• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nia khairida 1, Dini Rahmayani 2, Muhammad Arief Wijaksono 3. *Korespondensi Penulis. Telepon: ,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nia khairida 1, Dini Rahmayani 2, Muhammad Arief Wijaksono 3. *Korespondensi Penulis. Telepon: ,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

1 HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN TENTANG STATUS GIZI DAN PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA PADA PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA KOTA BANJARMASIN

Nia khairida1, Dini Rahmayani2, Muhammad Arief Wijaksono 3 1

Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin 2

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin 3

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin

*Korespondensi Penulis. Telepon: 081258431430, E-mail: NiaKhairani93@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu indikator penting yang perlu menjadi perhatian seorang ibu terhadap balitanya adalah tentang status gizi balita. Terkait dengan status gizi balita, maka peran faktor pendidikan, pengetahuan ibu dan pemberian ASI eksklusifi sewaktu berusia 0-6 bulan juga ikut menentukan hasilnya.

Tujuan: Mengetahui hubungan pendidikan, pengetahuan tentang status gizi dan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita pada Puskesmas Beruntung Raya kota Banjarmasin.

Metode: Survei analitik dengan p e n d e k a t a n “cross sectional. Populasi seluruh seluruh ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin berjumlah 300 orang. Teknik sampling purposive sampling, sampel sebagian populasi berjumlah 75 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi. Uji Spearman’s rho dengan α = 0,05.

Hasil: Pendidikan ibu balita sebagian besar (58,7%) dasar, Pengetahuan ibu balita sebagian besar (72%) baik, pemberian ASI pada balita sebagian besar (65,3%) eksklusif, status gizi balita sebagian besar (82,7%) normal. Hasil uji Spearman’s rho ada hubungan pendidikan ibu balita dengan status gizi balita, ada hubungan pengetahuan ibu balita dengan status gizi balita dan tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita.

Saran: Agar dapat terus memberikan pendidikan kesehatan dalam rangka menambah pengetahuan masyarakat terutama tentang status gizi pada balita.

(2)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

2 Background: One of the important indicators that need the attention of a mother to her toddler is about the nutritional status of children. Related to the nutritional status of children, the role of educational factors, knowledge and breastfeeding mothers at the age of 0-6 months eksklusifi also determine the outcome..

Objective: This study aims to determine the relationship of education, knowledge of nutrition and exclusive breastfeeding with infant nutritional status in

Puskesmas Beruntung Rata Banjarmasin

Methods: Survey research methods analytical approach "cross sectional. Populations across all mothers who have children under five in Puskesmas Lucky Kingdom Banjarmasin amounted to 300 people. Sampling purposive sampling techniques, sample the majority population of 75 people. Collecting data using questionnaires. Data were analyzed using univariate frequency distribution table. Spearman's rho test with α = 0.05

Result: Education mothers majority (58.7%) base, Knowledge mothers majority (72%) good, breastfeeding in infants majority (65.3%) exclusive, most of the nutritional status of children (82.7%) normal , Spearman's rho test results is no relation between education and mothers with infant nutritional status, there are relations of knowledge mothers with infant nutritional status and there is no relationship of exclusive breastfeeding with infant nutritional status.

Suggestions: In order to continue providing health education in order to increase public knowledge especially about the nutritional status of infants.

Keywords: Education, knowledge, exclusive breastfeeding and nutritional status of children

(3)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

3 PENDAHULUAN

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Berbagai upaya untuk peningkatan SDM yang berkualitas tersebut berawal sejak anak berumur di bawah lima tahun (balita). Dalam proses tersebut, maka peran kedua orang tua, terutama seorang ibu pada saat anak masih berumur di bawah lima tahun (balita) sangatlah menentukan. Salah satu indikator penting yang perlu menjadi perhatian seorang ibu terhadap balitanya adalah tentang status gizi balita tersebut. Kondisi baik atau buruknya gizi balita adalah pondasi utama bagi pertumbuhan anak sehingga kelak menjadi pribadi dengan SDM yang berkualitas seperti yang telah disebutkan di atas (Kemenkes RI, 2011).

