• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK PROFIL UMUM DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEGAWAI SALON DI WILAYAH DENPASAR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK PROFIL UMUM DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEGAWAI SALON DI WILAYAH DENPASAR SELATAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

PROFIL UMUM DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEGAWAI SALON DI WILAYAH DENPASAR SELATAN

Dermatitis kontak adalah suatu kondisi kulit dimana mengalami peradangan yang disebabkan oleh faktor eksternal ataupun substansi yang berinterkasi dengan kulit. Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak akibat kerja dapat terjadi pada pegawai salon yang umumnya timbul karena terpapar dengan air dan bahan kimia dalam jangka waktu lama dan berulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil umum dermatitis kontak akibat kerja pada pegawai salon di wilayah Denpasar Selatan. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan menggunakan pendekatan deskriptif cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah pegawai salon yang berada di wilayah Denpasar Selatan dan menderita atau pernah menderita dermatitis kontak. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret-September 2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.

Hasil penelitian didapatkan 45 sampel dengan 22 orang (48,9%) mengalami dermatitis kontak selama bekerja dan 23 orang (51,1%) tidak mengalami dermatitis kontak.

Dapat disimpulkan bahwa gambaran kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pegawai salon memiliki persebaran yang hampir sama. Penelitian ini diharapkan dapat diperdalam dengan metode yang lebih baik dan penggunaan pemeriksaan penunjang untuk membantu penegakan diagnosis.

(2)

vii ABSTRACT

GENERAL PROFILE OF OCCUPATIONAL CONTACT DERMATITIS ON SALON EMPLOYEES IN THE SOUTH DENPASAR

Contact dermatitis is a skin condition in which inflammation caused by external factors or substances that interact with the skin. There are two types of contact dermatitis such as irritant contact dermatitis and allergic contact dermatitis. Occupational contact dermatitis can occur in the salon workers which generally arises due to exposure to water and chemicals in the long term and repetitive. The purpose of this study is to describe the general profile of occupational contact dermatitis on salon employees in the South Denpasar.

This research is an observational study using cross-sectional descriptive approach. Samples were salon employees who are in the South Denpasar and suffer or have ever suffered from contact dermatitis. The sampling technique using total sampling. The research was conducted from March to September in 2016. The instrument used in this study was a questionnaire.

The result showed 45 samples with 22 people (48.9%) experience contact dermatitis during work and 23 people (51.1%) did not experience contact dermatitis. It can be concluded that the incidence of contact dermatitis due to work at the salon workers have almost the same distribution. This study is expected to be deepened with better methods and use an investigation to assist in diagnosis.

(3)

viii RINGKASAN

Dermatitis kontak adalah suatu kondisi dimana kulit mengalami peradangan yang disebabkan oleh faktor eksternal ataupun substansi-substansi partikel yang berinteraksi dengan kulit. Dermatitis kontak terdiri dari dua jenis yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Gambaran klinis dari dua jenis dermatitis kontak inipun juga berbeda, dermatitis kontak iritan memiliki gambaran klinis berupa lesi awal adalah makula. eritema, vesikel, bula dan erosi. Dermatitis kontak iritan cenderung bersifat kronis dan semua orang beresiko mengalami dermatitis kontak iritan. Sedangkan dermatitis kontak alergi memiliki gambaran lesi awal berupa makula, eritema, papula, dan melebar atau meluas dari tempat awalnya. Dermatitis kontak alergi cenderung bersifat akut dan hanya orang-orang tertentu atau memliki riwayat alergi atau memiliki sensitifitas kulit yang tinggi saja yang mengalami dermatitis kontak alergi.

