. Simplifikasi tahapan penyusuna n Tabel SAM Provinsi Bali dijelaskan pada Gambar 4.1. Kl asifikasi Tabel SAM Provi nsi Bali: 51 x 51 Pengumpulan Data: Data Sekunder Data Tahun 2007, meliputi data : Tabel Input-Output Provinsi Bali Susenas untuk Provinsi Bali Sakernas untuk Provinsi Bali SKTIR untuk Prov insi Bali Survei Industri Provinsi Bali Indikator Ekonomi Provinsi Bali Data terkait lainnya Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Metode Cross- Entrophy Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007
Fak to rP rodu ksi T ena ga ke rj a L a inny a Sekto rPr od u k si Insti tusi Gambar 4.1. Simplifikasi Tahapan Penyus unan Tabel SAM Provinsi Bali Tabun 2007 Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dinyatakan bahwa Tahap Pertama dalam menyusun SAM Provinsi Bali adalah menentukan klasifikasi sektor. Dalam hal ini dibangun Tabel SAM dengan klasifikasi 51 x 51 seperti terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Klasifikasi SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Uraian Kode
Pertanian Penerima upah/gaji 1
Bukan penerima upah/gaji 2 Produksi, operator alat angkut, operator
angkutan dan buruh kasar
Penerima upah/gaji 3 Bukan penerima upah/gaji 4 Tata usaha, penjualan, jasa-jasa Penerima upah/gaji 5 Bukan penerima upah/gaji 6 Kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer,
profesional dan teknisi
Penerima upah/gaji 7 Bukan penerima upah/gaji 8
Bukan Tenaga Kerja 9 RT Buruh Tani 10 RT Pengusaha Pertanian 11 RT Gol. Rendah di Desa 12 RT Penerima Pendapatan di Desa 13 RT Gol. Atas di Desa 14 RT Gol Rendah di Kota 15 RT Penerima Pendapatan di Kota 16 RT Gol. Atas di Kota 17 Perusahaan 18 Pemerintah 19 Tanaman bahan makanan 20 Perkebunan 21 Peternakan 22 Kehutanan 23 Perikanan 24 Pertambangan 25 Industri makanan, minuman dan tembakau 27
Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit 28
Industri kayu 29
Industri kertas, barang dari kertas dan karton 30
Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik 31
Bahan bakar minyak 32 Industri kerajinan dari bahan galian 33 industri karoseri dan alat angkuta 34 Industri barang perhiasan 35 Listrik dan Air minum 36 Bangunan 37 Perdagangan 38 Restoran, rumah makan, warung 39 Hotel bintang 40
Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya 41
Angkutan laut antar pulau/negara 42 Angkutan udara 43 Travel biro 44 Komunikasi, pos, giro 45 Perbankan 46 Jasa Pemerintahan Umum 47 Atraksi budaya 48 Neraca Kapital 49 Pajak Tidak langsung 50 Luar Negeri 51
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dijelaskan komposisi masing- masing neraca sebagai berikut: (1) Neraca Faktor Produksi Neraca Faktor Produksi dikelompokkan menjadi faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi bukan tenaga kerja. Terhadap faktor produksi tenaga kerja dilakukan disagregasi sedangkan terhadap faktor produksi bukan tenaga kerja tidak dilakukan disagregasi. Faktor produksi tenaga kerja dapat dikelompokkan menurut jenis dan status pekerjaan dari tenaga kerja, yakni (1) tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian, yang terdiri dari tenaga kerja yang bekerja subsektor perkebunan, perikanan, kehutanan, perburuan dan penangkapan hewan serta usaha-usaha ya ng berhubungan dengan sektor pertanian. Tenaga kerja di sektor ini dapat berupa tenaga kerja yang bekerja sendiri atau pekerja keluarga, atau pekerja yang dibayar, baik yang bekerja sebagai manajer, pengawas atau pun sebagai buruh biasa, (2) tenaga kerja yang bekerja di sektor pariwisata, termasuk di dalam klasifikasi tenaga kerja yang bekerja di sektor pariwisata adalah tenaga kerja yang bekerja subsektor perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, baik yang bekerja sendiri (pekerja keluarga) atau pekerja yang dibayar baik sebagai manajer, pengawas atau pun sebagai buruh biasa, (3) tenaga kerja yang bekerja di sektor industri pengolahan, termasuk dalam klasifikasi ini adalah tenaga kerja yang bekerja di semua sektor industri pengolahan, seperti ind ustri tekstil, industri garmen, ind ustri makanan da n minuman dan sebagainya. Tenaga kerja di sektor ini dapat berupa tenaga kerja yang bekerja sendiri (pekerja keluarga), atau pekerja yang dibayar, baik sebagai