Pada tingkatan internasional berdasarkan data dari UNICEF – WHO – World Bank Group (2015) didapatkan data bahwa pada tahun 2014 masih terdapat sebanyak 159 juta balita ukuran tubuhnya kurang tinggi (stunting), 41 juta balita berada dalam kategori gemuk (overweight), dan sebanyak 16 juta balita berada dalam status kurus di seluruh dunia. Sedangkan untuk

gambaran kondisi gizi buruk/kurang di Indonesia pada tahun 2007 terdapat balita dengan status gizi buruk/kurang sebesar 18,4%, tahun 2010 terdapat balita dengan status gizi buruk/kurang sebesar 17,9%, namun pada tahun 2013 jumlahnya naik kembali menjadi 19,6% dari total jumlah balita sebanyak 23.708.844 jiwa (Riskesdas, 2013). Selanjutnya berdasarkan data kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan mendapat perawatan menurut provinsi di Kalimantan Selatan pada tahun 2014 diketahui bahwa ditemukan sebanyak 172 kasus gizi buruk dan telah mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, 2015).

Terkait dengan status gizi balita, maka peran faktor pendidikan seorang ibu juga ikut menentukan hasilnya. Pendidikan di sini dalam artian jenjang pendidikan yang telah ditempuh seorang ibu secara formal. Dimana untuk Indonesia jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU RI Nomor 20 tahun 2003). Seorang ibu yang berpendidikan tinggi dengan intelektualitas yang lebih baik tentu

(4)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

4 lebih memahami akan pentingnya status gizi

balitanya. Sehingga dapat dikatakan dengan latar belakang pendidikan ibu yang lebih tinggi cenderung ada keselarasan dengan semakin baiknya status gizi balitanya. Selain jenjang pendidikan, tingkat pengetahuan seorang ibu tentang status gizi juga turut berperan dalam menentukan status gizi balitanya (Badriah, 2011)

Tingkat pengetahuan tentang status gizi di sini dalam artian sampai sejauh mana seorang ibu mengetahui, mengerti dan memahami tentang klasifikasi status gizi, cara menentukan status gizi, serta faktor-faktor yang ikut menentukan status gizi balita. Sehingga dengan memiliki pengetahuan tentang status gizi seyogyanya akan menumbuhkan kesadaran seorang ibu untuk lebih memperhatikan dan menjaga status gizi balitanya dalam status yang baik. Salah satu faktor yang sangat penting yang turut menentukan status gizi balita adalah pemberian ASI Eksklusif oleh seorang ibu kepada balita tersebut (Badriah, 2011)

Referensi dalam Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (WHO/Unicef, 2002)

dikatakan bahwa pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0-24 bulan yang optimal adalah: menyusui bayi segera setelah lahir; memberikan ASI eksklusif yaitu hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian seorang balita yang mendapatkan ASI Eksklusif dari ibunya sesuai anjuran tadi maka mendapatkan makanan yang optimal yang dapat menentukan status gizinya (Cahyaningsih, 2011)

Status gizi pada bayi dan balita merupakan indikator dari keadaan gizi balita tersebut. Apabila status gizinya kurang atau buruk maka hal ini merupakan indikasi dari keadaan gizi yang kurang atau buruk pada balita dan dapat menyebabkan kelainan yang sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan serta menghambat dalam perkembangan balita selanjutnya. Sehingga apabila pada masa ini terjadi gangguan gizi kurang maka dapat menimbulkan kelainan-kelainan fisik dan mental. Pertumbuhan badan yang terhambat biasanya disertai pula dengan kurangnya kemampuan imunologik yang dapat berakibat kematian. Malnutrisi walaupun ringan juga berdampak

(5)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

5 pada daya tahan tubuh terhadap infeksi apalagi

pada balita (Cahyaningsih, 2011: 14).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2015 Di puskesmas Beruntung Raya kota Banjarmasin, di dapatkan Status gizi balita telah terjadi masalah balita yang mengalami gizi lebih 2.32%. Balita dengan status gizi baik 72,07%. Balita yang mengalami gizi kurang 23,55%. Selanjutnya balita yang mengalami gizi buruk 2,06%.

