• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkupan Hak Cipta: Pasal 2 Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkupan Hak Cipta: Pasal 2 Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Lingkupan Hak Cipta: Pasal 2

Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatas menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana: Pasal 72

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).

(3)
(4)

ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

Copyright © Ika Yuni Susanti, Dyah Permata Sari Penulis: Ika Yuni Susanti, Dyah Permata Sari Editor: Aditya Kusuma Putra

Penata Letak: Arief Setyawan Penata Sampul: Raditya Pramono

Sebagian materi sampul bersumber dari internet CV KEKATA GROUP

Kekata Publisher

kekatapublisher@gmail.com www.kekatapublisher.com Facebook: Kekata

Perum Triyagan Regency Blok A No 1, Mojolaban, Surakarta Cetakan Pertama, Maret 2017

Surakarta, Bebuku Publisher, 2017 viii + 158 hal; 14,8 x21 cm

ISBN:

Katalog Dalam Terbitan

Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan pembuatan buku dengan judul “Asuhan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah”.

Buku ini disusun berdasarkan Acuan Silabus Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Kurikulum Kebidanan Revisi Tahun 2014.

Materi dalam buku ini berkaitan dengan asuhan kebidanan pada neontus, bayi, balita dan anak pra sekolah mencakup konsep teoritis maupun praktis. Tujuan buku ini untuk membantu dosen dan mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan memperkaya modul pembelajaran.

Diharapkan buku ini dapat berkembang lebih lanjut di masa mendatang dan dapat memberi kontribusi nyata untuk mewujudkan kualitas Pendidikan DIII Kebidanan yang lebih baik. Kritik dan saran kami nantikan untuk perbaikan. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam proses pembuatan dan penerbitan. Semoga Allah SWT selalu memberikan bimbingan kepada kita bersama dalam upaya meningkatkan kualitas anak sebagai generasi penerus bangsa. Aamiin.

Mojokerto, Januari 2017

Ika Yuni Susanti Dyah Permata Sari

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB 1 KONSEP ASUHAN NEONATUS, ... 1

A. Adaptasi Bayi Baru Lahir ... 1

B. Pencegahan Infeksi ... 2

C. Rawat Gabung ... 4

BAB 2 ASUHAN PADA BAYI USIA 2-6 HARI ... 7

A. Pengkajian Fisik ... 7

B. Pengkajian Antropometri ... 9

C. Tanda Bahaya ... 10

D. Penyuluhan ... 11

BAB 3 MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM) ... 12

A. Pelaksanaan MTBM pada Bayi Umur Kurang dari 2 Bulan ... 13

B. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang 2 Bulan ... 15

C. Tindakan dan Pengobatan ... 23

D. Konseling Bagi Ibu ... 25

E. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut .... 26

BAB 4 MANAGEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) ... 27

A. Definisi MTBS ... 28

B. Tujuan MTBS ... 28

C. Proses Manajemen Kasus Balita Sakit ... 29

D. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 Tahun ... 31

(7)

BAB 5 PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG ... 42

A. Konsep Tumbuh Kembang ... 42

B. Stimulasi ... 46

C. DDTK ... 51

D. Denver II ... 53

BAB 6 ASUHAN NEONATUS DENGAN MASALAH KESEHATAN 55

A. Hemangioma ... 55

B. Ikterik ... 58

C. Gumoh ... 63

D. Oral Trush ... 65

E. Diaper Rush (Ruam Popok) ... 69

F. Seborrhea ... 70

G. Bisulan (Furunkel) ... 72

H. Milliariasis (Biang Keringat) ... 73

I. Diare ... 76

J. Obtsipasi ... 80

K. Infeksi ... 82

L. Bayi Meninggal Mendadak ... 88

BAB 7 ASUHAN NEONATUS DENGAN RISIKO TINGGI ... 92

A. BBLR ... 92

B. Asfiksia Neonatorum ... 102

C. Sindrom Gangguan Pernapasan ... 106

D. Pendarahan Tali Pusat ... 109

E. Kejang ... 111

F. Hypotermi ... 118

G. Hypoglikemi ... 122

H. Tetanus Neonatorum ... 127

(8)

BAB 8 IMUNISASI ... 134

A. Imunisasi dan Vaksinasi ... 134

B. Keuntungan Imunisasi ... 134

C. Program Imunisasi ... 135

D. Pemberian Imunisasi ... 135

E. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) ... 138

BAB 9 PENATALAKSANAAN RUJUKAN ... 140

A. Pelayanan Kesehatan ... 140

B. Jenis Rujukan ... 141

C. Prinsip Dasar Rujukan ... 142

D. Kasus yang Harus Dirujuk ... 142

E. Proses Rujukan ... 142

F. Tindakan Sebelum dan Selama Rujukan ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 144

(9)

BAB 1

KONSEP ASUHAN NEONATUS,

BAYI, BALITA, DAN APRAS

A. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir akan mengalami adaptasi dengan lingkungan yang sebelumnya di dalam kandungan tergantunng dengan ibunya menjadi di luar kandungan yang menjadi mandiri secara fisiologis karena:

1. Mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasan-nya yang baru.

2. Mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup.

3. Dapat mengatur suhu tubuh.

4. Dapat melawan setiap penyakit dan infeksi.

Sebelum diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode

(10)

trasnsisi. Periode transisi terjadi segera setelah lahir dan dapat berlangsung sampai 1 bulan atau lebih (untuk beberapa sistem). Transisi yang paling nyata dan cepat adalah sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi dan sistem metabolisme glukosa.

