• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Konservasi dengan Persepsi Nelayan tentang Kegiatan Penanaman Mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Konservasi dengan Persepsi Nelayan tentang Kegiatan Penanaman Mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Ekosistem mangrove merupakan salah satu contoh ekosistem pesisir. Hutan mangrove di Indonesia membentang di sepanjang pantai Indonesia, mulai dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku hingga Papua. Hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1993 tercatat memiliki area seluas 3,7 juta hektar. Namun, pada tahun 2005, hutan mangrove yang tersisa hanya sekitar 1,5 juta hektar. Dalam 24 tahun terakhir, penurunan area hutan mangrove di Indonesia semakin memburuk (KNLH, 2006).

Ekosistem mangrove di Indonesia banyak mengalami kerusakan, baik yang disebabkan oleh faktor alami maupun manusia. Kawasan Utara Kabupaten Tangerang, Banten merupakan salah satu kawasan yang mengalami kerusakan pantai yang memprihatinkan. Berdasarkan hasil pengamatan garis pantai tahun 2005 dengan hasil analisis digitasi garis pantai dari Citra

Landsat-5 TM p122r064 tahun 1997 ditemukan ada beberapa lokasi yang mengalami abrasi. Di daerah Tanjung Pasir misalnya, kerusakan pantai telah sangat berat dan sudah sampai ke tambak masyarakat sekitar 5-10 m ke arah darat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas manusia maupun akibat fenomena alam (Tarigan, 2007).

Kerusakan ini tentu saja sangat merugikan bagi masyarakat pesisir Tanjung Pasir yang menggantungkan hidup dari alam. Mereka semakin kesulitan menangkap ikan karena ekosistem mangrove sebagai tempat biota bertumbuh telah dikonversi menjadi areal tambak. Sebagai upaya pemeliharaan lingkungan dan pemulihan kerusakan ekosistem mangrove serta antisipasi perubahan iklim global, maka dilakukan kegiatan penanaman mangrove (KKP, 2010). Namun, belakangan ada beberapa mangrove yang mati karena tidak adanya perawatan. Oleh sebab itu, perlu adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk menjaga hutan Hubungan Pengetahuan Konservasi dengan Persepsi Nelayan tentang Kegiatan

Penanaman Mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang The Correlation between Conservation Knowledge and Fisherman Perception about Mangrove Plantation Activities on Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang

Siti Hadianti, Eka Putri Azrai, Paskal Sukandar Corresponding author; email: light_northern@ymail.com

Abstract

Mangrove is a coastal ecosystem that has been severely damaged because of irresponsible people. One of the ways to overcome this problem is by carrying out mangrove plantation program. Conservation knowledge is important to form a good perception about the activity. This research was aimed to know the correlation between conservation knowledge and fisherman perception about mangrove plantation activity. It was held on Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang, Banten on June 2012 using a descriptive survey method of Correlation Study. A total of 40 fishermen were selected by simple random sampling. Instruments of conservation knowledge test and fisherman perception were used to obtain data. The mean score of conservation knowledge and fisherman perception were 81.75 and 69.02, respectively. Prerequisite test using normality test of kolmogorov-Smirnov showed a normal result while homogeneity test of F-test showed a non homogenous data. The Spearman Rank correlation coefficient was 0.049 showing a very weak correlation. As the result, it can be concluded that there was a correlation between conservation knowledge and fisherman perception about the mangrove plantation activities.

(2)

mangrove setelah dilakukan penanaman, terutama di wilayah pesisir dimana sebagian besar nelayan menangkap ikan.

