BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kota Pagar
Alam, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan
tanggung jawab Pemerintah Kota Pagar Alam . Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pagar Alam terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya
agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun
prasarana baru , pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja
untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai
pembangunan infrastruktu r permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta
dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan
yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan inve stasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk : Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan o
pembangunan bidang Cipta Karya,
Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor o
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya. o
9.1 Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah : Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban
daerah ot onom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan p emerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
o
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mend ukung penyelenggaraan otonomi
daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
o
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan
lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, criteria khusus, dan kriteria teknis
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan o
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kota Pagar Alam : Urusan pemerintaha n yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk Kota Pagar
Alam merupakan urusan yang berskala Kota Pagar Alam meliputi 26 urusan
termasuk bidang pe kerjaan umum Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan
secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan
sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
o
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Dae rah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan :
total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan a.
APBD tahun sebelumnya;
memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk b.
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
c.
tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari d.
pemerintah;
pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan e.
persetujuan DPRD
Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerin tah dengan
o
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres
13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur
permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman o
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari :
Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana a.
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. b.
Pembiayaan Daerah meliputi: Pemb iayaan Penerimaan dan Pembiayaan
c.
Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
o
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK
untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai Berikut :
Bidang Infrastruktur Air Minum a.
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman
nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan :
Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; 1.
Tingkat kerawanan air minum 2.
Bidang Infrastruktur Sanitasi b.
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target
MDGs yang dengan kriteria teknis : kerawanan sanitasi;
1.
cakupan pelayanan sanitasi 2.
Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan o
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU memb entuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan
Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang te lah
Disepakati Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, d apat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi :
Dana APBN , meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan a.
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dan a Alokasi Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.
Dana APBD Provinsi , meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan b.
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
Dana APBD Kota Pagar Alam , meliputi dana daerah untuk urusan bersama c.
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala Kota Pagar Alam.
Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan d.
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR). Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. e.
Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri f.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pem bangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat ya ng sebesar-
besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2 Profil APBD Kota Pagar Alam
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kota Pagar Alam selama 3-5 tahun terakhir
dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun te rakhir.
Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut :
Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung
a.
Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah dana Perimbangan,
b.
dan Pendapatan Lain yang Sah
Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Tabel 9.1
Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
PPEENNDDAAPPAATTAANN DDAAEERRAAHH 22000088 22000099 22001100 22001111 22001122 R
Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %%
PPeennddaappaattaann AAssllii DDaaeerraahh Pajak Daerah
-Retribusi Daerah
-Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan -Lain-Lain PAD -77..440077..998866 22..555577..003366 44..885500..995500 1155..443333..228855 44 112200 225599 1111 331133 002266 77..999900..779999 66..114455..002277 11..884455..777722 D
Daannaa PPeerriimmbbaannggaann Dana Bagi Hasil
-Dana Alokasi Umum
-Dana Alokasi Khusus -331122..331166..003333 110000..330033..882255 117766..331111..220088 3355..770011..000000 441133..111100..883311 160 833 957 230 330 874 21 946 000 448833..333388..115577 118888 ..995511..778877 226688..991111..889900 2255..447744..448800 LLaaiinn--LLaaiinn PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh yyaanngg SSaahh
Pendapatan Hibah
-Dana Darurat
-DBH Pajak dari Pemda Lainnya
-Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus
-Bantuan Keuangan Provinsi/ Pemda Lain
-Pendapatan Lainnya
-33..881100..777722 15 015 992 4466..112277..225599
TToottaall PPeennddaappaattaann 332233..553344..779933 444433..556600..110088 553377..445566..221155 Keterangan: % persentase komponen pendapatan terhadap total pendapatan daerah
Tabel 9.2
Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
BBEELLAANNJJAA DDAAEERRAAHH 22000088 22000099 22001100 22001111 22001122
R
Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %%
BBeellaannjjaa TTiiddaakk LLaannggssuunngg Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Bantuan Pemda lain Belanja Tidak Terduga
221144..115577..558866 00 00 88..995500..445500 444422..663300 00 337722..449911 3399,,66 00 00 11,,66 00,,0088 00 00,,0066 BBeellaannjjaaLLaannggssuunngg Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa Belanja Modal 1155..557733..117777 112200..448844..663300 118800..881188..449911 22,,88 2222,,33 3333,,44 TToottaall BBeellaannjjaa 554400..779999..445555
Tabel 9.3
Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
PPEEMMBBIIAAYYAAAANN DDAAEERRAAHH 22000088 22000099 22001100 22001111 22001122 R
Rpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %% RRpp %%
PPeenneerriimmaaaann PPeemmbbiiaayyaaaann Penggunaan SiLPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman
Piutang Daerah
-PPeennggeelluuaarraann PPeemmbbiiaayyaaaann Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pembayaran Pokok Pinjaman Pemberian Pinjaman Daerah TT OO TT AA LL
Pos-pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk grafik proporsi untuk
melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran selama lim a tahun
terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No. 71 Tahun 2010) seperti
gambar 9.1.
9.2 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir nyang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat / swasta.