B. Pencegahan Infeksi

Definisi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum sempurna.

Kewaspadaan Pencegahan Infeksi

Sebaiknya siapapun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut:

1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi.

2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi.

3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan.

4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.

5. Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan sebelum daur ulang.

6. Bersihkan ruang peralatan pasien secara rutin.

7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi dalam ruangan khusus.

(11)

Cara Pencegahan Infeksi

Beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi adalah: 1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau gunakan

cairan pembersih tangan berbasih alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi.

2. Beri petunjuk pada ibu dan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

3. Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan tisu bersih/handuk pribadi.

4. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2ml gliserin dan 100ml alkohol 60%. Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersih dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering.

5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi.

6. Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangan bertelanjang kaki.

7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan

tindakan/perawatan.

8. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai ulang.

Teknik Aseptik untuk Melakukan Perawatan

Cuci tangan selama 3-5menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun antiseptic. Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang di DTT. Siapkan bayi untuk dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan antiseptik dengan gerakan melingkar dari sentral keluar seperti membentuk spiral. Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkontaminasi atau tidak, anggaplah sudah terkontaminasi.

(12)

Perawatan umum yang dilakukan antara lain:

1. Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL, sampai dengan memandikan bayi minimal 6 jam. 2. Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan

kapas yang direndam dalam air hangat kemudian keringkan. 3. Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau setiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat atau sabun lalu keringkan dengan hati-hati.

4. Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.

C. Rawat Gabung

Definisi

Rawat gabung merupakan suatu cara perawatan ketika bayi baru lahir ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangan (perawatan terpadu ibu dan anak).

Tujuan

Tujuan rawat gabung adalah: 1. Mencegah infeksi silang.

2. Agar bayi mendapatkan kolostrum ASI.

3. Memberi rangsangan secara dini untuk pertumbuhan dan perkembangan.

4. Membantu hubungan ibu dan bayi agar lebih dekat dan erat. 5. Member kesempatan pada ibu dan keluarga agar mendapat

pengalaman.

6. Memberikan pendidikan kesehatan.

Manfaat

Manfaat bagi ibu dari segi psikologis adalah meningkatkan keakraban dan ikatan ibu dan bayinya, memberi kesempatan pada ibu untuk belajar merawat sendiri bayinya, memberi rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat

(13)

bayinya dan member kesempatan pada ibu untuk mengenal tangisan bayinya. Sedangkan manfaat dari segi fisik bagi ibu adalah involusi uterus akan terjadi dengan baik, mempercepat mobilisasi dan mempercepat produksi ASI.

Manfaat bagi bayi dari segi psikologis adalah dengan sentuhan dapat merupakan stimulasi mental dini yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak, khususnya rasa aman. Sedangkan manfaat bagi bayi dari segi fisik adalah melindungi bayi dari bahaya infeksi, mengurangi kemungkinan terjadi infeksi nosokomial, mengurangi bahaya aspirasi dan bayi menyusu dengan teknik yang benar.

Manfaat bagi keluarga dari segi psikologis adalah dapat mendorong ibu agar menyusui bayinya dan memberi kesempatan bagi ibu dan keluarga untuk mendapat pengalaman cara merawat bayi. Sedangkan manfaat bagi keluarga dari segi ekonomi adalah biaya perawatan sedikit, tidak perlu membeli susu, dan perlengkapan serta anak jarang sakit sehingga biaya berobat berkurang.

Manfaat bagi bidan dari segi psikologis adalah dari segi kebutuhan, susu formula, perlengkapan, dan obat-obatan akan berkurang. Manfaat dari segi kebutuhan medis akan berkurang dan tenaga yang ada dapat melakukan pekerjaan yang lain. Manfaat lain adalah penurunan morbiditas ibu dan bayi sehingga hari perawatan berkurang.

Persyaratan

Persyaratan rawat gabung yang ideal:

1. Bayi: bayi diletakkan dalam box dekat ibunya dan disediakan pakaian bayi.

2. Ibu: tempat tidur ibu dan perlengkapan nifas.

3. Ruangan: ukuran ruang untuk tempat tidur. Ruang ibu/bayi yang masih memerlukan perawatan harus dekat.

(14)

4. Sarana: lemari pakaian (ibu dan anak), tempat mandi bayi dan perlengkapannya, tempat cuci tangan ibu (air mengalir), setiap ruangan mempunyai kamar mandi bagi ibu, sarana penghubung, petunjuk perawatan (payudara, bayi, makanan buteki/bufas), perlengkapan perawatan bayi, satu petugas untuk 6 pasang ibu dan bayi, petugas mempunyai kemampuan dan ketrampilan pelaksanaan rawat gabung.