manajer, pengawas atau pun buruh biasa, dan (4) tenaga kerja yang bekerja di sektor lainnya, termasuk dalam klasifikasi ini adalah tenaga kerja yang bekerja selain sektor pertanian, sektor pariwisata dan sektor industri pengolahan, seperti sektor salon kecantikan, sektor olah raga, sektor pengangkutan informal dan sebagainya. Tenaga kerja disektor ini dapat berupa tenaga kerja yang bekerja sendiri atau pekerja keluarga dan pekerja yang dibayar, baik sebagai manajer, pengawas, atau pun seba gai buruh biasa. (2) Neraca Institusi Dalam kerangka SAM , pendapatan faktorial (yaitu pandapatan tenaga kerja dan modal) didistribusikan kepada neraca institusi, yaitu: seperangkat neraca rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah. Semua pendapatan tenaga kerja dalam bentuk upah dan gaji didistribusikan pada golongan rumahtangga, sedangkan pendapatan modal didistribusikan pada golongan rumahtangga
sebagai penerimaan modal, pada perusahaan dan pemerintah sebagai laba/keuntungan yang ditahan atau laba/ keuntungan yang tidak didistribusikan . Selain pendapatan dari faktor-faktor produksi, institusi juga menerima pendapatan dalam bentuk transfer dari neraca lainnya. Untuk rumahtangga pendapatan bukan faktor ini terdiri dari transfer antar rumahtangga, transfer dari perusahaan, transfer dari pemerintah, dan transfer langsung dari luar propinsi / negeri. Untuk perusahaan, tipe pendapatan ini diperoleh dari transfer antar perusahaan dan dari luar provins/negeri, yang datanya diperoleh dari SKTIR, Biro Neraca Rumahtangga, BPS Jakarta. Total baris institusi rumahtangga merupakan pendapatan rumahtangga. Dalam penelitian ini rumahtangga di golongkan menjadi lima agar konsisten dengan penggolongan Susenas 2007. Dengan
demikian, total pendapatan masing- masing golongan rumahtangga ini menjadi kajian distribusi pe ndapatan institusional. Di satu sisi rumahtangga memperoleh pendapatan, namun di sisi lain
rumahtangga juga melakukan pengeluaran atau konsumsi. Pengeluaran rumahtangga akan barang-barang pangan dan bukan pangan diperoleh dari Susenas 2007. Informasi tentang tabungan rumahtangga regional diperoleh SKTIR 2007 Pengeluaran rumahtangga untuk pajak langsung pada pemerintah regional/total diperoleh dari Susenas 2007, dan transfer golongan rumahtangga ke
luar propinsi / negeri dianggap sisa (residual). Proses penyesuaian perlu dilakukan terhadap elemen-elemen pengeluaran, agar total kolom sama dengan total baris yang berhubungan. Untuk institusi pe rusahaan, pe ngeluaran perusahaan atas komoditas atau sektor, pajak langsung dari perusahaan ke pemerintah, keuntungan yang tidak dibagikan dan pembayaran perusahaan ke luar negeri diperoleh dari Survey Perusahaan Industri 2007, Biro Industri, Badan Pusat Statistik Jakarta. Untuk institusi pemerintah, pengeluaran pemerintah berisikan pengeluaran rutin, pengeluaran untuk investasi atau tujuan konsumsi kapital, dan pengeluaran pemerintah langsung ke masyarakat dalam bentuk Inpres- Inpres . Dengan spesifikasi ini, diharapkan semua jenis pengeluaran pemerintah (pusat dan daerah) sudah ditangkap oleh SAM Bali ini, dan simulasi kebijakan penge luaran pemerintah dalam sebuah kerangka general equilibrium dapat dilakukan secara lebih fleksibel dan benar. Pengeluaran pemerintah rutin yang diperoleh dari Biro Keuangan Pemda Bali, jenis-jenis kegiatannya dipilah-pilah menurut sektor-sektor produksi.
