• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

28 4.1.1 Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Kebonagung 03 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas V sebanyak 21 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Kebonagung 03 berada di Wilayah Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Dilihat dari letak geografisnya SD ini terletak jauh dari Kecamatan Sumowono dan terletak dilingkungan pedesaan yang strategis untuk pembelajaran di lingkungan desa Kebonagung, karena letaknya di tepi jalan utama desa yang mudah di jangkau dari beberapa dukuh yang menjadi wilayah desa Kebonagung. Karena letaknya termasuk didesa, jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran, di samping itu hal ini menjadikan anak lebih aman dalam perjalanan berangkat, istirahat, maupun pulang sekolah.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari, dan terdiri dari dua siklus, siklus pertama tiga pertemuan dan siklus kedua tiga pertemuan. Siklus I membahas tentang materi Gaya Gravitasi, Gaya Gesek, dan siklus II membahas tentang materi Gaya Magnet.

4.1.2 Gambaran Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kebonagung 03 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Gaya”.

4.1.3 Kondisi Pra Siklus

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kebonagung 03 Semester II Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 21 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terlihat bahwa

(2)

kompetensi siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65). Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis yang terdapat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Nilai Pra Siklus

Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan

≤ 49 3 14 Tidak Tuntas 50-64 10 48 Tidak Tuntas 65-79 5 24 Tuntas ≥ 80 3 14 Tuntas Jumlah 21 100 Nilai Rata-rata 63,52 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 40

Dilihat dari table 4.1 distribusi frekuensi nilai pelajaran IPA materi “Gaya” siswa kelas V SDN Kebonagung 03 pada pra siklus pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya (KKM=65). Diketahui pada skor nilai ≤ 49 frekuensinya ada 3 siswa (14% dari jumlah keseluruhan siswa tindak tuntas), skor nilai antara 50-64 frekuensinya ada 10 siswa (48% dari jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas) , skor nilai antara 65-79 frekuensinya ada 5 siswa (24% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas), dan nilai ≥ 80 frekuensinya ada 3 siswa (14% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas)

Jumlah keseluruhan siswa 21 dengan nilai rata-rata 63,52, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 45. Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar IPA materi “Gaya” pada siswa kelas V SDN Kebonagung 03 Sumowono. Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam gambar grafik 4.1.

(3)

Gambar 4.1

Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai pelajaran IPA materi “Gaya” pada skor ≥ 49 frekuensinya ada 3 siswa, skor nilai 50-64 frekuensinya ada 10 siswa, skor nilai 65-79 frekuensinya ada 5 siswa dan skor ≥ 80 frekuensinya ada 3 siswa

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) data grafik 4.1 hasil perolehan nilai sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa

Jumlah Persentae (%)

1. Tuntas 8 38

2. Tidak Tuntas 13 62

Jumlah 21 100

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui pada tebel 4.2 bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65 )sebanyak 13 siswa atau 62%, sedangkan yang sudah mencapai

0 2 4 6 8 10 ≤ 49 Frekuensi Ju m lah S isw a Gambar 4.1

Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai pelajaran IPA materi “Gaya” pada skor ≥ 49 frekuensinya ada 3 siswa, skor nilai 50-64 frekuensinya ada 10 siswa, skor nilai 65-79 frekuensinya ada 5 siswa dan skor ≥ 80 frekuensinya ada 3 siswa

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) data grafik 4.1 hasil perolehan nilai sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa

Jumlah Persentae (%)

1. Tuntas 8 38

2. Tidak Tuntas 13 62

Jumlah 21 100

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui pada tebel 4.2 bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65 )sebanyak 13 siswa atau 62%, sedangkan yang sudah mencapai

≤ 49 50-64 65-79 ≥ 80

3 10 5 3

Frekuensi

Gambar 4.1

Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai pelajaran IPA materi “Gaya” pada skor ≥ 49 frekuensinya ada 3 siswa, skor nilai 50-64 frekuensinya ada 10 siswa, skor nilai 65-79 frekuensinya ada 5 siswa dan skor ≥ 80 frekuensinya ada 3 siswa

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) data grafik 4.1 hasil perolehan nilai sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa

Jumlah Persentae (%)

1. Tuntas 8 38

2. Tidak Tuntas 13 62

Jumlah 21 100

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui pada tebel 4.2 bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65 )sebanyak 13 siswa atau 62%, sedangkan yang sudah mencapai

(4)

ketuntasanminimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 38%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan adalah 62% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 38% dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran IPA materi “Gaya” pada siswa kelas V SDN Kebonagung 03 Sumowono.