5. Untuk rumah sakit pendidikan: adanya audio visual dan buku.

6. Adanya sistem pencatatan dan pelaporan: bayi yang mempunyai syarat rawat gabung (nilai APGAR >7, berat badan >2500gram <4000gram, masa kehamilan >36minggu dan <42 minggu, lahir spontan presentasi kepala, tanpa infeksi intrapartum).

7. Ibu harus sehat, jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan ibu untuk merangsang pengeluaran ASI.

8. Fasilitas untuk pemberian penyuluhan, persiapan ibu dan bayi dapat bersama-sama dalam ruangan.

9. Adanya petugas perinatologi.

10. Bayi diletakkan di tempat tidur bayi yang ditempatkan disamping tempat tidur ibu. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. Bila ibu dan bayi pulang, ibu akan diberi penyuluhan.

(15)

BAB 2

ASUHAN PADA BAYI USIA

2-6 HARI

A. Pengkajian Fisik

Pemerikasaan pada bayi bermanfaat untuk memastikan bahwa perkembangan normal telah terjadi. Penyimpangan dari normal yang terjadi sejak lahir dapat dideteksi dan diobati secara dini untuk menurunkan risiko infeksi yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas.

Observasi Pada Bayi

1. Warna kulit: tampak merah muda yang mengindikasikan perfusi perifer baik, pigmen gelap pada membran mukosa, tepak tangan dan kaki.

2. Pola kulit: sianosis, tampak pucat. 3. Pola napas: normal 30-50x/menit.

4. Ikterus fisiologis: muncul pada hari ke-3 dan menghilang pada hari ke-7.

(16)

5. Gerakan ekstremitas: harus dapat bergerak bebas.

6. Kepala: raba seluruh garis sutura dan fontanela dengan ujung jari, normalnya fontanela harus teraba datar.

7. Mata: untuk memastikan kebersihan, tanpa ada tanda rabas. 8. Mulut: terlihat bersih dan lembab, bila ada bercak putih

harus dibersihkan untuk mencegah infeksi,

9. Kulit harus bersih tanpa ruam, bercak memar atau tanda infeksi/trauma,

10. Umbilikus: untuk melihat adanya tanda-tanda pelepasan dan infeksi,

11. Berat badan: biasanya terjadi penurunan beberapa hari pertama dan kembali normal pada hari ke-10.

Prinsip Pemeriksaan Bayi

1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.

2. Cuci dan keringkan tangan untuk mengurangi risiko pada bayi dan pakai sarung tangan.

3. Pastikan bahwa pencahayaan baik sehingga visualisasi dapat dilakukan dengan baik, akses ke bayi juga harus baik, terutama bila kedua orang tua bayi ikut hadir di tempat pemeriksaan.

4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat untuk menjaga suhu tubuh bayi, pajankan hanya bagian yang diperiksa dan segera selimuti kembali.

5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh. 6. Setelah pemeriksaan selesai, catat hasilnya.

Prosedur Pemerikasaan Bayi

1. Awali dengan mendiskusikan perkembangan bayi dengan orang tua.

2. Jelaskan prosedur minta persetujuan tindakan dari orang tua.

3. Diskusikan perilaku dan aktifitas bayi dengan orang tua. 4. Cusi tangan dan bila perlu pakai sarung tangan.

(17)

5. Pencahayaan harus baik dan bayi harus selalu dalam keadaan hangat.

6. Observasi warna dan tampilan umum bayi. 7. Periksa kepala, mata, mulut dan umbilikus bayi. 8. Bila perlu timbang berat badan bayi.

9. Pakaikan kembali pakaian bayi.

10. Diskusikan hasil pemeriksaan dengan orang tua.

11. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan lakukan tindakan yang sesuai.

B. Pengkajian Antropometri

Pengukuran Berat Badan

1. Timbang berat badan dengan menggunakan timbangan bayi.

2. Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan kategori:

- Normal : 2500-4000 gram

- BBLR : 2500 gram

- Makrosomia : >4000 gram

Pengukuran Panjang Badan

1. Ukur panjang badan dengan menggunakan pengukur panjang badan.

2. Lakukan penilaian dari hasil pengukuran, dengan kategori normal adalah 45-50 cm.

Pemeriksaan Kepala

1. Ukur lingkar kepala.

2. Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika diameter kepala lebih besar 3cm dari lingkar dada berarti bayi mengalami hidrosefalus dan jika diameter kepala lebih kecil 3cm dari lingkar dada berarti bayi mengalami mikrosefalus.

3. Kaji jumlah dan warna lanugo tertama di daerah bahu dan punggung,

(18)

4. Kaji adanya molase, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah simetris atau asimetris. 5. Kaji kaput suksedaneum, yaitu edema kulit kepala, lunak

dan tidak berfluktuasi, batas tidak tegas dan melewati sutura, akan menghilang dalam beberapa hari.