Persepsi nelayan terhadap lingkungan selain berkaitan dengan cara-cara dalam menangkap yang merusak lingkungan juga tingkat kepedulian mereka yang masih rendah dalam menjaga kelestarian lingkungan pesisir sehingga secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi jumlah dan variasi ikan di wilayah itu (Ismail, 2010). Kelestarian lingkungan sangat penting bagi masyarakat dan pengetahuan sekecil apapun pasti sangat membantu efisiensi aksi konservasi (Supriatna, 2008).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan konservasi dengan persepsi nelayan tentang kegiatan penanaman mangove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi target pada penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di wilayah sekitar Desa Tanjung Pasir. Populasi terjangkaunya adalah nelayan yang tercatat sebagai warga Rt 01-Rt 05/Rw 06 Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang, Banten. Sampel dalam penelitian berjumlah 40 orang dari 5 rt yang dipilih secara simple random sampling.

Data pada penelitian ini didapatkan melalui tes pengetahuan konservasi, angket persepsi nelayan, dan wawancara. Selanjutnya dilakukan uji prasyarat analisis data uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji F dengan taraf signifikansi 5% atau (α = 0,05). Tahap berikutnya dilakukan uji Spearman Rank untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel.

Hasil

Deskripsi Data 1.

a. Pengetahuan Konservasi

Berdasarkan hasil perhitungan pengelompokan data pengetahuan konservasi, nilai dalam kategori sangat baik (81-100) sebanyak 23 orang dan kategori baik

(61-80) sebanyak 17 orang. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat nelayan yang memiliki pengetahuan konservasi pada kategori cukup (41-60) ataupun kurang baik (<40).

Gambar 1. Diagram Skor Pengetahuan Konservasi

Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata nilai kriterium pengetahuan konservasi adalah 81,75 dengan nilai kriterium tertinggi adalah 96,67 dan nilai kriterium terendah adalah 63,33.

b. Persepsi Nelayan tentang Kegiatan Penanaman Mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang

Berdasarkan hasil perhitungan tentang persepsi nelayan tentang kegiatan penanaman mangrove didapatkan bahwa tidak ada nelayan yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Nilai persepsi nelayan yang termasuk dalam kategori baik (61-80) sebanyak 36 orang dan kategori cukup baik (41-60) sebanyak 4 orang serta tidak diperoleh nilai persepsi nelayan dalam kategori kurang baik (<40).

Gambar 2. Diagram Skor Persepsi Nelayan tentang Kegiatan Penanaman Mangrove

Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata nilai kriterium persepsi nelayan adalah 69,02 dengan nilai kriterium tertinggi untuk angket persepsi nelayan adalah 78,67. dan nilai kriterium terendah adalah 58.

61-80 (baik) 41-60 (cukup baik) 90% 10% 81-100 (sangat baik) 61-80 (baik) 57.5 % 42.5 %

(3)

Hubungan antara pengetahuan konservasi dengan persepsi nelayan tentang kegiatan penanaman mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir dapat ditunjukkan melalui diagram pada gambar 3.

Pengujian Prasyarat Analisis 2.

a. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil perhitungan pengetahuan konservasi dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi (α) =0,05 diperoleh hasil amaks < Dtabel yaitu 0,145 < 0,215. Hasil tersebut menunjukkan bahwa amaks lebih kecil dari Dtabel yang berarti terima H0 dan data populasi berdistribusi normal.

Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan untuk persepsi nelayan tentang kegiatan penanaman mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada α =0,05 diperoleh hasil amaks< Dtabel yaitu 0,15 < 0,215. Hasil tersebut menunjukkan bahwa amaks lebih kecil dari Dtabel yang berarti terima H0 dan data populasi berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji F pada taraf α =0,05. Setelah dilakukan perhitungan dengan uji F diperoleh Fhitung lebih besar dari Ftabel yaitu 2,09 > 1,69. Berdasarkan kriteria, apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa data populasi tidak homogen.

Uji Hipotesis 3.