Hasil studi Pendahuluan yang peneliti lakukan berupa tanya jawab terhadap 10 responden di Puskesmas Beruntung Raya kota Banjarmasin diperoleh hasil responden dengan latar belakang pendidikan SD 2 orang, SMP 3 orang dan SMA 5 orang, tidak ada yang sampai pada tingkat perguruan tinggi. Responden yang nenyatakan tidak mengerti atau tidak mengetahui tentang status gizi balita ada 6 responden, sisanya

menyatakan mengerti 1 orang dan 3 orang mengetahui sedikit-sedikit tentang status gizi balita. Selanjutnya ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada balitanya sampai umur 6 bulan sebanyak 4 responden, 2 responden menyatakan memberikan ASI yang diselingi susu buatan (susu formula), dan sisanya memberikan susu buatan (susu formula) dan MP-ASI (makanan pralaktal). Dari Studi Pendahuluan yang dilakukan masih terdapat kasus gizi buruk yang ditemukan di provinsi Kalimantan Selatan maka di sini peneliti merasa tertarik untuk meneliti hubungan pendidikan, pengetahuan dan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita. Peneliti melakukan penelitian hubungan pendidikan, pengetahuan tentang tatus gizi dan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

BAHAN DAN METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik korelasi, dengan rancangan cross sectional dimana pengumpulan data antara variabel bebas yaitu pendidikan, pengetahuan, pemberian ASI eksklusif dan

variabel terikat yaitu status gizi balita dilakukan secara bersama-sama

Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

(6)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

6 berjumlah 300 orang, sampel sebagian populasi

ibu balita berjumlah 75 orang ditentukan berdasarkan perhitungan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10%. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan kriteria berdasarkan pertimbangan peneliti terdiri dari kriteria inklusi yakni ibu balita yang berkunjung ke Puskesmas Beruntung Raya Kota dengan membawa serta balitanya, bersedia menjadi responden penelitian dan kriteria eksklusi yaitu Ibu balita yang memiliki anak balita yang sedang sakit kronis seperti TB paru, penyakit kelainan darah (anemia, talasemia, hemofilia), Ibu balita yang anak balitannya pernah dirawat inap dalam 3 bulan terakhir.

Lokasi yang diambil sebagai tempat penelitian yaitu di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin pada 1 maret - 9 april tahun 2016. Sasaran pada penelitian ini adalah ibu dan balitanya yang berada pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin.

Sumber data pada penelitian ini berupa sumber data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini didapat melalui hasil pengambilan data dengan menggunakan

kuesioner tentang pengetahuan status gizi balita dan pemberian ASI eksklusif dan timbangan untuk mengetahui berat badan balita. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini didapat dari data yang tercatat di dalam buku register berupa data jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya kota Banjarmasin. Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi melalui langkah-langkah yaitu, editing (pengecekan), coding (pengkodean), entry data (memaskkan data) dan cleaning (pengecekan data). Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat, kemudian dilakukan uji statistik untuk mengetahuai hubungan antara variabel bebas dengan terikat menggunakan uji Spearman’s rho dengan pantuan program komputer.

HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah kota Banjarmasin yang berdiri di area lahan seluas 300 m² dengan luas bangunan kurang lebih 255 m². Puskesmas Beruntung Raya terletak

(7)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

7 di Kelurahan Pemurus Dalam Kecamatan

Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Puskesmas Beruntung Raya

2. Karakteristik Responden Penelitian

a. Umur Ibu

Tabel 1 Karakteristik Umur Ibu di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016

No Umur f %

1 2

Remaja (≤ 20 Tahun) Dewasa Muda (21-40 Tahun

9 66

12 88

Jumlah 75 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari responden berjumlah sebanyak 75 orang ditemukan sebagian besar memiliki umur dewasa muda (21-40 tahun), yakni sebanyak 66 orang (88%).

b. Pekerjaan

Tabel 2 Karakteristik Pekerjaan Ibu di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016 No Pekerjaan f % 1 2 Bekerja Tidak bekerja 20 55 26,7 73,3 Jumlah 75 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari responden berjumlah sebanyak 75 orang ditemukan sebagian besar adalah ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga), yakni sebanyak 55 orang (73,3%).

c. Jenis Kelamin

Tabel 3 Karakteristik Jenis Kelamin Balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016 No Jenis Kelamin f % 1 2 Laki-Laki Perempuan 29 46 38,7 61,3 Jumlah 75 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari balita berjumlah sebanyak 75 orang ditemukan sebagian besar berjenis kelamin perempun, yakni sebanyak 46 orang (61,3%).

