• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 3 5 TAHUN DENGAN STATUS GIZI (TB/U) BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 3 5 TAHUN DENGAN STATUS GIZI (TB/U) BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 3 – 5 TAHUN

DENGAN STATUS GIZI (TB/U) BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU

Maryuni*, Hartati Saragih**, Umi Habibah***

*Program Studi Kebidanan STIKes Binawan Jl. Kalibata Raya No. 25-30 Jakarta Timur 13630 Email Korespodensi: maryuni@binawan-ihs.ac.id

ABSTRAK

Pendahuluan: Status gizi pada balita pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor

langsung berupa asupan makanan dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi, sedangkan faktor tidak langsung misalnya pengetahuan ibu tentang gizi, status ekonomi keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial. Berat badan dan tinggi badan salah satu parameter penting menentukan status kesehatan khususnya yang berhubungan dengan status gizi.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara perkembangan motorik anak usia 3 – 5 dengan status gizi (TB/U) Metode : Penelitian ini adalah penelitian analisis lanjut dari data penelitian yang berjudul“Faktor – Faktor yang Berhubungan Terhadap Perkembangan Otak dan Tumbuh Kembang Anak di Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur dan Desa Rumpin, Kabupaten Bogor Tahun 2014” menggunakan metode Cross Sectional secara ex post facto. Hasil :Tidak ditemukan adanya korelasi antara perkembangan motorik dengan status gizi diberbagai jenjang umur pada anak usia 3-5 tahun setelah mempertimbangkan faktor pendidikan ibu. Pendidikan ibu berperan terhadap perkembangan anak. Sehingga tidak secara langsung berhubungan dengan perkembangan motorik anak, tetapi melalui dukungan gizi. Pendidikan ibu mempengaruhi stimulasi yang diberikan kepada anak, cara mendidik dan cara untuk mengasuh anak, serta bagaimana cara memecahkan masalah.

Kata Kunci: Perkembangan Motorik, Status Gizi, Tingkat Pendidikan

RELATIONSHIP BETWEEN MOTORIAL DEVELOPMENTS CHILD AGE 3 - 5 YEARS WITH NUTRITION STATUS (TB/U) BASED ON MOTHER EDUCATION LEVEL

ABSTRACT

Introduction: The nutritional status of children under five is basically influenced by many factors,

namely direct factors such as food intake and child health condition such as infection, while indirect factors are mother's knowledge about nutrition, family economic status, health service and social. Weight and height one of the important parameters determines the health status especially related to nutritional status. This study aims to examine the relationship between motor development of children ages 3 - 5 with nutritional status (Tb / U). Method: This study is a further analysis of research data entitled "Related Factors on Brain Development and Child Growth in Duren Sawit, East Jakarta and Rumpin Villages, Bogor Regency of 2014" using Cross Sectional method ex post facto. Maternal education plays a role in the determinants of child development. So it is not directly related to the child's motor development, but through nutritional support. Maternal education influences stimulation given to children, how to educate and how to nurture children, and how to solve problems.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu perkembangan batita adalah perkembangan motorik yang terdiri dari motorik kasar dan motorik halus. Status gizi pada balita pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor langsung berupa asupan makanan dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi, sedangkan faktor tidak langsung adalah pengetahuan ibu tentang gizi, status ekonomi keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial budaya (Black et.al, 2008;Grantham-McGregor et.al, 2007).

Penilaian status gizi dapat dilakukan dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan dan tinggi badan (Supariasa, 2002). Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakandalam bentuk Indeks TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi (Depkes RI,2004).

Sebuah studi lain yang dilakukan pada tahun 2008 tidak menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar (Rokhani, 2012), begitupun dengan studi yang dilakukan Gladys et al (2011), tidak terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan mengingat sebagian besar anak masih mendapat perhatian dari ibunya mengenai makanannya sehingga perkembangan termasuk dalam katagori meragukan belum ada perkembangan dengan katagori penyimpangan. Namun pengaruh asupan zat gizi terhadap ganguan perkembangan anak menurut Brown (1996) yaitu status gizi yang kurang tersebut akan menimbulkan kerusakan otak, letargi, sakit, dan penurunan pertumbuhan fisik. Keempat keadaan ini

akan berpengaruh terhadap perkembangan intelektual. Battelle Developmental Inventory

Screening Test merupakan alat skreening

yang cepat, terdiri dari 96 item pertanyaan yang dapat dikerjakan oleh subjek peneliti dalam waktu 10 – 30 menit, tergantung pada usia anak. Tingkat sensitivitas dan validitas menunjukkan bahwa sensitivitas sekitar 80% dan spesifisitas sekitar 90%. Secara umum, realibilitas dan validitas Battelle Developmental Inventory Test digunakan

untuk menilai perkembangan anak usia 24 – 72 bulan (Wolery, et al. 1989). Target subjek pemeriksaan Battelle Developmental Inventory pada umumnya ditujukan pada usia

prasekolah untuk menilai dan mengidentifikasikan perkembangannya. Kelebihan dari Battelle Developmental Inventory yaitu kelengkapan domain yang

meliputi adaptasi, personal sosial, komunikasi, motorik, dan kognitif. Serta telah banyak digunakan oleh para peneliti sebagai alat skrining pemeriksaan studi longitudinal, menentukan dan mengklasifikasikan hasil perkembangan anak (Berls, et al. 1999).

