• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN DOMPU TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN DOMPU TAHUN 2016"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

KESEHATAN

KABUPATEN

DOMPU

(2)

Pengarah Gatot Gunawan, SKM, M.MKes Ir. Zainal Arifin, M.Si

Nara Sumber Maman, SKM, M.Mkes

Abubakar Husein, AMG Suhada,Amd.Keb

Lintas Sektor :

Kepala Dinas BPPKB Kab.Dompu,

Kepala Pusat Badan Pusat Statistik Dompu, Direktur Rumah Sakit Umum Kab.Dompu.

Penyusun Doddy Khiristianto, SKM

Rosdianah, SKM

Zulkasnah Noviyanti Dian MS, A.Md Kontributor

Diterbitkan Oleh : Sub. Bagian Program Informasi dan Humas Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten

Dompu

Cetakan Pertama, November 2017

Rahmat, SKM Ida Fitriani, K.Keb.,BD Edi Suharjan, S.Kep Lalu Sukardin, S.Kep, NS Indi Hartini

Sri Partini, .Md.,Keb M. Taufik Ansyhari, AMKL Teguh Ardiansyah P, Amd.Kep Arifuddin, AMKL

(3)

Profil kesehatan kabupaten Dompu menyajikan data yang meliputi data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Dompu merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikann hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelanggara standar pelayanan minimal di bidang kesehatan dan pencapaian target indikator Millenium Development Goals bidang kesehatan, serta berbagai upaya yang terkait dengan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik dan BPPKB (Badan Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana) Kab. Dompu. Karena itu, penyusunan profil kesehatan perlu dicermati dan sedapat mungkin menggunakan data yang berkulitas. Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Dompu ini bersumber dari laporan tahunan masing-masing bidang dilingkup Dinas Kesehatan, laporan tahunan dari setiap UPTD Dinas Kesehatan yaitu UPTD Puskesmas, UPTD Jakkad dan UPTD IFK, lintas sektor terkait dan sumber data yang lainnya. Data yang tersaji pada Profil Kesehatan Kabupaten Dompu dapat digunakan untuk membandingkan keadaan pembangunan kesehatan antara Puskesmas satu dengan Puskesmas lainnya dan per Kecamatan, perbandingan pembangunan kesehatan di Kabupaten Dompu dengan beberapa Kabupaten lainnya di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan dengan Provinsi lain se-Indonesia. Dengan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Dompu ini diharapkan perbandingan pembangunan kesehatan, baik antara Puskesmas atau Kecamatan maupun Kabupaten lain di Propinsi Nusa Tenggara Barat dapat terlihat dengan jelas.

Buku Profil kesehatan kabupaten Dompu ini disajikan dalam bentuk cetakan dan soft copy sehingga memudahkan para pengguna Profil Kesehatan untuk mendapatkannya. Semoga buku ini dapat berguna bagi semua pihak baik pemerintah, organisasi profesi, swasta, dan masyarakat.

Buku Profil Kesehatan Kabupaten Dompu tahun ini mengalami keterlambatan dalam hal pembuatan narasi sedangkan untuk pengumpulan dan validasi data dari berbagi sumber sudah lebih awal rampung sesuai dengan target tahun lalu, buku profil kesehatan akan disusun dan diupayakan terbit lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnnya, karena ada kendala teknis ketenagaan dll sehingga dalam penyusunan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu mengalami sedikit keterlambatan.

Diharapkan Profil Kesehatan untuk tahun berikutnya bisa terbit lebih cepat dan dapat menyajikan data pencapaian program kesehatan yang lebih akurat.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Dompu, 01 November 2017 Sekretaris Dinas Kesehatan

Kabupaten Dompu

Ir. Zainal Arifin, M.Si NIP. 19650328 199403 1 006

(4)

Assallaamu’allaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh.

Saya menyambut gembira terbitnya “ Profil Kesehatan kabupaten Dompu Tahun 2016 “. Meskipun berat dan banyak tantangan dalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan yang dibutuhkan, akhirnya Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu berhasil menghimpun data tahun 2016 dan menyusunnya dalam bentuk “Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016” sesuai dengan petunjuk teknis penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota edisi data terpilah menurut jenis kelamin. Banyak upaya yang dilakukan oleh Tim Penyusun Profil Kabupaten Dompu agar data profil dapat terkumpul dengan cepat dengan validasi data yang dapat diandalkan. Meskipun upaya ini belum mencapai hasil maksimal, tetapi tetap diupayakan untuk dapat menyajikan Data Profil Kesehatan dengan lebih baik dan lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Disadari masih adanya tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi dari setiap puskesmas maupun pengelola program lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu serta lintas sektor terkait sehingga masih terdapat tabel data yang belum terisi secara lengkap. Dengan terbitnya “Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016” ini, saya berharap dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dalam mendapatkan data dan informasi kesehatan. Profil Kesehatan ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi penyelenggaraan program pembangunan kesehatan, baik di pusat, propinsi dan di daerah.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, terutama kepada Tim Penyusunan Profil Kabupaten Dompu yang telah menjadi koordinator dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Dompu. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada para kontributor data di puskesmas maupun pengelola program lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu serta lintas sektor terkait sehingga dapat menghasilkan data yang berkualitas. Semoga niat baik kita dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Dompu mendapat Ridho dari Tuhan yang Maha Esa, Aamiin.

Dompu, 01 November 2017 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu

Gatot Gunawan, SKM, M.MKes NIP: 19651122 198903 1 014

(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KAB.DOMPU... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GAMBARAN UMUM ... 5

A. Gambaran Demografi ... 6

B. Keadaan Pendidikan ... 12

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 15

A. Angka Kematian (Mortalitas) ... 15

1. Angka Kematian Bayi (AKB) ... 16

2. Angka Kematian Balita (AKABA) ... 17

3. Angka Kematian Ibu (AKI) ... 19

B. Angka Kesakitan (Morbiditas) ... 22

1. Tuberkolosis Paru (TB) ... 22

2. Pneumonia Balita ... 26

3. HIV/AIDS, Syphilis dan IMS ... 28

4. Darah Donor Diskrinning Terhadap HIV ... 30

5. Diare ... 31

6. Kusta ... 32

7. AFP (Acute Flacid Paralysis/Lumpuh Layuh Akut) dan Polio ... 36

8. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) ... 37

9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 38

Daftar Isi

(6)

iv

14. Cakupan Pemeriksaan IVA+ (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

dan Cakupan Pemeriksaan CBE (Clinical Breast Examination) ... 43

15. Cakupan Desa/Kelurahan terke KLB ditangani <24 jam ... ... 44

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 46

A. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ... 47

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4) ... 47

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin ... 49

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas ... 51

4. Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil ... 54

5. Pemberian Tablet FE Pada Ibu Hamil ... 55

6. Penanganan Komplikasi Kebidanan (Maternal) ... 57

7. Penanganan Komplikasi Neonatal... 58

8. Pelayanan Keluarga Berencana ... 60

9. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) ... 61

10. Kunjungan Neonatus dan Pelayanan Kesehatan pada Bayi ... 63

11. Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi ... 65

12. Desa/Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI) ... 66

13. Imunisasi Dasar Pada Bayi ... 66

14. Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita ... 67

15. Penimbangan Baduta dan Balita ... 69

16. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita ... 70

17. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ... 71

18. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat ... 72

19. Pelayanan Kesehatan Usila ... 73

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ... 75

1. Cakupan jaminan Pemeliharaan Kesehatan ... 75

2. Kunjungan Rawat jalan, rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan ... .. 76

(7)

v

3. Penduduk Dengan Akses Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) ... 87

4. Desa STBM ... 88

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 90

A. Sarana Kesehatan ... 90

1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus ... 91

2. Jumlah Puskesmas dan Jaringannya ... 91

3. Rumah Sakit dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 ... 94

4. Posyandu Menurut Strata ... 95

5. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ... 97

B. TenagaKesehatan ... 98

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis Di Sarana Kesehatan ... 100