Pengeluaran pemerintah untuk investasi (Infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial dan pelayanan umum), diperoleh dengan memilah- milah jenis kegiatan setiap proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menurut sektor-sektor produksi. Hal sama juga dilakukan untuk pengeluaran pemerintah dalam bentuk proyek-proyek Inpres. Dimasukannya institusi wisatawan dalam SAM Bali ini adalah untuk
menangkap karakteristik perekonomian Bali yang menonjol sektor
pariwisatanya. Pola pengeluaran wisatawan untuk sektor-sektor ekonomi menggunakan hasil penelitian Kantor Badan Pusat Statistik Bali yang bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana tahun 2002, yang dianggap lebih menyebar dari pada pola pengeluaran survey Dinas Pariwisata Bali tahun 2007. Dengan mengetahui total pengeluaran wisatawan (perkalian antara jumlah kunjungan wisatawan dengan lama tinggal wisatawan dan pengeluaran wisatawan per orang per hari), maka dapat dihitung total pengeluaran wisatawan yang ditangkap oleh sektor-sektor ekonomi yang menjadi pendapatan sektor-sektor yang be rsangkutan. (3) Neraca Sektor Produksi Neraca aktivitas produksi atau sektor produksi yang merupakan salah satu neraca penting SAM Bali Tahun 2007 bersumber dari transaksi antara sektor Tabe l I-O Provinsi Bali Tahun 2007. Namun agregasi sektor-sektor tabel transaksi harus dilakuka n agar ko nsisten de ngan sektor-sektor pada neraca aktivitas penyesuaian elemen-elemen transaksi agar tercapai keseimbangan total baris dengan total kolom yang berhubungan.
(4) Neraca lainnya Neraca ini meliputi marjin perdagangan dan pengangkutan, pajak tidak langsung neto, ekspor dan impor, dan investasi swasta diperoleh langsung dari Tabel I–O Bali Tahun 2007. Elemen-elemen penerimaan pemerintah, pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta diperiksa dari APBD dan APBN serta laporan- laporan Bappeda Bali. Walaupun impor merupakan neraca residual, maka diharapkan tidak jauh berbeda dengan impor kompetitif pada tabel I-O Bali Tahun 2007. Penerimaan dari neraca kapital datang dari tabungan rumahtangga regional, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah. Karena semua isian- isian tersedia, maka penerimaan total dari neraca kapital swasta dapat ditentukan secara mudah. Pengeluaran dari neraca swasta disalurkan melalui investasi swasta sektoral dan pinjaman swasta luar propinsi/negeri. Tahapan kedua adalah melakukan pengumpulan data dan mengisi sel-sel transakti Tabel SAM mengacu pada Tabel SAM Indonesia. Secara garis besar sel- sel transaksi yang akan diisi dapat dilihat Tabel 3.3 pada Bab 3. Sumber data utama dalam membangun SAM bali adalah Tabel I-O Provinsi Bali tahun 2007. Sel SAM Bali dimulai dengan memasukkan Tabel I-O Provinsi Bali ke dalam matriks permintaan antara. Transaksi- transaksi lain yang membutuhka n infor masi dari Tabel I-O Provinsi Bali Tahun 2007 adalah matriks: (1) kebutuhan institusi terhadap barang dan jasa (permintaan domestik), (2) distribusi pendapatan dari faktor produksi, (3) penyusutan barang modal, (4) jumlah formasi kapital, (5) penerimaan pemerintah dari pajak tak langsung, (6) impor barang dan jasa dari
luar negeri, dan (7) ekspor barang dan jasa ke luar negeri. Adapun untuk matriks- matriks lainnya, sumber informasi lain dibutuhkan. Jadi ide dasar dalam mengisi sel-sel SAM Bali adalah mengembangkan Tabel I-O Provinsi Bali. Perincian matriks yang membutuhkan data tambahan untuk melengkapi data utama adalah sebagai berikut. Matriks konsumsi rumahtangga dan institusi lain terhadap barang dan jasa, dijabarkan dengan menggunakan informasi dari Tabe l I-O Provinsi Bali Tahun 2007 dan pengeluaran konsumsi penduduk Bali tahun 2007. penjabaran matriks distribusi pendapatan dari faktor (tenaga kerja), membutuhkan informasi dari Tabe l I-O Bali Tahun 2007, Penduduk Bali Tahun 2007, Persentase penduduk asli Bali menurut