Pengaruh Terapi Dzikir dan Doa Terhadap Tingkat Depresi Pada Pasien Post Partum Di RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan.
Oleh : Meliana Ningsih
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pada pasien postpartum. Desain penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) pre dan post test without control (control diri sendiri). Sampel penelitian sebanyak 30 orang ibu post partum. Pengambilan sampel dilakukan secara Consecutive Sampling. Penelitian ini dilakukan didua tempat yaitu pre terapi diruang rawat kebidanan dan post terapi di poliklinik kebidanan . Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi pada pasien postpartum menggunakan Edinburgh Postnatal Depresion Scale (EPDS). Hasil uji T Dependen didapatkan p=0.000 (< 0.005) yang menunjukkan ada pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pasien postpartum.
Kata Kunci : Terapi Dzikir dan Doa, Depresi, Post Partum Daftar Pustaka : 27 (2001-2013)
Abstract
The purpose of this study was to analyze the effect of therapy on patients
remembrance and prayer for postpartum depression. Quasi-experimental research design (quasi-experimental) pre and post test without control (self control). The research sample of 30 mothers post partum. Sampling was done by
Consecutive sampling. This research was carried out on two places, namely pre diruang therapy and post therapy obstetric care in obstetrics clinic. The instrument used to measure the patient's level of postpartum depression using the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Dependent T test results obtained p = 0.000 (<0.005), which showed no therapeutic effect devotions and prayers to the patient's level of postpartum depression.
Keywords : Dhzikir and Prayer Therapy, Depression, Post Partum Bibliography : 27 (2001-2013)
A. Latar Belakang
Melahirkan merupakan salah satu yang dinantikan bagi setiap wanita, setiap wanita yang mengalaminya akan merasakan kebahagiaan dan tidak semua wanita mendapatkan kesempatan ini. Melahirkan merupakan suatu peristiwa penting yang dinantikan oleh sebagian besar perempuan karena membuat ibu menjadi seorang perempuan yang telah berfungsi utuh dalam kehidupannya (Sylvia, 2006). Perubahan fisik yang terjadi pada ibu selama nifas yaitu anatomi organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil (normal) yang disebut involusi. Setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi terletak kira - kira sedikit dibawah umbilicus dan akan mencapai ukuran seperti sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Ostium serviks akan
berkontraksi perlahan hingga pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit dan mengakibatkan serviks menebal dan kanal kembali terbentuk. Sedangkan keadaan payudara pada 2 hari pertama nifas sama seperti pada saat hamil. Dinding abdomen memerlukan waktu beberapa minggu untuk kembali ke keadaan sebelum hamil (Marsall, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi setelah persalinan bukan hanya perubahan anatomis saja melainkan juga terjadi perubahan psikis. Dari aspek psikis pada hari pertama dan kedua perhatian ibu terfokus pada kebutuhan dirinya, ibu bersikap pasif dan tergantung. Ibu akan mulai mandiri terhadap kebutuhan dirinya hingga hari kesepuluh. Pada minggu ke 5-6 ibu sudah mampu menerima tanggung jawab terhadap bayinya.
Sedangkan menurut Rubin (Bobak, 2004) penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua ditandai oleh tiga fase, yaitu : fase taking-in, fase taking-hold, dan fase letting-go. Interaksi awal antara ibu dan bayi dapat memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis yang mendasar. Bayi yang dirawat di samping ibunya akan membuat ibu dapat mengenal dan menangani bayinya.
Postpartum Blues (PPB) atau sering juga disebut Maternity Blues atau Baby Blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Arfian, 2012). Adapun tanda dan gejalanya seperti: reaksi depresi,
sedih, disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat (Murtiningsih, 2012).
Faktor faktor yang mempengaruhi postpartum blues adalah yang faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga khusunya suami. faktor demografi yang meliputi usia dan paritas, faktor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, meyusui, memandikan,
mengganti popok, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan (Nirwana, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi post partum blues biasanya tidak berdiri sendiri sehingga gejala dan tanda post partum blues sebenarnya adalah suatu mekanis memultifaktorial. Kondisi sosio ekonomi seringkali membuat psikologi ibu terganggu. pada keluarga yang mampu mengatasi pengeluaran untuk biaya perawatan ibu selama persalinan, serta tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan, akan tetapi keluarga yang menerima kelahiran seorang bayi dengan suatu beban finansial dapat mengalami peningkatan stres, stres ini bisa mengganggu perilaku orang tua sehingga membuat masa transisi untuk memasuki pada
peran menjadi orang tua akan menjadi ledih sulit (Bobak et all, 2005).