Rendahnya hasil belajar IPA dipengaruhi oleh Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dan hasil belajar IPA juga tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.2 dengan ketuntasan hanya 38%, peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas V sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang akan diterapkan dalam dua siklus dan setiap siklus memuat tiga kali pertemuan.

62% Tidak Tuntas

ketuntasanminimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 38%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan adalah 62% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 38% dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran IPA materi “Gaya” pada siswa kelas V SDN Kebonagung 03 Sumowono.

Rendahnya hasil belajar IPA dipengaruhi oleh Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dan hasil belajar IPA juga tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.2 dengan ketuntasan hanya 38%, peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas V sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang akan diterapkan dalam dua siklus dan setiap siklus memuat tiga kali pertemuan.

38% Tuntas

62% Tidak Tuntas

Persentase

ketuntasanminimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 38%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan adalah 62% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 38% dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran IPA materi “Gaya” pada siswa kelas V SDN Kebonagung 03 Sumowono.

Rendahnya hasil belajar IPA dipengaruhi oleh Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dan hasil belajar IPA juga tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.2 dengan ketuntasan hanya 38%, peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas V sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang akan diterapkan dalam dua siklus dan setiap siklus memuat tiga kali pertemuan.

(5)

4.1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Dalam Siklus I terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a) Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Gaya”, peneliti bersama guru kolabor mempelajari materi serta mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai yang akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar evaluasi Siklus I, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa.

b) Tindakan dan Observasi 1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 31 Januari 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Kamis, 31 Januari 2013 pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6 orang dan memasang nomor mereka masing-masing yang diikatkan di kepala para siswa, tempat duduk siswa dibuat huruf U agar memudahkan siswa berkelompok. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengabsen kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa “Menanyakan kepada siswa ”apakah kalian pernah melihat buah kelapa yang jatuh dari pohonnya? Kenapa saat jatuh buah kelapa tersebut tidak melayang ke angkasa akan tetepi jatuh kebawah? Guru menginformasikan tetang materi yang akan dipelajari, yaitu ”gaya gravitasi”. Sebelumnya guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan yakni metode NHT (Numbered Heads Together)

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti meliputi guru meminta 2 orang siswa untuk maju kedepan kelas untuk mempraktikan melamparkan bola ke atas dan siswa yang satunya

(6)

mengamati arah jatuhnya bola setiap kali dilempar, melakukan tanya jawab dengan siswa tentang percobaan yang telah dilakukan, guru menjelaskan sedikit tentang materi gaya gravitas lalu guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok, siswa melakukan percobaan dan mendiskusikan hasil dari percobaan tersebut. Setelah semua anggota kelompok selesai untuk mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan lalu salah satu menyampaikan hasil diskusinya, siswa dengan nomor yang sama tadi menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain tersebut.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

2) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 1 Februari 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6 orang dan memasang nomor mereka masing-masing yang diikatkan di kepala para siswa, tempat duduk siswa dibuat huruf U agar memudahkan siswa berkelompok. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengabsen kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa “Menanyakan kepada siswa ” Apakah kalian pernah mendorong suatu benda di atas lantai? Apakah ada perbedaan saat kalian mendorong benda tersebut di atas lantai yang berpermukaan halus dengan yang kasar, misalnya mendorong benda di atas tanah? Guru menginformasikan tetang materi yang akan dipelajari, yaitu ”gaya ggesek”. Sebelumnya guru menjelaskan

(7)

metode pembelajaran yang akan digunakan yakni metode NHT (Numbered Heads Together)