lapa ngan usaha tahun 2007 dan indikator kesejahteraan rakyat Bali tahun 2006. Sementara untuk mengisi sel matriks transfer payment menggunakan informasi dari Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumahtangga (SKTIR) tahun 2007, SAM Indonesia 2004 dan Susenas tahun 2007. Selanjutnya statistik keuangan Bali 2006/2007 dibutuhkan untuk mengisi matriks transaksi sebagai berikut: (1) ransfer luar negeri ke pemerintah, diperoleh dari bagian penerimaan pembangunan dari luar negeri, (2) matriks subsidi pemerintah ke rumahtangga, diperoleh dari sebagian dana sosial pemerintah daerah, dan (3) tabungan pemerintah, diperoleh dari selisih antara pendapatan dan realisasi total pengeluaran pemerintah daerah. Menempatkan neraca pemerintah (G) sebagai faktor endogen dalam Tabel SAM Provins i Bali. Setelah seluruh sel Tabel SAM Provinsi Bali diisi akan menghasilkan Tabel SAM Provinsi Bali yang tidak seimbang (unbalanced). Oleh karenanya perlu dilakuka n tahapa n selanjutnya.
Pendeka tan Cross Entrophy (CE) dengan menggunakan program GAMS digunakan. Metode CE merupakan perluasan dari metode RAS, dimana metode CE lebih fleksibel dan unggul untuk mengestimasi SAM ketika data scattered (tersebar) dan tidak konsisten. Sementara itu metode RAS mengasumsikan bahwa estimasi dimulai dari suatu SAM terdahulu yang konsisten dan hanya mengetahui tentang total baris dan kolom. Kerangka CE mengacu pada rentang informasi terdahulu yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam estimasi (Robinson et al., 1998). Mengacu pada pemikiran tersebut, maka dalam rangka mendisagregasi SAM pada kondisi sebelum dan setelah krisis ekonomi di Indonesia akan digunakan metode CE. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penerapan model CE, yaitu pendekatan deterministik dan stokastik. Pendekatan deterministik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional antara satu variabel dengan variabel lainnya. Pendekatan stokastik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu variabel dengan variabel lainnya (Robinson et al., 1998; Robinson dan El-Said, 2000). Karena dalam penelitian ini estimasi SAM hanya dilakukan pada tahun tertentu dan ketergantungan antara satu variabel dengan variabel lainnya yang akan didisagregasi bersifat fungsional, maka metode CE dengan pendekatan deterministik yang akan digunakan. Langkah pertama mengestimasi SAM menggunakan metode CE dengan pendekatan deterministik adalah mendefinisikan matriks T sebagai suatu matriks transaksi SAM, dimana tij adalah aliran pengeluaran dari neraca kolom j ke naraca baris i yang memenuhi kondisi:
Aij ……….(4.2)
min I
Aij ln
i j
Aij
Aij ij Aij ln A ………. (4.3)
yi
tij
t ji ……… (4.1) j j Pada suatu SAM, setiap jumlah baris ( yi ) harus sama de ngan jumlah kolom ( y* j ), dimana koe fisien matriks A dapat dibentuk dari setiap sel pada matriks T dibagi denga n jumlah kolomnya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: tij y j Kullback dan Leibler (1951) mengaplikasikan ukuran jarak cross-entropy antara dua distribusi probabilitas dalam mengestimasi SAM. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satu set koe fisien matrik yang baru (A) dengan cara meminimumkan jarak cross-entropy antara koefisien matriks yang baru dengan koefisien matriks sebelumnya ( A) . Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: A Aij ln A j j Dengan kendala: Aij y j * j yi* ………(4.4)
A
j ji 1 dan 0 A
ji 1