Pegawai salon merupakan salah satu pekerjaan yang beresiko untuk mengalami dermatitis kontak akibat kerja. Dermatitis kontak akibat kerja adalah keadaan yang abnormal dari kondisi kulit akibat adanya kontak atau interaksi dengan bahan maupun substansi yang berhubungan dengan pekerjaan. Pegawai salon merupakan pekerjaan yang beresiko karena pekerjaan ini melakukan kontak atau interaksi dengan air dan bahan kimia dalam jangka waktu yang panjang dan berulang. Pegawai salon memiliki waktu kerja 6 jam atau lebih, sedangkan seseorang mengalami resiko untuk mengalami dermatitis apabila kontak dengan air dan bahan kimia lebih dari 2 jam sehari. Selain lama waktu bekerja, penelitian serupa juga membahas mengenai frekuensi paparan terhadap bahan kimia selama bekerja, dimana semakin sering terpapar dengan bahan kimia maka semakin beresiko mengalami dermatitis kontak dikarenakan bahan yang dapat masuk ke kulit akan menimbulkan reaksi. Bahan kimia pada perawatan yang terdapat di salon juga dapat menimbulkan dermatitis kontak karena kandungan bahan kimia yang sering ditemukan adalah paraphenylenediamine dan oxidative hair dyes, salts of thioglycolic acid yang dapat ditemukan pada permanent solution dimana kandungan tersebut dapat mengiritasi dan menyebabkan sensitifitas yang tinggi. Sehingga penting adanya kesadaran dalam memproteksi diri berupa penggunaan alat perlindungan diri berupa sarung tangan untuk mengurangi resiko terpapar bahan kimia secara langsung.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memberikan karakteristik dermatitis kontak akibat kerja sehingga mampu memberikan profil umum berdasarkan jenis kelamin, usia, lama bekerja, pekerjaan yang dilakukan di salon, penggunaan alat perlindungan diri dan bahan kimia yang digunakan pada pegawai salon di wilayah Denpasar Selatan. Penelitian ini merupakan studi observasional yang menggunakan desain deskriptif cross-sectional. Populasi target dari penelitian ini adalah pegawai salon yang berada di wilayah Denpasar dengan populasi terjangkau adalah pegawai salon yang berada di wilayah Denpasar Selatan. Penelitian ini memperoleh sampel sebanyak 45 orang.

(4)

ix

SUMMARY

Contact dermatitis is a condition in which the skin becomes inflamed caused by external factors or substances particles that interact with the skin. Contact dermatitis divided into two types, irritant contact dermatitis and allergic contact dermatitis. Clinical features of two types of contact dermatitis also different, irritant contact dermatitis have clinical features in the form of early lesions are macula. erythema, vesicles, bullae and erosion. Irritant contact dermatitis tends to be chronic and all people at risk of irritant contact dermatitis. While allergic contact dermatitis have a picture of the early form lesions are macula, erythema, papules, and widened or expanded from the beginning. Dermatitis contact allergy tends to be acute and only certain people or someone has a history of allergies or higher sensitivity skin are experiencing allergic contact dermatitis.

Salon employees is one of the jobs that are at risk for occupational contact dermatitis. Occupational contact dermatitis is a condition of abnormal skin conditions due to any contact or interaction with the material and the substance associated with the job. A salon employee jobs are at risk because of this work contact or interaction with water and chemicals in the long term and repetitive. Salon employees have working time 6 hours or more, while the one at risk for dermatitis when in contact with water and chemicals more than 2 hours a day. In addition to the length of time worked, a similar study also discusses the frequency of exposure to chemicals during the work, which are increasingly being exposed to the chemical, the more at risk of contact dermatitis due to a material that can get into the skin will cause a reaction. Chemicals in treatment contained in the salon also can cause contact dermatitis because the chemicals are often found is paraphenylenediamine and oxidative hair dyes, salts of thioglycolic acid that can be found in the permanent solution where the compound can irritate and cause higher sensitivity. Thus it is critical awareness in protecting themselves in the form of the use of personal protective equipment such as gloves to reduce the risk of exposure to chemicals directly.

This study was conducted aiming to give the characteristic of contact dermatitis due to work so as to provide a general profile of events based on gender, age, duration of work, the work being done at the salon, use of personal protective equipment and chemicals used in salon workers in the South Denpasar. This study is an observational study using a descriptive cross-sectional design. The target population of this research is the salon workers in the area of Denpasar with a population of affordable is a salon employee residing in the South Denpasar. This study obtained a sample of 45 people.

(5)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR ARTI SINGKATAN, LAMBANG, DAN ISTILAH ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

2.1 Definisi Dermatitis Kontak Akibat Kerja ... 5

2.1.1 Definisi Dermatitis Kontak Iritan ... 5

2.1.2 Definisi Dermatitis Kontak Alergi ... 5

(6)

xi

2.3 Etiologi ... 6

2.3.1 Etiologi Dermatitis Kontak Iritan ... 6

2.3.2 Etiologi Dermatitis Kontak Alergi ... 7

2.4 Patogenesis ... 10

2.4.1 Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan ... 10

2.4.2 Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi ... 11

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak ... 13

2.6 Gejala Klinis ... 15

2.6.1 Gejala Klinis Dermatitis Kontak Iritan ... 15

2.6.2 Gejala Klinis Dermatitis Kontak Alergi ... 16

2.7 Diagnosis ... 18

2.8 Diagnosis Banding ... 22

2.9 Penatalaksanaan ... 23

2.10 Prognosis ... 24

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP ... 25

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 25

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 27

4.2. Subjek Penelitian ... 27

4.2.1 Populasi Penelitian ... 27

4.2.2 Sampel Penelitian ... 27

4.3 Variabel Penelitian ... 29

(7)

xii

4.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 29

4.4 Instrumen Penelitian ... 30

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 31

4.6.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 31

4.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 31

4.7 Alur Penelitian ... 32

4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Karakteristik Responden ... 35