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti siswa melakukan percobaan dengan menggunakan kertas HVS yang permukaannya halus dan yang telah di lubangi menggunakan pensil. Guru menjelaskan sedikit tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi gaya gesek, guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok yang berhubungan dengan materi “gaya gesek”. Dengan bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan LKS bersama anggota kelompoknya, siswa melakukan percobaan dan mendiskusikan hasil laporan kelompok mereka Setelah semua anggota kelompok selesai mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Salah satu siswa dari anggota kelompok yang ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa bernomor sama yang lain menanggapi hasil presentasi dari kelompok yang ditunjuk guru.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Pertemuan Ketiga

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin, 4 Februari 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6 orang dan memasang nomor mereka masing-masing yang diikatkan di kepala para siswa, tempat duduk siswa dibuat huruf U agar memudahkan siswa berkelompok. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengabsen kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota kelompok

(8)

melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa “Dari percobaan yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya, guru bertanya” dari percobaan yang kita lakukan sebelumnya, bisakah kalian sebutkan contoh dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan gaya gesek?”. Guru menginformasikan tetang materi yang akan dipelajari, yaitu ”Gaya Gesek”. Sebelumnya guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan yakni metode NHT (Numbered Heads Together)

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti meliputi siswabertanya jawab dengan guru tentang cara memperbesar dan memperkecil gaya gesek, siswa menyebutkan cotoh dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan gaya gesek, dengan bertanya jawab siswamenyebutkan keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesek dalam kehidupan sehari hari. Guru menjelaskan sedikit tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi gaya magnet, guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok yang berhubungan dengan materi “Gaya Gesek”. Dengan bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan LKS bersama anggota kelompoknya. Dibantu dengan buku paket IPA milik siswa, setiap anggota kelompok mendiskusikan jawaban dari LKS. Setelah semua anggota kelompok selesai mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Salah satu siswa dari anggota kelompok yang ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa bernomor sama yang lain menanggapi hasil presentasi dari kelompok yang ditunjuk guru.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru sedikit mengingatkan tentang materi gaya gravitasi dan gaya magnet, selanjutnya siswa diminta untuk mengatur tempat duduk seperti semula. Guru membagikan lembar evaluasi Siklus I untuk dikerjakan oleh semua siswa secara individu.

(9)

c) Hasil Observasi

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) dalam kegiatan pebelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.

Data hasil observasi guru dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada table 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa Siklus I

No. Pertemuan Hasil Observasi Guru Siswa Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Kriteria

1 1 31 B (Baik) 32 C (Cukup baik)

2 2 39 B (Baik) 38 B (Baik)

3 3 45 A (Sangat Baik) 51 A (Sangat Baik)

Dari data tabel diatas untuk siklus I observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh guru memperoleh jumlah 31 dengan kategori B (Baik) hal ini dikarenakan guru belum terbiasa menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together), guru sudah melaksanakan pembelajar sesuai dengan metode NHT (Numbered Haeds Together), tetapi belum maksimal masih ada beberapa siswa yang berbicara sendiri, tidak berdiskusi tentang materi pelajaran tetapi berbicara hal lain. Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 32 dengan kategori C, hal ini dikarenakan siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya masih ada yang tidak ikut berdiskusi dengan kelompoknya. Masih ada beberapa siswa dari anggota kelompok yang beberapa tidak ikut berdiskusi namun malah bermain, dan berbicara diluar topik materi pelajaran.

(10)

Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan II pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 29 dengan kategori B (Baik). Ada sedikit peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) secara maksimal walaupun masih ada sebagian siswa didalam beberapa anggota kelompok masih ada yang bercanda dan berbicara sendiri dengan temannya. Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan II pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 38 dengan kategori B (Baik), hal ini sudah cukup meningkat dari pertemuan sebelumnya, siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya masih ada yang tidak ikut berdiskusi dengan kelompoknya namun intensitasnya hanya sedikit.

Pada observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan III pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 45 dengan kategori A (Sangat Baik). Pada pertemuan III ini ditemukan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pertemuan kedua, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) secara maksimal dan setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan diskusi dengan baik, tidak ada yang membicarakan topik lain selain topik materi pembelajaran. Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 51 dengan kategori A (Sangat Baik). Setiap siswa dalam anggota kelompok sudah tidak berbicara sendiri dengan temannya dan siswa merasa senang dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru, karena meningkatkan aktivitas siswa dari siswa yang tadinya tidak mau berdiskusi dengan temannya menjadi bersemngat untuk berdiskusi dan bekerjasama untuk menemukan jawaban dari lembar LKS.

