• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bimbingan Klinik Model Bedside Teaching

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Bimbingan Klinik Model Bedside Teaching"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

945

Pengaruh Bimbingan Klinik Model Bedside Teaching Terhadap Motivasi Belajar mahasiswa Menjalani Praktik Klinik Pada Mahasiswa Prodi Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu. Rina Tampake1

Abstrak :Membimbing di klinik merupakan pembelajaran yang terencana, menggunakan model bimbingan terarah, terstruktur, melalui kontak dengan pasien dan berfokus pada pasien sehingga menimbulkan rasa percaya diri mahasiswa, termotivasi dan diharapkan mereka segera menyatu dengan ilmu yang dipelajari. Bedside teaching adalah model pembelajaran yang dapat digunakan pembimbing klinik pada situasi nyata dengan menghadirkan pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bimbingan klinik model bedside teaching terhadap motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik pada mahasiswa Prodi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, rancangan penelitian quasi eksperiment non-randomized post only control designyang memberikan perlakuan berbeda pada kedua kelompok. Sampel adalah mahasiswa menjalani praktik klinik diambil secara total populasi berjumlah 90 orang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok intervensi di RS Anutapura Palu 45 orang dan kelompok kontrol 45 orang di RS Undata Palu. Uji beda menggunakan Independent t-tes. Hasil penelitian kelompok intervensi dan kontrol memiliki rata-rata skor putaran ke-1 63,022 dan 55,022, pada putaran ke-2 61,556 dan 57,711, putaran ke-3 65,867 dan 59,356. Pada putaran terakhir (putaran ke-4) rata-rata skor kelompok intervensi 66,644 dan kelompok kontrol 63,356.p-value= 0,00 pada alpha 5% (0,05). Kesimpulannya terdapat berbedaan yang signifikan antara skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapatkan bimbingan model bedside teaching dengan skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik dengan bimbingan secara konvensional. Disarankan bagi pihak institusi pendidikan dan pihak RS untuk menetapkan dan menggunakan model bimbingan bedside teaching dalam pembimbingan di klinik.

Kata Kunci :Bimbingan klinik, bedside teaching, dan motivasi.

Abstract :Coaching in the clinic is a planned learning, using the model ofdirectional guidance, structured, through contact with the patient and focuses on patients, its improving self-confidence of students, motivated and they are expected to immediately merge with knowledge learned. Bedside teaching is a learning model that can be used by clinical instructor in real situations ofpresenting patients. This study aims to determine the effect of bedside teaching model of clinical instruction on learning motivation of students undergoing clinical practice among nursing students of Health Polytechnic of Palu. This research is quantitative, under designed of quasi-experimental post only non-randomized control design that provide different treatmentin both groups. Samples were students under going clinical practice by total population of 90 people divided into two groups, namely the intervention group in Anutapura hospital Palu (45 people) and 45 people in the control group which located in Undata hospital Palu. Comparation between both two groups was analysed based on Independentt-tests.Results ofthe study showed that intervention and control group had an average score respectively on round 1 were 63.022 and 55.022, on round 2 were 61.556 and 57.711, on round 3 were 65.867and59.356 and in the last round (round 4) the average score were 66,644 and 63.35666.644. (P-value = 0.00at alpha 5% (0.05)).

In conclusion,there is asignificant difference between the scores ofthe students learning motivation under going clinical practice with model of bedside teaching compared tolearning motivation scores of students undergoing clinical practice with conventional guidance. As suggestion to the educational institutions and the hospital to establish and appy the model of bedside teaching in the clinical coaching.

Keywords : Clinical coaching, Bedside teaching, and Motivation. 1

Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Palu Poltekkes Kemenkes Palu

(2)

946 PENDAHULUAN (Introduction)

Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesional diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang menguasai pengetahuan, di bidang keperawatan serta menampilkan sikap dan keterampilan profesional (Nursalam & Efendi 2008).

Mengajar di klinik merupakan pembelajaran yang aktif berdasarkan pengalaman diperoleh melalui kontak dengan pasien dan berfokus pada pasien sehingga menimbulkan rasa percaya diri bagi mahasiswa, termotivasi dan diharapkan mereka akan menyatu dengan ilmu yang dipelajari (Hays. Richard, 2006).