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis lanjut dari data penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor yang Berhubungan Terhadap Perkembangan Otak dan Tumbuh Kembang Anak di Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur dan Desa Rumpin, Kabupaten Bogor Tahun 2014”. Survey (tahap I) yang menggunakan metode Cross Sectional secara

ex post fact.

Populasi penelitian adalah anak usia 3 – 5 tahun (usia prasekolah) di Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur dan di Desa Rumpin Bogor, Jawa Barat tahun 2014. Pemilihan dan jumlah sampeldari data induk yang berjumlah 514 subjek, terdiri dari 256 subjek di rumpin dan 258 subjek di Duren Sawit. Dilakukan select case untuk memilih Duren Sawit yang sebanyak 258 subjek sebagai set data. Pengambilan secara acak dilakukan dengan pengolahan data untuk mendapatkan 240 subjek sesuai kriteria subjek penelitian. Sehingga set data yang siap dianalisis lanjut dengan variabel status gizi (TB/U) dan perkembangan motorik dari Battelle Developmental Inventory serta pendidikan

(3)

HASIL

Karakteristik Anak 3-5 Tahun

Status Gizi (TB/U) Anak usia 3 – 5 tahun dan Pendidikan Ibu

Variabel Semua Duren Sawit Rumpin

N % N % n % Status Gizi Stunting 20 3,9 5 1,9 15 5,9 Pendek 77 15,1 46 17,9 31 12,2 Normal 404 79,1 200 77,8 204 80,3 Tinggi 10 2,0 6 2,3 4 1,6 Pendidikan Ibu Lebih rendah 338 65,8 109 42,2 229 89,5 Lebih tinggi 176 34,2 149 57,8 27 10,5 Secara keseluruhan ibu anak usia 3-5

tahun memiliki pendidikan yang rendah, dimana sebagian besar berada di Desa Rumpin daripada di Kelurahan Duren Sawit (tabel 4.1). Ibu di Duren Sawit mempunyai

prosentase lebih banyak dalam menyelesaikan sekolahnya minimal setingkat SMA. Berbeda dengan di Rumpin, dimana proporsi ibu yang menyelesaikan sekolahnya maksimal setingkat SMP.

Tabel 4.2. Perkembangan Motorik Anak usia 3 – 5 tahun

Perkembangan Motorik

Semua Duren Sawit Rumpin

Normal Penyimpangan /Meragukan Normal Penyimpangan /Meragukan Normal Penyimpangan /Meragukan n % n % n % n % n % n % 3 tahun 507 98,6 7 1,4 255 98,8 3 1,2 252 98,4 4 1,6 4 tahun 508 98,8 6 1,2 255 98,8 3 1,2 253 98,8 3 1,2 5 tahun 501 97,5 13 2,5 254 98,4 4 1,6 247 96,5 9 3,5

Perkembangan motorik anak yang diukur dengan Battelle Developmental Inventory (BDI) pada tabel 4.2 diperoleh bahwa semakin besar usia anak cenderung semakin menyimpang atau meragukan perkembangan motoriknya, walau prosentasinya sangat kecil yakni dibawah 5 %. Prosentase anak dengan

perkembangan motorik menyimpang atau meragukan lebih banyak ditemukan di desa Rumpin dibandingkan dengan Duren Sawit. Namun, sebanyak sembilan per 10 anak usia 3-5 tahun memiliki perkembangan motorik yang normal.

Tabel 4.3 Deskripsi karaktertistik subjek berdasar status gizi dan perkembangan motorik Anak usia 3 – 5 tahun 2014

Variabel Mean ± SD Median Min Max

TB/U (SD) -1,08 ±1,20 -1,27 -4,61 3,25 Perkembangan Motorik (BDI) 3 tahun 37,61 ±4,35 40 0 40 4 tahun 44,68±5,48 48 12 48 5 tahun 48,82±7,55 50 14 56

(4)

Tabel 4.5.Status gizi (TB/U) dan perkembangan motorik pada ibu dengan pendidikan lebih rendah (n=336) Perkembangan Motorik/ Kelompok Usia TB/U (SD) r P 3 tahun -0,058 0,29* 4 tahun -0,008 0,88* 5 tahun -0,089 0,10*

