• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metode PVD Dan Cermaton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Metode PVD Dan Cermaton"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN METODE PVD DAN CERMATON PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH

DESIGN AND BUILD FLY OVER TELUK LAMONG (Makalah PPCP 54)

ROHMAT ROMDHANI

ENGINEERING

DEPARTEMEN SIPIL UMUM 2

PT. WIJAYA KARYA (Persero) Tbk

(2)

PERBANDINGAN METODE PVD DAN CERMATON

PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH

DESIGN AND BUILD FLY OVER TELUK LAMONG

Oleh

ROHMAT ROMDHANI

(Makalah PPCP)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akhir Progam Pelatihan Calon Pegawai

PT. WIJAYA KARYA (persero) Tbk Angkatan 54 tahun 2014

ENGINEERING

DEPARTEMEN SIPIL UMUM 2

PT. WIJAYA KARYA (Persero) Tbk

(3)

PERBANDINGAN METODE PVD DAN CERMATON PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH

DESAIN PROYEK FLY OVER TELUK LAMONG

(Makalah PPCP)

Diajukan oleh :

Rohmat Romdhani

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan ... 3 D. Manfaat ... 3 E. Batasan Masalah ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan ... 4

B. Daya Dukung Tanah ... 4

C. Penentuan Parameter Tanah dengan N-SPT ... 5

1. Korelasi nilai N-SPT terhadap Kohesi (Cu) ... 5

2. Korelasi N-SPT terhadap nilai internal friction (Ф) Tanah non kohesif. 6 3. Korelasi Nilai N-SPT terhadap nilai modulus elastisitas tanah... 7

4. Nilai N-SPT terhadap nilai over consolidated, OCR... 7

5. Korelasi N-SPT dengan kerapatan relativ pada tanah non-kohesif (G.Meyerhoff, 1956) ... 8

6. Korelasi N-SPT untuk menentukan berat volume tanah. ... 8

7. Parameter elastis berbagai jenis tanah ... 9

(7)

1. Koofisien Konsolidasi pada tanah berlapis (cv) ... 10

2. Waktu Konsolidasi ... 11

3. Compression index (Cc) ... 11

4. Overburden pressure (Po) ... 11

E. Metode Cermaton ... 12

1. Daya Dukung Tanah Dasar Terhadap Matras Beton ... 12

2. Daya Dukung Tiang Cerucuk ... 12

3. Daya Dukung Kelompok Tiang Cerucuk ... 13

F. Metode Prefabricated Vertical Drain (PVD) ... 13

G. Analisa Dengan Metode Elemen Hingga ... 15

III. METODOLOGI A. Lokasi Penelitian ... 17

B. Jenis Penelitian ... 18

C. Kerangka Berfikir ... 19

D. Tahap Pengumpulan Data ... 20

E. Tahap Analisa Data... 20

1. Prosedur Desain Cermaton Tanah Kohesif ... 20

2. Prosedur Desain Prefabricated Vertical Drain ... 21

F. Tahap Pembahasan ... 21

G. Tahap Kesimpulan ... 21

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Material Timbunan ... 22

B. Spesifikasi Material Cermaton ... 22

(8)

D. Area Galian dan Timbunan ... 23

E. Analisa Daya Dukung Tanah ... 24

F. Analisa Konsolidasi Akibat Penimbunan ... 25

1. Analisa konsolidasi dengan manual sheet ... 25

2. Analisa Stabilitas, Deformasi dan Konsolidasi dengan Elemen Hingga 27 G. Analisa Cerucuk Matras Beton ... 29

H. Analisa Prefabricated Vertical Drain (PVD) ... 33

I. Analisa Volume Dan Rencana Anggaran Biaya ... 37

1. Analisa Volume Cerucuk Matras Beton ... 37

2. Analisa Volume Prefabricated Vertical Drain ... 38

3. Analisa Biaya Metode Cerucuk Matras Beton ... 38

4. Analisa Biaya Metode PVD ... 40

5. Analisa Dampak Metode yang dipakai... 40

J. Analisa Waktu ... 42 K. Analisa Mutu ... 43 V. MANAJEMEN RISIKO A. Pendahuluan ... 45 B. Identifikasi Risiko ... 46 C. Pengukuran Risiko ... 46 1. Ratting akibatnya ... 47

2. Ratting probabilitas (peluang terjadinya) ... 47

D. Respon Risiko ... 49

E. Pengendalian Risiko ... 49

(9)

VI. RESUME ANALISA, SIMPULAN DAN SARAN

A. Resume Analisa ... 54

1. Konsolidasi dan Stabilitas Timbunan ... 54

2. Perbandingan Cermaton dan PVD... 54

B. Simpulan ... 56

C. Saran ... 56

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan nilai kohesi dan N-SPT pada tanah kohesif (terzaghi, 1943)

... 6

Gambar 2. Korelasi nilai Ф internal friction dan nilai N-SPT untuk tanah non kohesif ... 6

Gambar 3. Cerucuk Matras Beton (Cermaton) ... 12

Gambar 4. Prefabricated vertical drain ... 13

Gambar 5. Konfigurasi PVD ... 14

Gambar 6. Layout desain Proyek Fly Over Teluk Lamong ... 17

Gambar 7. Eksisting area proyek STA 2+500 ... 18

Gambar 8. Eksisting area proyek STA 4+900 ... 18

Gambar 9. Eksisting lintasan rel kereta api ... 18

Gambar 10. Spesifikasi Cermaton... 22

Gambar 11. Pemodelan dengan elemen hingga ... 27

Gambar 12. Tinggi kritis timbunan 1,5 m ... 27

Gambar 13. Timbunan h = 1,2 m dan t = 40 hari ... 28

Gambar 14. Konsolidasi minimum pore pressure ... 28

Gambar 15. Titik dan konfigurasi rencana Cermaton ... 29

Gambar 16. Perilaku tanah saat konstruksi ... 30

Gambar 17. Perilaku tanah saat minimum pore pressure ... 30

Gambar 18. Tahap pemancangan cerucuk ... 31

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Faktor – faktor kapasitas dukung tanah (Terzaghi, 1943) ... 5

Tabel 2. Korelasi N-SPT dengan relative density (Mayerhoff, 1956)... 8

Tabel 3. Korelasi N-SPT dengan qu (Das, 1984) ... 8

Tabel 4. Korelasi untuk N-SPT dengan berat volume tanah (Teng, 1962) ... 8

Tabel 5. Hubungan N-SPT dan kekuatan tanah kohesif (Terzaghi dan Peck, 1943) ... 9

Tabel 6. Parameter elastis tanah (Meyerhof, 1956) ... 9

Tabel 7. Kontrol metode Cermaton dan PVD ... 21

Tabel 8. Analisa daya dukung tanah dasar ... 24

Tabel 9. Analisa Penurunan Konsolidasi Lokasi P15 ... 25

Tabel 10. Analisa rata - rata Cv ... 25

Tabel 11. Waktu Konsolidasi dan Penurunan ... 26

Tabel 12. Alternatif desain Cermaton ... 32

Tabel 13. Faktor pengaruh hambatan (Fn) konfigurasi segitiga ... 34

Tabel 14. Faktor pengaruh hambatan (Fn) konfigurasi persegi ... 34

Tabel 15. Pola Segitiga, Alternatif jarak 110 cm ... 35

Tabel 16. Rekapitulasi hasil analisa waktu konsolidasi ... 36

Tabel 17. Biaya pekerjaan Cermaton CTC 1 m ... 39

Tabel 18. Biaya pekerjaan Cermaton CTC 1,5 m ... 39

Tabel 19. Biaya pekerjaan PVD CTC 1,1 m ... 40

Tabel 20. Rekapitulasi Harga PVD dan Cermaton ... 41

Tabel 21. Perbandingan analisa waktu Cermaton dan PVD ... 42

Tabel 22. Analisa mutu PVD dan Cermaton ... 43

Tabel 23. Kriteria ratting akibat risiko ... 47

Tabel 24. Kriteria ratting probabilitas ... 48

Tabel 25. Matriks analisa risiko ... 48

(12)

Tabel 27. Risk register pekerjaan PVD ... 51

Tabel 28. Risk register pekerjaan Cermaton ... 52

Tabel 29. Rekapitulasi biaya risiko ... 53

Tabel 30. status ratting pekerjaan PVD dan Cermaton ... 53

Tabel 31. Perhitungan konsolidasi Terzaghi dan Elemen Hingga ... 54

Tabel 32. Perbandingan metode perbaikan tanah dasar ... 54

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah menurut Braja M. Das adalah sebagai material yang terdiri dari agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong di antara partikel padat.

Dalam konstruksi, tanah berfungsi sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Maka diperlukan tanah dengan kondisi kuat menahan beban di atasnya dan menyebarkannya merata. Apabila tanah kurang baik maka perlu dilakukan perbaikan untuk mendapatkan data tanah sesuai kriteria konstruksi.

Pada proyek fly over akses tol di Teluk Lamong Surabaya, dari hasil Boring Log dilaporkan jenis tanah yang ada adalah tanah kohesif lunak. Tanah kohesif lunak cenderung memiliki daya dukung yang lemah dan kurang stabil sehingga berpotensi menimbulkan keruntuhan struktur. Oleh karena itu, dilakukan suatu metode perbaikan (ground improvement) untuk meningkatkan kualitas tanah yang lebih baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan sebuah konstruksi.

Makalah ini akan menganalisa efisiensi terhadap metode perbaikan daya dukung tanah pada pekerjaan timbunan proyek Fly Over Teluk Lamong Surabaya. Metode pekerjaan yang akan dianalisa menggunakan metode

Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan metode Cerucuk Matras Beton

(Cermaton). Perbandingan kedua metode ini didasarkan pada efisiensi terhadap biaya, mutu dan waktu serta risiko yang akan dihadapi.