(11)

4.1.5 Hasil Analisis Data 4.1.5.1 Siklus I

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus I pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Nilai Siklus I

Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan

≤ 49 1 5 Tidak Tuntas 50-64 3 15 Tidak Tuntas 65-79 7 33 Tuntas ≥ 80 10 47 Tuntas Jumlah 21 100 Nilai Rata-rata 75,23 Nilai Tertinggi 92 Nilai Terendah 40

Dari table 4.4 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada pra siklus, untuk skor nilai ≤ 49 terdapat 1 siswa dengan persentase 5%, skornilai 50-64 terdapat 3 siswa dengan persentase 15%, skor nilai 65-79 terdapat 7 siswa dengan persentase 33%, dan skor nilai ≥ 80 terdapat 10 siswa dengan persentase 47%. Jadi diliahat dari nilai KKM yaitu 65 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 4 siswa dari jumlah keseluruhan 21 siswa dengan rata-rata 75.23, nilai tertinggi 92 dan nlai terendah 40.

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.4 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.3.

(12)

Gambar 4.3

Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus I dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 65 sebanyak 4 siswa yang tidak tuntas, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 17 siswa. Persentase belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4

Diagram lingkaran persentase ketuntasan belajar IPA

Berdasarkan pada gambar 4.3 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) siswa yang belum tuntas

0 2 4 6 8 10 Frekuensi Ju m lah S isw a 5% Tidak Tuntas 47% Tuntas Gambar 4.3

Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus I dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 65 sebanyak 4 siswa yang tidak tuntas, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 17 siswa. Persentase belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4

Diagram lingkaran persentase ketuntasan belajar IPA

Berdasarkan pada gambar 4.3 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) siswa yang belum tuntas

≤ 49 50-64 65-79 ≥ 80 1 3 7 10

Frekuensi

5% Tidak Tuntas 15% Tidak tuntas 33% Tuntas 47% Tuntas

Persentase

≤ 49 50-64 65-79 ≥ 80 Gambar 4.3

Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus I dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 65 sebanyak 4 siswa yang tidak tuntas, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 17 siswa. Persentase belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4

Diagram lingkaran persentase ketuntasan belajar IPA

Berdasarkan pada gambar 4.3 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) siswa yang belum tuntas

≤ 49 50-64 65-79 ≥ 80

(13)

atau di bawah KKM=65 sebanyak 4 siswa dengan persentase 20% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 17 siswa dengan persentase 80%. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar siswa di atas KKM=65 diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

4.1.6 Refleksi Siklus I

Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, guru kelas melakukan diskusi dengan observer yang telah melakukan pengamatan selama proses pembelajaran dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran siklus I. selanjutnya digunakan untuk menyusun perbaikan pembelajaran siklus II

Setelah selesai pembelajaran pada siklus I maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar nilai 65 maka di peroleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 21 siswa dalam belajarnya sebanyak 17 siswa yang tuntas dengan mendapat nilai ≥65 dan 4 siswa tidak tuntas dengan mendapat nilai di bawah KKM. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa penulis memberikan patokan 100% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai nilai di atas KKM=65 berdasarkan hasil evaluasi siswa.

Berdasaran hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 38% menjadi 80% dengan jumlah keseluruhan siswa dengan nilai maksimal 92 dan minimal 40, rata-rata semula 56 menjadi 75. Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan menerapan pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) dan meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Kebonagung 03 Sumowono.

Diketahui hasil pengamatan dari observer pada siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklu I sebagai

(14)

berikut : Hambatan:

Penggunaan metode NHT (Numbered Heads Together) dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang terjadi, saat siswa melakukan diskusi guru tidak memantau diskusi kelompok siswa, siswa saat melakukan diskusi cenderung berbicarakan dengan teman dan membicara hal diluar diskusi materi pelajaran.