2. Jumah dan Rasio Bidan dan Perawat Di Sarana Kesehatan ... 101

3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian Di Sarana Kesehatan ... 102

4. Jumlah danRasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan ... 103

5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat Di Sarana Kesehatan ... 104

6. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknisi Medis, Fisioterapis ... 106

C. PembiayaanKesehatan ... 107

1. Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten Dompu ... 107

2. Anggaran Kesehatan per Kapita ... 109

BAB VI KESIMPULAN ... 110 LAMPIRAN

(8)

vi

2.1. Jarak (Km) Antara Kecamatan ke Kecamatan di Kab.Dompu Tahun 2016 ... 5

2.2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 8

2.3. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Produktif (15-64 Tahun) dan Nonproduktif (0-14 tahun dan 65 Tahun ke Atas) di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 11

2.4. Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Melek Hurufdi Kab. Dompu Tahun 2016 ... 13

2.5. Jumlah Penduduk Berumur 10 tahun Menurut Tingkatan Sekolah di Kab. Dompu Tahun 2016 ... 14

3.1. Kematian Bayi, Anak Balita dan Balita Berdasarkan Penyebab Kematian Per-Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 19

5.1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 91

5.2. Data Dasar dan Kondisi Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2016... 93

5.3. Kondisi Jaringan Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 94

5.4. Persentase Rumah Sakit dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level I di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 94

5.5. Data Perkembangan Posyandu di Kabupaten Dompu Tahun 2016... 95

Daftar Tabel

(9)

vii

5.8. Data Tenaga Bidan dan Perawat di Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten

Dompu Tahun 2016 ... 101 5.9. Data Tenaga Kefarmasian di Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Dompu

Tahun 2016... 103 5.10. DataTenaga Gizi di Sarana Kesehatan di Kabupaten Dompu Tahun 2016... 104 5.11. Data Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan di Kabupaten Dompu

Tahun 2016 ... 105 5.12. Data Tenaga Medis di Sarana Kesehatan di Kabupaten Dompu

Tahun 2016 ... 106 5.13. Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2015 ... 108

(10)

viii

2.1. Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 7

2.2. Perbandingan Jumlah Penduduk Berdasarkan Gender Tahun 2015 dan 2016 ... 9

2.3. Piramida Penduduk Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 10

3.1. Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 17

3.2. Kasus Kematian Balita di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 18

3.3. Kasus Kematian Ibu Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 20

3.4. CNR Kasus Baru TB Paru BTA Positif dan CNR Seluruh Kasus TB di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 23

3.5. Proporsi Kasus TB Anak 0-14 tahun di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 24

3.6. Sukses Rate (SR) BTA + diKabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 26

3.7. Presentase Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016.... 27

3.8. Jumlah Kasus HIV,AIDS dan IMS di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2015 ... 29

3.9. Persentase Penemuan dan penanganan Kasus Diare di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 31

3.10. Jumlah Kasus Baru Kusta Tipe PB dan MB dan NCDR di Kabupaten Dompu Tahun 2013 – 2016 ... 33

(11)

ix

di Kabupaten Dompu tahun 2013 s/d 2016 ... 35 3.13. Jumlah Penderita DBD di Kabupaten Dompu tahun 2013 s/d 2016 ... 38 3.14. Pencapaian API di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 41 4.1. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kabupaten Dompu

Tahun 2012 s/d 2016 ... 48 4.2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Dompu

Tahun 2013 s/d 2016 ... 50 4.3. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Dompu Tahun 2013 s/d 2016 ... 52 4.4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas di Kabupaten Dompu

Tahun 2013 dan Tahun 2016 ... 53

4.5. Persentase Imunisasi TT pada Ibu Hamil Per Puskesma di Kabupaten Dompu

Tahun 2016 ... 55

4.6. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe di Kabupaten Dompu

Tahun 2013 s/d 2016 ... 56 4.7. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani di Kabupaten Dompu

Tahun 2012 s/d 2016 ... 57 4.8. Cakupan Komplikasi Neonatal yang ditangani di Kabupaten Dompu

Tahun 2012 s/d 2016 ... 59 4.9. Cakupan Peserta KB Aktif dan Peserta KB Baru menurut

Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 61 4.10. Persentase Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Dompu

Tahun 2014 dan 2016 ... 62 4.11. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap dan Pelayanan Kesehatan Bayi

(12)

x

4.13. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Per Puskesmas di Kabupaten Dompu

Tahun 2013 s/d 2016 ... 69

4.14. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 68

4.15. Cakupan penimbangan Baduta dan Balita di Posyandu per-Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2013 dan 2016... ... 69

4.16. Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita di Kabupaten Dompu Tahun 2013 s/d 2016... ... 70

4.17. Cakupan Pelayanan/Penjaringan Kesehatan Pada Siswa Kelas 1 SD dan Setingkat di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/s 2016 ... 72

4.18. Cakupan Pelayanan Kesehatan USILA di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 74

4.19. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Kabupaten Dompu Tahun 2016... 76

4.20. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 ... 77

4.21. GDR dan NDR Rumah Sakit di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 79

4.22. BOR Rumah Sakit di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 80

4.23. LOS dan TOI Rumah Sakit di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 ... 81

4.24. Persentase Rumah Tangga Ber PHBS di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 83

(13)

xi

Per Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2016... 97 4.28. Persentase Desa Yang Melaksanakan STBM, Desa Stop BABS dan Desa STBM

di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 88 5.1. Proporsi Tenaga Kesehatan yang ada di Kabupaten Dompu Tahun 2016 ... 99

(14)

1 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

P E N D A H U L U A N

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu adalah “Masyarakat Dompu yang Mandiri untuk Hidup Sehat dan Berkeadilan“ terdapat empat kata kunci dalam visi pembangunan kesehatan di Kabupaten Dompu tahun 2016 - 2021 yaitu:

“Masyarakat Dompu” : mengandung pengertian seluruh warga masyarakat yang hidup dan tinggal di wilayah Kabupaten Dompu;

“Mandiri” : berarti masyarakat yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam mengakses upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi pelayanan kesehatan.

“Hidup Sehat” : mengandung makna suatu kondisi bebas dari gangguan kesehatan dan mampu berinteraksi sosial, beraktivitas serta produktif.

“Berkeadilan” : mengandung makna masyarakat dapat memperoleh akses dan kualitas pelayanan kesehatan tanpa memandang status sosial, ekonomi dan geografi.

Adapun Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu adalah :

1. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Paripurna, Merata dan Bemutu 2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat yang berkualitas.

Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu berpedoman pada nilai – nilai Kementerian Kesehatan yaitu : 1) Pro Rakyat : mendahulukan kepentingan rakyat dan yang terbaik untuk rakyat, 2) Inklusif : semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, 3) Responsif : program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis, 4) Efektif : program

(15)

2 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

kesehatan harus dapat mencapai hasil yang signifikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien 5) Bersih : penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari KKN, transparan dan akuntabel. Dalam implementasi Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu tersebut, sangat dibutuhkan adanya data dan informasi.