(14)

B. Rumusan Masalah

Konstruksi tanah lunak dengan daya dukung rendah kurang menguntungkan secara teknis apabila dibangun suatu konstruksi. Untuk membangun pada kondisi tanah lunak harus dilakukan pekerjaan perbaikan tanah. Proses perbaikan tanah dengan memberikan pembebanan (preloading) yang menghasilkan penurunan tanah hingga mencapai kondisi daya dukung yang diinginkan memerlukan waktu konsolidasi yang lama. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi.

Metode – metode untuk mengatasi permasalahan tersebut telah banyak dilakukan. Diantaranya menggunakan kombinasi antara preloading bertahap dan penggunaan Prefabricated Vertical Drain (PVD), metode ini dilakukan untuk mempercapat proses konsolidasi pada tanah lunak sehingga mendapatkan daya dukung tanah rencana dalam waktu yang optimal (relatif singkat).

Berbeda dengan PVD, metode Cerucuk Matras Beton (Cermaton) adalah metode perbaikan daya dukung tanah dengan memancangkan mini pile pada titik dan konfigurasi yang telah direncanakan kemudian di top mini pile di pasangkan pelat beton. Proses konsolidasi pada tanah lunak pasti terjadi, namun pada metode Cermaton akan memperlambat laju konsolidasi pada waktu yang panjang dengan penurunan yang kecil. Hal ini disebabkan daya dukung pada mini pile dan pelat beton yang seolah – olah melayang diatasnya.

Untuk itu diperlukan analisa khusus mengenai timbunan, stabilitas dan penurunannya, serta metode perkuatan yang dibutuhkan sehingga mendapatkan efisiensi pada biaya, mutu, waktu dan risiko pekerjaan yang optimal.

(15)

C. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah memilih metode perbaikan daya dukung tanah dasar pada desain pekerjaan timbunan tanah yang efisien terhadap biaya, mutu dan waktu pada Proyek Fly Over Teluk Lamong, Surabaya.

D. Manfaat

1. Memberikan masukan alternatif untuk desain perbaikan daya dukung tanah dasar pada pekerjaan timbunan Proyek Fly Over Teluk Lamong terhadap aspek biaya, mutu dan waktu.

2. Sebagai bahan bacaan perkembangan teknologi pada perbaikan tanah lempung.

3. Salah satu syarat menjadi pegawai PT. Wijaya Karya.

E. Batasan Masalah

1. Analisa dilakukan terhadap perbaikan daya dukung tanah dasar pada pekerjaan timbunan tanah Proyek Fly Over Teluk Lamong dengan menggunakan Metode PVD dan Metode Cermaton.

2. Analisa dilakukan terhadap desain perbaikan daya dukung tanah ditinjau dari biaya, mutu, waktu dan risiko pekerjaan pada pekerjaan timbunan tanah.

3. Data profil dan parameter tanah berdasarkan klasifikasi dari uji N-SPT dan uji Laboratorium Mekanika Tanah.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Dalam melakukan suatu metode perbaikan tanah, diperlukan dasar pengetahuan yang cukup mengenai ilmu geoteknik. Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori teori dasar parameter tanah, penurunan tanah, peristiwa konsolidasi, daya dukung tanah, serta metode – metode untuk peningkatan daya dukung tanah.

B. Daya Dukung Tanah

Dalam perencanaan perhitungan kapasitas kemampuan daya dukung tanah dapat dihitung berdasarkan teori terzaghi 1943.

qult = c.Nc + q.Nq + 0,5. γ.N γ ... (pers 1) qall = qult/SF

Keterangan :

qult : daya dukung tanah (KN/m2)

Nc : faktor kehesi tanah

Nq : faktor kapasitas dukung tanah

γ : Gamma tanah

Nγ : faktor berat volume tanah

Nilai nilai faktor pengali kapasitas daya dukung tanah tersebut dapat dihitung berdasarkan hubunganya terhadap nilai sudut geser dalam tanah

(17)

Tabel 1. Faktor – faktor kapasitas dukung tanah (Terzaghi, 1943)

Kondisi keruntuhan geser lokal (local shear failure) dapat dianggap terjadi bila nilai N<5, sedangkan keruntuhan geser umum (general shear failure) terjadi bila N>30.

C. Penentuan Parameter Tanah dengan N-SPT

Kesalahan dalam mengidentifikasi tanah yang ditinjau akan berakibat fatal karena dapat menyababkan kesalahan hasil perencanaan. Oleh karena itu, parameter tanah yang digunakan harus sebisa mungkin menggambarkan karakter tanah yang akan ditinjau.

Dari hasil uji N-SPT yang diperoleh, dapat dilakukan pendekatan korelasi untuk memperoleh nilai – nilai parameter tanah yang digunkan dalam perencanaan seperti kohesi (Cu), modulus elastisitas tanah (E), berat jenis tanah dan internal friction.

1. Korelasi nilai N-SPT terhadap Kohesi (Cu)

Nilai Kohesi (Cu) menunjukan besarnya kohesi tanah dalam kondisi tak terdraenase. Berdasarkan grafik pada gambar 1, secara umum nilai Cu dapat diambil sebesar 0,6 kali nilai N-SPT dimana Cu dalam satuan

ton/m3. Internal friction (o) Nc Nq Nc' Nq' NƮ' 0,0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0 5,0 6,7 1,4 0,5 6,7 1,4 0,2 10,0 8,0 1,9 1,2 8,0 1,9 0,5 15,0 9,7 2,7 2,5 9,7 2,7 0,9 20,0 11,8 3,9 5,0 11,8 3,9 1,7 25,0 14,8 5,6 9,7 14,8 5,6 3,2 30,0 19,0 8,3 19,7 19,0 8,3 5,7 34,0 23,7 11,7 35,0 23,7 11,7 9,0 Medium 35,0 25,2 12,6 42,4 25,2 12,6 10,1 40,0 34,9 20,5 100,4 34,9 20,5 18,8 Dense

Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Local

Loose Very loose

(18)

Gambar 1. Hubungan nilai kohesi dan N-SPT pada tanah kohesif (terzaghi, 1943)

2. Korelasi N-SPT terhadap nilai internal friction (Ф) Tanah non kohesif.

Nilai internal friction (Ф) dapat diperoleh menggunakan grafik hubungan antara nilai N-SPT dengan internal friction (Ф) yang dilaporkan oleh peck, hanson dan thornburn (1953) untuk tanah non kohesif/pasir.

Gambar 2. Korelasi nilai Ф internal friction dan nilai N-SPT untuk tanah non kohesif

(19)

3. Korelasi Nilai N-SPT terhadap nilai modulus elastisitas tanah

Schmermann (1970) menyatakan bahwa modulus elastisitas tanah

dapat diperoleh menggunakan korelasi nilai dari data pengujian N-SPT sebagai berikut :

a. Korelasi pada tanah pasir

Es (KN/m2) = 766*N-SPT ...(Pers. 2)

Es = 2 qc ...(Pers. 3)

b. Korelasi pada tanah lempung

Nilai modulus elastisitas tanah lempung sangat dipengaruhi oleh riwayat pembebanan yang bekerja pada tanah tersebut, yaitu dibedakan kedalam tanah lempung normally consolidated dan over consolidated. a) Tanah lempung normally consolidated (NC)

Eu = 250 Cu – 500 Cu ...(Pers. 4)

b) Tanah lempung over consolidated (OC)

Eu = 750 Cu – 1000 Cu …...…...(Pers. 5)

Dimana Cu = kohesi lempung pada kondisi undrained.

4. Nilai N-SPT terhadap nilai over consolidated, OCR

OCR = 0,193 (N/σ’v)0,689 ...……...(Pers. 6)

(20)

5. Korelasi N-SPT dengan kerapatan relativ pada tanah non-kohesif

(G.Meyerhoff, 1956)

Tabel 2. Korelasi N-SPT dengan relative density (Mayerhoff, 1956)

Tabel 3. Korelasi N-SPT dengan qu (Das, 1984)

6. Korelasi N-SPT untuk menentukan berat volume tanah.

Tanah Pasir (non – kohesif) oleh Teng pada tahun 1962 dilaporkan bahwa parameter berat volume tanah dapat dilakukan pendekatan dari hasil N-SPT. Pendekatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Korelasi untuk N-SPT dengan berat volume tanah (Teng, 1962)

Compactness Relative Density (%) N-SPT (blows.ft) Angle of internal friction (deg) Unit Weight Moist (pcf) Submerged (pcf) Very lose 0-15 0-4 <28 <100 <60 Loose 16-35 5-10 28-30 95-125 55-65 Medium 36-65 11-30 31-36 110-130 60-70 Dense 66-85 31-50 37-41 110-140 65-85 Very Dense 86-100 >51 >41 >130 >75

(21)

Tanah Lempung (kohesif) oleh Terzaghi dan Peck,1943 dilaporkan bahwa parameter berat volume tanah kohesif dapat dilakukan pendekatan dari hasil N-SPT. Lihat tabel 5.

Tabel 5. Hubungan N-SPT dan kekuatan tanah kohesif (Terzaghi dan Peck, 1943)

N-SPT Blows-feet Konsistensi Qu (unconfined compresive strenght) tons/ft2 Υsat KN/m3 <2 Very soft <0,25 16-19 2-4 Soft 0,25-0,50 16-19 4-8 Medium 0,50-1,00 17-20 8-15 Stiff 1,00-2,00 19-22 15-30 Very stiff 2,00-4,00 19-22 >30 Hard >4,00 19-22

7. Parameter elastis berbagai jenis tanah

(22)

D. Konsolidasi (Consolidation)

Konsolidasi adalah proses dimana tekanan air pori berlebih akibat peningkatan tegangan pada lapisan tanah sehingga air pori terdisipasi dari dalam tanah. Semakin tinggi nilai permeabilitas tanah maka semakin cepat waktu konsolidasi dan sebaliknya. Oleh karena itu, pada tanah kohesif waktu konsolidasinya panjang karena memiliki sifat permeabilitas yang rendah.