Penyelesaian:

Untuk mengatasi hal dimana siswa lebih cenderung berbicara dengan teman dan membicarakan hal diluar diskusi materi pelajaran dan diskusi menemukan jawaban dari LKS pada siklus II guru akan memberikan hadiah kepada kelompok yang mampu mengumpulkan poin banyak yaitu kelompok yang paling banyak menjawab benar dari LKS yang diberikan oleh guru.

4.1.7 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Dalam Siklus II terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a) Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Gaya”, peneliti bersama guru kolabor mempelajari materi serta mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai yang akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar evaluasi Siklus II, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa.

b) Tindakan dan Observasi 1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Februari 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:

(15)

Kegiatan Awal:

Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Kamis, 7 Februari 2013 pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6 orang dan memasang nomor mereka masing-masing yang diikatkan di kepala para siswa, tempat duduk siswa dibuat huruf U agar memudahkan siswa berkelompok. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengabsen kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa “Menanyakan kepada siswa Apakah kalian mempunyai kulkas dirumah? Taukah kalian kenapa pintu kulkas saat ditutup dapt tertutup rapat walaupun tanpa selot? Guru menginformasikan tetang materi yang akan dipelajari, yaitu ”Gaya Magnet”. Sebelumnya guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan yakni metode NHT (Numbered Heads Together)

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti meliputi Siswa mengamati percobaan yang dilakukan guru di depan kelas Guru menempelkan paku ke magnet, siswa mengamati dan menyimpulkan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang gaya magnet lalu guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok untuk di kerjakan secara berdiskusi. Siswa melakukan percobaan dan mendiskusikan hasil laporan kelompok mereka, setelah semua anggota kelompok selesai untuk mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan lalu salah satu menyampaikan hasil diskusinya, siswa dengan nomor yang sama tadi menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain tersebut.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

(16)

2) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Februari 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6 orang dan memasang nomor mereka masing-masing yang diikatkan di kepala para siswa, tempat duduk siswa dibuat huruf U agar memudahkan siswa berkelompok. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengabsen kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa “Guru bertanya kepada siswa, ”Apakah gunting yang dibawa oleh guru pada ujungnya terdapat magnet?”. Siswa mengamati percobaan yang dilakukan guru. Guru menginformasikan tetang materi yang akan dipelajari, yaitu ”gaya gravitasi”. Sebelumnya guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan yakni metode NHT (Numbered Heads Together)

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti meliputi salah satu siswa dipanggil kedepan kelas untuk melakukan percobaan mendekatkan dinamo mainan pada batang paku, siswa yang lain mengamati, dan mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut Guru menjelaskan sedikit tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi gaya magnet, guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok yang berhubungan dengan materi “gaya magnet”. Dengan bimbingan guru dan dibantu menggunakan buku paket IPA, siswa mendiskusikan jawaban dari lembar LKS Setelah semua anggota kelompok selesai mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Salah satu siswa dari anggota kelompok yang ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa bernomor sama yang lain menanggapi hasil presentasi dari kelompok yang ditunjuk guru.

(17)

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Pertemuan Ketiga

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Februari 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6 orang dan memasang nomor mereka masing-masing yang diikatkan di kepala para siswa, tempat duduk siswa dibuat huruf U agar memudahkan siswa berkelompok. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengabsen kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan apersepsi “Benda-benda yang terbuat dari besi dan baja dapat dibuat menjadi magnet dengan cara-cara tertentu. Guru bertanya pada siswa “Bagaimanakah cara membuat magnet dari benda-benda itu?, guru menginformasikan tetang materi yang akan dipelajari, yaitu ”Gaya Magnet”. Sebelumnya guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan yakni metode NHT (Numbered Heads Together)

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti meliputi siswa dalam setiap anggota kelompok melakukan percobaan dengan membuat magnet dengan cara induksi, electromagnet, dan menggosok. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok, dengan bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan LKS bersama anggota kelompoknya. Siswa melakukan percobaan dan mendiskusikan hasil laporan kelompok mereka, setelah semua anggota kelompok selesai mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

(18)

Salah satu siswa dari anggota kelompok yang ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa bernomor sama yang lain menanggapi hasil presentasi dari kelompok yang ditunjuk guru.