Dalam sistem kesehatan membutuhkan adanya suatu subsistem informasi yang mendukung subsistem lainnya, tidak mungkin subsistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan sistem informasi kesehatan. Sebaliknya sistem informasi kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi harus bersama subsistem lain.

Dalam tatanan desentralisasi kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai dasar penyusunan kebijaksanaan strategis maupun perencanaan sehingga pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan mampu mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi serta dapat mengoptimalkan berbagai sumber daya yang dimiliki sehingga dapat memenuhi kebutuhan program maupun penggunaan informasi dalam rangka pembangunan kesehatan.

Salah satu keluaran dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan nasional adalah Profil Kesehatan yang merupakan salah satu paket penyajian data/informasi kesehatan yang relatif lengkap berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data/informasi terkait lainnya yang di terbitkan setiap tahunnya.

Profil Kesehatan Kabupaten Dompu yang tersajikan diharapkan dapat menjadi salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di pusat dan di daerah. Untuk itu penyusunan profil kesehatan yang berkualitas yaitu yang dapat terbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten dan sesuai kebutuhan menjadi harapan kita bersama.

(16)

3 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 ini disajikan dalam 6 (enam) bab dengan sistematika penyajian sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Dompu serta sistematika

penyajiannya.

BAB II : Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentang gambaran secara umum, selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya. Bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku dan lingkungan.

BAB III : Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.

BAB IV : Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar dan perbaikan gizi masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten.

BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

BAB VI : Kesimpulan. Bab ini berisikan tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan pada tahun yang bersangkutan. Dalam bab ini juga dikemukakan keberhasilan dan kekurangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

(17)

4 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Lampiran : Pada lampiran ini menyajikan tabel/angka pencapaian dari 81 tabel data kesehatan dan data terkait kesehatan yang responsif gender.

(18)

5 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

G A M B A R A N U M U M

Secara geografis Kabupaten Dompu terletak antara 117 o 42”- 118 o 30” Bujur Timur dan 8o 06”- 9o 05” Lintang Selatan, dengan luas area 2.324,65 Km2 dengan batas wilayah Kabupaten Dompu adalah Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Besar, Sebelah Timur : Kabupaten Bima, Sebelah Utara : Kabupaten Bima dan Laut Flores dan Sebelah Selatan : Samudra Indonesia.

Luas wilayah kabupaten Dompu 2.324,55 Km² dengan ketinggian kota berkisar antara 15 – 62 meter di atas permukaan laut. Wilayah administratif Kabupaten Dompu terbagi menjadi 8 (delapan) Kecamatan, 79 (tujuh puluh sembilan) kelurahan/desa. Dari seluruh kecamatan yang ada, kecamatan pekat adalah kecamatan terluas dan terjauh dari ibu kota kabupaten. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Dompu sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan, daerah pantai dan rawa-rawa.

Masih banyaknya jumlah penduduk miskin dan keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya menyebabkan kurang optimalnya upaya pelayanan kesehatan serta sulitnya melaksanakan upaya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Berikut adalah data tentang jarak antar kecamatan yang ada di Kabupaten Dompu : Tabel 2.1

Jarak (km) Antara Kecamatan Ke Kecamatan di Kabupaten Dompu Tahun 2016

KECAMATAN HU'U PAJO DOMPU WOJA KILO KEMPO M.LEWA PEKAT

HU'U 0 19 27 32 91 58 48 133 PAJO 19 0 8 13 72 39 29 114 DOMPU 27 8 0 5 64 31 21 106 WOJA 32 13 5 0 59 26 16 101 KILO 91 72 64 59 0 47 43 122 KEMPO 58 39 31 26 47 0 10 75 M.LEWA 48 29 21 16 43 10 0 85 PEKAT 133 114 106 101 122 75 85 0

(19)

6 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Dari tabel tersebut di atas terlihat Kecamatan Pekat merupakan kecamatan yang jaraknya paling jauh dari Kota Kabupaten Dompu yaitu 106 km, kemudian Kecamatan terjauh berikutnya adalah Kecamatan Kilo 64 km, Kecamatan Kempo 31 km dan Kecamatan Hu’u 27 km.

A. Gambaran Demografi

Penyebaran penduduk di Kabupaten Dompu seperti halnya di daerah lain di Indonesia adalah tidak merata dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 233.142 jiwa (estimasi Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu). Sebagian besar penduduk kabupaten Dompu berkonsentrasi di dua kecamatan yaitu kecamatan Dompu sebesar 53.082 dan Woja 55.048.

Hal ini memang disadari karena dua kecamatan tersebut adalah kecamatan dalam lingkaran kota kabupaten dengan setiap rumah tangga di kabupaten dompu rata-rata di huni oleh 4 (empat) anggota keluarga dan di tahun 2016 kepadatan penduduk/Km² mencapai 99 (sembilan puluh sembilan) orang. Dengan sex rasio di tahun 2016 menunjukkan jumlah jumlah laki-laki sebanyak 118.558 jiwa lebih besar dibandingkan perempuan sebanyak 114.584 jiwa.

Kabupaten Dompu memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah yaitu sekitar 100 (Seratus) jiwa per km2 dari luas wilayah 2.324,55 km2. Sektor pertanian di kabupaten Dompu merupakan sumber pendapatan daerah yang sangat besar peranannya, hampir setengah pendapatan daerah berasal dari sektor ini dan pada umumnya penduduk di kabupaten Dompu menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian dan peternakan sehingga pada musim-musim tertentu mereka menetap di kebun atau di ladang hingga panen tiba. Hal lain yang terasa masih sulit di rubah adalah kebiasaan mandi dan cuci di sungai yang tersebar di setiap kecamatan sehingga hal tersebut menimbulkan dampak pada berbagai cakupan

(20)

7 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

pelayanan kesehatan di Kabupaten Dompu selain faktor lain seperti pendidikan, sosial budaya, ekonomi dan lain-lain.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk disuatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Laju pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di kabupaten dompu menunjukkan angka yang semakin meningkat. Laju pertumbuhan penduduk dapat kita lihat pada grafik berikut ini :

Grafik 2.1

Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016

223,418 225,937 228,503 230,811 233,142 218,000 220,000 222,000 224,000 226,000 228,000 230,000 232,000 234,000 2012 2013 2014 2015 2016

Data Penduduk di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Estimasi Dinas Kesehatan Kab. Dompu, 2016

Pada grafik data penduduk kabupaten Dompu di atas dapat dilihat peningkatan jumlah populasi penduduk dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data penduduk pada tahun 2016 merupakan

(21)

8 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 No Kecamat an Jumlah Penduduk Jumlah Jumlah Rumah Tangga Rat a-rat a Jiwa/Rumah Kepadat an Laki-laki Perempuan Penduduk /km2 1 HU'U 17,089 4,768 4 2 PAJO 13,357 3,298 4 3 DOMPU 26,468 26,614 53,082 12,663 4 4 WOJA 55,048 13,381 4 5 KILO 12,745 3,049 4 6 KEMPO 19,360 4,745 4 7 MANGGELEWA 29,575 7,137 4 8 PEKAT 32,886 8,866 4 Jumlah (Kab) 117,667 115,475 233,142 57,907 4 100 8,599 8,490 91.63 6,769 6,588 98.71 237.75 27,967 27,081 182.79 6,485 6,260 54.23 9,802 9,558 101.01 14,930 14,645 167.60 16,647 16,239 37.58

hasil perhitungan estimasi geometri yang di lakukan oleh Dinas Kesehatan berdasarkan data penduduk tahun 2016 yang di keluarkan oleh BPS, hal tersebut di karenakan pada saat Profil Dinas Kesehatan tahun 2016 mulai disusun, BPS belum mengeluarkan estimasi data penduduk tahun 2016.