3. Analisis Univariat a. Pendidikan

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016 No Pendidikan f % 1 2 3 Dasar Menengah Tinggi 44 26 5 58,7 34,6 6,7 Jumlah 75 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari responden berjumlah sebanyak 75 orang ditemukan sebagian besar memiliki pendidikan dasar, yakni sebanyak 44 orang (58,7%).

(8)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

8 b. Pengetahuan

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi balita dan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016

No Pengetahuan f % 1 2 3 Kurang Cukup Baik 7 14 54 9,3 18,7 72 Jumlah 75 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari responden berjumlah sebanyak 75 orang ditemukan sebagian besar memiliki pengetahuan baik tentang status gizi balita dan pemberian ASI eksklusif, yakni sebanyak 54 orang (72%).

c. Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif pada Balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016 No Pemberian ASI f % 1 2 Tidak Eksklusif Eksklusif 26 49 34,7 65,3 Jumlah 75 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari responden berjumlah sebanyak 75 orang ditemukan sebagian besar pemberian ASI sewaktu balita berumur 0-6 bulan eksklusif, yakni sebanyak 49 orang (65,3%).

d. Status Gizi Balita

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016 No Status Gizi f % 1 2 Tidak Normal Normal 13 62 17,3 82,7 Jumlah 75 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa dari responden balita berjumlah sebanyak 75 orang ditemukan sebagian besar status gizi normal, yakni sebanyak 62 orang (82,7%).

4. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pendidikan Ibu Balita dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 Hubungan Pendidikan Ibu Balita dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016

No Pendidikan

Status Gizi Balita

Jumlah Tidak Normal Normal f % f % N % 1 2 3 Dasar Menengah Tinggi 11 2 0 25 7,7 0 33 24 5 75 92,3 100 44 26 5 100 100 100 Jumlah 13 17,3 62 82,7 75 100 Spearman’s rho ρ= 0,033 < α = 0,05 (Korelasi Koefisien = 0,246)

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Hasil analisis hubungan pendidikan dengan status gizi balita menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan

(9)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

9 status gizi balita ρ (0,033) < 0,05.

Koefisien korelasi (r) untuk menunjukan kekuatan hubungan antara variabel pendidikan ibu dengan status gizi balita sebesar 0,246 bersifat lemah. Kekuatan nilai masuk dalam rentang 0,00 – 0,25 menurut Colton.

b. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan Status Gizi Balita

Tabel 9 Hubungan Pengetahuan Ibu Balita tentang Status Gizi dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016

No Pengetahuan

Status Gizi Balita

Jumlah Tidak Normal Normal f % f % N % 1 2 3 Kurang Baik Cukup 5 3 5 71,4 21,4 9,3 2 11 49 28,6 78,6 90,7 7 14 54 100 100 100 Jumlah 13 17,3 62 82,7 75 100 Spearman’s rho ρ= 0,001 < α = 0,05 (Korelasi Koefisien = 0,389)

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan status gizi balita menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita ρ (0,001) < 0,05. Koefisien korelasi (r) untuk menunjukan kekuatan hubungan antara variabel

pengetahuan ibu tentang staus gizi dan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita sebesar 0,389 bersifat sedang. Kekuatan nilai masuk dalam rentang 0,26- 0,50 menurut Colton.

c. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita

Tabel 10 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016

No Pemberian ASI

Status Gizi Balita

Jumlah Tidak Normal Normal f % f % N % 1 2 Tidak Eksklusif Eksklusif 6 7 23,1 14,3 20 42 76,9 85,7 26 49 100 100 Jumlah 13 17,3 62 82,7 75 100 Spearman’s rho ρ= 0,345 > α = 0,05

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

Hasil analisis uji korelasi Spearman’s rho mendapatkan hasil ρ (0,345) < 0,05, maka tidak ditemukan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan status gizi balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin.