……… (4.5) Setelah dilakukan balancing menggunakan metode cross-entrophy dengan bantuan program GAMS diperoleh Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007 yangseimbang (balance) sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007 inilah yang kemudian dianalisis untuk menjawab permasalahan da n tujuan pe nelitian yang akan dicapa i. 4.2.Metode Analisis Kerangka SAM dapat digunakan sebagai kerangka data yang menjelaskan mengenai (BPS, 1995 dan 1999): Pertama, kinerja pembangunan ekonomi suatu negara, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), konsumsi, tabungan dan lainnya. Kinerja perekonomian antara lain ditunjukkan dari nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor ekonomi (T13 pada Tabel 3.3) yang memberikan gambaran mengenai besarnya PDB nasional atas dasar harga faktor pada tahun tertentu. Bila ditambah dengan pajak tidak langsung akan menghasilkan PDB atas dasar harga konstan. Kinerja perekonomian nasional lainnya yang dapat ditunjukkan oleh kerangka SAM adalah: (1) distribusi PDB menurut sektor-sektor ekonomi (supply side), (2) distribusi PDB menurut penge luaran (demand side), (3) struktur input antara (intermediate input) yang dapat dirinci menjadi sumberdaya domestik dan impor, (4) investasi dan tabungan masyarakat, (5) hutang dan piutang negara, dan (6) keboc oran nasional, yaitu besarnya pe nerimaan negara yang menga lir ke luar negeri. Kedua, distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal. Distribusi pendapatan faktorial dalam kerangka SAM ditunjukkan oleh baris neraca pertama pada kerangka umum SAM. Seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 bahwa T13
menunjukkan alokasi nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor produksi ke faktor- faktor produksi, yaitu sebagai balas jasa dari penggunaan faktor- faktor produksi tersebut, misalnya upah dan gaji sebagai balas jasa bagi penggunaan faktor produksi tenga kerja. Sementara itu balas jasa bagi penggunaan faktor produksi kapital antara lain keuntungan, dividen, bunga dan sewa rumah. Bila ditambah dengan neraca X1 yang menunjukkan pendapatan faktor produksi yang diterima dari luar negeri, maka total kedua penerimaan ini menunj ukka n distribusi pendapatan faktorial. Ketiga, distribusi pendapatan rumahtangga yang dirinci menurut berbagai golongan pendapatan. Distribusi pendapatan rumahtangga dalam kerangka SAM ditunjukkan oleh baris neraca kedua pada kerangka umum SAM. Seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 bahwa neraca T21 menunjukkan alokasi pendapatan faktor produksi yang diterima oleh berbagai institusi, salah satu institusi dalam kerangka SAM adalah rumahtangga. Dengan kata lain, neraca ini merupakan
pemetaan dari neraca X1 menjadi neraca T21, yaitu pemetaan dari pendapatan
faktorial menurut sektor-sektor ekonomi menjadi pendapatan institusi (rumahtangga), menurut faktor-faktor produksi. Sementara itu neraca T22 menunjukkan pembayaran transfer antara institusi, misalnya pemberian subsidi dari pemerintah kepada rumahtangga atau pemberian subsidi dari perusahaan kepada rumahtangga atau pembayaran transfer dari rumahtangga ke rumahtangga lainnya. Sedangkan neraca X2 menunjukk an penerimaan ketiga institusi dari luar negeri. Jumlah ketiga neraca T21, T22 dan X2
yang berhubungan dengan rumahtangga menggambarkan pendapatan
Keempat, pola pengeluaran rumahtangga (household expenditure pattern). Pola pengeluaran menurut golongan rumahtangga dalam kerangka SAM dapat dilihat pada neraca ko lom masing- masing golongan rumahtangga. Pada rincian ini dapat diperoleh informasi mengenai pola pengeluaran rumahtangga menurut berbagai komoditas, baik komoditas domestik maupun komoditas impor. Dari informasi ini dapat juga diperlihatkan besarnya tabungan masing- masing golongan rumahtangga. Dan kelima, distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka yang bekerja termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai balas jasa tenaga kerja yang mereka sumbangkan. Masalah ketenagakerjaan dalam kerangka SAM terutama dijelaskan oleh submatriks T13, yaitu submatriks alokasi nilai tambah menurut sektor-sektor ekonomi. Sebagaimana dipahami bahwa nilai tambah yang d iciptakan oleh sektor- sektor ekonomi tersebut salah satunya merupakan sumbangan dari faktor produksi tenaga kerja be rupa upa h da n gaji. Bila upa h da n gaji ini da ri setiap tenaga kerja pada masing- masing sektor ekonomi dijumlahkan, maka diperoleh alokasi nilai tambah faktor produksi tenaga kerja menurut sektor. Dengan demikian, dari submatriks ini dapat diperoleh informasi mengenai jumlah tenagakerja yang bekerja pada masing- masing sektor ekonomi termasuk besarnya tingkat upah yang