Besaran nilai konsolidasi pada umunya ditinjau berdasarkan teori terzaghi (1967) dengan asumsi kondisi tanah sebagai berikut :

- Konsolidasi tanah terjadi satu dimensi yaitu ke arah vertikal.

- Lempung yang terkonsolidasi merupakan lapisan tanah yang jenuh, homogen dan isotropis.

- Partikel butiran tanah dan air tak dapat ditekan (incompressible) - Nilai regangan tanah akibat beban luar masih dalam batas elastis

- Koofisien kompresibilitas (mv), permeabilitas (k) dan konsolidasi (cv)

konstan sepanjang proses konsolidasi.

1. Koofisien Konsolidasi pada tanah berlapis (cv)

Koofisien konsolidasi vertikal (cv) menentukan kecepatan waktu

pengaliran air pada arah vertikal dalam tanah. Pada umumnya konsolidasi berlangsung pada arah vertikal saja, maka koofisen konsolidasi sangat berpengaruh terhadap kecepatan konsolidasi.

Cv =

...…...………...….(Pers. 15)

Keterangan :

Cv : Koofisien konsolidasi (cm2/detik)

Tv : Faktor waktu yang tergantung derajat konsolidasi (U)

t : waktu untuk mencapai derajat konsolidasi U % (detik)

(23)

2. Waktu Konsolidasi

Proses keluarnya air pori dari lapisan lempung merupakan fungsi dari waktu. Derajat konsolidasi (U) lapisan lempung pada suatu waktu setelah terjadi tambahan tekanan diatas lapisan lempung dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini :

U = …....………...….…………...….(Pers. 16)

Durasi (t) untuk mencapai derajat konsolidasi dapat diperkirakan dengan meggunakan persamaan 15.

3. Compression index (Cc)

Nilai indeks kompresi dapat diperoleh melalui pengujian tanah di laboratorium. Apabila tidak ada pengujian, terzaghi dan peck (1967) menyarankan rumus empiris indeks pemampatan persamaan berikut :

a) Tanah lempung yang tak terganggu (undisturbed clay)

Cc = 0,009 (LL-10) ...(Pers. 17)

b) Tanah lempung yang terbentuk kembali (remolded)

Cc = 0,007 (LL-10) ...(Pers. 18)

4. Overburden pressure (Po)

Overburden pressure merupakan tekanan yang diterima oleh suatu

lapisan tanah akibat dari tegangan yang bekerja pada tanah itu sendiri. Perhitungan overbuden pressure dapat dihitung dengan persamaan :

P0 = (Ysat – Yw) H …...………...….(Pers. 19)

Keterangan :

Ysat : Berat volume tanah jenuh (KN/m3)

(24)

E. Metode Cermaton

Cermaton atau Cerucuk Matras Beton adalah Tiang Beton Pracetak. yang berbentuk persegi atau segitiga dengan sisi ukuran 10 – 40 cm dan di pancangkan kedalam tanah, sedangkan matras beton pracetak dipasangkan di atas cerucuk beton.

Gambar 3. Cerucuk Matras Beton (Cermaton)

1. Daya Dukung Tanah Dasar Terhadap Matras Beton

Daya dukung tanah adalah perlawanan yang dilakukan oleh butir – butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Untuk menghitung daya dukung tanah dapat menggunakan persamaan 1.

2. Daya Dukung Tiang Cerucuk

Untuk menghitung besarnya daya dukung tiang cerucuk dapat menggunakan persamaan (Asumsi tiang tunggal).

Qv = Qs + Qb ...………...………...….(Pers. 20)

Qs= Fc. Kcr. cu.Cp.L .…………...………...….(Pers. 21)

Qb = Nc . cu. Ab .…..………...………...….(Pers. 22)

Keterangan :

Qv : daya dukung vertikal rencana

Qs : daya dukung oleh tahanan keliling tiang Qb : daya dukung oleh tahanan ujung tiang

(25)

3. Daya Dukung Kelompok Tiang Cerucuk

Jika jarak tiang S ≥ 3,5D maka Qvk = Qv.n. η …...….….(Pers. 23)

Jika jarak tiang S < 3,5D maka Qvk = Qv.n ….…….…..(Pers. 24)

Dimana η =

Keterangan :

S : Jarak antar tiang

D : Diameter tiang

Qvk : Daya dukung kelompok cerucuk

n : Jumlah tiang

η : faktor efisiensi kelompok cerucuk

F. Metode Prefabricated Vertical Drain (PVD)

Prefabricated Vertical Drain (PVD) adalah lembaran plastik yang panjang

dan berkantung yang merupakan kombinasi antara bahan inti (core)

polypropylene berkekuatan mekanik tinggi dan lapisan pembungkus dari

bahan geotekstil. Bagian inti produk ini tersedia dalam tiga jenis kontur yang berbeda - beda, sesuai dengan kecepatan aliran drainase yang diinginkan. PVD berfungsi untuk mempercepat proses konsolidasi tanah, terutama pada jenis tanah lempung (clay) atau lanau (silty clay).

(26)

Perhitungan waktu konsolidasi menggunakan asumsi konsolidasi 1 arah dengan vertival drain menggunkan persamaan rumus rendulic seperti pada persamaan berikut :

Ur = 1- ……...…………...….(Pers. 25)

F(n) = . ln(n) …...…...…………...….(Pers. 26) Tr = …...…...…………...….(Pers. 27)

Keterangan :

Ur : Derajat konsolidasi arah radial N : D/d = R/rd

D : Diameter ekivalen silinder tanah disekeliling PVD

D = 1,13.S (untuk konfigurasi persegi) D = 1,06.S (untuk konfigurasi segitiga)

Gambar 5. Konfigurasi PVD

Untuk PVD yang tidak berbentuk lingkaran, perlu dilakukan perhitungan ekuivalensinya terhadap dimensi lingkaran, yaitu :

d = …...…...…………...….(Pers. 28)

Keterangan :

d : ekuivalensi diameter

a : panjang PVD

(27)

G. Analisa Dengan Metode Elemen Hingga

Metode elemen hingga adalah cara pendekatan solusi analisa numerik dimana struktur kontinum dengan derajat kebebasan tak hingga disederhanakan dengan diskretisasi kontinum kedalam elemen – elemen kecil yang umumnya memiliki geometri lebih sederhana dengan derajat kebebasan tertentu, sehingga lebih mudah dianalisa. Elemen – elemen diferensial ini memiliki asumsi fungsi perpindahan yang dikontrol pada nodal – nodalnya. Pada nodal tersebut diberikan syarat keseimbangan dan kompabilitas. Perpindahan pada titik lain diasumsikan dipengaruhi oleh nilai nodal. Dengan menerapkan prinsip energi disusun matriks kekakuan untuk tiap elemen dan kemudian diturunkan persamaan keseimbanganya pada tiap nodal dari elemen dikret sesuai dengan kontribusi elemenya.

Persamaan keseimbangan yang berbentuk persamaan aljabar simultan ini diselesaikan sehingga perpindahan nodal dapat diperoleh. Regangan nodal dapat dihitung dari derajat kebebasan nodal, sehingga teganganya dapat ditentukan. Persamaan tersebut diselesaikan dalam matriks dibawah ini :

{έ} =[C]{σ} …...…...…………...….(Pers. 29) Dengan, [C] =

Maka persamaan diatas dapat ditulis :

{σ} = [C]-1{έ} = [E]{έ} ...…...………...….(Pers. 30)

Jika diketahui {έ} adalah displesment suatu node pada koordinat local maka : {έ} = [D] {u} ………...…...….(Pers. 31) Dimana, [E] = [C]-1 =

(28)

Hubungan antara displesment pada tiap – tiap node dengan gaya luar dapat dituliskan sebagai, jika {u} menyatakan general displecement dan {q} menyatakan displacement titik nodal, maka terdapat hubungan antara keduanya sebagai berikut :

{u} = [N]{q} ………...…...….(Pers. 31)

Dimana [N] adalah fungsi bentuk displecement. Substitusi pers. 31 ke pers. 30.

{έ} = [D][N]{q} ………...…...….(Pers. 32)

{έ} = [B]{q}

{B}= [D][N] ………...…...….(Pers. 33)

[B] adalah regangan yang terjadi disembarang titik dalam elemen akibat satu – satuan peralihan titik nodal. Substitusi pers. 33 ke pers. 29, menghasilkan :

{σ} = [E][B]{q} ………...…...….(Pers. 34)

Substitusi pers. 29, pers. 31 da pers, 32 ke persamaan :

∫ ∫

Maka, persamaan hubungan tegangan luar dan regangan dapat ditulis :

{Pb} = ∫ [ ] { }

[K] = ∫ [ ] [ ]

Maka pers. 35 dapat ditulis :

[K]{q} = {p}+{pb} ………...…...….(Pers. 35)

Diamana, [Pb] adalah gaya nodal ekuivalen akibat bekerjanya gaya badan. Jika gaya badan tidak disertakan, maka pers. 35 dapat ditulis :

(29)

III. METODOLOGI

A. Lokasi Penelitian

Lokasi proyek berada di Teluk Lamong, Surabaya jawa timur. Dengan batas – batas :

Batas Utara : Laut Teluk Lamong

Batas Selatan : Stadion Bung Tomo, Tambak Garam

Batas Barat : Tambak Garam Osowilangon, Tol Surabaya – Gresik

Batas Timur : Tambak Garam Osowilangon, Jalan Osowilangon

Gambar 6. Layout desain Proyek Fly Over Teluk Lamong

Kondisi eksisting permukaan tanah di area proyek merupakan daerah rawa, pertanian tambak udang, lokasi produksi garam serta, aliran anak sungai serta Rel Kereta Api (PT. KAI). Di bawah ini beberapa gambar kondisi eksisting. STA 0+000 STA 5+000 Lokasi Rencana Proyek STA 4+550 STA 2+500 STA 3+000

(30)

Gambar 7. Eksisting area proyek STA 2+500

Gambar 8. Eksisting area proyek STA 4+900

Gambar 9. Eksisting lintasan rel kereta api

B. Jenis Penelitian

Makalah ini merupakan jenis penelitian evaluasi yaitu mengevaluasi pekerjaan yang pernah atau sudah dikerjakan. Penelitian evaluasi menganalisa dukungan dan hambatan terhadap input, proses dan output untuk menghasilkan keputusan dalam dua pilihan atau lebih.

