TUGAS PRESENTASI KASUS TUGAS PRESENTASI KASUS
”
” Hernia Nukleus Pu Hernia Nukleus Pulposuslposus” ”
Tutor: Tutor:
dr. Tutik Ermawati, Sp.S M.Si.Med. dr. Tutik Ermawati, Sp.S M.Si.Med.
Disusun oleh: Disusun oleh: Nugroho Rizki P Nugroho Rizki P NIM G1A009114 NIM G1A009114 JURUSAN KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO PURWOKERTO
2012 2012
I.PENDAHULUAN I.PENDAHULUAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu bagian dari Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu bagian dari Low
Low Back Back PainPain.. Hernia Nucleus PulposusHernia Nucleus Pulposus (HNP) dapat disebut(HNP) dapat disebut herniasiherniasi diskus intervertebralis, Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral diskus intervertebralis, Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies
radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yangadalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat akut, kro
bersifat akut, kronik atau berulang. nik atau berulang. HNP pada umumnyHNP pada umumnya adalah pa adalah penyakitenyakit yang sering ditemukan pada usia 30 hinggan usia 55 tahun, 95 persen yang sering ditemukan pada usia 30 hinggan usia 55 tahun, 95 persen hernia pada nucleus terjadi pada vertebrae segmen L4-L5 atau L5-S1 hernia pada nucleus terjadi pada vertebrae segmen L4-L5 atau L5-S1 (Strayer, 2005).
(Strayer, 2005).
Skiatika bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu tanda Skiatika bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu tanda dari nyeri pada pinggul. Sebanyak 40% orang tua mengalami skiatika. dari nyeri pada pinggul. Sebanyak 40% orang tua mengalami skiatika. Skiatika terjadi kurang lebih 4%-6% pada keseluruhan penduduk. Banyak Skiatika terjadi kurang lebih 4%-6% pada keseluruhan penduduk. Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya nyeri pada punggung bawah faktor yang berhubungan dengan terjadinya nyeri pada punggung bawah yaitu berat badan, tinggi badan, usia, gender, pekerjaan, kebiasaan yaitu berat badan, tinggi badan, usia, gender, pekerjaan, kebiasaan merokok dan genetik. Sebagian besar pasien dapat sembuh secara merokok dan genetik. Sebagian besar pasien dapat sembuh secara sempurna, tetapi 20% dari total penderita skiatika terjadi karena terdapat sempurna, tetapi 20% dari total penderita skiatika terjadi karena terdapat herniasi pada diskus intervertebralis pada segmen lumbal(Frymoyer, herniasi pada diskus intervertebralis pada segmen lumbal(Frymoyer, 1992).Prevalensi pasien dengan nyeri punggung bawah tiap tahunnya 1992).Prevalensi pasien dengan nyeri punggung bawah tiap tahunnya adalah sekitar 15%-20%
adalah sekitar 15%-20% sedangkasedangkan insidensi n insidensi brdasarkan kunjungan pasienbrdasarkan kunjungan pasien baru mencapai 14,3%. Inggris memiliki prevalnsi pasien dengan jumlah baru mencapai 14,3%. Inggris memiliki prevalnsi pasien dengan jumlah 16.500.000 per tahunnya(Lubis, 2003) Sampai saat ini data epidemiologik 16.500.000 per tahunnya(Lubis, 2003) Sampai saat ini data epidemiologik di Indonesia belum ada. Tetapi dapat diperkirakan bahwa 40 % penduduk di Indonesia belum ada. Tetapi dapat diperkirakan bahwa 40 % penduduk Jawa Tengah antara usia 65 tahun pernah menderita nyeri punggung Jawa Tengah antara usia 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dengan prevalensi nyeri punggung belakang pada laki laki sebanyak dengan prevalensi nyeri punggung belakang pada laki laki sebanyak 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%
II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi
A. Definisi
Hernia
Hernia Nucleus Nucleus PulposusPulposus (HNP) (HNP) adalah adalah suatu suatu penyakit, penyakit, dimanadimana bantalan yang
bantalan yang berada diatara berada diatara ruas tulang belaruas tulang belakang biasa dkang biasa disebut nucleusisebut nucleus pulposus mengalami kompresi di bagian posterior atau lateral, kompresi pulposus mengalami kompresi di bagian posterior atau lateral, kompresi tersebut
tersebut menyebabkamenyebabkann nucleus pulposusnucleus pulposus pecah sehingga terjadi penonjolanpecah sehingga terjadi penonjolan melalui
melalui anulus fibrosusanulus fibrosus ke dalamke dalam kanalis spinaliskanalis spinalis dan mengakibatkandan mengakibatkan iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang me
yang menjalar(Benjamin, njalar(Benjamin, 2011). Berikut 2011). Berikut ini adalah ini adalah sifat nyeri dasifat nyeri dari HNPri HNP adalah:
adalah: 1.