Pada tabel di bawah ini dapat kita lihat jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Dompu tahun 2016 yaitu jumlah penduduk laki-laki sebanyak 117.667 jiwa, lebih besar di bandingkan jumlah penduduk perempuan yaitu 115.475 jiwa. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Dompu sebanyak 230.811 jiwa dengan jumlah laki-laki lebih tinggi yaitu 116.503 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 114.308 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Di Kabupaten Dompu Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Estimasi Dinas Kesehatan Kab. Dompu, 2016

(22)

9 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 114,308 117,667 116,503 115,475 112,000 113,000 114,000 115,000 116,000 117,000 118,000 2015 2016

Perem puan laki-laki Grafik 2.2

Laju Perbandingan Jumlah Penduduk Kabupaten Dompu Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015 s/d 2016

Sumber : Estimasi Dinas Kesehatan Kab. Dompu, 2016

Struktur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukan jumlah penduduk. Badan piramida penduduk bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk perempuan dan badan piramida penduduk sebelah kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki menurut kelompok umur. Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya dan ekonomi

(23)

10 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 (15,000) (10,000) (5,000) - 5,000 10,000 15,000 20,000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+

Piramida Penduduk Kabupaten Dompu Tahun 2016

Laki-Laki Perempuan

Grafik 2.3

Sumber :Estimasi Dinas Kesehatan Kab. Dompu, 2016

Grafik diatas menunjukan bahwa struktur penduduk kabupaten dompu adalah termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda dari usia 0 tahun – 14 tahun dan umur 25-29 tahun.

Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktifitas penduduk adalah rasio beban ketergantungan atau Dependence Ratio. Rasio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun keatas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (15-64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban ketergantungan menunjukan dinamika beban tanggungan umur non produktif terhadap umur produktif. Semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk non produktif yang ditanggung oleh penduduk umur produktif.

(24)

11 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

N o U sia Laki-Laki P eremp uan Laki-Laki dan

Peremp uan %

1 0 - 14 t ahun 42,759 40,053 82,812 35.52

2 15 - 64 tahun 70,681 70,867 141,548 60.71

3 65 t ahun ke at as 4,227 4,555 8,782 3.77

Jumlah 117,667 115,475 233,142 100

Rasio Beban T anggungan

(%) 66.48 62.95 64.71

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin & Kelompok Usia Produktif (15-64 Tahun) dan Non produktif (0-14 Tahun dan 65

Tahun keatas) di kabupaten Dompu Tahun 2016

Sumber :Estimasi Dinas Kesehatan Kab. Dompu 2016

Komposisi penduduk kabupaten Dompu menurut kelompok umur yang tampak pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar yaitu usia produktif (15-64 tahun) sebesar (60,71%) dan terkecil yaitu pada usia (65 tahun ke atas) sebesar (3,77%). Dengan demikian maka rasio beban tanggungan (Dependence Rasio) penduduk kabupaten Dompu pada tahun 2016 sebesar 64,71%. Hal ini menggambarkan bahwa dari 100 orang di kabupaten Dompu yang masih produktif (umur 15-64 tahun) akan menanggung 64 orang yang belum produktif (0-14 tahun) dan yang sudah tidak produktif lagi (65 tahun ke atas).

Untuk rasio beban tanggungan apabila dilihat dari jenis kelamin, maka beban tanggungan laki-laki sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan beban tanggungan perempuan yaitu 66,48% untuk laki-laki dan 62,95% perempua, hal ini karena mengingat jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.

(25)

12 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

B. Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan karakter manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan. Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.

Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Laju perubahan sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disejajarkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya peningkatan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan.

Peningkatan pendidikan di semua aspeknya, diantaranya peningkatan mutu pengajaran, pemerataan tenaga pengajar dan peningkatan taraf hidup para pengajar akan berakibat pada peningkatan terhadap rata-rata lama sekolah, tingkat pendidikan dan peningkatan angka melek huruf atau penurunan buta aksara. Angka Melek huruf merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.

Berdasarkan publikasi data Dompu Dalam Angka tahun 2016, dapat diperoleh gambaran tentang persentase penduduk berumur 10 tahun ke Atas yang Melek Huruf pada tahun 2016, seperti yang tertuang pada tabel berikut :

(26)

13 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

NO VARIABEL

JUMLAH PERSENTASE

Laki-laki Perempuan Laki-laki+

Perempuan Laki-laki Perempuan

Laki-laki+ Perempuan

1 Penduduk umur 10 tahun ke atas 91,411 91,076 182,487

2 Penduduk berumur 10 tahun ke atas

yang melek huruf - - 172,814 94.70

Tabel 2.4

Persentase penduduk berumur 10 tahun ke Atas yang Melek Huruf Kabupaten Dompu Tahun 2016

Sumber :Dompu Dalam Angka 2016 ( Data 2015)

Dari tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2016 sebesar 94,70% dibandingkan tahun 2015 sebesar 94,26%. Dengan melihat angka dari tahun ke tahun yang semakin meningkat, pemerintah kabupaten Dompu sebagai pemegang kebijkan telah menangani program-program pemberantasan buta huruf dengan baik melalui program Paket A dan B (Paket belajar 9 tahun) terutama di pedesaan karena angka melek huruf merupakan salah satu indikator untuk mengukur Indeks pembangunan Manusia (IPM).

Berdasarkan publikasi data Dompu Dalam Angka tahun 2016, dapat diperoleh gambaran tentang penduduk 10 tahun ke atas menurut tingkatan sekolah, seperti yang tertuang pada tabel berikut :

(27)

14 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

NO VARIABEL

JUMLAH PERSENTASE

Laki-laki Perempuan Laki-laki+

Perempuan Laki-laki Perempuan

Laki-laki+ Perempuan 1 TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 20,732 21,676 42,408 22.68 23.80 23.24

2 SD/MI 17,761 23,634 41,395 19.43 25.95 22.68

3 SMP/ MTs 35,842 41,394 77,236 39.21 45.45 42.32 4 SMA/ MA

26,682 20,237 46,919 29.19 22.22 25.71 5 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

6 DIPLOMA I/DIPLOMA II 1,782 1,721 3,503 1.95 1.89 1.92 7 AKADEMI/DIPLOMA III

8 UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 6,289 5,792 12,081 6.88 6.36 6.62 9 S2/S3 (MASTER/DOKTOR)

Tabel II.5

Jumlah Penduduk Berusia 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkatan Sekolah di Kabupaten Dompu Tahun 2016

Sumber :Dompu Dalam Angka 2016 ( Data 2015 )

Dari tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk menurut tingkatan sekolah yang terbesar yaitu SMP/MTs sebanyak 42,32%. Tingginya angka tingkatan sekolah SMP/MTs di kabupaten Dompu menunjukan faktor ekonomi dan masih kurangnya kesadaran dalam keluarga tentang pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan untuk kategori akademi dan S2/S3 data belum bisa ditampilkan.