(31)

C. Kerangka Berfikir

Analisa Risiko

Analisa Hasil Penelitian Kesimpulan dan Rekomendasi

Mulai

Studi Pustaka & Pengumpulan Data

Metode PVD Metode Cermaton

Desain pembebanan Tanah Timbunan, Analisa Kebutuhan dan Konfigurasi

PVD terhadap waktu konsolidasi rencana, analisa waktu konsolidasi,

analisa stabilitas, keruntuhan dan penurunan.

Analisa Daya dukung tanah result.

Analisa pekerjaan Timbunan dan Perbaikan Daya Dukung Tanah dari aspek :

Aspek Biaya Aspek Mutu Aspek Waktu

Analisa pembebanan Tanah Timbunan, Desain mini pile dan pelat dek terhadap

beban timbunan dan daya dukung rencana, analisa stabilitas, keruntuhan

dan penurunan, analisa konsolidasi jangka panjang

Analisa Daya dukung tanah result.

(32)

D. Tahap Pengumpulan Data

Proyek Pembangunan Fly Over Teluk Lamong merupakan pekerjaan

design and build. Pada saat ini masih dalam tahap desain sehingga data yang

digunakan berupa data sekunder yang diperoleh melalui lembaga terkait. Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Laboratorium Jasa Konstruksi PT. Wijaya Karya dan brosur spesifikasi produk. Data tersebut meliputi :

1. Data Uji NSPT dan data parameter tanah

2. Design drawing pembangunan Fly Over Teluk Lamong 3. Data spesifikasi material Cermaton dan PVD.

Pengumpulan data sekunder dan teori dasar dilaksanakan dari bulan Agustus 2014 , setelah data terkumpul dilaksanakan proses kajian dan analis untuk tercapainya tujuan dari makalah ini.

E. Tahap Analisa Data

1. Prosedur Desain Cermaton Tanah Kohesif

a. Profil tanah. Dari hasil investigasi tanah akan didaptkan data profil tanah serta muka air tanah. Akan diperoleh juga parameter – parameter kekuatan tanah berdasarkan klasifikasi, uji lapangan atau hasil test laboratorium.

b. Dimensi matras dan tiang beton terhadap beban timbunan serta daya dukung izin. Memilih jenis tiang, panjang dan bentuk tiang. Kemudian menghitung daya dukung izin.

c. Menentukan jumlah, posisi dan konfigurasi tiang penyusunanya. Perkirakan jumlah tiang yang dibututuhkan dengan membagi beban dengan daya dukung izin dari satu tiang lalu menghitung daya dukung group tiang.

d. Menghitung settlement pada kelompok mini pile. Terdapat dua macam settlement pada tanah kohesif, yaitu settlement jangka pendek dan settlemet jangka panjang. Settlement total harus memenuhi persyaratan settlement maksimum izin.

(33)

2. Prosedur Desain Prefabricated Vertical Drain

a. Profil tanah. Dari hasil investigasi tanah akan didaptkan data profil tanah serta muka air tanah. Akan diperoleh juga parameter – parameter kekuatan tanah berdasarkan klasifikasi, uji lapangan atau hasil test laboratorium.

b. Menghitung konsolidasi eksisting tanah lempung akibat preloading sehingga diketahui waktu dan besar penurunan

c. Menentukan perencanaan PVD yang paling efisien (Jarak, pola dan kedalaman PVD) sesuai dengan waktu tercapainya konsolidasi rencana d. Mengontrol waktu penurunan konsolidasi dan volume material PVD

setelah dilakukan preloading + PVD.

F. Tahap Pembahasan

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap analisa data sebelum menarik kesimpulan. Aspek yang ditinjau berkaitan dengan Biaya, Mutu, Waktu dan Manajemen Risiko terhadap 2 metode yang dianalisa yaitu Metode Cermaton dan Metode PVD. Perlu dilakukan kontrol terhadap 2 metode ini sehingga mendapatkan kesimpulan yang dapat menjawab tujuan. Adapun lembar kontrol yang dilakukan adalah :

Tabel 7. Kontrol metode Cermaton dan PVD

Metode Desain

Optimal Biaya Mutu Waktu

Manajemen

Risiko Kesimpulan

Cermaton PVD

G. Tahap Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan, dilakukan penarikan kesimpulan terhadap metode yang lebih efisien pada pekerjaan timbunan tanah proyek Fly Over Teluk Lamong sehingga dapat menjadi masukan untuk desain sebelum melakukan penawaran kepada ouwner.

(34)

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Spesifikasi Material Timbunan

Material timbunan merupakan timbunan pilihan yang digunakan untuk mendapatkan elevasi rencana. Ketinggian timbunan maksimum pada proyek ini adalah 2 m. Persyaratan tanah timbunan yang harus dipenuhi dalam syarat spesifikasi adalah :

- Material timbunan pasir terdiri atas material pasir halus dan kasar serta memiliki kandungan halus (partikel lolos saringan 0,063 mm)

- Sudut geser minimum material 30o

- Material memiliki koofesien keseragaman yang lebih besar dari 2,5

B. Spesifikasi Material Cermaton

Spesifikasi material Cermaton di desain berdasarkan beban timbunan (dead

load) dan beban hidup (live load) yang bekerja.

- Mutu beton f’c 41,5 Mpa

- Matras beton 1400 mm x1400 mm x130 mm - Cerucuk beton 150.150.4000 mm

- Joint socket pelat baja 3 mm dengan asphalt coating

(35)

C. Spesifikasi Material PVD

- Bahan vertical drain harus cukup kuat dan lentur untuk mencegah terjadinya diskontinuitas akibat tegangan yang timbul selama dan setelah pemancangan atau pemasangan vertical drain sampai selesainya pengaliran air pada tingkat konsolidasinya tercapai

- Material vertical drain harus memiliki permeabilitas yang mencukupi - Material vertical drain harus memenuhi standar ASTM

1. Bahan : polypropylene 2. Berat : 88 gram/m 3. Lebar : 100 mm 4. Tebal : 4 mm 5. Tensile strenght : 2,7 kN 6. Elongation at break : 40%

D. Area Galian dan Timbunan

Berdasarkan lokasi penyelidikan tanah, maka area galian dan timbunan pada proyek ini adalah :

1. STA 2+500 s/d STA 3+000

Terdapat tambak udang dan tambak garam dengan elevasi eksisting +3,691 m s/d +4,00 m , sehingga didaerah ini ada timbunan dengan elevasi rencana +5,172 m s/d + 6,12 m, timbunan maksimum 2,12 m. Data tanah yang terdekat adalah P 15.

2. STA. 4+500 s/d STA. 4+950

Merupakan kawasan tambak udang dengan elevasi eksisting +5,875 m s/d +6,842 m, timbunan rata – rata 0,8 m s/d 1 m. Data tanah yang terdekat adalah BP 32.

(36)

E. Analisa Daya Dukung Tanah

Analisa dilakukan pada STA 2+500 s/d STA 3+200, berdasarkan hasil penyelidikan tanah lapangan, diperoleh informasi bahwa sebagian besar tanah di area ini didominasi oleh tanah yang lunak hingga medium dengan nilai NSPT antara 2 hingga 5 hingga kedalaman 18 m. Tanah lunak ini terdiri dari tanah lempung dengan plastisitas tinggi, konsistensi lunak s/d sedang hingga kedalaman 17 m. Kedalaman 18 m, nilai NSPT 10 dan kondisi tanah lempung, plastisitas sedang konsistensi kaku s/d sangat kaku. lalu diikuti oleh tanah lempung pasir hingga kedalaman 26 m, lalu didaptkan tanah NSPT 35 pada kedalaman 34 m. (Data NSPT terlampir).

Pengujian laboratorium juga dilakukan untuk lokasi ini. 1 tabung UDS diambil pada kedalaman 7.5 m – 8 m dan 19.5 m – 20 m, yaitu pada lapisan lempung kehitaman dan plastisitas tinggi. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa kuat geser tanah pada lapisan lanau organik ini sangat

rendah, kurang dari 0.1 kg/cm2, selain itu juga lapisan ini sangat kompressibel,

dimana nilai koefisien kompresinya mencapai 1.3, dan nilai angka porinya mencapai 2.94.

Dari data uji laboratorium, dihitung kemampuan daya dukung tanah dasar terhadap beban yang akan diberikan yaitu beban timbunan. Timbunan yang

mampu dipikul pada tahap awal penimbunan ≤ 27,54 KN/m2

atau tinggi timbunan berkisar 1.5 m. Langkah yang dapat dilakukan adalah menunggu terjadi konsolidasi akibat preloading dalam jangka waktu tertentu kemudian dilakukan penimbunan kembali. Cara ini butuh waktu yang lama.