6. Kaji sefal hematom, yaitu terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup kaput suksedaneum, konsistensi keras, berfluktuasi berbatas tegas pada tepi tulan tengkorak, tidak melewati sutura dan jika melewati sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak, akan menghilang dengan sempurna dalam waktu 2-6 bulan. 7. Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena

yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, dengan palpasi teraba fluktuasi.

8. Kaji adanya fontanela dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, denyutannya sama dengan denyut jantung, fontanela posterior akan dilihat proses penutupan setelah usia 2 bulan dan fontanela anterior menutup saat usia 12-18 bulan.

C. Tanda Bahaya

Tanda bahaya pada bayi antara lain: 1. pernapasan sulit atau >60x/menit, 2. terlalu panas/dingin,

3. warna kulit kuning, biru atau pucat, 4. isapan lemah (tidak mau mengisap), 5. mengantuk berlebihan, banyak muntah,

6. tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah,

7. infeksi, dan

8. eses (lembek, kuning, hijau tua, ada lender atau darah) dan kemih (tidak berkemih dalam 24jam).

(19)

D. Penyuluhan

Penyuluhan sebelum bayi pulang mencakup:

1. Ajarkan pada ibu cara perawatan bayi sehari-hari (memandikan bayi, perawatan tali pusat).

2. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6bulan dan tidak member makanan tambahan apapun pada bayi.

3. Anjurkan pada ibu cara perawatan payudara dan cara/posisi menyusui yang benar.

4. Beri tahu ibu tanda-tanda bahaya dan apa yang dilakukan bila terjadi.

5. Beri tahu ibu tentang imunisasi dan jadwalnya. 6. Anjurkan ibu untuk mengikuti keluarga berencana.

Asuhan bayi yang mungkin tidak efektif atau bahkan merugikan adalah:

1. Membatasi waktu menyusui hanya sampai 10 menit saja pada masing-masing payudara atau periode lain yang ditentukan.

2. Membatasi frekuensi pemberian ASI hanya sekali dalam 3 jam atau periode lain yang ditentukan.

3. Memberikan puting artifisial atau empeng pada bayi yang diberi ASI.

4. Member tambahan minuman botol berisi air, glukosa atau susu formula sewaktu pemberian ASI.

5. Pemberian kontrasepsi hormonal pada ibu dalam 6 minggu pertama paskapartum.

(20)

BAB 3

MANAJEMEN TERPADU BAYI

MUDA (MTBM)

Manajemen Terpadu Bayi Muda mencakup umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 tahun tidak termasuk pada bayi muda tapi kedalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun. Bayi muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada anak. Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa bayi muda ke fasilitas kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan.

(21)

Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan di lakukan dekteksi dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasihati dan mengajari ibu untuk melakukan asuhan dasar bayi muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Proses penanganan bayi muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.

A. Pelaksanaan MTBM pada Bayi Umur Kurang

dari 2 Bulan

Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, yaitu:

a. Penilaian dan Klasifikasi b. Tindakan dan Pengobatan c. Konseling Bagi Ibu d. Pelayanan Tindak lanjut

Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatan” untuk Bayi Muda dan untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai cara pengisian yang sama yaitu:

a. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik.

b. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.

c. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.

d. Konseling juga merupakan menasihati ibu yang mencakup bertanya, mendengar jawaban ibu, memuji, memberi

(22)

nasihat relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman.

e. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.

Menanyakan kepada ibu mengenai masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan bayi muda atau kunjungan ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut.

Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut:

a. Periksa bayi muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri. Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya yang ditemukan.

b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa tanda dan gejalanya yang terkait. Klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasinya dan klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri.

c. Periksa semua bayi muda untuk ikterus dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang ada.

d. Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian asi. Selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.

e. Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi? Tentukan status imunisasi bayi muda.

f. Menanyakan status pemberian vit. k1.

g. Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, perdarahan tali pusat dan sebagainya. h. Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan bayinya. Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan memperlambat rujukan.

(23)

B. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda Umur

Kurang 2 Bulan

a. Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri

Infeksi pada Bayi Muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi organ seperti: gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak bisa minum atau muntah, diare, demam atau hipotermia.

Pada infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah.Infeksi lokal yang sering terjadi pada Bayi Muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan telinga.

Memeriksa gejala kejang dapat dilakukan dengan cara (Tanya, Lihat, Raba).

1) Kejang

Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan kegawatdaruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤ 2 hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir, dan kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus neonatorium.

a. Tanya: adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau istilah lokal yang mudah dimengerti ibu.

b. Lihat: apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadaran menurun menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.

(24)

c. Lihat: apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan berulang pada mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada satu sisi. d. Lihat: apakah mulut bayi mencucu?

e. Lihat dan raba: apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan. Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus neonatorum.

f. Dengar: apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? g. Biasanya menunjukkan ada proses tekanan intra kranial

atau kerusakan susunan saraf pusat lainnya.

2) Bayi tidak bisa minum dan memuntahkannya

Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap dan menelan.