mereka peroleh. Informasi- informasi ini akan dianalisis sehingga akan memberika n masuka n mengenai ko ndisi sos ial masyarakat, yaitu distribusi tenaga kerja dan tingkat upah dan gaji menurut sektor-sektor ekonomi yang dianalisis. Walaupun penggunaan SAM cukup luas, dalam studi ini analisis dibatasi untuk mengetahui: Pertama, peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata
terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu kinerja perekonomian dari aspek distribusi PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran da n permintaan, dan struktur input antara yang dirinci menurut sumberdaya domestik dan impor. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keunggulan sektor pertanian dan sektor pariwisata di Provinsi Bali dari aspek penawaran dan permintaan. Sektor pertanian dan sektor pariwisata dengan kontribusi yang tinggi adalah sektor pertanian dan sektor pariwisata yang lebih banyak menggunakan sumberdaya domestik atau sumberdaya impor. Kedua, untuk mengetahui peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap kesempatan kerja, analisis lebih difokuskan untuk memperoleh informasi tentang jumlah tenaga kerja yang bekerja pada masing- masing sektor. Ketiga, untuk memperoleh gambaran yang luas tentang peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap distribusi pendapatan, oleh karenanya analisis distribusi pendapatan rumahtangga dan analisis distribusi pendapatan faktorial dilakukan. 4.2.1. Analisis Pengga nda SAM Seperti telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, analisis pengganda di dalam model SAM dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu: pengganda neraca dan pengganda harga tetap (Isard et al., 1998). Nilai pengganda neraca menunjukkan besarnya keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Setiap unsur dalam matriks pengganda neraca dapat diinterpretasikan sebagai total perubahan pendapatan langsung maupun tidak langsung dalam baris imbas pendapatan oleh injeksi unit pendapatan eksogen ke dalam neraca kolom (Bautista, 2000). Dalam studi ini analisis pengganda yang digunakan adalah analisis pengganda rata-rata (Ma) dengan fokus utama adalah analisis pengganda sektor
pertanian dan sektor pariwisata. Ada tujuh jenis pengganda yang akan dianalisis dalam studi ini, yaitu: pengganda output, pengganda nilai tambah, pengganda antar sektor, pengganda pendapatan rumahtangga, pengganda pendapatan pihak swasta, pengganda pendapatan pemerintah dan pengganda faktorial. 1. Pengganda output Nilai pengganda output menunjukkan efek total terhadap output dalam perekonomian secara keseluruhan akibat adanya peningkatan permintaan output pada sektor ke-i dalam blok produksi, dimana nilai pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada blok sektor produksi sepanjang kolom sektor ke-i. Nilai pengganda ini diperoleh dari penjumlahan koefisien matriks pengganda neraca di blok sektor produksi sepanjang kolom sektor ke-i. 2. Pengganda nilai tambah Nilai pengganda nilai tambah menunjukkan efek total terhadap nilai tambah dalam perekonomian akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor ke-i dalam blok produksi. Nilai tambah ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada unsur- unsur yang termasuk da lam blok faktor produksi. 3. Pengganda keterkaitan antara sektor Nilai pengganda ini menunjukkan efek total terhadap sektor ke-j dalam perekonomian akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor ke-i. Nilai pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca sepanjang kolom sektor ke-j.