Tabel 8. Analisa daya dukung tanah dasar

Depth m Type γ kN/m3 0 qu kN/m2 5,15 6,7 1,4 0,2 27,54 6 Clay 1 14,07 5,15 6,7 1,4 0,2 67,43 c kN/m2 3,90 4,50 12 Clay 1 14,50 5,21 6,7 1,4 0,2 110,56

Keruntuhan Geser Local

Nc Nq Clay 1 14,07 φ o 18 Clay 2 13,83 5,49 6,7 1,4 0,2 137,11 4,50 5,10 22 Clay 3 15,50 5,49 5,10 6,7 1,4 0,2 211,29

(37)

F. Analisa Konsolidasi Akibat Penimbunan

1. Analisa konsolidasi dengan manual sheet

Berdasarkan spesifikasi tanah timbunan yang digunakan adalah :

Berat Kering (γd) = kN/m

3

Berat Saturated (γsat) = kN/m3

Kohesi (c) = kN/m2

φ = o

Berat air (γw) = kN/m

3

Beban Kontainer/Tambahan = kN/m2

Beban Tanah timbunan = kN/m2

∆P Beban Tambahan = kN/m2 18,5 46,25 = 46,25 19 15 35 9,8 0

Tinggi di atas muka air = m

Kedalaman di bawah muka air = m

2,5 0

Tabel 9. Analisa Penurunan Konsolidasi Lokasi P15

-Table 2. Consolidation Settlement Calculation

po + Δp = Cc/(1+eo) 0,50 0,78 0,89 1,11 ∆p 6 Settlement Interval (m) (t/m3 ) (t/m2) (t/m2) 1,24 (m) (cm) 0 1,99 199,12 3,84 4,63 484,44 6 0,43 1,28 566,27 2,5 m 6 0,43 4,63 ∆s 6,53 4,63 18 22 4 0,40 8,75 4,63 1,61 360,32 0,82 38,91

Fill Height Depth hi γ' po

20,41 18,50

6 12

12 18 6 0,47

Tabel 10. Analisa rata - rata Cv

0 - 6 6 - 12 12 - 18 18 - 22 0,0000001 0,0000001 5,465 369,375 1,689 Clay 3 22,50 1,424 Clay 1 5,00 3,4654 0,0000001 0,0017 600,000 10,00 3,2516 0,0000001 α (cm2 / sec) k (cm / sec) (cm) Cv H-equiv 2,7610 0,0062 211,250 1,312 1,040 Clay 1 0,0033 437,987 Cv*H-equiv Total 1618,612 Clay 2 15,00 3,0479 0,0046

Fill Depth Soil Height Interval Type

qc (kg / cm2)

m 2,5

(38)

H-equivalent = cm = m Average of Cv = cm2 / sec = 0,0292 m2 / day 16,186 0,0034 1618,612

Tabel 11. Waktu Konsolidasi dan Penurunan

t (s) t (days)

(cm)

0 0 0,0000 0,00 0 0 0,00

U Tv t (ye ars) Se ttle me nt Uv (%)

637,67 40 0,126 3,1004 75,37 40 97774431 1131,65 30 0,071 1,7471 56,58 30 55095116 71,85 20 0,031 0,7628 37,39 20 24055614 278,42 10 0,008 0,1969 18,99 10 6207900 3619,48 80 0,567 13,9518 150,53 80 439984938 5092,42 70 0,403 9,9164 131,75 70 312722981 1769,32 60 0,287 7,0620 113,05 60 222708426 2577,64 50 0,197 4,8475 94,24 50 152869547 7616,17 90 0,848 20,8662 169,36 90 658037439

Grafik 1. Time Vs Consolidation

Perhitungan diatas menunjukan bahwa timbunan tanah h : 2 m pada tanah dasar area STA 2+500 s/d STA 3+000, waktu konsolidasi selama 20,86 tahun. Konsolidasi ini diikuti oleh turunya permukaan timbunan hingga mencapai 169 m. Atas dasar engineering judgement ini perlu dilakukan perbaikan tanah dasar untuk mampu menahan beban yang akan diberikan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 % C on so lid at ion Time (years)

(39)

2. Analisa Stabilitas, Deformasi dan Konsolidasi dengan Elemen Hingga Timbunan per layer 40 cm dan kondisi tanah berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium, lalu dimodelkan dengan menggunakan elemen hingga seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 11. Pemodelan dengan elemen hingga

Penimbunan dimodelkan dilakukan secara bertahap. Namun pada saat timbunan mencapai elevasi 2,0 m dari elevasi awal, terjadi longsoran. Ini sesuai dengan perkiraan awal, dimana H ijin hanya setinggi 1.5 m.

(40)

Pemodelan dilakukan kembali untuk mengkorelasikan dengan perhitungan konsolidasi pada manual sheet. Asumsi Langkah pada plaxis adalah :

- Melakukan penimbunan layer per layer setinggi 0,4 m, kemudian pemadatan dan timbunan kembali sampai ketinggian timbunan 1,2 m. Setelah itu dibiarkan terjadi konsolidasi akibat preloading selama 40 hari.

Gambar 13. Timbunan h = 1,2 m dan t = 40 hari

- Dilakukan langkah yang sama hingga ketinggian timbunan mencapai 2 m, lalu pada plaxis dimodelkan waktu yang dibutuhkan untuk tercapainya konsolidasi akhir atau minimum pore pressure.

Gambar 14. Konsolidasi minimum pore pressure

- Plaxis melaporkan konsolidasi pada pekerjaan timbunan ini selesai selama

lebih dari 9e3 hari atau 25 tahun. Faktor koreksi 16,56% dari perhitungan

konsolidasi pada calculation sheet. Settlement yang terjadi pada plaxis 52 cm.

(41)

G. Analisa Cerucuk Matras Beton

Digunakan perkuatan dan perbaikan tanah dasar berupa Cermaton (Cerucuk Matras Beton) untuk meningkatkan stabilitas lereng timbunan dan sekaligus mengurangi magnitude penurunan. Cerucuk dimodelkan sebagai single pile dan didukung oleh plate sebagai matras.

Gambar 15. Titik dan konfigurasi rencana Cermaton

Prinsip dasar kerja dan perhitungan analisa dari metode Cermaton seperti halnya pada pondasi tiang yaitu dipengaruhi oleh nilai kohesi/lekatan tanah lempung terhadap permukaan tiang serta daya dukung terhadap permukaan tanah pada pelat. Semakin besar nilai kohesi maka semakin besar pula kemampuan tiang dalam memikul beban.

Dengan menggunakan cerucuk beton, maka area yang terkompresi semakin kecil, hal ini disebabkan karena cerucuk-cerucuk menerima sebagian besar beban timbunan dan meneruskannya ke lapisan tanah di bawahnya.

Bahu Jalan 2,5 m

Plate 0.9 x 0.9 m Mini Pile 0.13x0.13 m

20 4 2,5 19 2,5 4 2 2 1 Embangment 2 m Mini Pile 0.15x0.15 m CTC 1,5 m Plate 0.9x0.9 1,5 1,5 1,5 1,4

(42)

Adapun analisa daya dukung Cermaton terhadap timbunan pada rencana pembangunan Fly Over Teluk Lamong adalah :

Analisa dengan elemen hingga melaporkan bahwa pada tingkat kedalaman 20 m dan CTC 1,5 m kebutuhan Cermaton mampu menahan beban timbunan.

Gambar 16. Perilaku tanah saat konstruksi

(43)

Tahapan konstruksi pada pemodelan di atas adalah sebagai berikut :

Melakukan land clearing area rencana timbunan, termasuk di dalamnya

melakukan pembersihan area dari sampah, semak, kayu, dewatering dll.

Melakukan land stripping pada tanah permukaan setebal 0.5 m s/d 1 m.

 Melakukan pemancangan Cerucuk Matras Beton ukuran 15 cm x 15 cm

dan kedalaman 20 m terbagi dalam 5 segmen lalu dipancang dengan menggunakan drop hammer atau dengan menggunakan back hoe, dipancang dengan jarak CTC 1.0 m

Gambar 18. Tahap pemancangan cerucuk

 Melakukan setting matras beton disepanjang area timbunan.

 Melakukan pemadatan tanah secara bertahap dengan tebal tiap lapisan

maksimum adalah 40 cm. Pemadatan dilakukan hingga 95% dry optimum, dan

dengan CBR minimum 6%.

Gambar 19. Tahap setting matras beton dan timbunan

Karena tanah di lokasi studi adalah tanah very soft clay - stiff clay pada kedalaman 0.00 m s/d 22.00 m, maka daya dukung hanya ditopang oleh matras beton lalu diteruskan cerucuk beton. Skin friction pada cerucuk melakukan perlawanan terhadap beban timbunan dan beban Cermaton.

(44)

Untuk memisahkan antara material tanah asli dan material tanah timbunan, maka diperlukan separator yaitu matras beton di atas cerucuk beton. Matras berfungsi sebagai lantai dan memperkaku sistem Cerucuk Matras Beton serta memberikan peranan dalam daya dukung tanah dasar.

Proses konsolidasi tidak bisa dihindari dalam tanah lempung lunak, begitu juga dalam metode Cermaton. Konsolidasi yang terjadi yaitu konsolidasi jangka pendek (primary consolidation) dan konsolidasi jangka panjang

(secondery consolidation).