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa mingguNyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun). Nyeri menyebar sesuai
sampai beberapa tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf dengan distribusi saraf skiatik.
skiatik. 2.
2. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantatSifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai dan terus menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
bawah. 3.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakanNyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka pinggang saat batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristiraho berbaring. waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristiraho berbaring. 4.
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkanPenderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
terlibat. 5.
5. Nyeri bertambah bila daerah L5Nyeri bertambah bila daerah L5
—
—
S1 (garis antara dua krista iliaka)S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekaGambar 1.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus Gambar 1.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus
((sumber: UMM, 2009sumber: UMM, 2009))
B. Etiologi dan Predisposisi B. Etiologi dan Predisposisi
Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan dari Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan dari anulus fibros
anulus fibrosus. Dalam kus. Dalam keadaan eadaan normal anulus normal anulus fibrosus melindfibrosus melindungi dariungi dari letak nukleus yang terkandung di dalamnya. Pada saat terjadi herniasi pada letak nukleus yang terkandung di dalamnya. Pada saat terjadi herniasi pada nukleus, terjadi kompresi pada jaras s
nukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf yang berdekatan dengan tempatyaraf yang berdekatan dengan tempat terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa nyeri terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa nyeri yang bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi disfungsi yang bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi disfungsi sistem saraf(Sahrakar, 2011).
sistem saraf(Sahrakar, 2011).
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat dirubah dan yang tidak dapat dirubah yaitu:
dirubah dan yang tidak dapat dirubah yaitu:
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah : Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1.
1. Umur: makin bertambah umur risiko Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggimakin tinggi 2.
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanitawanita 3.
Faktor risiko yang dapat dirubah : Faktor risiko yang dapat dirubah :
1.
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atauPekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
konstan seperti supir. 2.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.yang lama. 3.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuanMerokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah. 4.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapatBerat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain pada punggung bawah.
menyebabkan strain pada punggung bawah.
Gambar 2. Gambar proses terjadinya herniasi Gambar 2. Gambar proses terjadinya herniasi
C. Patofisiologi C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP : Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP : 1. Aliran darah ke discus
1. Aliran darah ke discus berkurangberkurang 2. Beban berat
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit 3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal reseptor nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf d
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,apat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekana
penekanan hanya terjadi n hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor daridari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik panas
panas yang yang sangat sangat peka terhapeka terhadap rangdap rangsang mesang mekanikal kanikal dan termadan termal(Sahrakar,l(Sahrakar, 2011);(Foster 2012).
D. Penegakan Diagnosis D. Penegakan Diagnosis
a.
a. AnamnesisAnamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan
berat apabila duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapatyang dapat meningkatkan tekanan dari intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai meningkatkan tekanan dari intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya keluhan, lokasi nyeri, sifat timbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik, nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perluyang sama. Perlu juga
juga ditanyakan ditanyakan keluhan keluhan yang yang mengarah mengarah pada pada lesi lesi saraf saraf seperti seperti adanyaadanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan
nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan adanyaadanya saddlesaddle anestesi(windso
anestesi(windsor, r, 2012).2012).
b.
b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri: 1. Posisi berdiri:
a.