*Pearson Correlation Test tidak bermakna p ≥ 0,05, **Pearson Correlation Test bermakna p<0.05

Tabel 4.6 Status gizi (TB/U) dan perkembangan motorik pada ibudengan pendidikan lebih tinggi (n=175) Perkembangan Motorik/ Kelompok Usia TB/U (SD) r P 3 tahun 0,027 0,72* 4 tahun 0,019 0,80* 5 tahun -0,052 0,50*

*Pearson Correlation Test tidak bermakna p ≥ 0,05, **Pearson Correlation Test bermakna p< 0.05

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diketahui bahwa tidak ditemukan adanya korelasi antara perkembangan motorik dengan status gizi diberbagai jenjang umur pada anak usia 3-5 tahun setelah mempertimbangkan faktor pendidikan ibu yang berpotensi sebagai faktor pengganggu. Pendidikan ibu berdasar analisis statistik yang telah ditampilkan tidak menjadi faktor pengganggu antara hubungan perkembangan motorik dengan status gizi.

Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Fathia tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa Tidak terdapat perbedaan perkembangan motorik halus antara balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo. Namun, menurut beberapa hasil penelitian yang dinyatakan dalam Fathia (2012), diketahui bahwa perkembangan motorik dikaitkan dengan status stunting pada anak. Penelitian Samudi tahun 2004 dan Muslim tahun 2007 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status gizi terhadap perkembangan motorik halus. Stunting menyebabkan terhambatnya perkembangan motorik kasar maupun halus, karena pada anak stunting terjadi keterlambatan kematangan sel-sel saraf terutama di bagian cerebellum yang merupakan pusat koordinasi gerak motorik. Penurunan fungsi motorik anak stunting tanpa kelainan bawaan berkaitan dengan rendahnya kemampuan mekanik dari otot

tricep surae sehingga melambatnya

kematangan fungsi otot tersebut menyebabkan kemampuan motorik anak stunting terhambat. Otot lain yang berkembang pada anak stunting adalah otot berbelang (striped muscle) atau striated

muscle yang mengendalikan gerakan sukarela

berkembang dalam laju yang agak lambat, sebelum anak dalam kondisi normal, tidak mungkin ada tindakan sukarela yang terkoordinasi (Hurlock, 1978).

Tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi mendukung perkembangan anak, bahwa perhatian orangtua pada perkembangan anak diduga berhubungan dengan tingkat pendidikan orangtua. Penelitian lain mengatakan bahwa pendidikan ibu berperan dalam faktor yang menentukan perkembangan anak. Sehingga tidak secara langsung berhubungan dengan perkembangan motorik anak, tetapi melalui dukungan gizi. Pendidikan ibu mempengaruhi stimulasi yang diberikan kepada anak, cara mendidik dan cara untuk mengasuh anak, serta bagaimana cara memecahkan masalah. Ibu dengan pendidikan yang rendah meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan pada anak.

(5)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Tidak ada hubungan antara perkembangan motorik anak 3-5 tahun dengan status gizi (TB/U) dengan tingkat pendidikan ibu.

Saran

Perhatian orangtua sangat diperlukan pada perkembangan motorik anak.Ibu harus dapat memberikan stimulasi yang tepat pada anak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan optimal.

KEPUSTAKAAN

Arsad, R.A. (2006). Perbedaan Hemoglobin,

Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar.

Asrar, M., Hadi, H., Boediman, D. (2009). Hubungan Pola Asuh, Pola Makan,Asupan Zat gizi dengan status gizi anak balita masyarakat Suku Nuauludi Kecamatan Amahai kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.Jurnal GiziKlinik Indonesia.6 (2):84 – 94

Badan Pusat Statistik.(2011). Profil Pembangunan DKI Jakarta. www.simreg.bappenas.go.id. Diakses pada tanggal 17 Juni 2016.

Berls, Abbey., McEwen, Irene. (1999). Battelle Developmental Inventory.

PHYS THER. 79:776-783.

Black, R. E., dkk. (2008). Maternal And Child Undernutrition: Global And Regional Exposures And Health Consequences. Lancet.

Vol.371(9608):243–260.

Brown, J. L., Pollitt, E. (1996). Malnutrition, Poverty and Intellectual Development.Scientific American 38-43.

Departemen Kesehatan RI. (2002). Pemantauan Pertumbuhan Balita.Direktorat Gizi Dep.Kes.RI.

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Analisis Situasi Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta

Devi, Fathia K.(2012). Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Antara Balita Stunting Dan Non Stunting Di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Skripsi.Program S1 Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta. (2009). Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009.

http://dinkesdki.jakarta.go.id/dinkesdki /. Diakses pada tanggal 26 Juni 2016 E Beckung, G Carlsson, S Carlsdotter, P

Uvebrant. (2007). The Natural History of Gross Motor Development in Children with Cerebral Palsy Aged 1 to 15 Years. Developmental Medicine

& Child Neurology. Vol. 49.