Primary consolidation terjadi pada saat kegiatan konstruksi dan kegiatan timbunan. Tanah lempung terkonsolidasi akibat perubahan tegangan dalam tanah sehingga air terdesak keluar dan partikel tanah memadat. Besar penurunan akibat primary consolidation < 8 cm. Proses konsolidasi diikuti oleh meningkatnya daya dukung tanah dan berhenti saat tanah dasar mampu menahan beban yang ada yaitu selama 2,7 s/d 7 tahun dengan total penurunan 10 s/d 20 cm. dengan nilai faktor keamanan (SF) : 1,8

Analisa alternatif pola dan konfigurasi Cermaton dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 12. Alternatif desain Cermaton

No Dimensi Cermaton CTC (m) Embankment (m) Desain Kedalaman Cermaton Δh Tanah (cm) Minimum Pore Pressure (Tahun) Keterangan

1 150x150 1,0 2,0 8,0 9 - 230 Koleps Koleps pada saat pekerjaan timbunan

2 150x150 1,0 2,0 12,0 6 - 50 Koleps Koleps pada saat Minimum Pore Pressure

3 150x150 1,0 2,0 16,0 15 - 38 17 - 20 Safety factor 1,4

4 150x150 1,0 2,0 18,0 25 - 35 15 - 17 Safety factor 1,6

5 150x150 1,0 2,0 20,0 8 - 15 2 - 2,7 Safety factor 2,1

6 150x150 p = 1; L : 2 2,0 20,0 10 - 25 11 - 14 Safety factor 1,5

7 150x150 1,5 2,0 20,0 10 - 20 2,7 - 7 Safety factor 1,8

(45)

H. Analisa Prefabricated Vertical Drain (PVD)

Dalam proses perencanaan ini, waktu tempuh konsolidasi tanah diperhitungkan dalam satuan hari sebagai target pelaksanaan pekerjaan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan PVD adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Diameter Ekivalen PVD

Desain dimensi PVD yang dipakai berbentuk persegi panajng, sehingga perlu dilakukan konversi terhadap diameter ekuivalen PVD yaitu :

 Panjang (a) = 10 cm

 Lebar (b) = 0,4 cm

b. Diameter zona pengaruh PVD

Daerah yang terpengaruh oleh PVD disebut diameter ekuvalen silinder tanah, daerah yang dipengaruhi oleh konfigurasi PVD yaitu :

de = 1,13 S (untuk konfigurasi persegi) de = 1,05 S (untuk konfigurasi segitiga), S adalah jarak konfigurasi.

c. Perhitungan Faktor Pengaruh Hambatan Jarak (Fn)

Dalam perencanaan PVD, zona pengaruh drainase diasumsikan dalam bentuk lingkaran sempurna yang berbeda dengan kondisi aktual lapangan. Dalam hal ini, perlu diperhitungkan adanya faktor hambatan jarak (Fn) sesuai dengan Persamaan 26 (Rendulic).

F(n) = . ln(n)

di mana :

n = D/d atau R/rd

(46)

Tabel 13. Faktor pengaruh hambatan (Fn) konfigurasi segitiga 2,280 2,335 2,387 2,435 2,480 0,4 6,62 6,62 6,62 6,62 6,62 6,62 6,62 17,611 19,212 20,813 22,414 24,015 25,616 27,217 0,4 0,4 0,4 0,4 10 10 10 10 10 100 110 120 130 140 150 160 170 106 116,6 127,2 137,8 148,4 159 169,6 180,2 Alternatif Jarak (cm) de (cm) a (cm) b(cm) d (cm) n Fn 0,4 6,62 16,010 0,4 0,4 10 10 10 2,085 2,156 2,221

Tabel 14. Faktor pengaruh hambatan (Fn) konfigurasi persegi

2,268 2,328 2,383 2,434 2,483 2,528 170 192,1 10 0,4 6,62 29,014 150 169,5 10 0,4 6,62 25,601 160 180,8 10 Fn 2,133 2,204 0,4 6,62 27,308 130 146,9 10 0,4 6,62 22,187 140 158,2 10 0,4 6,62 23,894 110 124,3 10 0,4 6,62 18,774 120 135,6 10 0,4 6,62 20,481 n 100 113 10 0,4 6,62 17,067 Alternatif Jarak (cm) De (cm) a (cm) b(cm) d (cm)

Perhitungan selanjutnya adalah menghitung waktu tempuh konsolidasi. d. Perhitungan Nilai Tr

Tr = (Ch*t)/(4*(n*d)2)

Koofesian konsolidasi arah horizontal (Ch) diasumsikan 20% lebih besar

dibandingkan nilai Cv atau Ch = 1.2xCv

e. Perhitungan Nilai Ur

Ur =1-e(-8*Tr/Fn)

(47)

Tabel 15. Pola Segitiga, Alternatif jarak 110 cm 70 4,5,E-01 81,21% 75 4,8,E-01 83,33% Waktu (Hari) Tr(s) Ur 0 0,0,E+00 0,00% 35 2,3,E-01 56,65% 40 2,6,E-01 61,53% 45 2,9,E-01 9,7,E-02 30,11% 20 1,3,E-01 37,98% 5 3,2,E-02 11,26% 10 6,4,E-02 21,25% 15 25 1,6,E-01 44,96% 30 1,9,E-01 51,15% 65 4,2,E-01 78,83% 65,86% 50 3,2,E-01 69,71% 55 3,5,E-01 73,12% 60 3,9,E-01 76,14% 80 5,1,E-01 85,20% 85 5,5,E-01 86,87% 90 5,8,E-01 88,35% 95 6,1,E-01 89,66% 100 6,4,E-01 90,82%

Dengan analisa diatas dan data tanah dilapangan, didapatkan hasil perhitungan dengan jarak PVD 1,1 meter dan konfigurasi segitiga, target derajat konsolidasi senilai 90 % tercapai pada umur 100 hari.

Untuk rencana kebutuhan kedalaman PVD, penulis tidak menemukan analisa yang signifikan. Namun dari beberapa literatur yang didapat, melaporkan bahwa :

1. Kedalaman PVD mensyaratkan pada kedalaman 30<N-SPT<50.

2. Kedalaman PVD berdasarkan bidang keruntuhan tanah akibat pembebanan total/preloading.

Dari informasi ini, maka direncanakan kebutuhan kedalaman PVD berdasarkan bidang keruntuhan pada elemen hingga dengan menggunakan program plaxis yaitu kedalaman 20 m.

(48)

Tabel 16. Rekapitulasi hasil analisa waktu konsolidasi

Hari Bulan Tahun

Percepatan dengan

PVD

1 Preloading tanpa Penggunaan PVD 7.616 253,9 21,2 1 2 a. Jarak 1 m 80 2,7 0,2 95 b. Jarak 1,1 m 100 3,3 0,3 76 c. Jarak 1,2 m 120 4,0 0,3 63 d. Jarak 1,3 m 140 4,7 0,4 54 e. Jarak 1,4 m 170 5,7 0,5 45 f. Jarak 1,5 m 200 6,7 0,6 38 g. Jarak 1,6 m 235 7,8 0,7 32 h. Jarak 1,7 m 265 8,8 0,7 29 3 a. Jarak 1 m 90 3,0 0,3 85 b. Jarak 1,1 m 115 3,8 0,3 66 c. Jarak 1,2 m 140 4,7 0,4 54 d. Jarak 1,3 m 170 5,7 0,5 45 e. Jarak 1,4 m 200 6,7 0,6 38 f. Jarak 1,5 m 230 7,7 0,6 33 g. Jarak 1,6 m 270 9,0 0,8 28 h. Jarak 1,7 m 310 10,3 0,9 25 No. Kondisi

Wak tu Tercapainya Konsolidasi 90 %

Preloading dengan Penggunaan PVD Konfigurasi Segitiga

Preloading dengan Penggunaan PVD Konfigurasi Persegi

Langkah-langkah yang telah dijabarkan sebelumnya diterapkan terhadap waktu, konfigurasi jarak, dan pola penyusunan yang lain. Hasil perhitungan analisa konsolidasi menggunakan PVD secara detail dapat dilihat dalam Lampiran .

(49)

I. Analisa Volume Dan Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran Biaya (Begrooting) adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya – biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut (H.Bactiar).

Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada suatu proyek berbeda – beda dimasing – masing suatu daerah yang disebabkan perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.

Analisa RAB dalam pekerjaan perbandingan Cerucuk Matras Beton dan PVD menggunakan analisa BOW (Burgerlijke Openbare Werken) yaitu suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan oleh Dirjen Pekerjaan Umum.

1. Analisa Volume Cerucuk Matras Beton

Setelah dilakukan analisa teknis perencanaan Cerucuk Matras Beton, selanjutnya dilakukan perhitungan volume pekerjaan Cermaton yang dibutuhkan secara keseluruhan berdasarkan spesifikasi. Dibawah ini contoh analisa Cermaton dengan CTC 1500 mm.

 Dimensi Cermaton 150 x 150 x 4000 mm dengan CTC 1500 mm

 Rencana Kedalaman Cermaton = 20 m

 STA 2+500 s/d STA 3+000

- Cerucuk beton/micro pile (150x150x4000 mm) = 36.480 pile

- Matras beton (1400x1400x130 mm) = 7.296 unit

- Joint Socket = 29184 unit

 STA 4+500 s/d STA 4+950

- Cerucuk beton/micro pile (150x150x4000 mm) = 34.590 pile

- Matras beton (1400x1400x130 mm) = 6.918 unit

- Joint Socket = 27.672 unit

 Volume Total Cermaton (m) = (7.296*20)+(6.918*20)

= 284.280 m.

Untuk detail perhitungan Cermaton CTC 1000 mm dan 1500 mm terdapat dilampiran.