Bayi mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat menelan apapun.

3) Gangguan Napas

Pola napas Bayi Muda tidak teratur (normal 30-59 kali/menit) jika <30 kali/menit atau ≥60 kali/menit menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai dengan tanda atau gejala bayi biru (sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat (dalam sangat kuat mudah terlihat dan menetap), pernapasan cuping hidung serta terdengar suara merintih (napas pendek menandakan kesulitan bernapas).

4) Hipotermia

Suhu normal 36,5-37,5⁰C jika suhu <35,5⁰C disebut hipotermia berat yang mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk, suhu 35,5-36,0⁰C disebut hipotermia sedang dan suhu ≥37,5⁰C disebut demam.

(25)

Mengukur suhu menggunakan termometer pada aksiler selama 5 menit tidak dianjurkan secara rektal karena dapat mengakibatkan perlukaan rektal.

5) Infeksi Bakteri Lokal a. Infeksi Bakteri Lokal

Kejadian yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit, mata dan pusar. Pada kulit apakah ada tanda gejala bercak merah, benjolan berisi nanah di kulit. Pada mata terlihat bernanah, berat ringannya dilihat dari produksi nanah dan mata bengkak. Pusar kemerahan atau bernanah (kemerahan meluas ke kulit daerah perut berbau, bernanah) berarti bayi mengalami infeksi berat.

Klasifikasi Kemungkinan Panyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri

Tanda atau Gejala Klasifikasi

Tidak mau minum atau

memuntahkan semua ATAU

Riwayat kejang ATAU

Bergerak hanya jika distimulasi

ATAU

Napas cepat ATAU

Napas lambat ATAU

Tarikan dinding dada ke dalam

yang kuat ATAU

Merintih ATAU

Demam (≥ 37,5C) ATAU

Hipotermi ( <35,5C) ATAU

Nanah yang banyak di mata ATAU

Pusar kemerahan meluas sampai

dinding perut

PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT

Pustul kulit ATAU

Mata bernanah ATAU

Pusat kemerahan atau bernanah

INFEKSI BAKTERI LOKAL

Tidak terdapat salah satu tanda di

atas

MUNGKIN BUKAN INFEKSI

(26)

b. Diare

Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Biasanya bayi dehidrasi rewel dan gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi kehilangan cairan matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan kembali dengan lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk lihat apakah kulit itu kembali lagi dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik), lambat atau segera.

Klasifikasi Diare

Tanda dan Gejala Klasifikasi

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut:

Letargis atau tidak sadar

Mata Cekung

Cubitan kulit perut kembalinya

sangat lambat

DIARE DEHIDRASI BERAT

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut:

Gelisah atau rewel

Mata Cekung

Cubitan kulit perut kembali lambat

DIARE DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG

Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau ringan/sedang

DIARE TANPA DEHIDRASI

c. Ikterus

Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan sebagian besar (80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena ketidak cocokan gol. darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan saraf pusat).

(27)

Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu.Lihat tinja pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu.

Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER:

· Kramer 1: kuning pada daerah kepala dan leher.

· Kramer 2: kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas).

· Kramer 3: kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku.

· Kramer 4: kuning sampai pergelangan tangan dan kaki. · Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki.

Klasifikasi Ikterus

Tanda dan Gejala Klasifikasi

1) Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam) ATAU

2) Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari ATAU

3) Kuning sampai telapak tangan /telapak kaki ATAU

4) Tinja berwarna pucat

IKTERUS BERAT

5) Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai telapak tangan/kaki

IKTERUS

6) Tidak kuning TIDAK ADA

(28)

d. Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan Atau Masalah Pemberian ASI

Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi 6 bulan pertama kehidupannya, jika ada masalah pemberian ASI maka bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit.

Tanyakan: apakah IMD dilakukan, apakah ada kesulitan menyusui, apakah bayi diberi ASI dan berapa kali dalam 24 jam, apakah bayi diberi selain ASI. Lihat: apakah ada bercak putih di mulut, adakah celah bibir/

di langit-langit.

Timbang dan menentukan BB menurut umur dipakai standar WHO 2005 yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Bayi muda dengan berat badan rendah yang memiliki BB menurut umur < -3 SD (di bawah garis merah), antara -2 SD dan -3 SD (BB pada pita kuning), >-2 SD (tidak ada masalah BB rendah).

Penilaian Cara pemberian ASI (jika ada kesulitan pemberian ASI/diberi ASI kurang dari 8 jam dalam 24 jam, diberi selain ASI, BB rendah menurut umur).

1. Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir jika tidak sarankan ibu untuk menyusui, jika iya menunggu bayi mau menyusu lagi, amati pemberian ASI.