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Ibu Balita

Hasil penelitian pendidikan ibu balita ditemukan sebagian besar adalah

(10)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

10 pendidikan dasar (SD dan SMP), yakni

sebesar 58,7%, sisanya sebanyak 34,7% memiliki pendidikan menengah dan sebanyak 6,7% memiliki pendidikan tinggi (Diploma sampai Sarjana).

Menurut Basri (2007) dalam Tatang (2012:13) “pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga

dapat mencapai kualitas diri yang lebih baik. Pendidikan sangat dipengaruhi fasilitas yang tersedia, kondisi ekonomi, lingkungan dan budaya”.

Menurut Wahyudi (2013) “Pendidikan masyarakat di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh tersedianya fasilitas pendidikan, kondisi ekonomi, budaya dan lingkungan”.

Pada penelitian ini pendidikan responden sebagian besar adalah dasar disebabkan kondisi demografi dan lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Raya yang tampak cukup besar kesenjangannya sebagian penduduk asli di wilayah tersebut adalah masyarakat yang

hidup dengan sosial ekonomi menengah ke bawah dengan usaha bertani, menjadi buruh cuci, pertukangan dan berjualan kecil-kecilan di pasar.

2. Pengetahuan Ibu Balita

Hasil penelitian pengetahuan ibu tentang status gizi dan pemberian ASI eksklusif dari responden berjumlah 75 orang ditemukan sebagian besar responden, yakni sebanyak 54 orang (72%) pengetahuan baik dan sisanya, yakni sebanyak 14 orang (18,7%) pengetahuan cukup dan sebanyak 7 orang (9,3%) pengetahuan kurang.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, tetapi bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (Wawan dan Dewi, 2010).

Pada penelitian ini pengetahuan responden paling banyak baik tentang ASI eksklusif dan sisanya cukup hingga kurang, bila

(11)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

11 diperhatikan lebih dalam persentasi

pengetahuan antara baik, cukup dan kurang selisih angkanya besar. Bila dikaitkan dengan pendidikan responden yang sebagian besar memiliki pendidikan dasar, maka dapat dimengerti bahwa ibu sudah banyak terpapar informasi tentang gizi maupun informasi tentang ASI eksklusif.

3. Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian tentang pemerian ASI eksklusif pada balita sewaktu berusia 0-6 bulan didapatkan pemberian ASI sebagian besar (65,3%) eksklusif dan sisanya sebesar (34,7%) tidak eksklusif.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup sesuai dengan kubutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI adalah makanan yang sangat penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya, karena komposisi ASI yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan tanpa

makanan atau minuman tambahan apapun akan menjamin kebutuhan gizi bayi.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi laktasi menurut Badriah (2011) gangguan pada proses pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, kepercayaan diri, serta kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan. Pemberian ASI merupakan proses alamiah, namun memerlukan persiapan yang baik sejak masa kehamilan. Ketidaktahuan akan manfaat ASI dan kerugian menggunakan susu botol, isu negatif yang beredar di masyarakat (teman dan produsen susu) akan memicu keengganan menyusui bayi. Pengaruh ini akan semakin besar bila ibu masih remaja dan kelahiran anaknya tidak diinginkan.

Hasil penelitian sebagian besar ibu memberikan ASI secara eksklusif pada balita sewaktu berusia 0-6 bulan. Dari segi pekerjaan, seluruhnya ibu yang memberikan ASI secara eksklusif adalah ibu rumah tangga. Sebagai ibu rumah tangga lebih banyak waktu bersama bayi sehingga ibu

(12)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

12 dapat memberikan ASI nya secara penuh

selama enam bulan, di samping itu kondisi tersebut dapat disebabkan oleh sosial ekonomi ibu balita yang menengah ke bawah. Harga susu formula yang mahal sehingga ibu tidak memiliki kemampuan untuk membelinya dan lebih memilih membelanjakan uangnya untuk keperluaan rumah tangga yang lain dibandingkan dengan harus membeli susu formula.