Gejala yang ditemukan berkaitan dengan fungsi peran dan tanggung jawab sebagai ibu, terutama dalam merawat atau mengurus bayi gejala-gejala tersebut yaitu adanya perasaan sedih, mudah marah, gelisah, hilangnya minat dan semangat yang nyata dalam aktivitas sehari-hari yang sebelumnya disukai, enggan dan malas mengurus anaknya, sulit tidur atau terlalu banyak tidur, nafsu makan menurun atau sebaliknya meningkat sehingga mengalami penurunan atau kenaikan berat badan yang bermakna, merasa lelah atau kehilangan energi, kemampuan berfikir dan konsentrasi menurun, merasa bersalah, merasa tidak berguna hingga putus asa hingga
terkadang mempunyai ide-ide kematian, berupa ingin bunuh diri atau bahkan ingin bunuh bayinya (Sylvia, 2006). Hal ini sering disebut dengan post partum blues. Post Partum Blues sering dikenal dengan istilah “Post Partum Deppression”, yaitu suatu keadaan depresi pasca kelahiran. Wanita yang rawan terhadap depresi setelah melahirkan anak dan itu bisa berlangsung beberapa bulan. Contoh suatu kasus di Amerika Serikat dimana si ibu akhirnya menabrak anaknya sampai mati, itu beberapa tahun yang lalu terjadi dan dia membela dirinya dan di bela juga para dokter yang merawatnya bahwa dia menderita “Post Partum Deppression”,jadi seolah-olah dia dalam keadaan sangat terganggu pada saat dia membunuh anak-anaknya itu (Yosep, 2011).
Postpartum blues menunjukan gejala-gejala depresi ringan yang dialami oleh ibu seperti mudah menangis, perasaan-perasaan kehilangan dan dipenuhi dengan tanggung jawab, kelelahan, perubahan suasana hati yang tidak stabil, dan lemahnya konsentrasi. Selain itu ibu menjadi mudah tersinggung, dapat mengalami gangguan pola makan dan tidur (Yosep, 2007).
Ibu hamil yang bermasalah dengan baby blues syndrome karena timbulnya masalah dalam keluarga atau rumah tangga, seperti cekcok dengan suami, kehamilan yang tidak diinginkan, atau kematian seorang yang di sayangi (Bobak, 2004). Faktor usia bagi ibu hamil yang berusia di atas 40 tahun juga di katagorikan rawan terserang baby blues syndrome karena banyaknya penyakit di usia
tersebut, misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit lainnya. Penyakit tersebut dapat memicu kecemasan tinggi pada ibu.
Adapun dari penelitian-penelitian diketahui bahwa di negara-negara barat syndrome baby blues atau post partum blues dialami oleh ± 15-20% dari perempuan yang melahirkan, baik yang pertama kali maupun berikutnya (Sylvia, 2006). Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian post partum blues 50-70% dari wanita pasca persalinan (Hidayat,2007).
Penyebab depresi dari faktor psikologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan. Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena
kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Peneliti melakukan wawancara di RSMTP kepada ibu nifas sebanyak 10 orang, 4 dari 10 ibu nifas atau 40% mengatakan mudah tersinggung, mudah menangis, dan mudah marah atau yang menunjukkan post partum blues. Sedangkan 6 dari 10 ibu nifas atau 60% mengatakan bahagia atas kelahiran anaknya.
Instrument yang digunakan untuk menentukan tingkat depresi
postpartum adalah Edinburgh Postnatal Depression Scale, tetapi sampai saat ini di Indonesia belum digunakan alat tersebut. Tetapi diliat dari tanda dan gejala dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Peneliti prihatin jika masalah tersebut tidak dapat diatasi dapat menyebabkan depresi yang berkepanjangan yang akhirnya resiko akan menyebabkan perawatan bayi yang diabaikan tidak diperhatikan.