2. Lihat bayi menyusu dengan baik (posisi bayi benar, melekat dengan baik, mengisap dengan efektif).

(29)

Klasifikasi Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan Atau Masalah Pemberian Asi

Tanda dan Gejala Klasifikasi

1) Ada kesulitan pemberian ASI 2) )Berat badan menurut umur

rendah

3) ASI kurang dari 8 kali perhari 4) Mendapat makanan/minuman

lain selain ASI 5) Posisi bayi salah

6) Tidak melekat dengan baik 7) Tidak mengisap dengan efektif 8) Terdapat luka bercak putih 9) Terdapat celah bibir/

langit-langit

BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR DAN MASALAH PEMBERIAN ASI

Tidak terdapat tanda/gejala

diatas

BERAT BADAN TINDAK RENDAH MENURUT UMUR DAN TIDAK ADA MASALAH PEMBERIAN ASI

e. Memeriksa Status /Penyuntikan Vitamin K1

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka semua bayi yang berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN= Haemorrhagic Disease of the Newborn). Perdarahan bisa ringan atau berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan intrakranial dan untuk mencegah di atas maka semua bayi diberikan suntikan vit. K1 setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hb0.

f. Memeriksa Status Imunisasi

Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi pada saat persalinan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk mencegah terjadi infeksi vertikal bayi harus diimunisasi HB sedini mungkin.

(30)

Imunisasi HB0 diberikan (0-7 hari) di paha kanan selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG di lengan kiri dan polio diberikan 2 tetes oral yang dijadwalnya disesuaikan dengan tempat lahir.

g. Memeriksa masalah/keluhan Lain

1. Memeriksa kelainan bawaan/kongenital

Adalah kelainan pada bayi baru lahir bukan akibat trauma lahir dan untuk mengenali jenis kelainan lakukan pemeriksaan fisik (anensefalus, hidrosefalus, meningomielokel dll).

2. Memeriksa kemungkinan trauma lahir

Merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi pada proses persalinan (kaput suksedanium, sefal hematoma, dll).

3. Memeriksa perdarahan tali pusat

Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat longgar setelah beberapa hari dan bila tidak ditangani dapat syok.

h. Memeriksa masalah ibu

Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu kontak dengan Bayi Muda untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu. Masalah yang mungkin berpengaruh kepada kesehatan bayi:

1. Bagaimana keadaan ibu dan apakah ada keluhan (misalkan: demam, sakit kepala, pusing, depresi)

2. Apakah ada masalah tentang (pola makan-minum, waktu istirahat, kebiasaan BAK dan BAB)

3. Apakah lokea berbau, warna dan nyeri perineum 4. Apakah ASI lancar

5. Apakah ada kesulitan merawat bayi

6. Apakah ibu minum tablet besi, vit. A dan menggunakan alat kontrasepsi

(31)

C. Tindakan dan Pengobatan

Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan yang lebih baik dan sebelum merujuk lakukan pengobatan prarujukan dan minta

Informed Consent. Klasifikasi kuning dan hijau tidak

memerlukan rujukan.

a. Memerlukan Rujukan

Klasifikasi berat (warna merah muda) memerlukan rujukan segera, tetap lakukan pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga rujukan tidak terlambat, contoh:

1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat 2) Ikterus berat

3) Diare dehidrasi berat

Tindakan/Pengobatan Pra Rujukan 1) Kejang

a) Bebaskan jalan napas dan memberi oksigen

b) Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg= 0,6 ml IM, pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥ 2500 gr per rektal)

c) Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi

d) Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat rujukan

e) Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital

f) Beri dosis pertama antibiotika PP

2) Gangguan napas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat

a) Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu diganjal dengan gulungan kain

(32)

c) Jika apnor lakukan resusitasi 3) Hipotermi

a) Menghangatkan tubuh bayi

b) Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan beri ASI perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat menyebabkan kerusakan otak

c) Nasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan

d) Rujuk segeta 4) Ikterus

a) Cegah turunnya gula darah

b) Nasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat c) Rujuk segera

5) Gangguan saluran cerna

a) Jangan berikan makanan/minuman apapun peroral b) Cegah turunnya gula darah dengan infus

c) Jaga kehangatan bayi d) Rujuk segerta 6) Diare

a) Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB 30 ml/kg BB selama 1 jam

70 ml/ kg BB selama 5 jam

Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg BB/jam b) Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam

selama 6 jam (120 ml/kg BB)

c) Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi 7) Berat tubuh rendah dan atau gangguan pemberian ASI

a) Cegah penurunan gula darah dengan pemberian infus b) Jaga kehangatan bayi

(33)

b. Tidak Memerlukan Rujukan

Klasifikasi yang berwarna kuning dan hijau, misalnya infeksi bakteri lokal, mungkin bukan infeksi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, ikterus, berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI, berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI

Di bawah ini beberapa tindakan/pengobatan pada Bayi Muda yang tidak memerlukan rujukan:

1) Menghangatkan tubuh bayi segera 2) Mencegah gula darah tidak turun 3) Memberi antibiotik per oral yang sesuai 4) Mengobati infeksi bakteri lokal

5) Melakukan rehidrasi oral baik di klinik maupun di rumah 6) Mengobati luka atau bercak putih di mulut

7) Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi, menjaga bayi tetap hangat, memberi ASI sesering mungkin, imunisasi)

D. Konseling Bagi Ibu

Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan hijau

a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat, dosis, cara pemberian)

b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata /salep tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan bahan penyerap, luka dimulut dengan gentian violet)

c. Mengajari pemberian oralit

d. Menasihati ibu tentang pemberian ASI: pemberian ASI eksklusif, cara meningkatkan produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki, cara menyimpan ASI

(34)

e. Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal pemberian imunisasi

f. Menasihati ibu kapan harus segera membawa bayi kepetugas kesehatan dan kapan kunjungan ulang

g. Menasihati ibu tentang kesehatan dirinya

E. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak

Lanjut

Pada kunjungan ulang petugas dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat atau tindakan lainnya. Apabila anak mempunyai masalah lain gunakan penilaian awal lengkap pada kunjungan awal.