Gladys Gunawan, Eddy Fadlyana, Kusnandi Rusmil. (2011). Hubungan Status Gizi Dan Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun.Sari Pediatri. Vol.13:2

Grantham-Mcgregor, S., dkk. (2007). Developmental Potential In The First 5 Years For Children In Developing Countries. Lancet. Vol. 369(9555):60– 70.

Hurlock, EB. (1978). Perkembangan Anak. jilid 1 Edisi ke-6. penerbit Erlangga : Jakarta.

Husniati, A & Purwaningsih, E. (2007). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 15-36 Bulan Di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak.

Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi S1.

Universitas Diponegoro. Semarang. Lindawati (2013). Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Anak Usia Pra Sekolah.Jurnal

Health Quality. Vol. 4 No. 1.

McGraw, B., McClenaghan, B. A., Williams, H. G., Dickerson, J., Ward, D. S. (2000). Gait And Postural Stability In Obese And Nonobese Prepurbertal Boys.Arch Phys Med Rehabil. Vol. 81. Muslim. (2007). Perbedaan Perkembangan

Anak Pendek (Stunted) Dengan Anak Normal. Skripsi. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Newborg, Jean (2005). Battelle Developmental Inventory 2nd Edition.Examiner’s Manual.

(6)

Riddeford-Harland., Steele, J. R., Baur, L. A. (2006). Upper And Lower Limb Functionality: Are These Compromised In Obese Children?.International Journal Pediatric Obessity.Vol. 1.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kemetrian Kesehatan RI.

Roberts, D., Veneri, D., Decker, R., Gannotti, M. (2012). Weight Status and Gross Motor Skill in Kindergarten Children.Pediatric Physical Therapy. Rokhani, Y. (2008). Hubungan Status Gizi

Dan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-18 Bulan Di Puskesmas Kampung Sawah. Jakarta:

Fak.Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah.

Samudi. (2004). Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 45 Tahun Pada Keluarga Sejahtera Di Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Thesis. Program Pascasarjana Universitas. Universitas Diponegoro. Semarang. Soekirman (2000). Ilmu Gizi dan

Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang

Anak. Jakarta: EGC.

Supariasa., Nyoman, I Dewa., Bakri., Bachyar., Ibnu. (2002). Penilaian

Status Gizi. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

WHO. (1995). Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of a WHO Expert Committee. Technical Report Series No. 854. Geneva, World Health Organization. http://whqlibdoc.who.int/trs/WHO_TR S_854.pdf. diakses pada tanggal 17 Juni 2016.

WHO. (2010). Nutrition Landscape InformationSystem (NLIS) Country ProfileIndicators: Interpretation Guide.Geneva: WHO.

Wiekke, O. (2007). Hubungan Status Gizi Terhadap Status Perkembangan Motorik Anak Usia 0-3 Tahun (BATITA) di Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan, Malang.

Universitas Muhammadiyah

Wolery M., dkk. (1989). Assessing Infants and Preschoolers with Handicaps.

Columbus, Ohio: Charles E Merrill.

Vol. 119–143

Tjandrajani et al. 2012. KeluhanUtamapadaKeterlambatan Perkembangan Umum di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 6

World Bank/Consultative Group (2000). Early childhood counts, Programming Resources for Early Childhood Care and Development. The International Bank for Reconstruction and Development

Gambar

Tabel 4.2. Perkembangan Motorik Anak usia 3 – 5 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2014) bahwa pemberian pupuk bio-slurry dengan waktu yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

Walau bagaimanapun, peserta kajian ini menyatakan bahawa keterlibatan mereka terhadap MBK secara keseluruhannya adalah bersifat secara tidak langsung, iaitu apabila

SMK YPUI Parung mengakui bahwa pengetahuan tentang manajemen itu penting. Baik itu berupa pengetahuan tentang manajemen pemasaran terkait bagaimana agar produk jasa yang ditawarkan

Menurut Depkes RI (2007), cara penularan penyakit DBD adalah sebagai berikut : 1)DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Ada berbagai macam jenis nyamuk, tetapi yang

Dalam hal ini nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelompokan RVI bangunan berdasarkan bentuk atap tidak

Untuk wilayah zona kerawan tinggi sebagian wilayah di Kecamatan Kaliangkrik, Windusari, Pakis, Borobudur, Bandongan dan Kajoran .Sedangkan kecamatan yang lain berklasifikasi

Allhamdulillahirabbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah serta ridho-Nyalah skripsi dengan judul “ PENGARUH KUALITAS LAYANAN

Hasil serupa juga ditunjukkan dari penelitian Nunung Nurhayati (2015) yaitu pengetahuan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak yang berarti bahwa pengetahuan