(28)

15 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

S I T U A S I

D E R A J A T K E S E H A T A N

Derajat kesehatan dari suatu masyarakat merupakan salah satu gambaran dari kemampuan/kinerja petugas kesehatan dalam mencapai indikator kesehatan melalui berbagai kegiatan dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan program/kegiatan sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia.

Terdapat beberapa indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat, indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dari kondisi mortalitas (angka kematian), morbiditas (angka kesakitan) dan status gizi masyarakat. Derajat kesehatan suatu masyarakat digambarkan melalui angka kematian bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa penyakit.

A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu tertentu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA dan AKI. Data yang dapat ditampilkan adalah data tentang jumlah kematian bayi, kematian balita dan kematian Ibu. Hal ini di karenakan legalitas kewenangan mengenai perhitungan AKB, AKABA dan AKI ada pada Badan Pusat Statistik.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan salah satu Indikator

(29)

16 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Bidang Kesehatan untuk mengukur IPM di setiap wilayah negara Republik Indonesia.

Gambaran jumlah kasus kematian bayi selama lima tahun terakhir menunjukkan angka yang fluktuatif, terjadi peningkatan dan penurunan kasus di setiap tahunnya. Selama kurun waktu tersebut, jumlah kematian bayi terendah adalah pada tahun 2013 dengan 29 kasus kematian dan tertinggi pada tahun 2012 yaitu 58 kasus. Pada tahun 2016 kematian bayi menurun menjadi 31 kasus, penyebabnya antara lain dikarenakan oleh BBLR 12 kasus, Aspexia 7 kasus, kelainan kongenital (cacat bawaan) 4 kasus, dan 8 kasus disebabkan oleh penyebab lainnya yang merupakan akumulasi dari berbagai kasus seperti ISPA, TN dan penyakit-penyakit lainnya. Dari 31 kasus kematian bayi tersebut, 28 kasus terjadi pada saat neonatal dan 3 kasus terjadi pada postnatal, sehingga dapat diketahui penyumbang kematian bayi terbesar terjadi pada masa neonatal. Hal-hal tersebut di atas terjadi kemungkinan disebabkan kualitas pelayanan komplikasi oleh Puskesmas dan jaringan serta Rumah Sakit dan ketepatan rujukan sudah cukup bagus. Walaupun masih terlihat kompetensi bidan di beberapa Puskesmas masih ada yang belum maksimal. Hal ini perlu dicermati bersama dan kewaspadaan harus tetap ditingkatkan agar jumlah kematian bayi dapat ditekan. Selain asupan gizi pada saat kehamilan yang kurang dan juga pengetahuan ibu dan keluarga yang masih kurang tentang bagaimana mempersiapkan persalinan yang sehat. Data kasus kematian bayi selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

(30)

17 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 58 29 33 34 31 -10 20 30 40 50 60 70 2012 2013 2014 2015 2016

Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Dompu Tahun

2012 s/d 2016

Grafik 3.1

Sumber : Seksi KIA, Dinkes Dompu Tahun 2017

2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 (lima) tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Data yang ditampilkan adalah data jumlah kematian balita, karena legalitas perhitungan AKABA ada pada BPS.

Data tentang kasus kematian balita selama rentang waktu dari tahun 2012 s/d 2016 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

(31)

18 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 62 32 37 43 35 -10 20 30 40 50 60 70 2012 2013 2014 2015 2016

Kasus Kematian Balita di Kabupaten

Dompu Tahun 2012 s/d 2016

Grafik 3.2

Sumber : Seksi KIA, Dinkes Kabupaten Dompu Tahun 2017

Pada grafik di atas terlihat peningkatan kasus kematian balita yang sangat tinggi terjadi pada tahun 2012, dimana kematian balita mencapai 62 kasus.

Pada tahun 2016 dengan segala upaya yang dilakukan, kematian balita dapat ditekan menjadi 35 kasus, Kematian balita (0-<5 thn) merupakan penjumlahan dari kematian bayi (0 - < 1 tahun) dan kematian anak balita (1-4 tahun). Kematian balita di sebabkan oleh beberapa hal yang bervariasi seperti BBLR, Asfeksia, kelainan kongenital dan pneumonia serta penyebab lain yang tidak di ketahui. Data lebih lengkap tentang penyebab kematian balita per Puskesmas pada tahun 2016 terlihat pada tabel berikut ini :

(32)

19 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Tabel 3.1

Kematian Balita (Bayi dan Anak Balita) Berdasarkan Penyebab Kematian Per-Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2016

No Puskesmas

Jumlah Kematian

Bayi

Penyebab Kematian Jumlah Kematian Anak Balita Penyebab Kematian BBLR Asfiks ia kelainan Kongenital Pneu monia Lain-lain Diare Lain-lain 1 Rasabou 7 1 2 1 1 2 3 2 1 2 Ranggo 4 1 - - 1 1 - - - 3 Dompu Timur 7 5 - 1 - 1 1 - 1 4 Dompu Kota 1 0 - - 1 - - - - 5 Dompu Barat 4 0 2 2 - - - - - 6 Kilo 2 1 1 - - - - 7 Kempo 0 0 - - - - 8 Soriutu 4 3 1 - - - - 9 Calabai 3 2 1 - - - - Jumlah 31 12 7 4 4 4 4 2 2

Sumber : Seksi KIA, Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Dari tabel di atas, terlihat bahwa jumlah kasus kematian bayi tertinggi ada pada Puskesmas Rasabou yakni sebanyak 7 kasus dan terendah pada Puskesmas Kempo tidak ada kasus. Penyebab kematian bayi lebih banyak disebabkan oleh BBLR (berat badan lahir rendah) dan asfiksia sebanyak 7 kasus, sedangkan kasus kematian anak balita sebanyak 4 kasus yang disebabkan oleh penyakit diare penyebab lain yang tidak diketahui.

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari satu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidensial)

(33)

20 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 5 2 2 12 6 -2 4 6 8 10 12 14 2012 2013 2014 2015 2016

Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya sebagai indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Data yang ditampilkan adalah data jumlah kasus kematian ibu, baik pada saat kehamilan, persalinan maupun saat nifas. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan jumlah kematian ibu di kabupaten Dompu pada tahun 2012 s/d 2016.

Grafik 3.3

Sumber :Bidang Binkesmas Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah kematian Ibu di kabupaten Dompu mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2016 yakni sebanyak 6 kasus (110/100.000 kelahiran hidup) yang disebabkan Perdarahan menempati urutan tertinggi sebagai penyebab langsung kematian maternal. Kemudian disusul oleh penyebab lain, penyebab lain juga tinggi tetapi ini merupakan penyebab dari berbagai kasus seperti jantung, malaria,

(34)

21 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

pada saat nifas, dan hal tersebut harus menjadi perhatian bersama, mengapa kematian ibu selama dua tahun ini terjadi pada masa nifas. Pada masa nifas petugas harus melakukan pelayanan baik di tempat pelayanan kesehatan maupun dengan kunjungan rumah minimal 3 kali pasca melahirkan. Karena pada masa nifas petugas harus memberikan dukungan yang terus menerus agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis.