Kunjungan ulang: a. Dua hari

1) Infeksi bakteri lokal 2) Gangguan pemberian ASI 3) Luka atau bercak putih di mulut 4) Hipotermi sedang

5) Diare dengan dehidrasi ringan /sedang 6) Ikterus fisiologik jika tetap kuning b. 14 hari

(35)

BAB 4

MANAGEMEN TERPADU

BALITA SAKIT (MTBS)

MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau

Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu

pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh.

MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dan lain-lain.

Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita.Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi,

(36)

imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

A. Definisi MTBS

Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan

kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai

klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka kesakitan.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tata laksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun).

B. Tujuan MTBS

Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan

(37)

konttribusi terhadap pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.

Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu-ibu dalam merawat anaknya di rumah serta upaya mengoptimalkan sistem rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.

C. Proses Manajemen Kasus Balita Sakit

Proses manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, yaitu:

b. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun

Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik.

c. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan

Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Memilih suatu kategori atau klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnose spesifik penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.

(38)

Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.

e. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak lanjut.

Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:

a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tata laksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan nondokter, dapat pula memeriksa dan menangani pasien apabila sudah dilatih).

b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan

terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).

c. Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan

kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan

(39)

D. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2

Bulan – 5 Tahun

Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Penilaian Tanda & Gejala

Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah, kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernapas, adanya diare, lemah, masalah telinga, malnutrisi, anemia dan lain-lain).

a) Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernapas, tanda bahaya umum, tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, napas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih per menit sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali per menit.

b) Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah).

c) Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut, mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi

(40)

lemah, ektremitas dingin, muntah darah, berak hitam, perdarahan hidung, perdarahan bawah kulit, nyeri ulu hati, dan lain-lain.

d) Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya pembengkakan, adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari, dan lain-lain. e) Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan

kelihatan bertambah kurus, bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi di bawah garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.

2) Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.

a) Klasifikasi Pneumonia

Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

(1) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding dada kedalam,adanya stridor.

(2) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat.

(3) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya keluhan batuk.

b) Klasifikasi Dehidrasi

Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:

(41)

(1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, turgor kulit jelek sekali.

(2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah, rewet, mata cekung, haus, turgor jelek. (3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup

tanda adanya dehidrasi. c) Klasifikasi Diare Persisten

Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.

d) Klasifikasi Disentri

Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah. e) Klasifikasi Risiko Malaria

Pada klasifikasi risiko malaria ini dikelompokkan menjadi risiko tinggi rendah atau tampak risiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan risiko terhadap malaria ataukah pernah ke daerah yang berisiko, maka apabila terdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) Klasifikasi dengan risiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5⁰C atau lebih.

(2) Klasifikasi rendah terhadap malaria yang

(42)

dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa risiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk.

f) Klasifikasi Campak

Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan

adanya tanda bahaya umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.

(2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas.

g) Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu:

(1) DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptkie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif.

(43)

(2) Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie

(3) Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam.

h) Klasifikasi Masalah Telinga

Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:

(1) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di belakang telinga.

(2) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga.

(3) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih.

(4) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas.

i) Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.

2. Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah garis merah

3. Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti di atas.

(44)

3) Penentuan Tindakan & Pengobatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.

a) Pneumonia

Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut. Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah:

(1) Berikan dosis petama antibiotika

(2) Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim+ sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilin (3) Lakukan rujukan segera

b) Dehidrasi

Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:

(1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl

(2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravena

(3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum

(4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi

(45)

c) Diare Persisten

Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila ditemukan adanya kolera maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah: pilihan pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

d) Risiko Malaria

Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria dapat ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb:

(1) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muscular.

(2) Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah klorokuin+ primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan).

(3) Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin.

e) Campak

Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:

Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5⁰C), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

(46)

f) Demam Berdarah Dengue

Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan.

Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah:

(1) Berikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral selama perjalan.

(2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit.

(3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-20 ml/kg bb dalam /1 jam.

g) Masalah Telinga

Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.

h) Status Gizi

Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai adanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah risiko tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur

(47)

4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif.

4) Pemberian Konseling

Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:

a) Konseling pemberian makan pada anak

(1) Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.

(2) Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu b) Konseling pemberian cairan selama sakit

Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang.

c) Konseling kunjungan ulang

Pada pemberian konseling tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan pada ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan ibu harus segera ke petugas kesehatan.