4. Status Gizi Balita

Hasil penelitian ditemukan sebagian besar (82,7%) balita memiliki status gizi normal dan sisanya sebesar (17,3%) tidak normal. Bila dianalisis lebih jauh dari sebanyak 13 orang balita yang memiliki status gizi tidak normal dalam penelitian didapatkan sebanyak 7 orang (53,8%) memiliki berat badan kurang dan sebanyak 6 orang (46,2%) memiliki berat badan lebih .

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar balita memiliki status gizi yang normal, hal ini dapat terjadi karena balita mendapat asupan gizi cukup. Asupan gizi yang diberikan secara cukup kepada balita akan

menjamin pertumbuhan dan

perkembangannya secara normal. Kecukupan gizi balita saat inu telah membaik karena peningkatan pengetahuan ibu tentang cara pengolahan makanan yang sehat bagi balita, pada buku Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk ibu dan bayi disampaikan cara pengolahan makanan yang murah dan sehat dengan bahan makanan yang mudah didapat untuk bayi dan balita sehingga ibu dapat dengan mudah belajar dari buku tersebut dan mengolahnya sendiri di rumah.

5. Hubungan Pendidikan dengan Status Gizi Balita

Hasil uji spearman’s rho didapatkan ρ = (0,033), ρ< α (0,05), maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Beruntung Kota Banjarmasin, selanjutnya koefisien korelasi (r) untuk menunjukan kekuatan hubungan antara variabel pendidikan dengan Status Gizi Balita sebesar 0,246 bersifat lemah, masuk dalam rentang 0,00-0,25 menurut Colton. Arah hubungan

(13)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

13 positif yang berarti menunjukkan bahwa

semakin tinggi pendidikan ibu, maka status gizi balita akan cenderung normal.

Menurut Tatang (2012) “Pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja maupun yang tidak disengaja. Pendidikan tidak terbatas pada sekolah, pendidikan berlangsung didalam keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan”.

Hubungan pendidikan terhadap status gizi balita yang didapatkan karena pendidikan ibu membentuk perilaku yang positif dan rasional, bila dianalisis lebih jauh mereka yang memiliki pendidikan seluruhnya (100%) memiliki balita yang status gizinya normal, pendidikan menengah sebesar (92,3%) memiliki balita yang status gizinya normal dan pendidikan rendah hanya sebesar (75%) memiliki balita yang status gizinya normal, hal ini membuktikan bahwa mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi lebih rasional dalam bertindak, mereka tetap membawa balita ke puskesmas atau ke

posyandu untuk memantau status gizi mereka. Mereka yang memiliki pendidikan tinggi akan mampu berpikir bahwa pemantauan status gizi balita ke tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu atau pelayanan kesehatan lainnya akan membantu ibu dalam menentukan atau memilih asupan gizi yang baik untuk balita sehingga dapat menjamin status gizi balita yang normal.. Hasil penelitian ini sesuai seperti apa yang dikemukakan oleh Basri (2007) dalam Tatang (2012) yang menyebutkan bahwa “pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga dapat mencapai kualitas diri yang lebih baik”.

6. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita

Hasil uji spearman’s rho didapatkan ρ = (0,001), ρ< α (0,05), maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

(14)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

14 pengetahuan dengan status gizi balita,

selanjutnya koefisien korelasi (r) untuk menunjukan kekuatan hubungan antara variabel pengetahuan dengan status gizi balita sebesar 0,389 bersifat sedang, masuk dalam rentang 0,26 – 0,50 menurut Colton. Arah hubungan positif yang berarti menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang status gizi balita dan pemberian ASI eksklusif pada balita, maka ibu akan cenderung memiliki balita dengan status gizi yang normal.

Menurut WHO (2005) dalam Badriah (2011) “Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan dalam kategori status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih”.