Tindakan yang dapat dilakukan pada post partum blues (Hawari, 2004) adalah sebagian pasien menerima pengobatan secara konvensional yaitu diberikan obat anti cemas dan psikoterapi suportif. Ada beberapa rumah sakit yang mengunakan terapi psikoreligius (berdo’a dan berdzikir), salah satunya Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring adalah Rumah Sakit yang merupakan amal usaha dari Muhammadiyah, Rumah Sakit Muhammadiyah beralamatkan di Jalan Gandaria I No 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang di fokuskan dalam perawatan ibu dan anak, kapasitas Rumah Sakit tersebut ada 55 tempat tidur.
Penannganan depresi baby blues di RS Muhammadiyah Taman Puring tergantung tinggkat keparahan . Bila gejala ringan, dalam 2 minggu hilang dengan sendirinya, namun jika semakin berat akan membutuhkan lebih dari 1 bulan dengan bantuan obat-obatan. Langkah selanjutnya untuk lebih memberikan ketenangan bagi ibu, pihak rumah sakit akan menyarankan pendampingan
secara rohani (keagamaan) dan hipnoterapi teratur hingga ibu stabil dan siap melahirkan. Spiritual yang dilakukan di RS Muhammadiyah Taman Puring pada pasien dengan depresi postpartum salah satunya adalah dengan terapi dzikir. Doa dan dzikir merupakan salah satu bentuk komitmen keagamaan serta keimannan seseorang (Hawari, 2002).
Terapi medis saja tanpa disertai dengan terapi rilegius (doa dan dzikir) tidaklah lengkap. Berdoa dan berdzikir saja tanpa disertai terapi medis , tidaklah efektif. Jadi aspek spiritual sangat penting bagi perawat dan pasien karena dapat mempengaruhin kesehatan dan prilaku seseorang (Hawari,2002). Nilai-nilai spiritual merupakan hal penting dan harus tetap dipenihi dalam berbagai keadaan, baik
sehat maupun sakit. Pentingnya aspek spiritual ini dapat dilihat dri batasan sehat menurut organisasi kesehatan dunia (WHO,1984) yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pentingnya kesehatan seutuhnya. Batasan sehat yang ditambahkan dalam aspek spiritual dikenal dengan rumusan bio-psycho-socio-spiritual,
(APA,1992).
Aspek spiritual ini juga merupakan salah satu bagian dari pemberian perawatan yang bersifat holistik. Abdullah (1998) lebih tegas menyatakan bahwa obat yang paling manjur itu adalah terus menerus berdoa. Mattews (1996) menyatakan bahwa dari 212 studi yang telah dilakukan para ahli sebelumnya ternyata 75% menyatakan bahwa komitmen agama dengan memberikan terapi
religius (berdoa dan berdzikir) menunjukan pengaruh positif pada pasien.
Peneliti melakukan wawancara kepada ibu nifas sebanyak 10 pasien ternyata 4 pasien dari 10 ibu nifas atau 40% menyatakan setalah melahirkan merasa mudah tersinggung, mudah menanggis, dan mudah marah, setelah dilakukan terapi dzikir dan doa selama 3 hari pasien mengatakan keluhannya berkurang.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut ingin mengetahui adakah Pengaruh Terapy Dzikir dan Doa Terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Postpartum di RS Muhammadiyah Taman Puring. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pada pasien post partum di RS
muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak institusi pelayanan kesehatan untuk lebih memperhatikan kesehatan psikologi ibu hamil dan melahirkan.
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam praktik keperawatan tentang pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pada pasien post partum di RS Muhammadiyah Taman Puring.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien depresi post partum. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para ibu dan suami tentang pentingnya dukungan sosial suami pada saat post natal dan lebih
memperhatikan kesehatan psikologis ibu saat melahirkan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan emosional.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) pre test and post test without control (control diri sendiri) yaitu peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding (Dharma, 2011). Efektivitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai observasi tingkat depresi pada pasien postpartum pre dan post test terapi dzikir. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan Consecutive Sampling, yaitu suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu
yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011). Total sampel yang akan diambil berkisar 30 responden yang kontrol ke poli kebidanan selama1 hari.