(48)

5) Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut

a) Pnemonia

Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi napas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila napas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari.

b) Diare Persistem

Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur.

c) Disentri

Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masih mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya.

d) Risiko malaria

Pelayan tindak lanjut pada risiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap.

(49)

e) Campak

Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi atau memerhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar.

f) Demam Berdarah

Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada, apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat, akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

g) Masalah Telinga

Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktu kunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri di belakang telinga dan demam tinggi maka segera lakukan rujukan dan apabila masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga, apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara mengeringkannya, kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.

(50)

BAB 5

PEMANTAUAN

TUMBUH KEMBANG

A. Konsep Tumbuh Kembang

1. Definisi

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa. Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan per dedinisi yaitu:

a. Pertumbuhan

Petumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan

(51)

struktur organ-organ tubuh dan otak. Misalnya hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat dan mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental. Pertumbuhan fisik dapat diketahui dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan tanda-tanda seks sekunder.

b. Perkembangan

Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.

Perkembangan menyang-kut proses diferensiasi sel tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progesif, terarah dan terpadu/koheren. Progesif berarti perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke kepan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan berikutnya.

2. Tujuan

Tujuan ilmu tumbuh kembang adalah:

- Memahami pola normal tumbuh kembang anak.

- Mempelajari faktor-faktor yang terkait dengan tumbuh kembang anak.

- Melakukan upaya-upaya untuk menjaga dan

mengoptimalkan tumbuh kembang fisik, mental/kognitif, maupun sosial emosional.

(52)

- Melakukan deteksi dini terhadap kelainan tumbuh kembang dengan cara melakukan screning rutin serta melakukan assessment untuk menegakkan diagnosis dan mencari penyebab.

- Melakukan tata laksana yang komprehensif terhadap masalah-masalah yang terkait dengan tumbuh kembang anak, serta melakukan upaya pencegahan.

3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang anak memiliki cirri-ciri tertentu, yaitu: - Perkembangan melibatkan perubahan.

- Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.

- Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar.

- Pola perkembangan mempunyai karakterikstik yang dapat diramalkan.

- Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, - Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan.

- Terdapat harapan social untuk setiap perode

perkembangan.

- Setiap area perkembangan mempunyai potensi risiko. 4. Tahap Tumbuh Kembang

Tahap-tahap tumbuh kembang anak adalah: - Masa pranatal

a. Masa zigot/mudigah : konsepsi– 2minggu

b. Masa embrio : 2minggu-9/12minggu

c. Masa janin/fetus : 9/12minggu-lahir - Masa fetus dini : 9minggu-trimester2 - Masa fetus lanjut : trimester3 kehamilan - Masa bayi (infant)

a. Masa neonatal

(53)

- Masa neonatl lanjut : 8-28hari

b. Masa paskaneonatal : 29hari-12/15bulan - Masa anak dini ( toddlerhood): usia 1-3tahun - Masa prasekolah (early childhood): usia 3-6tahun - Masa sekolah

a) Masa praremaja (middle and late childhood): usia 6-18/20tahun

b) Masa remaja (adolescence)

- Masa remaja dini (early adolescence): 11-13tahun

- Masa remaja pertengahan (middle adolescence): 14-17tahun

- Masa remaja lanjut (late adolescence): 17-20 tahun

5. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi tiga kebutuhan dasar:

- Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

Kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan/gizi (kebutuhan terpenting), perawatan kesehatan dasar (imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak

secara teratur, pengobatan kalau sakit),

papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kebugaran jasmani, rekreasi dan lain-lain.

- Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)

Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang perlu kasih sayang yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengasuh dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tmbuh kembang yang optimal, baik fisik, mental maupun psikososial. Peran dan kehadiran ibu/pengasuh sedini dan selanggeng mungkin akan

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian perkiraan stabilitas transien sistem menggunakan data-data yang tidak diajarkan pada NN menunjukkan bahwa CNN dapat memperkirakan status stabilitas transien dengan

Untuk menjawab sub masalah nomor empat yaitu bagaimana keterampilan siswa dalam melakukan eksperimen dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V Sekolah

36 Perencanaan : proses perbuatan atau cara merencanakan sesuatu, merupakan suatu penyusunan kerangka kerja/gambaran dari apa yang dikerjakan. b) Perancangan

issue memiliki pengaruh lebih kuat dibandingkan kurs rupiah terhadap harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Ramya & Right issue Event study, t Right issue Bhuvaneshwari dan Harga

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang- undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan

Abin Syamsyudin Makmun, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung, Pustaka Eduka, 2010), hlm. Mulyasa., Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan, hlm.. rangka menyampaikan bahan pelajaran

Melihat kembali konteks pemilihan kepala daerah yang terdapat dalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan: “Gubernur, Bupati dan Walikota masing- masing

Dari kelima penelitian diatas, Ludiro 2011, maka peneliti ingin lebih mengembangkan cara membuat film dokumenter secara optimal baik dari aspek software, pengoperasian, hardware,