(50)

2. Analisa Volume Prefabricated Vertical Drain

Setelah dilakukan analisa teknis perencanaan PVD, selanjutnya dilakukan perhitungan volume PVD yang dibutuhkan secara keseluruhan. Dalam pelaksanaan, PVD tidak diperhitungkan hanya terhadap kedalaman pemancangannya namun terjadi waste saat pemotongan dan penyambungan PVD. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilakukan perhitungan volume PVD sebagai berikut :

 Pola dan Konfigurasi PVD = 1,1 m konfigurasi segitiga

 Panjang Kedalaman PVD = 20 m  Kedalaman Preloading = 1,5 m  Overlap Sambungan = 0,2 m  Angkur Bawah = 0,2 m  Potongan Atas = 0,2 m  Panjang Efektif PVD = (20 + 1,5+0,2 +0,2 + 0,2) = 22,1 m

 Jumlah PVD tiap area

- n STA 2+500 s/d STA 3+000 = 13.130 titik - n STA 4+500 s/d STA 4+950 = 11.828 titik

 Volume PVD = (Panjang Efektif x Jumlah Titik)

= (22,1 x (13.130+11.828)) = 551.567 m.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa, konfigurasi segitiga jarak 1,1 m diperlukan volume material PVD sebanyak 551.567 m.

3. Analisa Biaya Metode Cerucuk Matras Beton

Total biaya pekerjaan adalah kebutuhan biaya yang harus dibayarkan

Owner kepada PT. Wijaya Karya sebagai hak penyedia jasa dalam

pekerjaan perbaikan daya dukung tanah dan timbunan tanah pilihan pada proyek Design and Build Fly Over Teluk Lamong.

Analisa harga pekerjaan Cerucuk Matras Beton yang terdiri dari 2 opsi yaitu Cermaton CTC 1 m (SF:2,1) dan CTC 1,5 m (SF:1,8) adalah :

(51)

Tabel 17. Biaya pekerjaan Cermaton CTC 1 m

CTC 1 M'

Subkontraktor PT Structural Precast Concrete Indonesia

Harga Satuan Jumlah

(Rp) (Rp)

A Material Supply

1 PC Mattress & Micropiles

a. PC Mattress 90x90 cm2 30.834,28 Unit 441.750,0 13.621.043.936,6 b. PC Micropile 15x15 616.685,63 m' 93.338,0 57.560.203.687,9

D = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 20 m

c. Joint Socket t = 3 mm 123.337,13 set 111.863,0 13.796.861.010,8 B Installation Cost

1 Mob/Demob Equipment & Rental Cost

a. Mob/Demob alat pancang 8,00 Lsm 150.000.000,0 1.200.000.000,0 b. Mob/Demob Service Crane/sejenis 1,00 Lsm 192.375.000,0 192.375.000,0 c. Service Crane Rental Cost/sejenis 1,00 Lsm 5.985.000.000,0 5.985.000.000,0

8 unit alat pancang, 1 service crane / sejenis (alat handling lainnya)

2 Construction Cost

a. Driving Pile, include jointing pile 616.685,63 m' 23.156,0 14.279.972.536,3 b. PC Mattress Installation system, include

sand Badding (jika diperlukan)

30.834,28 Unit 28.500,0 878.777.028,2 c. Potong tiang 0,00 Unit 17.813,0

-Terbilang : Total 107.514.233.200

No. Description Volume Unit

Tabel 18. Biaya pekerjaan Cermaton CTC 1,5 m

CTC 1,5 M'

Subkontraktor PT Structural Precast Concrete Indonesia

Harga Satuan Jumlah

(Rp) (Rp)

A Material Supply

1 PC Mattress & Micropiles

a. PC Mattress 140x140 cm2 14.213,28 Unit 958.332,0 13.621.043.936,6 b. PC Micropile 15x15 284.265,66 m' 93.338,0 26.532.788.208,3

D = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 20 m

c. Joint Socket t = 3 mm 56.853,13 set 111.863,0 6.359.761.913,4 B Installation Cost

1 Mob/Demob Equipment & Rental Cost

a. Mob/Demob alat pancang 4,00 Lsm 150.000.000,0 600.000.000,0 b. Mob/Demob Service Crane/sejenis 1,00 Lsm 192.375.000,0 192.375.000,0 c. Service Crane Rental Cost/sejenis 1,00 Lsm 2.992.500.000,0 2.992.500.000,0

4 unit alat pancang, 1 service crane / sejenis (alat handling lainnya)

2 Construction Cost

a. Driving Pile, include jointing pile 284.265,66 m' 23.156,0 6.582.455.631,7 b. PC Mattress Installation system, include

sand Badding (jika diperlukan)

14.213,28 Unit 28.500,0 405.078.566,0 c. Potong tiang Unit 17.813,0

-Terbilang : Total 57.286.003.256

(52)

4. Analisa Biaya Metode PVD

Analisa harga pekerjaan Prefabricated Vertical Drain (PVD) dipilih konfigurasi segitiga dengan CTC 1,1 m, hal ini didasarkan pada analisa teori bahwa konfigurasi segitiga dan CTC 1,1 m tercapai konsolidasi 90% pada umur 100 hari.

Tabel 19. Biaya pekerjaan PVD CTC 1,1 m

Subkontraktor PT. Tetrasa Geosinindo Geosynthetic Indonesia

Harga Satuan Jumlah

(Rp) (Rp)

A Material Supply and Construction cost 1 PVD

a. PVD 551.566,70 m' 6.000,00 3.309.400.200,0

B Installation Cost

1 Mob/Demob Equipment & Rental Cost

a. Mob/Demob Service Crane(2 unit) 2,00 Lsm 600.000.000,0 1.200.000.000,0 b. Rental Cost Crane ( 2 unit Service Crane) 3.447,29 Jam 7.200.000,00 24.820.501.500,0 2 Construction Cost

a. Driving PVD 551.566,70 m' 9.377,29 5.172.200.900,2

Terbilang : Total 34.502.102.600,2

No. Description Volume Unit

5. Analisa Dampak Metode yang dipakai

Pemilihan metode Cermaton dan PVD memberikan dampak yang berbeda pada pekerjaan yang lain. Dampak tersebut salah satunya adalah pada metode Cermaton terjadi konsolidasi relatif kecil setelah ditimbun, hal ini dikarenakan cerucuk beton mentransfer beban ketanah. Namun, pada pekerjaan metode PVD, setelah dilakukan preloading + PVD maka terjadi konsolidasi yang diikuti oleh proses keluarnya air dari dalam tanah dan settlement sehingga harus dilakukan pekerjaan timbunan kembali. Pekerjaan timbunan akibat konsolidasi ini yang membedakan antara metode PVD dan metode Cermaton.

Penurunan akibat konsolidasi 90% diperkirakan 0,75 – 1,6 m. Hal ini depengaruhi oleh jenis tanah dan perilaku tanah yang ada di lapangan. Adapun perbandingan biaya metode PVD dan metode Cermaton adalah :

(53)

Tabel 20. Rekapitulasi Harga PVD dan Cermaton

REKAPITULASI REKAPITULASI

PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN

KEGIATAN : PEMBANGUNAN FLY OVER

PEKERJAAN : DESAIN AND BUILD PEMBANGUNAN FLY OVER TELUK LAMONG SURABAYA

KOTA : SURABAYA - JAWA TIMUR

Jumlah Harga

No Pekerjaan

(Rupiah)

1.1 Pembersihan dan persiapan badan jalan 105.681.100,84 1.2 Timbunan Pilihan 4.025.051.174,00 2.1 Settlement Akibat Konsolidasi pada PVD 3.834.428.503,20 2.2 Pabricated Vertical Drain 34.502.102.600,24

Total Biaya 42.467.263.378,29

Jumlah Harga

No Pekerjaan

(Rupiah)

1.1 Pembersihan dan persiapan badan jalan 105.681.100,84 1.2 Timbunan Pilihan 4.025.051.174,00 2.1 Settlement Akibat Konsolidasi pada PVD -2.2 Cerucuk Matras Beton 107.514.233.199,83

Total Biaya 111.644.965.474,67

Jumlah Harga

No Pekerjaan

(Rupiah)

1.1 Pembersihan dan persiapan badan jalan 105.681.100,84 1.2 Timbunan Pilihan 4.025.051.174,00 2.1 Settlement Akibat Konsolidasi pada PVD -2.2 Cerucuk Matras Beton 57.286.003.256,02

Total Biaya 61.416.735.530,86 PREFABRICATED VERTICAL DRAIN (PVD) CTC 1,1 m

CERUCUK MATRAS BETON CTC 1 m

CERUCUK MATRAS BETON CTC 1,5 m

Tabel 20 memperlihatkan rekapitulasi biaya pekerjaan PVD dan Cermaton pada pekerjaan perbaikan tanah dasar Proyek Design and Build Fly Over Teluk Lamong. Analisa biaya melaporkan bahwa :

1. Pekerjaan perbaikan tanah dasar dengan menggunakan PVD lebih murah Rp 18.949.472.152,5 dari pada metode Cermaton CTC 1,5 m. 2. Cermaton CTC 1,5 m lebih murah Rp 50.228.229.943 dari CTC 1 m.

(54)

J. Analisa Waktu

Analisa waktu merupakan hal penting dalam memanajemen waktu suatu proyek. Analisa waktu akan melaporkan perencenaan schadule pekerjaan untuk tercapainya progres pekerjaan dari 0% - progres 100% dalam waktu sesuai kontrak. Apabila dalam suatu pekerjaan tidak ada analisa waktu maka risiko yang akan terjadi adalah ketidakteraturan pekerjaan, keterlambatan pekerjaan dan kerugian secara finansial.

Namun, Pekerjaan cepat belum tentu efektif. Hal ini terjadi pada pekerjaan perbaikan daya dukung tanah pada Design and Build Fly Over Teluk Lamong. Hal ini disebabkan karena di section lain terdapat pekerjaan struktur fly over. Oleh karena itu, waktu 540 hari kalender dalam kontrak didesain untuk mendapatkan selain biaya yang efisien juga waktu yang efisien. Dalam hal ini disebut manajemen waktu pekerjaan.