9.2.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan in fratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda,
Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant
kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen
Cipta Karya menyalurkan dana ke dae rah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT)
sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu Kota Pagar Alam perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Tabel 9.4
Tabel APBN Cipta Karya di Kota Pagar Alam dalam 5 Tahun Terakhir (dalam ribu)
Sektor Alokasi 2009 Alokasi 2010 Alokasi 2011 Alokasi 2012 Alokasi 2013
Pengembangan Air Minum 0 0 0 0
Pengembangan PLP 0 0 0 0
Pengembangan Permukiman
675.000 0 0 2.000.000
Penataan Bangunan & Lingkungan
500.000 0 1.500.000 0
Total 1.175.000 0 1.500.000 2.000.000
*Dalam Ribuan
mendukung pendanaan p embangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di pe rdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang di selenggarakan melalui proses pemberdayaan
masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria
Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5
tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 9.5
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Pagar Alam dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK 2009 2010 2011 2012 2013
DAK Air Minum - 847.451 1.280.138
DAK Sanitasi - 2.199.263 734.800
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kota Pagar Alam memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
Pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
Cipta Karya yang ada.
Tabel 9.6
Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
Sektor Alokasi APBD% Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya
Total Belanja APBD
*) Dalam Proses Pendataan
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Kota Pagar
Alam. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan
pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam
3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah.
Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 9.7
Tabel 9.7
Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (dalam ribuan)
Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
Sektor AlokasiAPBN DD UB Alokasi APBN DD UB Alokasi APBN DD UB Alokasi APBN DD UB Alokasi APBN DD UB Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total
*) Dalam Proses Pendataan
9.3.2 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan
pemerintah daerah ( profit oriented ). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk
melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan d aerah dapat menjadi
salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP- SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, o perasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di Kota Pagar Alam dalam 3-5 tahun terakhir
9.3.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan deng an terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery . Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Te ntang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak dilakukan untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi kegiatan-kegiatan eksisting perlu dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.
Tabel 9.8
Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan Tahun Komponen
KPS Satuan Volume
Nilai (Rp)
Skema
Pembiayaan* Ket. Pengembangan Air Minum
-… -… Pengembangan PPLP -… -… Pengembangan Permukiman -… -…
Penataan Bangunan dan Lingkungan -…
-…
*Dalam Proses Pendataan
9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka
dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya. Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai Berikut :
Menentukan presentase pertum buhan per pos pendapatan Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Y0 = Nilai tahun ini
Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dih itung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.
Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan Setelah diketahui
tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut :
Yn = Nilai pada tahun n
r = % pertumbuhan Y0 = Nilai pada tahun ini
n = tahun ke n (1-5)
Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapa sitas daerah
dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya
Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan.
pula bahwa proporsi bel anja bidang Cipta Karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel 9.6) maka dapat diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan.
Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam tabel 6.9
Tabel 9.9
Proyeksi Pendapatan APBD Pagar Alam dalam 5 Tahun ke Depan
2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018 Pendapatan Asli Daerah 7,408 15,433 7,990 30.05% 10,391 20,782 31,173 41,564 51,955 Dana Alokasi Umum 176,311 230,330 188,951 6.34% 200,924 401,848 602,773 803,697 1,004,621 Dana Bagi Hasil 100,304 160,834 273,277 65.13% 451,260 902,520 1,353,780 1,805,041 2,256,301 Dana Alokasi Khusus 35,701 21,946 25,474 -11.23% 22,614 45,228 67,843 90,457 113,071 Dana Alokasi Khusus Air
Minum 800 847 1,280 28.50% 1,645 3,290 4,934 6,579 8,224
Dana Alokasi Khusus
Sanitasi 1,000 2,199 734 26.64% 930 1,859 2,789 3,718 4,648
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah 12,000 15,015 46,127 116.17% 99,711 199,421 299,132 398,843 498,553 T O T A L A P B D 333,524 446,604 543,833 27.84% 695,223 1,390,446 2,085,669 2,780,891 3,476,114 Komponen APBD Realisasi (Dlm Juta) % Pertumb uhan Proyeksi (dlm juta) Sumber : Analisa, 2013
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerahsetelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Be sarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
- Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah
belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinja man, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup
defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah
dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank,
lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30
Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak o
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan o
pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah
Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman o
Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah o
juga wajib memenuhi persyaratan tidak me mpunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan
daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio
(DSCR). Berdasarka n peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini
menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi
9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa Kota Pa gar Alam memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun
ke depan dalam bentuk business plan . Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui
kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.
9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama
pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar
proyek potensial tersebut disusun ber dasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari programtersebut.
Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya terangkum dalam tabel di bawah ini
Tabel 9.10
Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan (Rp)
Kelayakan
Finansial Keterangan IRR = ...
*Dalam Proses Pendataan
9.5 Analisis Tingkat Ketersediaan Dana dan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pemb iayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia
pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan pada bagian 9.4.1
Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis pada bagian 9.4.2 Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta berdasarkan bagian 9.4.3
9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka perce patan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu men yusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,
Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain: Strategi peningkatan DDUB oleh Kota Pagar Alam dan provinsi;
1.
Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; 2.
Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah; 3.
Strategi peningkatan peran masyaraka t dan dunia usaha dalam pembiayaan
4.
pembangunan bidang Cipta Karya;
Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur 5.
permukiman yang sudah ada;
Strategi pengembangan infrastruktur skala regional. 6.