5.2 Distribusi Berdasarkan Lama Bekerja dalam Sehari ... 36

5.3 Distribusi Berdasarkan Frekuensi Paparan ... 37

5.4 Distribusi Berdasarkan Jenis Pekerjaan yang Dilakukan ... 38

5.5 Distribusi Berdasarkan Penggunaan Alat Perlindungan Diri ... 39

5.6 Distribusi Berdasarkan Bahan Kimia yang Digunakan ... 40

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1 Simpulan ... 42

6.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi ... 13

Gambar 2.2 Dermatitis Kontak Iritan akibat mencuci pakaian ... 16

Gambar 2.3 Dermatitis Kontak Alergi akibat pewarnaan rambut ... 17

Gambar 2.4 Contoh dari reaksi patch test yang iritasi, meragukan dan positif ... 22

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian ... 26

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Alergen yang mengakibatkan dermatitis kontak pada pekerja ... 8

Table 2.2 Bahan Iritan dan Alergen dalam Berbagai Produk Perawatan Rambut ... 9

Table 2.3 Kriteria Mathia untuk DKAK ... 19

Table 2.4 Membaca kriteria reaksi patch test dengan DKG ... 21

Table 5.1 Karakteristik Responden ... 35

Table 5.2 Distribusi Dermatitis Kontak Berdasarkan Lama Bekerja dalam sehari ... 37

Table 5.3 Distribusi Dermatitis Kontak Berdasarkan Frekuensi Paparan... 38

Table 5.4 Distribusi Dermatitis Kontak Berdasarkan Jenis Pekerjaan yang Dilakukan . 39 Table 5.5 Distribusi Dermatitis Kontak Berdasarkan Penggunaan Alat Perlindungan Diri ... 40

(10)

xv

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

PAK : Penyakit Akibat Kerja PKAK : Penyakit Kulit Akibat Kerja DKA : Dermatitis Kontak Alergi DKI : Dermatitis Kontak Iritan

DKAK : Dermatitis Kontak Alergi Kerja

UV : Ultraviolet

APC : Antigen Presenting Cells TNF : tumor nekrosis faktor

MHC : major histocompatibility complex

IL : Interleukin

ICAM : Intercellular Adhesion Molecule

NT : Not Tested

DKG : Dermatitis Research Group MCI/MI : Chloro-methylisothiazolinone KTP : Kartu Tanda Penduduk APD : Alat Perlindungan Diri

(11)

xvi BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan baik itu

karena pekerjaan ataupun lingkungan kerja. Salah satu penyakit yang sering timbul

pada pekerja adalah penyakit kulit. Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) merupakan

keadaan patologi pada kulit yang terjadi karena adanya paparan pekerja dengan

bahan-bahan yang terdapat pada lingkungan pekerjaannya sehingga menimbulkan

penyakit yang dikenal dengan dermatitis kontak (North Lanarkshire Council, 2015).

Dermatitis kontak adalah suatu kondisi kulit dimana mengalami peradangan

yang disebabkan oleh faktor eksternal ataupun substansi-substansi partikel yang

berinteraksi dengan kulit (National Institute of Occupational Safety Hazards, 2006).

Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) dimana baik DKI atau DKA dapat bersifat akut

maupun kronis (Djuanda, 2007).

Dermatitis Kontak Iritan terjadi oleh karena efek sitotosik lokal langsung dari

bahan iritan baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik pada sel-sel

epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang

cukup (Health and Safety Executive, 2004), sedangkan Dermatitis Kontak Alergi

adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap

bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi

(National Institute of Occupational Safety Hazards, 2006).

(12)

xvii

Jumlah penderita DKA lebih sedikit apabila dibandingkan dengan DKI,

karena orang yang mengalami kasus DKA hanya pada yang memiliki kulit sangat

peka atau hipersensitif (Djuanda, 2007). Angka kejadian pada DKA yang terjadi

akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan mencapai 25% dari seluruh

dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) (Trihapsoro, 2003). Angka kejadian ini

sebenarnya 20-50 kali lebih tinggi dari angka kejadian yang dilaporkan (National

Institute of Occupational Safety Hazards, 2006).