Bedside teaching didefininisikan

sebagai mengajar dengan kehadiran pasien. Bedside teaching tidak hanya diaplikasikan pada setting rumah sakit, namun juga dapat diaplikasikan pada situasi apapun dimana proses mengajar disertai dengan adanya pasien. Bedside

teaching memiliki tujuan untuk

mengajarkan pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan tingkah laku (attitude) yang berhubungan langsung dengan kehadiran pasien (Harden,et al , 1999).

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan praktik klinik, bimbingan yang diberikan pembimbing klinik belum terjadwal dan terstruktur. Bimbingan menggunakan gaya

masing-masing pembimbing sehingga

mahasiswa lebih bersifat pasif. Tahun Ajaran 2012/2013, dari 90 mahasiswa yang menjalani Praktik Klinik Keperawatan Maternitas, didapatkan 25 % mahasiswa sering datang terlambat

masuk dinas baik dinas pagi, sore maupun malam, terdapat 40% yang terlambat menyelesaikan tugas askep di setiap akhir rotasi ruangan sehinggga hal ini menyebabkan penundaan ujian kompetensi di tiap ruangan, 30 % terlambat menyerahkan laporan akhir askep sehingga respon akhir menjadi terlambat. Hal ini berdampak pada keterlambatan memasukan nilai akhir. Demikian juga untuk Praktik Klinik Keperawatan Klinikal Medikal Bedah IV pada mahasiswa semester IV tahun ajaran 2012/2013, 75% terlambat menyelesaikan tugas akhir laporan askep sehingga nilai mahasiswa yang sudah harus disetor ke bagian evaluasi akademik menjadi tertunda.

Keberhasilan mahasiswa dalam menjalani praktik klinikkeperawatan salah satunya dapat ditentukan oleh bagaimana keadaan lingkungan pembelajaran klinik termasuk metode pembelajaran yang digunakan untuk memotivasi belajar mahasiswa dalam upaya pencapaian kompetensi (Rahmani.S & Leinster(2008).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, perlu dipelajari apakah adaPengaruh Model Pembelajaran Klinik Bedside Teaching Terhadap Motivasi Belajar mahasiswa Menjalani Praktik Klinik Pada mahasiswa Prodi keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perbedaan skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapatkan bimbingan klinik model bedside teaching danyang

(3)

947 mendapatkan bimbingan klinik model konvensional.

METODE (Methods)

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi

eksperiment non-randomized pre dan

postonly control design. Penelitian ini

akan memberikan perlakuan berbeda pada kedua kelompok yang satu sebagai kelompok perlakuan dan kelompok lain

sebagai kelompok kontrol

(Sugiyono,2010). Pada kelompok perlakuan, pembimbing klinik diberikan pelatihan khusus terkait dengan pembelajaran klinik model badside

teaching kemudian menerapkannya

dalam proses bimbingan pada mahasiswa yang menjalani praktik klinik. Sedangkaan kelompok kontrol bimbingan klinik yang diberikan

kepada mahasiswa bersifat

konvensional sebagaimana biasa yang

dilakukan pembimbing dalam

bimbingan klinik.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat I smester II Prodi Keperawatan Kemenkes Palu yang menjalani praktik klinik kebutuhan dasar manusia berjumlah 90 orang. Pengambilan sampel penelitian ini secara total populasi dengan tehnik pengambilan secara purposive

sampling, yakni seluruh mahasiswa

tingkat satu yang sementara menjalani praktik klinik kebutuhan dasar manusia di RS Undata Palu 45 orang sebagai kelompok kontrol dan di RS Anuta Pura Palu berjumlah 90 orang sebagai kelompok intervensi.

Variabel penelitian:,variabel bebas (independent Variable) Bimbingan klinik model badside teaching dan variable terikat (dependent variable) motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik.

Analisis univariat untuk diketahuinya skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik pada mahasiswa Prodi keperawatan.