Kegiatan Akhir:

Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru sedikit mengingatkan tentang materi gaya gravitasi dan gaya magnet, selanjutnya siswa diminta untuk mengatur tempat duduk seperti semula. Guru membagikan lembar evaluasi Siklus II untuk dikerjakan oleh semua siswa secara individu.

c) Hasil Observasi

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) dalam kegiatan pebelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.

Data hasil observasi guru dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada table 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa Siklus II

No. Pertemuan Hasil Observasi Guru Siswa Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Kriteria

1 1 49 A (Sangat Baik) 53 A (Sangat Baik)

2 2 53 A (Sangat Baik) 58 A (Sangat Baik)

3 3 59 A (Sangat Baik) 68 A (Sangat Baik)

Dari data tabel diatas untuk siklus II observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh guru memperoleh jumlah 49 dengan kategori A (Sangat Baik) dalam hal ini guru sudah terbiasa menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together), guru sudah

(19)

melaksanakan pembelajar sesuai dengan metode NHT (Numbered Haeds Together). Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 53 dengan kategori A (Sangat Baik), siswa dalam bekerjasama melibatkan semua anggota kelompok, setiap kelompok mendiskusikan materi yang sedang diajarkan, siswa tidak ada yang berbicara diluar pokok bahasan materi.

Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan II pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 53 dengan kategori A (Sangat Baik). Terjadi peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) secara maksimal dan Guru dapat menguasai kelas, siswa terlihat senang dalam mengikuti pembelajaran. Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan II pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 58 dengan kategori A (Sangat Baik), siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya terlihat kompak dan senang melakukan percobaan-percobaan yang ada dalam lembar LKS.

Pada observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan III pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 59 dengan kategori A (Sangat Baik). Pada pertemuan III ini ditemukan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pertemuan kedua, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) secara maksimal dan setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan diskusi dengan baik, tidak ada yang membicarakan topik lain selain topik materi pembelajaran dan para siswa merasa senang saat melakukan percobaan membuat magnet. Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan III pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 68 dengan kategori A. Setiap siswa

(20)

dalam anggota kelompok merasa senang dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru, karena meningkatkan aktivitas siswa dan bersemangat untuk berdiskusi, bekerjasama dan melakukan percobaan untuk menemukan jawaban dari lembar LKS.

4.1.8 Hasil Analisis Data 4.1.8.1 Siklus II

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus II dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus II pada pertemuan ke-3 seperti pada table 4.6.

Tabel 4.6

Rekapitulasi Nilai Siklus II

Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan

≤ 49 0 0 Tidak Tuntas 50-64 0 0 Tidak Tuntas 65-79 10 48 Tuntas ≥ 80 11 52 Tuntas Jumlah 21 100 Nilai Rata-rata 82,47 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 68

Dari table 4.6 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada siklus I, untuk skor nilai ≤ 49 terdapat 0 siswa dengan persentase 0%, skor nilai 50-64 terdapat 0 siswa dengan persentase 0%, skor nilai 65-79 terdapat 10 siswa dengan persentase 48%, dan skor nilai ≥ 80 terdapat 11 siswa dengan persentase 52%. Jadi dilihat dari nilai KKM yaitu 65 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 dari jumlah keseluruhan 21 siswa dengan rata-rata 82,47 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 68.

(21)

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.6 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5.

Gambar 4.5

Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II

Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus II dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 65 sebanyak 0 siswa/ tidak ada, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa/ semua siswa sudah tuntas. Persentase belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6

Diagram lingkaran persentase ketuntasan belajar IPA 0 2 4 6 8 10 12 ≤ 49 Frekuensi Ju m lah S isw a 52% Tuntas

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.6 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5.

Gambar 4.5

Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II

Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus II dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 65 sebanyak 0 siswa/ tidak ada, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa/ semua siswa sudah tuntas. Persentase belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6

Diagram lingkaran persentase ketuntasan belajar IPA

≤ 49 50-64 65-79 ≥ 80 0 0 10 11

Frekuensi

48% Tuntas 52% Tuntas

Persentase

65-79 ≥ 80 Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.6 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5.