Penyebab utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari

tumbuh-tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami sensitisasi terhadap

tanaman dari genus Toxicodendron, contohnya adalah tanaman jelatang atau Poison

Ivy, tumbuhan ini memproduksi urushiol sejenis zat yang pada kulit menimbulkan

iritasi sehingga menjadi gatal-gatal dan kemerahan. Disamping tumbuhan, bahan lain

yang dapat menyebabkan dermatitis kontak antara lain nikel sulfat (bahan-bahan

logam), potassium dichromat (semen, pembersih alat -alat rumah tangga),

formaldehid, etilendiamin (cat rambut, obat-obatan), mercaptobenzotiazol (karet),

tiuram (fungisida) dan parafenilendiamin (cat rambut, bahan kimia fotografi) juga

menjadi penyebab dermatitis kontak (Trihapsoro, 2003).

Prevalensi dermatitis kontak di Indonesia akibat kerja sekitar 90% baik iritan

maupun alergi. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari

389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis

kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi (Hudyono, 2002).

Pekerjaan yang menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kasus

dermatitis adalah pekerjaan yang basah atau berhubungan dengan air, sabun atau 2

(13)

xviii

bahan kimia lainnya, baik dalam kontak waktu yang panjang atau berulang-ulang.

Contohnya adalah pegawai salon. Pegawai salon memiliki waktu kerja hingga 6 jam

atau bahkan lebih, sedangkan seseorang lebih beresiko untuk mengalami dermatitis

jika memiliki periode waktu kontak dengan air atau bahan kimia lainnya lebih dari

dua jam dalam sehari. Hal ini menyebabkan pegawai salon yang bekerja pada bagian

mencuci rambut pelanggannya memiliki resiko yang lebih tinggi. Selain mencuci

rambut, faktor lain yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi pada pegawai

salon adalah penggunaan bahan kimia pada produk tata rambut seperti pewarna

rambut. Produk-produk yang mengandung nikel atau yang digunakan dalam bentuk

cairan maupun bubuk acrylic serta penggunaan sinar UV pada perawatan kuku juga

menjadi masalah terjadinya dermatitis kontak (North Lanarkshire Council, 2015).

Terkait dengan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk

mengetahui profil umum dermatitis kontak akibat kerja pada pegawai salon di

wilayah Denpasar Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana profil umum Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada pegawai salon

di wilayah Denpasar Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil umum Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada

pegawai salon di wilayah Denpasar Selatan.

(14)

xix 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui profil umum dermatitis kontak akibat kerja pada

pegawai salon di Denpasar Selatan berdasarkan usia, lama bekerja, jenis

pekerjaan yang dilakukan.

2. Untuk mengetahui profil umum dermatitis kontak akibat kerja pada

pegawai salon di Denpasar Selatan berdasarkan jenis bahan yang

digunakan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Sebagai sarana untuk mencegah kejadian dermatitis kontak akibat kerja

dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi pada pegawai salon di

wilayah Denpasar Selatan.

1.4.2 Manfaat Akademis

Sebagai sumber data yang nantinya dapat digunakan untuk dasar penelitian

atau referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengambil topik serupa.

Referensi

Dokumen terkait

Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Muara Sungai Nipah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.. Skripsi Biologi Universitas Medan Area (tidak

Keberadaan Waduk Sermo di Kabupaten Kulonprogo, sangat penting karena manfaatnya sebagai tampungan air bersih, sarana pariwisata dan saluran irigasi untuk lahan

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami karakteristik perusahaan industri sekaligus mengerti tentang sistem akuntansi biaya berdasarkan proses dan perhitungannya yang pada

Islam (2015) menyatakan ukuran siphon yang panjang memungkinkan kerang menggali substrat lebih dalam untuk mendapatkan makanan. Sebaran ukuran panjang cangkang yang

Hameed, Ramzan, Ali, dan Arslan (2014) meneliti tentang pengaruh kompensasi dan kinerja karyawan pada sektor perbankan di Pakistan. Sampel yang digunakan adalah 200

Dengan cara demikian api dari dua arah akan bertemu ditengah dan karena bahan bakar habis maka api padam.Untuk melakukan bakar balas biasanya areal pinggir sungai atau jalan

Penelitian ini tidak bermaksud membandingkan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan nonakuntansi, namun lebih berfokus dalam memprediksi apakah persepsi dan sikap yang

Begitu pula yang terjadi di Indonesia, UKM yang dikelola komunitas memiliki komoditas yang bisa memiliki value tinggi secara ekonomi, akan tetapi komunitas