Analisis bivariat dilakukan pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi dengan menggunakan statistik parametrik untuk mengukur hipotesis komparatif. Sebelum data dianalisis perlu memperhatikan data yang berdistribusi normal sehingga terlebih dahulu dilakukan penngujian normalitas data Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian datanya berdistribusi normal, maka layak untuk dilanjutkan dengan uji beda menggunakan independen t-tes. Penggunaan uji independent t-tes dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan 0,05. Hipotesisnya, ada pengaruh yang bermakna , jika Nilai p ≤ 0,05 maka Ha di terima (Sugiyono,2010)

HASIL PENELITIAN (Result) Analisis Univariat

Skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapatkan bimbingan model badside

teaching didapatkan berdasarkan hasil

observasi di setiap akhir rotasi pada 4 ruangan praktik klinik. Observasi dilakukan sebanyak empat kali (4) guna melihat progresnya.

(4)

948

Tabel 1. Deskripsi Skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik Yang mendapatkan bimbingan klinik model badside teaching pada

minggu1,2,3,4 di RS.Anutapura Palu

Kelompok Waktu Minimum Maksimum Mean Stad.deviation Minggu ke-1 53 74 63,02 6,08 Intervensi Minggu ke-2 54 74 61,56 4,94 N= 45 Minggu ke-3 50 76 65,87 7,85 Minggu ke-4 50 80 66,64 5,98

Tabel 2. Skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapatkan bimbingan model konvensional pada minggu 1,2,3,4 di RS.Undata Palu Kelompok Waktu Minimum Maksimum Mean Stad.deviation Minggu ke-1 42 66 55,62 6,82 Intervensi Minggu ke-2 49 69 57,71 4,91 N= 45 Minggu ke-3 37 73 59,36 7,50 Minggu ke-4 54 74 63,36 5,52

Berdasarkan tabel4.2 dan 4.3, terlihat bahwa kedua kelompok intervensi dan kontrol memiliki perbedaan skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik. Pada kelompok intervensi yang mendapat bimbingan klinik model badside teaching, rata-rataskor pada minggu ke-1 sebesar 63,02. Terjadi penurunan rata-rata skor pada minggu ke-2 menjadi 61,56. Pada minggu ke-3 dan ke-4 meningkat kembali rata-rata skor menjadi 65,87

dan 66,64. Untuk kelompok intervensi rata-rata skor pada minggu ke-1 sebesar 55,62, meningkat pada minggu ke-2 menjadi 57,71, selanjutnya pada minggu ke=3 dan ke-4 rata-rata skor menjadi 59,36 dan 63,36.

Perbandingan skor motivasi mahasiswa menjalani praktik klinik baik pada kelompok intervensi. Disajikan pada gambar 1 dibawah ini.

(5)

949

Gambar 1 . Perbandingan Rerata Kelompok Intervensi Pada Masing-Masing Putaran

Selanjutnya perkembangan dan perbandingan skor motivasi mahasiswa menjalani praktik klinik pada

kelompok kontrol pada gambar 2 dibawah ini

Gambar 2 Perbandingan Rerata Kelompok Kontrol Pada Masing-masing Putaran

Dari kedua gambar tersebut terlihat adanya perbedaan rata-rata skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik antara kelompok intervensi maupun kontrol .pada kelompok intervensi secara progress terjadi penurunan skor di putaran ke-2

namun meningkat kembali pada putaran ke-3 dan ke-4. Sedangkan Pada kelompok kontrol secara progress terjadi peningkatan pada setiap putarannya.Perbandingan rata-rata skor antara kedua kelompok lebih jelasnya pada gambar 3 dibawah ini.

63.022 61.556 65.867 66.644 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 1 2 3 4 55.622 57.711 59.356 63.356 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 1 2 3 4

(6)

950 Berdasarkan gambar 3 diatas,nampak bahwa terjadi penurunan rata-rata skor pada minggu ke-2 untuk kelompok intervensi, Meskipun demikian terdapat perbedaan rata-rata skor motivasi mahasiswa menjalani praktik klinik antara kelompok intervensi dan kelompok control

Uji normalitas data

Dilakukan agar diketahuinya data berdistribusi normal atau tidak

menggunakan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji

didapatkan data berdistribusi normal dengan p-value>0,05 maka layak dilanjutkan dengan uji beda kedua kelompokmenggunakan independent t-tes dengan tingkat kemaknaan 95%. Berikut ini pada tabel 3disajikanhasil uji normalitas data, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.