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya. b.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas,Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau gibus, skoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang panggul kanan hiperlordosis), pelvis yang miring tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot. c.
c. Derajat gerakanDerajat gerakan (range of motion)(range of motion) dan spasmus otot.dan spasmus otot. d.
d. Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawaHipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
dingin). e.
e. Palpasi untuk mencariPalpasi untuk mencari trigger zone,trigger zone, nodus miofasial,nodus miofasial, nyeri pada sendi sakroiliaka, dan lain-lain.
nyeri pada sendi sakroiliaka, dan lain-lain. f.
f. Perhatikan cara penderita Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.berjalan/gaya jalannya. 2. Posisi
2. Posisi duduk:duduk: a.
a. Perhatikan cara penderita duduk dan Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.sikap duduknya. b.
b. Perhatikan bagian belakang tubuhnya.Perhatikan bagian belakang tubuhnya. 3. Posisi berbaring :
a.
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan Perhatikan cara penderita berbaring dan sikapsikap berbaringnya.
berbaringnya. b.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.Pengukuran panjang ekstremitas inferior. c.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital. 4. Pemeriksaan neurologik,
4. Pemeriksaan neurologik, a.
a. Pemeriksaan sensorik Pemeriksaan sensorik b.
b. Pemeriksaan motorik à dicari apakah ada kelemahan,Pemeriksaan motorik à dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
atrofi atau fasikulasi otot c.
c. Pemeriksaan tendonPemeriksaan tendon d.
d. Pemeriksaan yang sering Pemeriksaan yang sering dilakukandilakukan 1.
1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tesTes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
laseque) 2.
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tesTes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
Nafzigger, tes Valsava) 3.
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick Tes Patrick dan Tes Contra Patrick 4.
4. Tes Distraksi dan Tes KompresiTes Distraksi dan Tes Kompresi (windsor, 2012).
(windsor, 2012).
Gambar 3.Pemeriksaan patrik dan laseque Gambar 3.Pemeriksaan patrik dan laseque
(sumber:
c.
c. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang 1.
1. Pemeriksaan lab untuk mengetahui adanya infeksi.Pemeriksaan lab untuk mengetahui adanya infeksi. 2.
2. Skrining rheumatologi.Skrining rheumatologi. 3.
3. Tes neuroendokrinTes neuroendokrin 4.
4. Elektromiografi (EMG)Elektromiografi (EMG) 5.
5. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP) 6.
6. Magnetic resonance ima Magnetic resonance imagingging(MRI)(MRI) (windsor, 2012).
(windsor, 2012).
d.
d. Pemeriksaan Gold standardPemeriksaan Gold standard
Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan
menggunakan Magnetic resonance imagingMagnetic resonance imaging karena dengankarena dengan pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis terjadinya kompresi pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis terjadinya kompresi pada tulang belakang
pada tulang belakang(windsor, 2012).(windsor, 2012).