Dari indikator angka kematian ibu (AKI) di atas dapat dilihat bahwa angka kematian ibu tahun 2012 - 2014 sudah mencapai target MDG’s yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2016), namun pada tahun 2016 sebanyak 6 (enam) kasus dari 5.474 kelahiran hidup (AKI : 110 per 100.000 kelahiran hidup sudah mencapai target MDG’s 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2016), kasus ini menurun dari jumlah kasus pada tahun 2015 yakni 12 kasus, Adapun upaya dalam rangka mendukung program AKINO bidang Kesehatan Ibu dan Anak, masih ada beberapa permasalahan antara lain :

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Jumlah bidan di kabupaten Dompu saat ini sebanyak 167 orang (PNS dan PTT), namun mutu atau kompetensi bidan masih rendah, terjadi ketimpangan (gap) yang tinggi antara bidan senior dengan yang baru, hal tersebut berpengaruh pada kemampuan deteksi ibu hamil risiko serta penanganan yang belum dekat pada ibu hamil, ibu nifas dan bayi risti (3 Terlambat : Terlambat mengenal tanda, terlambat pengambilan keputusan, dan terlambat dirujuk dan mendapat pelayanan)

b. Akses Pelayanan ke puskesmas masih ada yang jauh dari wilayah kerja sehingga terlambat mendapatkan penanganan.

(35)

22 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Kegiatan pelayanan Tim Poned puskesmas belum berjalan baik karena rotasi dokter terutama di puskesmas Kilo, puskesmas soriutu, puskesmas calabai dan puskesmas rasabou, puskesmas kempo, puskesmas dompu kota dan puskesmas ranggo.

d. Manual rujukan belum dilaksanakan secara efektif oleh petugas.

B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Tuberkolosis Paru (TB)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui Droplet orang yang terinfeksi basil/kuman TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

A. CNR Kasus Baru Bta+ dan CNR Seluruh Kasus Tb

CNR Kasus TB (kasus baru BTA+ dan CNR Seluruh Kasus TB) menunjukan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. CNR (Case Notification Rate) berguna untuk menunjukan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

Penyakit Tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan yang selalu dihadapi oleh masyarakat terutama masyarakat yang memiliki tingkat

(36)

23 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

2012 2013 2014 2015 2016

CNR Ka sus Ba ru TB BTA +

Per 100.000 Penduduk 83 98 123 106 112

CNR Seluruh Ka sus TB Per

100.000 Penduduk 163 136 153 138 138 -20 40 60 80 100 120 140 160 180

CNR Kasus Baru TB BTA + dan CNR Seluruh Kasus TB Per 100.000 Penduduk di Kabupaten Dompu

Tahun 2012 s/d 2016

ekonomi rendah. Penanggulangan penyakit Tuberculosis harus dilaksanakan oleh seluruh Unit pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit, Puskesmas maupun dokter swasta serta tetap melibatkan peran serta masyarakat secara paripurna dan terpadu. Adapun gambaran tentang CNR kasus baru BTA+ dan CNR seluruh kasus TB di Kabupaten Dompu dalam rentang waktu 2012 s/d 2016 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.4

Sumber : Seksi P2, Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Pada Grafik di atas menunjukan CNR kasus TB Paru BTA + mengalami peningkatan dari tahun 2012 s/d 2016, namun pada tahun 2016 Angka CNR kasus baru TB BTA + dan CNR seluruh kasus TB Paru angka nya stabil yakni sama pada tahun 2014. Stabilnya angka penemuan kasus baru TB Paru baik BTA+ atau seluruh kasus TB Paru pada tahun 2016 perlu adanya perencanaan yang baik dari puskesmas terutama dalam merencanakan kegiatan pendukung program TB Paru melalui anggaran BOK. Pada tahun 2016 dukungan anggaran yang masih sangat rendah sehingga kegiatan penemuan kasus secara aktif tidak dapat dilakukan secara maksimal.

(37)

24 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 2,5% 7,1% 4,2% 0,0% 1,1% 0,0% 0,0% 3,7% 0,0% 0,0% 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0

RASABOU RANGGO DOMPU TIMUR

DOMPU KOTA

DOMPU BARAT

KILO KEMPO SORIUTU CALABAI RSUD

Proporsi Kasus TB Anak 0-14 tahun Per Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2016

Pada tahun 2016 upaya yang dilakukan dalam penanggulangan penyakit TB paru selain melaksanakan kegiatan CBA adalah melaksanakan kegiatan kontak serumah, bimtek dan supervisi serta penyuluhan. Untuk meningkatkan hasil cakupan penjaringan suspek TB-Paru perlu dilakukan kerjasama yang baik terutama dengan petugas pustu, poskesdes dan juga kader kesehatan serta tokoh masyarakat, agar dapat membantu dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat dan segera melaporkan apabila ada tersangka TB paru yang ditemukan di masyarakat.

B. Proporsi Kasus TB Anak 0-14 tahun

Kasus TB anak merupakan kasus TB pada anak usia 0-14 tahun dan merupakan penyakit serius yang cepat menular secara langsung melalui udara. Anak-anak dengan kekebalan tubuh rendah paling rentan tertular TB dari orang dewasa yang positif TB Paru. Gambaran tentang proporsi kasus TB Anak 0-14 tahun per Puskesmas di Kabupaten Dompu dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.5

(38)

25 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Proporsi kasus TB Anak 0-14 tahun di kabupaten Dompu pada tahun 2016 adalah 1,6%, dari seluruh jumlah kasus TB Paru yang ditemukan, Sedangkan untuk rincian per Puskesmas dapat dilihat pada grafik di atas. Kasus TB Paru pada Anak 0-14 tahun terjadi pada lima puskesmas, kasus yang terjadi di wilayah Puskesmas Ranggo adalah kasus yang sangat tinggi, maka perlu dilakukan penanganan yang lebih berkualitas terhadap penderita TB Paru pada Anak, sehingga pengobatan yang dilakukan berhasil dan dapat memutus rantai penularan. Selain itu perlu dilakukan pelacakan kasus TB Paru pada Anak dengan lebih fokus, melalui pemeriksaan kontak serumah, CBA dan penyuluhan dengan harapan dapat menekan angka kejadian TB Paru pada Anak.

C. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA +

Untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB Paru BTA (+) digunakan indikator persentase sembuh, persentase pengobatan lengkap, dan

angka keberhasilan pengobatan (SR = Success Rate). Secara program, angka kesembuhan yang ditampilkan pada tahun 2016 adalah angka kesembuhan kasus TB Paru BTA (+) pada tahun 2015. Success Rate mengindikasikan persentase pasien TB paru BTA Positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Berikut ini adalah gambaran SR di Kabupaten Dompu pada tahun 2012 s/d 2016 :

(39)

26 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 89,68% 89,68% 77,30% 95% 87,23% - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 2012 2013 2014 2015 2016

Sukses Rate (SR) BTA + di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016

Grafik 3.6

Sumber : Seksi P2, Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Angka kesembuhan TB Paru yang tergambar pada grafik di atas menunjukkan angka kesembuhan TB Paru pada tiga tahun berturut turut yakni pada tahun 2014, 2015 dan 2016 telah melebihi target yang telah ditetapkan yakni 85%. Dalam meningkatkan angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif perlu di upayakan peningkatan dalam pengetahuan penderita dan keaktifan dari PMO. Sedangkan untuk petugas program perlu melakukan monitoring dan memberikan penjelasan yang baik kepada penderita tentang aturan minum obat dan efek samping dari setiap obat yang di minum selama 6 bulan. Apabila ada penderita yang terputus minum obat, maka petugas program TB paru puskesmas perlu melakukan kunjungan rumah sehingga permasalahan terputusnya minum obat dapat di ketahui dan pada akhirnya angka Drop Out (DO) dapat ditekan seminimal mungkin.