Penelitian akan dilakukan di poli kebidanan RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan. Pertimbangan RSMTP merupakan rumah sakit swasta dengan mayoritas pelayanan kepada ibu dan anak. Waktu penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu penyusunan proposal, pengumpulan data,dan pelaporan hasil penelitian. Pengumpulan data akan dilakukan mulai bulan januari 2014.
Pengukuran depresi postpartum blues menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale meliputi emosi, cemas, takut,
bahagia, sedih, dengan pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan dengan menggunakan kuesioner observasi. Pada penelitian analisis dengan menggunakan uji T Dependen di bantu dengan program SPPS 19.0 for windows, dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Jika didapatkan P Value = 0,000,(P < 0,05) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap pasien depresi karena postpartum.
HASIL PENELITIAN
Berikut akan disajikan hasil penelitian pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pada pasien postpartum di RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan.
a. Karakteristik Usia Responden
Variabel Jumlah Persentase 30 th atau ≥ 35 tahun 12 40 % 20 th – 29 tahun 18 60 %
Total 30 100 %
Gambar 5.1 menunjukkan dari 30 responden, sebagian besar responden sejumlah 18
responden (60%) dengan usia 20-29 tahun.
b. Karakteristik Pendidikan Responden
Variabel Jumlah Persentase
SD 0 0 SMP 1 3,3 % SMA 9 30 % PT 20 66,7 % Total 30 100 %
Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar sejumlah 20 responden (66,7%) memiliki
tingkat pendidikan perguruan tinggi.
c. Karakteristik Penghasilan Responden
Variabel Jumlah Persentase Rp 2.200.000 4 13,3 %
>Rp 2.200.000 26 86,7 %
Total 30 100 %
Gambar 5.3 menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar mempunyai
penghasilan lebih dari Rp 2.200.000 sebanyak 26 responden (86,7 %).
d. Karakteristik Postpartum Responden
Variabel Jumlah Persentase
< 6 hari 12 40 %
> 7 hari 18 60 %
Total 30 100 %
Gambar 5.4 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar yang beresiko mengalami depresi
adalah postpartum lebih dari 7 hari sebanyak 18 responden (60 %).
e. Karakteristik Jumlah Anak Responden
Variabel Jumlah Persentase
1 anak 18 60 %
>2 anak 12 40 %
Total 30 100 %
Berdasarkan gambar 5.5 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang beresiko
mengalami depresi adalah responden yang baru
mempunyai 1 anak sebanyak 18 responden (60%).
f. Karakteristik Pre Dzikir dan doa responden
Variabel Jumlah Persentase
Depresi ringan 9 30 % 0-9
Depresi berat 21 70 % > 13
Total 30 100 %
Gambar 5.6 sebelum diberikan terapi dzikir dan doa menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian
besar sebanyak 21 responden (70%), mengalami depresi berat.
g. Post Terapi Dzikir dan Doa
Variabel Jumlah Persentase
0 – 9 Depresi ringan 30 100 %
Berdasarkan gambar 5.7 Setelah dilakukan terapi dzikir dan doa menunjukkan bahwa dari 30 responden, yang mengalami depresi
postpartum sebagian besar sebanyak 30 responden (100 %) mengalami depresi ringan.
A. Analisis Bivariat
Pada penelitian analisis ini peneliti ingin membandingkan tingkat depresi responden dengan postpartum sebelum dan sesudah diberikan terapi dzikir dan doa.
Untuk aplikasi penelitian digunakan pendekatan Distribusi T sehingga uji beda dua mean digunakan uji T Dependen.
Distribusi Rata-rata Tingkat Depresi pada pasien Postpartum sebelum dan sesudah diberikan terapi dzikir dan doa
Variabel Mean SD SE P. Value N Depresi pre Intervensi 2,40 ,932 ,170 ,000 30
Depresi post Intervensi 1,00 ,000 ,000 30
Berdasarkan gambaran diatas rata-rata pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pada pasien postpartum pre terapi dzikir dan doa sebanyak 2,40 dengan standar deviasi 0,932, sedangkan setelah diberikan terapi dzikir dan doa sebanyak 1,00 dengan standar deviasi 0,000. Sehingga didapat nilai rata-rata pengaruh terapi
dzikir dan doa terhadap pasien depresi karena postpartum sebesar 1,40. Dari hasil analisa dengan menggunakan uji T Dependen didapatkan P Value = 0,000,(P < 0,05) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap pasien depresi karena postpartum.
PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah rata-rata usia responden terbanyak usia 20 sampai dengan 29 tahun sebanyak 18 (60,0%), usia beresiko bagi perempuan untuk melahirkan seorang bayi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara usia dengan kejadian postpartum blues. Menurut Sloane & Benedict, 2009:27, umur yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan terutama kehamilan pertama adalah antara 20 sampai 30 tahun karena dalam priode kehidupan ini, resiko wanita menghadapi komplikasi medis ketika hamil dan melahirkan tergolong paling rendah.
Dari pendidikan formal responden yang mengalami depresi postpartum
adalah perguruan tinggi sebanyak 20 responden 66,7% dari 30 responden, karena semakin tahu mereka akan pengetahuan tentang bayi, maka mereka semakin khawatir terhadap hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada bayi mereka. Menurut Kanotra, 2007 dalam Hung, 2011, hal-hal seperti inilah sumber utama rasa putus asa dan kelelahan bagi ibu primipara yang berakibat timbul gejala depresi post partum.
Dari hasil ini yang beresiko depresi postpartum adalah responden mempunyai penghasilan lebih dari Rp. 2.200.000,- dan mempunyai penghasilan sendiri selain nafkah dari suami. Menurut hasil penelitian dari Dian Irawati menujukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penghasilan
dengan kejadian depresi postpartum dengan nilai p = 0,182. Pada penelitian ini peneliti juga tidak mendapatkan pengaruh yang signifikan antara penghasilan dengan kejadian depresi postpartum dengan nilai p = 0,725.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami tingkat depresi pasien postpartum di RS Muhammadiyah Taman Puring adalah responden yang baru mempunyai anak yaitu 18 responden (60%). Terdapat hubungan antara jumlah anak dengan tingkat depresi pasien post partum dengan nilai = 0,175. Hal ini sesuai dengan teori Sherwen 1999 yang menyebutkan bahwa proses persalinan, lamanya persalinan hingga komplikasi yang dialami setelah persalinan dapat mempengaruhi psikologis ibu, dimana semakin besar trauma yang
dialami maka semakin besar trauma psikis yang muncul.
Responden depresi post partum terbanyak terjadi pada hari lebih dari 7 hari, karena belum ada pengalaman merawat bayi sendiri. Menurut Edinburgh postnatal depresi scale (EPDS) yang sudah teruji validitasnya di berbagai negara bahwa depresi post partum timbul pada hari 7 post partum. Menurut Arfian, 2012 post partum blues (PPB) atau sering disebut Maternity blues atau Baby Blues dimengerti sebagai suatu syndrom gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ketiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan. Pada penelitian ini ditemukan tidak ada pengaruh post partum dengan
kejadian depresi post partum dengan nilai p = 0,935.
B. Hasil Analisis Bivariat
Uji statistik yang digunakan untuk melihat pengaruh terapi dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pada pasien postpartum adalah dengan menggunakan uji T dependen, didapatkan hasil pada pre terapi dzikir dan doa adalah 1,67 dengan standar deviasi 0,479, sedangkan post terapi dzikir 1,00 dengan standar deviasi 0,000. Berdasarkan hasil uji T dependen didapatkan nilai p-value sebesar 0,000. Dan berdasarkan P value sebesar 0,000 dengan nilai alpha sebesar 0,05 didapatkan p < alpha maka Ho di tolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi dzikir terhadap pasien depresi karena post partum antara pre dan post terapi
dzikir dan doa. Menurut penelitian Atih Suryati yang melakukan penelitian dengan judul terapi religius (Doa dan Dzikir) pada pasien hemodialisa mengatakan ada pengaruh terapi religius dengan pasien hemodialisa dengan nilai p = 0,002, namun pada penelitian ini dengan beda responden peneliti menemukan bahwa terapi religius (Doa dan berdzikir) menemukan ada pengaruh antara terapi dzikir dengan doa.