Gambar 4.Gambaran MRI HNP Gambar 4.Gambaran MRI HNP
((Sumber: Medscape)Sumber: Medscape) E. Penatalaksanaan
E. Penatalaksanaan a.
a. MedikamentosMedikamentosaa
OAINS dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan OAINS dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. OAINS yang dapat dipilih adalah bergantung pada dosis oleh pasien. OAINS yang dapat dipilih adalah bergantung pada dosis yang akan digunakan dan harga yang akan diberikan. Apabila nyeri yang akan digunakan dan harga yang akan diberikan. Apabila nyeri
dirasakan sangat menyiksa, dapat diberikan analgesic narkotik untuk dirasakan sangat menyiksa, dapat diberikan analgesic narkotik untuk mengurangi rasa nyeri dengan cepat. Contoh obat anti inflamasi non mengurangi rasa nyeri dengan cepat. Contoh obat anti inflamasi non steroid yang dapat diberikan adalah:
steroid yang dapat diberikan adalah: 1. 1. CalecoxibCalecoxib 2. 2. IbuprofenIbuprofen 3. 3. NaproxenNaproxen 4. 4. KetoprofenKetoprofen
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah yang dapat dilakukan apabila terjadi herniasi bedah. Terapi bedah yang dapat dilakukan apabila terjadi herniasi diskus intravertebralis adalah
diskus intravertebralis adalah microdiscectomymicrodiscectomy dan ldan laminotomyaminotomy b.
b. non-medikamentonon-medikamentosasa
Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:
berbeda yaitu: 1.
1. Fase akut dapat dilakukan terapi Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberiankonservatif berupa pemberian penanganan awal seperti pemberian analgetik, anti inflamasi, penanganan awal seperti pemberian analgetik, anti inflamasi, dan terapi fisik.
dan terapi fisik. 2.
2. Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dariFase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dari biokimia dan deficit jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan biokimia dan deficit jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik ringan untuk memperkuat otot.
fisik ringan untuk memperkuat otot. 3.
3. Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah agar rasa nyeri kembali
mencegah agar rasa nyeri kembali menyerangmenyerang (Windsor, 2012)
(Windsor, 2012) F. Prognosis
F. Prognosis
1.
1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapiSebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
konservatif. 2.
2. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudahSebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
diterapi. 3.
3. Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai,Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai, kemungkina
III. KESIMPULAN III. KESIMPULAN 1.
1. HNP merupakan salah satu bagian dariHNP merupakan salah satu bagian dari Low Back Pain. Low Back Pain. 2.
2. Herniasi pada diskus intervertebralis dapat menyababkan iritasi padaHerniasi pada diskus intervertebralis dapat menyababkan iritasi pada jaring syaraf yang
jaring syaraf yang menibulkan sensmenibulkan sensai nyeri diskogenai nyeri diskogenik.ik. 3.
3. MRI merupakanMRI merupakan Gold Standard Gold Standard dari diagnosis HNPdari diagnosis HNP 4.
4. Penatalaksanaan dari HNP adalah dengan OAINS, terapi bedah dan terapiPenatalaksanaan dari HNP adalah dengan OAINS, terapi bedah dan terapi rehabilitasi.
IV. DAFTAR PUSTAKA IV. DAFTAR PUSTAKA
Strayer, Andrea. 2005. Lumbar Spine: Common Pathology and Interventions. Strayer, Andrea. 2005. Lumbar Spine: Common Pathology and Interventions.
Medscape. Available at
Medscape. Available at http://www.medscape.com/viewarticle/512033http://www.medscape.com/viewarticle/512033 Frymore JW.1992.Lumbar Disk Disease:Epidemiology.Pubmed.Available at Frymore JW.1992.Lumbar Disk Disease:Epidemiology.Pubmed.Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1534104 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1534104
Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana HNP lumbal. Dalam : Mahadewa Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana HNP lumbal. Dalam : Mahadewa TGB. Maliawan S.Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat daruratan TGB. Maliawan S.Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p;62-87
tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p;62-87
Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana low back pain (LBP). Dalam : Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana low back pain (LBP). Dalam : Mahadewa TGB. Maliawan S. Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat Mahadewa TGB. Maliawan S. Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p;
daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p; 156-88.156-88.
Benjamin C. 2011.Herniated Disk.University of Maryland Medical Center. Benjamin C. 2011.Herniated Disk.University of Maryland Medical Center.
Available at
Available at http://www.umm.edu/imagepages/9700.htmhttp://www.umm.edu/imagepages/9700.htm
Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference. Available Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference. Available
at
at http://emedicine.medschttp://emedicine.medscape.com/article/12ape.com/article/1263961-overview#aw63961-overview#aw2aab6b32aab6b3 Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference. Available Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference. Available
at