Melalui perhitungan korelasi Spearman Rank didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,049 yang dikategorikan memiliki kekuatan hubungan sangat rendah. Pembahasan

Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan konservasi dengan persepsi nelayan setelah koefisien korelasi nilai r diinterpretasikan ke dalam kriteria menurut Hasan (2004) dimana kekuatan hubungan sangat rendah.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Strawson (1992) dalam Cassam (2009) yang mengatakan bahwa, “the concepts of c. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh nelayan yang dijadikan sampel didapatkan hasil 100 % atau 40 orang mengatakan bahwa kegiatan penanaman mangrove tidak mengganggu kegiatan nelayan dalam menangkap ikan. Sebanyak 27,5 % atau 11 orang mengatakan bahwa kegiatan penanaman mangrove mempengaruhi hasil tangkapan ikan sedangkan sebanyak 72,5 % atau 29 orang mengatakan bahwa kegiatan penanaman mangrove tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan.

Selanjutnya, sebanyak 15 % atau 6 orang nelayan mengungkapkan bahwa mereka tidak setuju dengan didirikannya tanggul di sekitar kawasan mangrove, sedangkan sebanyak 85 % atau 34 orang nelayan mengatakan bahwa mereka setuju dengan didirikannya tanggul.

Dalam hal pelestarian mangrove, sebanyak 62,5 % atau 25 orang nelayan mengatakan bahwa mereka belum pernah melakukan usaha pelestarian, sedangkan sebanyak 37,5 % atau 15 orang mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan usaha pelestarian mangrove. Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 97,5 % atau 39 orang nelayan memiliki harapan kepada pemerintah terhadap pengelolaan mangrove sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 2,5 % atau 1 orang nelayan tidak memiliki harapan apapun kepada pemerintah.

d. Hubungan Pengetahuan Konservasi dengan Persepsi Nelayan

Skor Pengetahuan Konservasi

Gambar 3. Diagram Hubungan antara Pengetahuan Konservasi dengan Persepsi Nelayan tentang Kegiatan Penanaman Mangrove

(4)

ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Aunurrohman (2009) bahwa pengetahuan seseorang berkaitan dengan pengalaman yang dimilikinya. Pengalaman ini merupakan salah satu faktor yang membentuk persepsi. Namun, mayoritas nelayan tidak mengetahui fungsi mangrove bagi ikan. Menurut mereka, adanya mangrove tidak mempengaruhi hasil tangkapan ikan. Hal ini diduga karena banyak nelayan yang mencari ikan di tengah laut dan tidak di pinggir laut sehingga mereka tidak menaruh perhatian pada kondisi mangrove sekitar.

Hasil angket juga menunjukkan bahwa mayoritas tempat tinggal nelayan yaitu 37 dari 40 orang sering mengalami banjir. Karena hal tersebut, masyarakat memandang positif adanya kegiatan penanaman mangrove, baik di pinggir laut maupun di area sekitar tambak, karena dapat mengatasi masalah banjir yang hampir terjadi setiap bulan. Selain itu, abrasi juga turut memperparah keadaan sekitar wilayah Kampung Garapan.

Pengetahuan konservasi dengan persepsi nelayan tentang kegiatan penanaman mangrove menunjukkan kekuatan hubungan yang sangat rendah karena persepsi dapat dibentuk dari berbagai faktor, bukan hanya pengetahuan. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya kebutuhan psikologis, latar belakang, kepribadian, sikap dan kepercayaan diri, serta penerimaan diri. Sedangkan faktor eksternal diantaranya intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, dan keakraban serta sesuatu yang baru. Faktor-faktor tersebut juga dapat membentuk persepsi nelayan tentang kegiatan penanaman mangrove.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan konservasi dengan persepsi nelayan tentang kegiatan penanaman mangrove di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Tangerang, Banten.

Daftar Pustaka

Aunurrohman. (2009). Psikologi Umum. Bandung: Alfabeta.

knowledge and perception are closely linked”. Strawson juga mengemukakan hal berikut: “We could not fully elucidate the concept of knowledge without reference to the concept of sense perception.” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan persepsi.