Dengan berdzikir dan Doa responden dialihkan perhatiannya dengan cara mendekatkan diri dengan penciptanya dan adapun masalah yang dialami anggaplah sebagai cobaan dari Allah SWT. Sesuai
dengan Ayat Al Qur’an yang menjelaskan “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang tentang Aku maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah : 186).
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman : “Maka apabila kamu selesai mengerjakan sholat maka berdzikirlah kamu kepada Allah di waktu berdiri, duduk,
dan waktu berbaring.” (QS. An Nissa : 103).
Dzikir yang dianjurkan dalam agama Islam banyak ragamnya, diantaranya :
a. Tasbih (Subhanallah) b. Tahmid (Alhamdulillah) c. Tahlil (La illaha illalah) d. Takbir (Allahu akbar)
e. Tilawatil Qur’an dan sebagainya.
Namun yang diutamakan adalah La Illaha Illallah
Dzikir Jabir bin Abdullah, beliau berkata : Saya dengar Rossulullah SAW bersabda : “Dzikir yang paling utama ialah kalimat La Illaha Illallah”. (HR.Imam Turmudzi).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan data demografi responden, menunjukan responden yang beresiko depresi karena post partum terbanyak adalah pada usia 20 sampai 29 tahun, pendidikan terbanyak perguruan tinggi, penghasilan lebih dari Rp. 2.200.000,- dan responden yang baru mempunyai jumlah anak 1 (primipara). 2. Adanya pengaruh terapi
dzikir dan doa terhadap tingkat depresi pasien pada postpartum di RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan
karena didapatkan p = 0,000.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan teknik relaksasi dengan terapi dzikir dan doa pada tingkat depresi pada pasien post partum.
2. Bagi bidang pelayanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif di Rumah Sakit untuk dapat diaplikasikan dalam menangani pasien dengan depresi karena post partum.
3. Bagi peneliti
Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang, hasil ini dapat dijadikan sumber data dan bahan rujukan serta perlu dikembangkan untuk meneliti variabel lain yang
berhubungan dengan depresi karena post partum seperti variabel yang berkaitan dengan fisiologi, emosi dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene. M, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Bahri, Syaiful, 2003. Amalan-amalan Ringan Berfadhilah Sangat Dahsyat. Yogyakarta.
British Journal of Psychiatry 150:782-786 KL Wisner , BL Parry , CM Piontek , Postpartum Depression N Engl J Med vol . 347 , No 3 , 18 Juli 2002,
194-199
Cox, JL , Holden , JM , dan Sagovsky , R. 1987. Deteksi depresi pascamelahirkan: Pengembangan 10- item Edinburgh Postnatal Depression Scale .
Dharma, Kelana Kesama, 2011.
Metode Penelitian
Keperawatan. CV. Trans Info Media. Jakarta.
Hawari,Dadang, 2013. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah. FKUI Jakarta.
Hawari,Dadang, 2004. Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Edisi 3. Yogyakarta.
Hawari,Dadang, 2001. Manajemen Stress dan Depresi. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidayat, A Aziz Alimul, 2009.
Metode Penelitian
Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Isaacs, Ann, 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Edisi 3, Jakarta: EGC.
Ilham, M.A. 2004. Hakikat Dzikir. Jakarta : intuisi Press.
Khalilurrahman, 2006. Keutamaan Doa dan Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera. Jakarta : Wahyu Media.
Kaplan & Sadock’s, 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Kusumadewi I, Irawati R, Elvira SD, Wibiono S. Validation Study of the Edinburgh Postnatal Depression Scale. Indonesia Psychiatric Quarterly Juni 1998; XXXI; 2 : 9-110.
Marshall, F. 2004. Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta : Arcan.
Niven, Neil, 2000. Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat & Profesional Kesehatan Lain. Edisi 2, Jakarta : EGC.
Sylvia.D.E, 2006. Depresi Pasca Persalinan. FKUI. Jakarta.
Setiadi, 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta.
Tomb, David. A, 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta : EGC. Yosep, Iyus, 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung.
Yana, D. 2010. Dahsyatnya Dzikir. Jakarta : Zikrul Hakim
Www.library.um.ac.id/free.contents. Gejala depresi setelah ibu melahirkan pada ibu bekerja dan tidak bekerja.