Analisa waktu didalamnya juga melaporkan spesifikasi alat, produktifitas alat/group alat, jumlah alat/group alat yang akan dipakai, serta durasi waktu alat/group alat efektif bekerja dalam 1 hari. Dari analisa alat tersebut, maka dapat dilakukan perencanaan schedule pekerjaan sesuai dengan target yang direncanakan.

Pada pekerjaan Design and Build Fly Over Teluk Lamong, analisa perbandingan waktu antara pekerjaan metode Cermaton dan metode PVD dapat dilihat pada lampiran (Analisa produktifitas alat dan Kurva S).

Adapun perbandingan metode Cermaton dan Metode PVD adalah : Tabel 21. Perbandingan analisa waktu Cermaton dan PVD

N o Ka te gori Me tode Ce rma ton Me tode PVD

1 Waktu kontrak 540 Hari kalender 540 Hari kalender 2 Nama alat Droop Hammer TSHD

3 Jam kerja efektif/hari 8 jam/hari 22 Jam/hari 4 Produktifitas 40 - 50 m/jam 80 - 90 m/jam 5 Jumlah alat/group alat 4 Buah 2 Buah

(55)

Perbandingan kurva S (lampiran), kedua metode yaitu metode Cermaton dan metode PVD memperlihatkan perbedaan waktu pekerjaan yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh konsep kerja dari kedua metode ini yang berlawanan yaitu PVD bertujuan mempercepat konsolidasi dan Cermaton memperlambat atau memanajemen konsolidasi.

Pekerjaan perbaikan daya dukung tanah dasar merupakan bagaian dari pada memanajemen waktu pelaksanaan sehingga mendapatkan pekerjaan paling efisien dari segi biaya, mutu dan waktu.

K. Analisa Mutu

Bintang Perbowo “Quality is not an act, but it is habbit”. Mutu yang baik merupakan buah dari kebiasaan yang baik dalam manajemen kerja. Apabila standar prosedur dilakukan, maka kualitas pekerjaan dengan menggunakan metode Cermaton dan PVD dapat tercapai sesuai rencana yaitu :

Tabel 22. Analisa mutu PVD dan Cermaton

No Metode CTC (m) Kedalaman (m) Settlement (m) Minimum Pore Pressure (Tahun) SF

1 Prefabricated Vertical Drain 1,1 20,0 0,75 s/d 1,5 0,33 s/d 1 2,1

2 Cerucuk Matras Beton 1,0 20,0 0,08 s/d 0,15 2 s/d 2,7 2,8

3 Cerucuk Matras Beton 1,5 20,0 0,1 s/d 0,2 2,7 s/d 3,5 2,2

Prinsip kerja Cermaton seperti pada pondasi tiang pancang yaitu mendapatkan daya dukung tanah dari gaya gesek permukaan pondasi (skin

friction) dan tahanan ujung (end bearing). Sehingga semakin dalam lapisan

tanah lempung maka semakin dalam kebutuhan mini pile. Sedangkan prinsip kerja PVD adalah mempercepat keluarnya kandungan air yang bercampur dengan partikel tanah atau mempercepat proses konsolidasi. Proses konsolidasi akan diikuti oleh proses Settlement dan peningkatan daya dukung tanah sampai pada akhirnya konsolidasi Ur 90% s/d 100% dan penurunan tidak terjadi lagi.

(56)

Penurunana tanah lempung minimum dimiliki oleh metode Cermaton CTC 1 m dengan Δh 8 s/d 15 mm, Safety Factor (SF) 2,1. Cermaton CTC 1,5 m terjadi settlement 10 s/d 20 cm dan terjadi selama 2,7 s/d 7 tahun, Safety

Factor (SF) 1,8. Pekerjaan dengan metode PVD + Preloading, konsolidasi

(Ur) 90% membutuhkan waktu 100 hari dan settlement yang terjadi 75 cm s/d 160 cm tergantung dari tebal dan parameter tanah lempung yang ada dilapangan. Nilai ini dapat tercapai apabila standar material dan pemasangan PVD sesuai dengan rencana.

(57)

V. MANAJEMEN RISIKO

A. Pendahuluan

Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang menyimpang dari rencana baik dalam hal tujuan, sterategi, maupun sasaran yang berupa penyimpangan positif maupun negatif. Suatu risiko diukur dari besaran yang namanya level risiko. Level risiko merupakan tingkat tinggi rendahnya risiko yang diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan kemungkinan suatu penyimpangan tersebut untuk terjadi. Setiap risiko yang mungkin terjadi harus dapat dimitigasikan dengan baik dan menggunakan prosedur yang jelas.

Manajemen risiko adalah proses pengelompokan dan tindakan yang diarahkan untuk mengidentifikasi, mengarahkan, dan memberikan tanggapan ataupun perlakuan khusus terhadap suatu risiko. Di dalamnya termasuk mengoptimalkan tingkat probabilitas dan konsekuensi atas suatu kejadian yang bersifat merugikan dalam mencapai suatu proyek. Dari setiap tahapan pekerjaan risiko yang mungkin terjadi perlu dilakukan identifikasi lebih dulu mengenai kemungkinan terjadinya penyimpangan baik positif maupun negatif.

Adapun prosedur dalam pengangan manajemen risiko adalah :

Identifikasi Risiko Klasifikasi Risiko

Analisa Risiko Pengukuran Risiko

Respon Risiko

(58)

B. Identifikasi Risiko

Proses menentukan risiko – risiko yang mungkin mempunyai efek terhadap

proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya adalah kegiatan

mengidentifikasi risiko. Proses identifikasi ini sangat penting karena jika risiko tidak teridentifikasi maka tidak akan dianalisa dan diproses pada tahap selanjutnya.

Identifikasi risiko dapat mencakup risiko-risiko yang berasal dari sumber internal dan eksternal dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi, pengalaman dan teknik, di antaranya meliputi rekaman (record), praktek dan pengalaman pihak lain di perusahaan sejenis atau yang relevan, studi literatur, wawancara dan lain sebagainya.

C. Pengukuran Risiko

Setelah melakukan identifikasi risiko, tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar kerusakan dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas dari risiko tersebut hanya berdasarkan engineering judgement dan berdasarkan pengalaman sehingga cukup subjektif, namun sangat sulit apabila risiko tersebut sangat atau jarang terjadi ataupun risiko tersebut dapat terjadi dalam pekerjaan baru. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi yang baik dan

pendugaan yang baik sehingga bisa memprioritaskan dan dapat

dimplementasikan dalam manajemen risiko.

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. menggolongkan tingkat risiko menjadi 4 yaitu:

1. Risiko Ekstrim (E) 2. Risiko Tinggi (T)

3. Risiko Moderat (M) 4. Risiko Rendah (R)

Untuk memutuskan kedalam tingkat mana risiko harus digolongkan, maka lebih dahulu harus ditentukan dalam 2 hal yaitu Ratting akibatnya dan Ratting

(59)

1. Ratting akibatnya

Akibat yang ditimbulkan bila suatu risiko terjadi dibagi kedalam 5 (lima) ratting yaitu:

1. Malapetaka 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan

Tabel 23. Kriteria ratting akibat risiko

Ringan Masih bisa

diterima <1% 1

Sedang Harus ada

mitigasi 1 - 2% 2 Berat Mitigasi Strategi 2 - 5 % 3 Malapetaka Eskalasi 5% 4 Impact Financial - % cost overrun from contract price Project Financial - % cost overrun from investment

Sumber: Prosedur Manajemen Risiko PT. Wijaya karya, 2014

2. Ratting probabilitas (peluang terjadinya)

Probabilitas terjadinya suatu risiko yang dapat menimbulkan akibat yang diuraikan dari ratting diatas terbagi kedalam 5 ratting yaitu :

1. Sangat besar 2. Besar 3. Sedang 4. Kecil

Adapun kriteria ratting probabilitas berdasarkan Prosedur Manajemen Risiko PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk 2014 adalah :

Gambar

Gambar 2. Korelasi nilai Ф internal friction  dan nilai N-SPT untuk tanah non  kohesif
Tabel 4. Korelasi untuk N-SPT dengan berat volume tanah (Teng, 1962)
Tabel 5. Hubungan N-SPT dan kekuatan tanah kohesif (Terzaghi dan Peck, 1943)  N-SPT
Gambar 3. Cerucuk Matras Beton (Cermaton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemadatan tanah tidak cukup untuk perbaikan tanah berbutir halus, oleh karena itu perlu dilakukannya perbaikan sifat- sifat tanah sehingga mempunyai daya dukung yang baik

PERBAIKAN TANAH EKSPANSIF (DAYA DUKUNG DAN PENGEMBANGAN) METODE DEEP SOIL MIXING POLA SINGLE SQUARE DIAMETER 4,8 CM DENGAN PENAMBAHAN KAPUR PADA VARIASI KEDALAMAN DAN JARAK..

Pengaruh ukuran dan kedalaman pemasangan geotekstil terhadap daya dukung ultimit pada tanah lempung lunak dapat juga dipelajari dari nilai Bearing Capacity Ratio

Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi analisa dan hasil daya dukung tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah tersebut dan

Pemasangan PVD untuk tanah berlapis model I yaitu tanah lunak berada diatas tanah medium dapat dilakukan dengan floating PVD pada kedalaman 70% dari tanah dasar untuk single

Dari hasil perhitungan daya dukung ultimit dengan menggunakan metode Meyerhof dan Tomlinson dengan bertambahnya kedalaman tiang ( mendekati tanah keras ) semakin besar kapasitas

Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mendapatkan hubungan parameter fisis tanah lempung dan mengetahui timbunan yang baik berdasarkan nilai daya dukung

Data tersebut kemudian diolah untuk memperoleh besarnya daya dukung beserta penurunan yang terjadi yang kemudian akan dibuat grafik daya dukung tanah lempung