Mayoritas warga Kampung Garapan berprofesi sebagai nelayan. Kondisi nelayan Kampung Garapan tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Kusnadi (2010) mengenai ciri umum kehidupan nelayan. Para nelayan memiliki tingkat sosial ekonomi rendah yang dapat dilihat secara fisik berupa kualitas pemukiman yang kurang memadai. Selain itu, untuk mengidentifikasi kehidupan nelayan miskin dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pola konsumsi sehari-hari dan tingkat pendapatan mereka.

Cassam (2009) menjelaskan hal berikut: “The explanatory link between perceiving and knowing also reveals something important about the nature of knowledge or the concept of knowledge. It reveals that knowledge is the kind of state that one can get into by perceiving.” Pengetahuan dapat diperoleh dengan perceiving atau merasakan. Dalam persepsi, kita menangkap objek-objek. Objek-objek ini kurang lebih berdiri sendiri, mengandung struktur di dalamnya, dan mempunyai batas-batas di luarnya. Dengan kata lain, objek-objek itu mempunyai bentuk. Bentuk inilah yang terutama memungkinkan kita untuk mengenal dan mengingat kembali objek-objek tersebut (Sobur, 2003).

Nelayan merupakan orang yang paling sering berinteraksi dengan laut yang artinya juga berinteraksi dengan ekosistem di sekitarnya seperti ekosistem mangrove. Para nelayan di Kampung Garapan dilibatkan dalam kegiatan penanaman mangrove dan mereka merasa antusias mengikuti kegiatan ini diantaranya karena mereka merasakan manfaat mangrove.

Berdasarkan hasil wawancara, para nelayan mengetahui bahwa bagi berbagai ikan, mangrove merupakan tempat yang cocok sebagai tempat mencari ikan dan pembesaran anak sehingga mangrove berpengaruh pada hasil tangkapan ikan. Hal

(5)

Kusnadi. (2010.) Kebudayaan Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Jelajah Budaya. Medan: JALA.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: Pustaka Setia.

Supriatna, Jatna. (2008). Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tarigan, M. Salam. (2007). Perubahan Garis Pantai di Wilayah Pesisir Perairan Cisadane, Provinsi Banten. Makara Sains, Vol. 11, No. 1, April 2007: 49-55

Cassam, Quassim. (2009). Knowledge, Perception and Analysis. South African Journal of Philosophy.

Hasan, Iqbal. (2004. Analisis Data Penelitan dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Ismail, Zarmawis, (2010). Kerusakan

Lingkungan Pesisir dan Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan: Sebuah Pendekatan.

KNLH. (2006). State of Environment Report in Indonesia. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup .

KKP. (2010). Gerakan Bersih Pantai dan Laut. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Gambar

Gambar 1. Diagram Skor Pengetahuan  Konservasi
Gambar 3. Diagram Hubungan antara Pengetahuan  Konservasi  dengan Persepsi Nelayan tentang  Kegiatan Penanaman Mangrove

Referensi

Dokumen terkait

Karakter Tuan Mandor dalam perannya sebagai tokoh antagonis dalam komik strip Si Bujang terlihat pada beberapa panel gambar berisi teks atau dialog serta ekspresi

Perbedaan yang mendasar antara fuel cell dengan baterai adalah terdapat pada supply energinya, baterai bersifat hanya menyimpan energi saja dan energi maksimum yang

Selain itu juga peran perpustakaan komunitas dalam meningkatkan minat baca masyarakat cukup baik dengan koleksi yang dimiliki oleh mereka mencapai persentase 21%, untuk promosi

kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif [2] Keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence) dan

Skripsi yang berjudul Pengaruh Pendidikan, Pengalaman, Pelatihan dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta Barat ini dibuat unutk

Dedy : Ada perlombaan Ninju Shu di Indonesia, ada berapa orang anggota? Ninju Shu : sekitar lima puluh orang. Dalam kutipan [4] terlihat wujud kesantunan yang

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan

Hasil pengujian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi sorbitol yang ditambahkan pada