2. Pneumonia Balita

Definisi Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia

(40)

27 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 23,87 % 21,25 % 22,34 % 35,42 % 45,10% -5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 2012 2013 2014 2015 2016

Persentase Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016

juga dapat disebabkan oleh akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Pada umumnya orang-orang yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang-orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi dan gangguan imunologi).

Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tetap rutin dilakukan pemantauan dan penanganan dengan baik oleh petugas kesehatan. Penyakit pneumonia yang terjadi di masyarakat banyak menyerang anak-anak balita dan perlu dilakukan penanganan dengan tepat terutama penyakit pneumonia berat yang dampaknya akan menyebabkan kematian.

Grafik 3.7

Sumber : Seksi P2, Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Berdasarkan grafik diatas nampak bahwa persentase penemuan penderita pneumonia masih sangat rendah, masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 100%. Target nasional yang di tetapkan oleh pemerintah sebesar

(41)

28 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

100% merupakan target penanganan sedangkan perhitungan capaian berdasarkan definisi operasional adalah kasus yang ditemukan dibagi perkiraan kasus, sehingga capaian sangat sulit mencapai 100% karena kasus yang diperkirakan lebih besar dari kasus yang ditemukan. Namun seluruh kasus yang ditemukan 100% sudah tertangani sesuai dengan standar. Selain karena perkiraan kasus yang lebih besar, pencatatan dan pelaporan yang berasal dari dokter praktek, Bidan praktek dan RSUD juga belum terkoordinir dengan baik, sehingga data penyakit dari ketiga sumber tersebut belum tercatat dan terlaporkan.

Pnuemonia masih terjadi di hampir seluruh wilayah Puskesmas di kabupaten Dompu, hal tersebut dapat di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah masyarakat belum menyadari pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat, pentingnya menjaga kebersihan baik di dalam rumah maupun lingkungan sekitar dan pentingnya ventilasi dan pencahayaan yang baik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka di perlukan adanya penyuluhan tentang pencegahan pneumonia dan pendekatan pada masyarakat agar masyarakat mau dan mampu untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

3. HIV/AIDS, Syphilis dan IMS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus yaitu Human Immunodeficiency Virus, dimana virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lainnya.

Syphilis merupakan kasus IMS (Infeksi Menular Seksual) yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya VDRL (Treponema Pallidum Haemagglutination) positif.

(42)

29 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 2012 2013 2014 2015 2016 HIV 2 0 - - -AIDS 6 0 - - -IMS 6 0 - - -0 1 2 3 4 5 6 7

Jumlah Kasus HIV, AIDS dan IMS di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016

Kegiatan penanggulangan penyakit HIV/AIDS, Syphilis dan Infeksi Menular Seksual lainnya di Kabupaten Dompu diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV/AIDS dan menggerakkan berbagai sektor terkait. Upaya penanggulangan HIV/AIDS merupakan upaya terpadu dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan serta Komunikasi Informasi dan Edukatif (KIE).

Gambaran tentang penyakit HIV/AIDS dan Penyakit menular seksual lain berdasarkan hasil Sero Survey di Kabupaten Dompu Tahun 2012 s/d 2016 dapat di lihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.8

Sumber : Seksi P2, Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Dari grafik diatas menunjukan hasil pemeriksaan Sero Survey Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi pada Tahun 2012 s/d 2016, dari seluruh orang yang dilakukan

(43)

30 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

screening di Lembaga Pemasyarakatan (LP), hanya pada tahun 2012 saja ditemukan kasus positif HIV dan AIDS. Sedangkan untuk data tiga tahun berturut-turut belum dapat ditampilkan, karena hasil screening yang dilakukan belum keluar hasilnya dari BLK, selain itu tidak adanya koordinasi data yang diterima dari klinik VCT RSUD Dompu yang merupakan klinik khusus, penanganan HIV dan AIDS juga berpengaruh terhadap ketersediaan data mengenai kasus HIV dan AIDS.

Upaya penanggulangan penyakit IMS,HIV/AIDS yang di lakukan di kabupaten Dompu belum dapat dilakukan dengan maksimal terutama di dalam melakukan penyuluhan ataupun promosi tentang penyakit

IMS,HIV/AIDS pada kelompok-kelompok resiko. Untuk menekan dan mencegah penyebaran penyakit menular tersebut Kabupaten Dompu telah membentuk KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) yang merupakan organisasi yang berperan penting dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Dompu namun belum berjalan dengan baik. Rumah Sakit Umum Daerah Dompu sebagai tempat pelayanan klinik VCT yang memberikan pelayanan secara khusus terhadap penderita HIV/AIDS belum berfungsi dan optimal sehingga perlu diaktifkan dengan mengupayakan penyediaan sarana dan prasarana yang memenuhi standar, selain itu pemanfaatan tenaga yang dilatih di RSUD Dompu belum difungsikan sebagaimana mestinya.

4. Darah Pendonor Di Screening Terhadap HIV

Selain melaksanakan sero survei HIV, Dinas Kesehatan kabupaten Dompu juga melakukan pengamatan terhadap hasil screening darah dari pendonor melalui Rumah Sakit. Tujuan screening adalah untuk mengamankan darah pendonor supaya bebas dari penyakit seperti syphilis maupun bebas dari virus HIV. Pada tahun 2015 data tentang pendonor yang diskrining dapat ditampilkan

(44)

31 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 75,21% 81,66% 76,85% 46,32% 62,87% 78,32% 55,77% 39,76% 44,77% - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 RASABOU RANGGO DOMPU TIMUR DOMPU KOTA DOMPU BARAT KILO KEMPO SORIUTU CALABAI

Persentase Penemuan dan Penanganan Kasus Diare Per Puskesmas di Kabupaten Dompu Tahun 2016

yaitu jumlah pendonor sebanyak 163 orang kemudian yang melakukan pemeriksaan sampel darah sebanyak 163 orang (100%) dan hasil pemeriksaan sampel darah tersebut tidak ada yang ditemukan yang positif HIV.

5. Diare

Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering menyerang anak-anak balita. Penyakit diare bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dan kematian. Gambaran tentang persentase penemuan dan penanganan kasus Diare Per Puskesmas di Kabupaten Dompu tahun 2016 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.9

Sumber : Seksi P2, Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Faktor –faktor yang menyebabkan masih tingginya kejadian penyakit diare di Kabupaten Dompu antara lain perilaku masyarakat yang meminum air yang tidak dimasak, tidak mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan setelah beraktivitas, sanitasi pengolahan dan penyajian makanan yang

(45)

32 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

belum baik, perilaku buang air besar sembarangan, dan cakupan sarana air bersih yang masih rendah.

Dalam menangani masalah penyakit diare perlu dilakukan upaya penanganan yang terpadu terutama dalam penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat, seperti perilaku minum air yang telah dimasak, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan setelah beraktivitas. Dengan adanya kegiatan penyuluhan diharapkan angka kesakitan penyakit diare dapat di tekan dan upaya kegiatan penemuan dan penanganan kasus diare tetap terus dilakukan dengan maksimal sehingga kejadian KLB diare dapat di cegah secara dini.

6. Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycrobacterium Leprae. Penatalaksanaan khusus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi posesif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.

Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut : 1)Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan di sertai mati rasa; 2)Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot; 3)Adanya kuman tahan asam didalam jaringan kulit.

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis saja, tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi dan budaya. Penyakit kusta sampai dengan saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan masyarakat, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya.

(46)

33 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 5 3 5 7 27 24 28 29 14,16 11,82 14,3 15,44 2013 2014 2015 2016

Jumlah Kasus Baru Kusta Tipe PB dan MB dan NCDR Per 100.000 Penduduk di Kabupaten Dompu

Tahun 2013 s/d 2016

PB (kss) MB (kss) NCDR (per 100.000 pnddk)

Untuk meningkatkan upaya penanganan penyakit kusta ini perlu diupayakan kegiatan penyuluhan yang baik dan benar tentang penyakit kusta, penjaringan suspect kusta dan penanganan penderita kusta dengan maksimal. A. Kasus Baru Kusta

Hasil kegiatan program P2 Kusta di kabupaten Dompu pada tahun 2012 s/d 2016 digambarkan pada grafik berikut ini:

Grafik 3.10

Sumber : Seksi P2, Dinkes Kabupaten Dompu 2017

Pada grafik di atas, pada tahun 2016 terlihat bahwa kusta tipe MB jumlah kasusnya lebih besar dibandingkan kusta tipe PB, hal ini dikarenakan pada kusta tipe MB konsentrasi kuman lebih banyak, sehingga kemungkinan untuk menularkan juga lebih besar. NCDR kusta pada tahun 2014 dan 2015 menurun, hal ini menunjukan proporsi penyakit kusta sedikit menurun dan dapat diartikan sumber penularan kusta dimasyarakat sudah mulai dapat ditekan. Sedangkan pada tahun 2016 NCDR kusta dalam upaya melakukan

(47)

34 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016 6,25% 7,41% 9,09% 5,71% - 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 2013 2014 2015 2016

Persentase Kasus Baru Kusta Anak Usia 0-14 Tahun di Kabupaten Dompu Tahun 2013 s/d 2016

penanggulangan penyakit kusta perlu direncanakan suatu kegiatan seperti penemuan penderita, diagnosis dan klasifikasi, pengobatan dan pengendalian pengobatan, pencegahan cacat dan perawatan diri serta melakukan rehabilitasi medik. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan penyakit kusta adalah peningkatan kemampuan petugas dan ketersediaan obat kusta yang memadai. Beberapa upaya penanggulangan penyakit kusta yang di dilakukan pada tahun 2016 adalah melaksanakan kegiatan LEC (Leprosy Elimination Campaign), pemeriksaan kontak, penyuluhan dan pengobatan penderita kusta. Sedangkan dalam mengevalusi hasil kegiatan program kusta di puskesmas dilakukan pembinaan, supervisi, dan evaluasi di tingkat kabupaten.

B. Persentase Kasus Baru Kusta Anak Usia 0-14 Tahun

Untuk mengetahui tingkat penularan kusta di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) diantara penderita baru. Persentase kasus baru kusta pada anak (0-14 tahun) tergambar pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.11

(48)

35 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

2013 2014 2015 2016

% cacat tingkat 2 18,75 3,70 0,00 11,43

Angka Cacat Tingkat 2 Per

100.000 Penduduk 2,66 0,44 0,00 1,72 -2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

Persentase Cacat Tingkat 2 dan Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta per 100.000 Penduduk di Kabupaten Dompu

Tahun 2013 s/d 2016

Grafik diatas menunjukan, bahwa persentase kusta pada anak usia 0-14 tahun pada tahun 2016 menurun dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2016 terdapat kasus kusta pada anak sebanyak 2 orang (5,71%), hal ini menunjukan tingkat penularan penyakit kusta antar keluarga dapat ditekan, dan kegiatan pemeriksaan kontak serumah dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.

C. Cacat Tingkat 2 penderita Kusta

Sampai saat ini penyakit kusta menjadi masalah yang sangat di khawatirkan oleh masyarakat baik penderita kusta sendiri maupun masyarakat yang ada disekitar penderita. Untuk meningkatkan upaya penanganan penyakit kusta ini perlu diupayakan kegiatan penyuluhan yang baik dan benar tentang penyakit kusta, kegiatan penjaringan suspec kusta dan penanganan penderita kusta.

Grafik 3.12

(49)

36 | Profil Kesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2016

Tabel diatas menunjukan bahwa persentase cacat tingkat 2 penderita kusta tahun 2016 sebanyak 4 kasus (11,43%), hal ini menjadi perhatian lintas program dalam penanggulangan cacat tingkat 2 kusta terutama di tingkat puskesmas karena pada tahun sebelumnya penderita kusta tidak ada yang terdapat kelainan anatomis pada tangan dan kaki.

7. AFP (Acute Flacid Paralysis/Lumpuh Layuh Akut) dan Polio

AFP merupakan kondisi abnormal ketika seorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan pada anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) dan terjadi secara akut, mendadak dan bukan disebabkan oleh ruda paksa.

Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku dileher dan sakit ditungkai dan lengan.

Untuk setiap kasus AFP yang ditemukan, dengan kelumpuhan

kurang dari 2 (dua) bulan diambil spesimen tinjanya untuk diperiksa di Laboratorium Surabaya. Penentuan suatu kasus AFP dapat dikatakan

sebagai kasus Polio adalah apabila didapatkan virus Polio liar pada pemeriksaan spesimen tinjanya, oleh karena itu spesimen yang dikirim harus adekuat.

Pada tahun 2016 dari 2 (dua) kasus yang ditargetkan (AFP Rate 2/100.000), ditemukan 11 (sebelas) kasus dengan AFP Rate 13,28 per 100.000 penduduk < 15 tahun. Hal ini menjadi perhatian karena kasus AFP dari tahun ke tahun terjadi peningkatan.

Gambar

Tabel II.5
Grafik diatas menunjukan, bahwa persentase kusta pada anak usia 0- 0-14  tahun  pada  tahun  2016  menurun  dibandingkan  dengan  tahun  2015
Grafik  di  atas  memperlihatkan  cakupan  K1  selama  lima  tahun  terakhir  semakin  meningkat  dan  tertinggi  pada  tahun  2016  dan  terendah  pada  tahun  2012, sedangkan Cakupan K4 terjadi penurunan pada tahun 2016 namun sudah  mencapai  target  yan
Grafik di bawah ini menyajikan persentase anak usia 0 - &lt; 6 bulan yang  mendapatkan ASI eksklusif di kabupaten Dompu tahun 2012 s/d 2016 :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Lintas Sektor) Penguatan Upaya Promotif &amp; Preventif: “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat” Advokasi dan Regulasi Kampanye Hidup Sehat

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) merupakan langkah pemerintah untuk mempercepat dan mensinergikan upaya promotif dan preventif hidup sehat yang dilaksanakan oleh

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan upaya pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehablitatif, yang

Klinik Sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan Promotif, Preventif, dan Kuratif yang difokuskan pada penduduk yang berisiko

Peningkatan Promosi Kesehatan Program Pembinaan Lingkungan Sosial Bidang Kesehatan Pelayanan Kesehatan Baik Kegiatan Promotif/Preventif Maupun Kuratif/Rehabilitatif Pada Dinas

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif

Penekanan kegiatan UKS adalah pada upaya promotif dan preventif, untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya

3) Perlunya peningkatan upaya promotif dan preventif kesehatan yang lebih maksimal dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat sehingga