4. Pengganda pendapatan rumahtangga Nilai pengganda pendapatan rumahtanga menunjukkan efek total terhadap pendapatan rumahtangga akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor ke-i. Nilai pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada unsur-unsur yang termasuk dalam kelompok rumahtangga sepanjang kolom sektor ke-i. 5. Pengganda pendapatan pihak swasta Nilai pengganda pendapatan ini menunjukkan efek total terhadap pendapatan pihak swasta akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor ke-i. Nilai pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada unsur-unsur yang termasuk dalam kelompok swasta sepanjang kolom sektor ke-i. 6. Pengganda pendapatan pemerintah Nilai pengganda pendapatan ini menunjukkan efek total terhadap pendapatan pemerintah dimana nilai pengganda ini diperoleh dari penjumlahan koefisien matriks pengganda neraca pada kelompok pemerintah (kolom sektor ke-i). 7. Pengganda faktorial Nilai pengganda ini menunjukkan efek total terhadap peneriman blok faktor produksi (terdiri dari tenaga kerja dan modal). Nilai pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada unsur-unsur yang termasuk dalam blok faktor produksi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih dalam da ri hasil analisis pengganda, dalam studi ini juga dilakukan analisis dekomposisi pengganda. Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab 3, dikenal ada tiga analisis dekomposisi
pengganda, yaitu: transfer multiplier, open loop multiplier, dan close loop multiplier. Pengganda transfer yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca pada dirinya sendiri. pengganda open loop atau cross effect yang menunjukk an pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Pengganda closed loop menunjukkan pengaruh dari satu blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok semula. Untuk memperoleh bagaimana interaksi suatu sektor dengan sektor lainnya dalam kerangka SAM analisis jalur structural (Structural Path Analysis, SPA) juga dilakukan dalam penelitian ini. Dalam SPA, masing- masing elemen pada multiplier SAM dapat didekomposisi kedalam pengaruh langsung, pengaruh total dan pengaruh global. SPA adalah sebuah metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah jalur dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit) sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 3. 4.2.2. Analisis Simulasi Analisis simulasi dimaksudka n untuk mengetahui bagaimana dampak stimulus ekonomi sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap output, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan rumahtangga. Dari analisis ini akan diperoleh alternatif-alternatif kebijakan pembangunan ekonomi regional yang bermuara pada output, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan. Dalam simulasi, stimulus ekonomi berdampak pada blok neraca sektor produksi (aktivitas) dan blok neraca institusi. Pada blok neraca sektor produksi,
dampak stimulus ekonomi adalah terhadap output sektor-sektor produksi dan pada blok neraca institusi adalah pada pendapatan rumahtangga yang berpenghasilan rendah. Kenaikan output sektor-sektor produksi dapat bersumber dari kenaikan permintaan (ekspor). Dengan demikian, stimulus ekonomi yang diberikan kepada sektor produksi mempunyai makna bahwa: kenaikan output sektor produksi yang berasal dari luar sistem tanpa menyebutkan sumber kenaikan secara spesifik. Jumlah stimulus ekonomi sebesar 100 milyar rupiah merupakan jumlah pembentuka n moda l tetap (Investasi) yang dituangka n da lam APBD Provinsi Bali. Untuk keperluan membandingkan dampak stimulus ekonomi (investasi) maka besaran stimulus ekonomi pada sektor atau sub-sektor pertanian dan pariwisata diberlakukan secara proporsional, dengan skenario sebagai berikut: Skenario 1 : Stimulus ekonomi (investasi) pada sektor pertanian sebesar Rp 100 milyar yang dialokasikan secara proporsional ke masing- masing subsektor pertanian. Skenario 2 : Stimulus ekonomi (investasi) pada sektor pariwisata sebesar Rp 100 milyar yang dialokasikan secara proporsional ke masing- masing s ub-sektor pariwisata. Skenario 3 : Stimulus ekonomi (investasi) pada sektor pertanian sebesar Rp 50 milyar yang dialokasikan secara proporsional ke masing- masing subsektor pertanian, dan stimulus ekonomi (investasi) pada sektor pariwisata sebesar Rp 50 milyar yang dialokasikan secara proporsional ke masing- masing sub-sektor pariwisata.