Tabel 3. Hasil uji normalitas data motivasi mahasiswa menjalani praktek klinik pada kelompok intervensi maupun kontrol

Kelompok Nilai P Kolmogorov- smirnov Hasil Intervensi 0,792 Normal Kontrol 0,317 Normal Berdasarkan tabel tersebut diatas,

terlihat nilai signifikansinya dari uji normalitas kolmogorov smirnov dengan

p-value adalah >0,05 baik pada

kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Kesimpulannya data berdistribusi normal.

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klnik yakni skor motivasi

mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapat bimbingan klinik model

badside teaching lebih tinggi

dibandingkan skor motivasi mahasiswa

yang mendapatkan bimbingan

konvensional. Uji beda ini dilakukan pada kedua kelompok berdasarkan hasil pengumpulan data melalui observasi pada mahasiswa menjalani praktik klinik. Uji beda menggunakan independent t-tes dilakukan dengan

50,00 55,00 60,00 65,00 70,00

Putaran 1 Putaran 2 Putaran 3 Putaran 4 55,62 57,71 59,36 63,36 63,02 61,56 65,87 66,64 R e r a t a Putaran

Perbandingan Rerata Kelompok Kontrol dan Intervensi Pada Masing-masing Putaran

Kontrol Intervensi

(7)

951 membandingkan skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik antara kedua kelompok, dan membandingkan hasil skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik putaran pertama (minggu pertama) hingga putaran terakhir

(minggu keempat). Tabel 4

menunjukan hasil analisis mean deference yang digunakan untuk membandingkan selisih rata-rata skor antara kedua kelompok intervensi maupun kontrol.

Tabel 4. Uji Beda Skor Motivasi Belajar Mahasiswa Menjalani Praktik Klinik Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Untuk

Masing-masing Putaran Moti- vasi Kelom-pok N Mean Std Deviasi Mean Deferen-ce t p-Value Putaran 1 Kontrol 45 55,622 6,823 7,400 5,431 0,000 Intervensi 45 63,022 6,081 Putaran 2 Kontrol 45 57,711 4,911 3,844 3,703 0,000 Intervensi 45 61,556 4,939 Putaran 3 Kontrol 45 59,356 7,502 6,511 4,022 0,000 Intervensi 45 65,867 7,853 Putaran 4 Kontrol 45 63,356 5,523 3,289 2,710 0,008 Intervensi 45 66,644 5,982

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik pada putaran pertama untuk kelompok intervensi yang mendapatkan bimbingan klinik model badside teaching rata-rata skornya 63,022 dan kelompok kontrol rata-rata skornya 55,622, p-value 0,00 pada alpha 5%. Putaran ke-2 menunjukan skor kelompok intervensi mengalami sedikit penurunan dengan nilai rata-rata skor adalah 61,556 sedangkan kelompok kontrol skor rata-ratanya 57,771 dengan p-value 0,00 pada alpha 5% (0,05).Putaran ke-3 menunjukan rata-rata skor baik pada kelompok intervensi maupun kontrol

yaitu 65,867 dan 59,365 dengan

p-value 0,00 pada alpha 0.05. Pad

putaraan terakhir (putaran ke-4) diperoleh rata-rata skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik untuk kelompok intervensi sebesar 66,44 dan kelompok kontrol sebesar 63,356 dengan p-value 0,00 pada alpha 0.05.

Tabel berikut ini adalah perbandingan rata-rata skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada putaran pertama (minggu ke-1) dan putaran terakhir (minggu ke-4).

(8)

952

Tabel 5. Uji Beda Skor Motivasi Belajar Mahasiswa Menjalani Praktik Klinik Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Putaran Pertama (pre) dan Putaran Terakhir (post) Moti- vasi Kelom-pok N Mean Std Deviasi Mean Deferen-ce t p-Value Intervensi Minggu I(pre) 45 63,022 6,081 3,622 3,344 0,000 Minggu IV (post) 45 66,644 5,982 Kontrol Putaran I (pre) 45 55,622 6,823 7,733 4,952 0,000 Putaran (post) 45 63,356 5,523 Pada tabel 4.6 diatas, terilihat

perbedaan rata-rata skor motivasi mahasiswa menjalani praktik klinik pada putaran pertama dan terakhir (ke– empat) yakni pada kelompok intervensi putaran ke-1 63,022 dan putaran ke-4 66,644 dengan p-value 0,00 pada alpha 0,05 sedangkan pada kontrol juga terdapat perbedaan putaran ke-1 sebesar 55,622 dan putaran terakhir sebesar 63,358 dengan p-value 0,00 pada alpha 0,05.