Gambar 4.5

Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II

Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus II dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 65 sebanyak 0 siswa/ tidak ada, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa/ semua siswa sudah tuntas. Persentase belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6

Diagram lingkaran persentase ketuntasan belajar IPA 65-79 ≥ 80

(22)

Berdasarkan pada gambar 4.5 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM=65 sebanyak 0 siswa/ tidak ada dengan persentase 0% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 21 siswa dengan persentase 100% yang berarti indicator kinerja penelitian pada siklus II telah tercapai dengan baik.

4.1.9 Refleksi Siklus II

Setelah selesai pembelajaran pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar nilai 65 maka di peroleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 21 siswa dalam belajarnya sebanyak 21 siswa yang tuntas dengan mendapat nilai ≥ 65 dan tidak ada siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa penulis memberikan patokan 100% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai nilai ≥ 65 dan 100% dari jumlah keseluruhan siswa telah mencapai nilai di atas KKM.

Berdasaran hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 80% menjadi 100% dengan jumlah keseluruhan siswa dengan nilai maksimal 100 dan minimal 68, rata-rata semula 75 menjadi 80. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indicator kinerja dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I.

Diketahui hasil pengamatan dari observer pada siklus I yaitu Penggunaan metode NHT (Numbered Heads Together) dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang terjadi, saat siswa melakukan diskusi guru tidak memantau diskusi kelompok siswa, siswa saat melakukan diskusi cenderung berbicarakan dengan teman dan membicara hal diluar diskusi materi pelajaran.

Pada siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa melakukan diskusi guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk memantau dan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan untuk mengurangi intensitas siswa yang berbicara sendiri diluar topik diskusi, guru memberikan hadiah kepada setiap kelompok yang unggul dalam perolehan skor dari LKS, jadi

(23)

siswa akan lebih terfokus untuk melakukan diskusi dengan temannya, membahas LKS yang diberikan oleh guru, karena telah diberi rangsangan yaitu berupa hadiah..

4.1.10 Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II

Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, siklus I dan siklus II serta rekapitulasi pengelompokkan nilai dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7

Destribusi Frekuensi Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

No. Nilai Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa Persen (%) Jumlah Siswa Persen (%) Jumlah Siswa Persen (%) 1. Tuntas 8 32 17 80 21 100 2. Tidak Tuntas 13 68 4 20 0 0 Jumlah 21 100 21 100 21 100

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.7 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti untuk klasifikasi Tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 8 orang. Sedangkan setelah siklus I dan siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 17 siswa pada siklus I dan 21 siswa pada siklus II. Ini membuktikan bahwa pembelajaran metode NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada klasifikasi Tidak Tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 13 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran IPA, setelah siklus I, siswa yang tuntas dalam pelajaran IPA ada 17 siswa dan siklus II keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar, dalam arti tidak ada siswa yang tidak tuntas. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.6.

(24)

Gambar 4.7

Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Pada Tabel 4.7 dan diagram linear 4.7 menunjukkan pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

4.1.11 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri Kebonagung 03 Sumowono ditemukan bahwa hasil belajar IPA siswa masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman tentang materi “Gaya” siswa belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses pembelajaran. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa dan tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran IPA rendah, khususnya pada materi “Gaya”. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 56. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) hanya 8 siswa atau 32%, sedangkan siswa yang

0 5 10 15 20 25 Tuntas Tidak Tuntas Ju m lah S isw a Gambar 4.7

Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Pada Tabel 4.7 dan diagram linear 4.7 menunjukkan pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

4.1.11 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri Kebonagung 03 Sumowono ditemukan bahwa hasil belajar IPA siswa masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman tentang materi “Gaya” siswa belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses pembelajaran. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa dan tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran IPA rendah, khususnya pada materi “Gaya”. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 56. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) hanya 8 siswa atau 32%, sedangkan siswa yang

Sebelum

Tindakan Siklus I Siklus II

8 17 21

Tidak Tuntas 13 4 0

Frekuensi

Gambar 4.7

Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Pada Tabel 4.7 dan diagram linear 4.7 menunjukkan pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

4.1.11 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri Kebonagung 03 Sumowono ditemukan bahwa hasil belajar IPA siswa masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman tentang materi “Gaya” siswa belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses pembelajaran. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa dan tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran IPA rendah, khususnya pada materi “Gaya”. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 56. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) hanya 8 siswa atau 32%, sedangkan siswa yang

(25)

belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 13 siswa atau 68%. Nilai tertinggi yang berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 90 sedangkan nilai terendahnya adalah 45.

Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja, karena ke-8 siswa ini memang mempunyai daya tangkap yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 13 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan sesuai yaitu bagaimana menekankan aktifitas siswa dikelas agar lebih berkembang dengan usia anak sekolah dasar yang masih dalam tahapan operasional konkrit (7- 11 th). Siswa akan lebih paham bila siswa dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata dan dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Anita Lie (2007:8) metode NHT merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka, saling berbagi ide dan adanya semangat kerja sama yang tumbuh dari metode tersebut memungkinkan siswa memahami materi yang diajarkan guru. Dan juga menurut Laundgren (Ibrahim 2000:18) NHT (Numbered Heads Together) ini juga dapat bermanfaat bagi siswa, antara lain rasa harga diri menjadi lebih tinggi, penerimaan kepada sesama teman menjadi lebih besar, perilaku menggangu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, hasil belajar lebih tinggi, interaksi lebih mudah, banyak ide yang muncul, lebih banyak tugas yang dapat dilakukan.

Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar IPA pada siswa, diperlukan pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek ketrampilan siswa untuk lebih aktif dalam suatu pebelajaran. Metode NHT (Numbered Heads Together) adalah

(26)

metode yang melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.

Pendapat yang dikemukakan oleh Anita Lie tersebut selaras dengan metode pembelajaran yang diterapkan penulis. Karena saat penulis menggunakan NHT (Numbered Heads Together), siswa tidak lagi terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran, siswa terlibat secara aktif, bekerja dengan kelompoknya untuk menemukan jawaban yang diberikan oleh guru. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadapa hasil belajar IPA. Peningkatan hasil belajar IPA didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus I dan II.

1) Siklus I

Siklus I dengan penerapan metode NHT (Numbered Heads Together) siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 17 siswa atau 80% dan 4 atau 20% siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 75 sedangkan nilai tertinggi adalah 92 dan nilai terendahnya adalah 40.

2) Siklus II

Siklus II dengan penerapan metode NHT (Numbered Heads Together) siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 21 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 80 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 68..

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mufid M, 2007 tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas VII-A MTS Islamiyah Sumpyuh-Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007” Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatakan hasil belajar matematika pada materi operasi hitung.

Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II didapatkan bahwa menggunakan metode nht dengan menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif yang pada akhirnya siswa lebih mudah memahami

(27)

pelajaran IPA materi “Gaya”, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Kebonagung 03 Sumowono semester II tahun ajaran 2012/2013

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan YME, karena berkat rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “ Penerapan Sistem Komputerisasi Akuntansi pada

Akan tetapi sangat disayangkan dari desa amadanom adalah kemajuan teknologi yang kurang berkembang sehingga potensi-potensi yang ada di desa tidak banyak

sudah resisten terhadap antibiotik Cefudroxil (CFR) dan Tetracycline (TE), sehingga penggunaan antibiotik tersebut kurang ampuh dijadikan sebagai obat penyakit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi komposisi silika abu vulkanik dengan nilai kuat tarik membran meningkat seiring dengan penambahan silika yang dimodifikasi dengan CTAB,

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan

Jika siswa SMK tidak kreatif maka jenis produk yang dihasilkan banyak CB. Jika siswa SMK tidak kreatif maka jenis produk yang dihasilkan tidak banyak

Implementasi Instrumen Penilaian Diri Pada Sikap Sosial Untuk Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 48 Surabaya ....

Dengan metode tersebut dapat menghasilkan informasi baru berupa pola aturan (rule) yang dapat digunakan dalam acuan penyeleksian pemohon bantuan fasilitas rumah