Pengetahuan akan status gizi balita dan pemberian ASI eksklusif akan memicu keinginan ibu untuk memberikan asupan makanan yang terbaik bagi balita, yaitu asupan makanan yang baik pengolahan, penyimpanan maupun penyajian untuk balita adalah yang terbaik.. Pengetahuan ibu

tentang status gizi balita menentukan perilaku ibu dalam memberikan makanan pada balita, semakin banyak pengetahuan ibu mengenai status gizi balita maka ibu akan berhati-hati dalam memilih makanan untuk balita, seperti tidak membiarkan balita bebas jajan sembarangan, menghindari makanan yang tidak bernilai gizi untuk dikonsumsi balita.

7. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita

Berdasarkan analisis uji Spearman’s rho, p = 0,345 lebih besar dari 0,05 berarti hipotesis nol diterima oleh karena itu tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita di Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin.

Menurut Yuliati (2010) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi membutuhkan nutrisi terbaiknya melalui ASI.

(15)

Hubungan Pendidikan, Pengetahuan tentang Status Gizi dan Pemberian Asi Eksklusif dengan Status Gizi Balita pada Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

15 Hasil penelitan tidak menemukan

adannya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita disebabkan ASI hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi balita sampai usia 6 bulan, selanjutnya setelah berusia lebih dari 6 bulan bayi memerlukan makanan tambahan atau pendamping ASI, kandungan gizi pada ASI akan terus menurun sampai bayi berusia 2 tahun dan sejak anak berusia 6 bulan asupan gizi dari makanan pendamping ASI (MP-ASI) sangat berperan dalam pemenuhan gizi balita.

DAFTAR PUSTAKA

Badarudin. 2012. Hakikat Belajar dan

Pembelajaran. Artikel, (Online),

(http://www.badarudin.com, diakses 21 Desember 2015).

Badriah. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Refika Aditama.

Cahyaningsih. 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Dinkes Kota Banjarmasin. 2015. Laporan Gizi

Balita. Banjarmasin: Dinkes Kota

Banjarmasin.

Giri et al. 2013. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 6 – 24 bulan di Kampung Kajanan, Buleleng. Singaraja Bali: Stikes Buleleng Singaraja Bali.

Juliandi. 2015. Teknik Pengujian Validitas dan

Reliabilitas. Artikel, (Online),

(http://www.azuar-juliandi.com, diakses 21 Desember 2015).

Kemendiknas RI. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tetang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas. Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri

Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI.

---. 2011. Sayangi Bayi, Beri ASI. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI.

---. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI.

---. 2015. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kemenkes RI.

Kurniawati. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Baledono. Purworejo: Stikes Yatsi.

Notoatmodjo. 2014. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. ---. 2014. Metodelogi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Puskesmas Beruntung Raya. 2015. Buku Register Kunjungan Balita. Banjarmasin: Puskesmas Beruntung Raya

Sudijono. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suparyanto. 2011. Konsep Balita. Artikel, (Online), (http://www.suparyanto.com, diakses 21 Desember 2015).

Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Gambar

Tabel  1  Karakteristik  Umur  Ibu  di  Puskesmas  Beruntung Raya Kota Banjarmasin Tahun 2016
Tabel 7  Distribusi  Frekuensi  Status  Gizi  Balita  di  Puskesmas  Beruntung  Raya  Kota  Banjarmasin Tahun 2016  No  Status Gizi  f  %  1  2  Tidak Normal Normal  13 62  17,3 82,7  Jumlah  75  100

Referensi

Dokumen terkait

Mengembangkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sungkem, dan sopan) untuk Membentuk Karakter Cinta Damai. Penerapan budaya 5S dimaksudkan untuk membentuk

Upaya untuk melakukan perbaikan terhadap produktivitas kerja dengan pendekatan ergonomic dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan perancangan fasilitas

Sebaliknya, R 2 sama dengan 1, maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Citra Merek dengan Keputusan Pembeliandeterjen Daia pada Warga RW 004, Jakarta

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum

Dalam hal ini nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelompokan RVI bangunan berdasarkan bentuk atap tidak

Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah penentuan dimensi pilar penambangan yang akan digunakan sebagai penyangga lubang bukaan

Skripsi dengan judul “Korelasi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam terhadap perilaku beribadah siswa SMPN 2 Sumbergempol” ini di tulis oleh Durotul