Berdasarkan uji statistik tersebut diatas didapatkan ada pengaruh bimbinganklinik model badside

teaching terhadap motivasi belajar

mahasiswa menjalani praktik klinik pada mahasiswa Prodi Keperawatan Palu. Hasilnya menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik pada kelompok intervensi yang mendapat bimbingan klinik model

badside teaching dan kelompok kontrol

yang mendapat bimbingan klinik secara konvensional. Perbedaan ini terllhat dari p-value 0,00 pada alpha 5% (0,05). Dengan demikian Ha diterima.

PEMBAHASAN (Discuss)

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan rata-rata skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik antara kelompok intervensi yang mendapat bimbingan klinik model badside teaching dan kelompok kontrol yang mendapat bimbingan klinik model konvensional dimana pada kelompok intervensi secara progress dari putaran pertama (Ke-1) hingga putaran terakhir (Ke-4) memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol. Perbedaan skor tersebut yaitu putaran ke-1 kelompok intervensi 63,022 dan kelompok kontrol 55,022, pada putaran ke-2 kelompok intervensi memiliki rata-rata skor 61,556 dan kelompok kontrol 57,711, putaran ke-3 rata-rata skor kelompok intervensi 65,867 dan kelompok kontrol 59,356.Pada putaran terakhir (putaran ke-4) rata-rata skor kelompok intervensi adalah 66,644 dan kelompok kontrol 63,356. Perbedaan ini terllhat dari p-value 0,00 pada alpha 5% (0,05).

(9)

953 Jika dilihat perbedaan skor antara minggu awal (putaran ke-1) pre dan minggu akhir (putaran ke-4) post kelompok intervensi menunjukan adanya peningkatan skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik dengan perbedaan rata-rata skor yaitu 63,022 dan 66,644. Demikian pula untuk kelompok kontrol rata-rata skor awal putaran ke-1 sebesar 55,622 dan 63,356 juga terjadi peningkatan skor. Dengan demikian hasil penelitian menunjukan bahwa pada kelompok intervensi yang mendapat bimbingan klinik model badside teaching

berdasarkan analisis univariat rata-rata skor lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang mendapatkan bimbingan klinik model konvensional. Perbedaan ini terllhat dari p-value 0,00 pada alpha 5% (0,05). Jika ditinjau dari perkembangan skor secara progres mengenai motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik didapatkan sedikit penurunan pada putaran ke-2, selanjutnya pada putaran ke-3 dan ke-4 mengalami peningkatan.

Asumsi peneliti melihat sedikit penurunan skor pada putaran ke-2 terjadi karena faktor situasional yang

dihadapi mahasiswa maupun

pembimbing klinik. Peningkatan rata-rata skor antara kedua kelompok tersebut, dimana kelompok intervensi yang mendapatkan bimbingan klinik model badside teaching memiliki skor motivasi klinik lebih tinggi dibanding kelompok kontrol yang mendapat bimbingan konvensional. Hal ini dapat terjadi karena pembimbing klinik memberikan bimbingan secara terstruktur, terencana menggunakan

langkah-langkah yang terarah dimulai dari

1) menyiapkan mahasiswa sebelum bertemu pasien,

2) Mendemonstrasikan skill sesuai tujuan belajar dengan menghadirkan pasien guna memfasilitasi pembelajaran dan mahasiswa harus memperhatikannya,

3) Memberikan feedback yang sifatnya konstruktif berdasarkan apa yang dilakukan mahasiswa,

4) menerapkan five-step yaitu antara pembimbing konsisten dengan komitmen yang dibuat bersama, secara bersama-bersama mahasiswa menggali bukti-bukti yang menguatkan tentang pasien, pembimbing mengatakan mahasiswa benar jika benar, mengoreksi kesalahan-kesalahan dan pengajaran tentang konsep umum,

5) pembimbing meminta masukan dari pasien dan mahasiswa kemudan

membicarakannya dengan

mahasiswa,

6) langkah terakhir pembimbing

memberikan masukan pada

mahasiswa guna peningkatan pembelajaran berikutnya.

Bimbingan badside teaching yang terstruktur ini dapat dilakukan oleh pembimbing klinik karena sebelum pembimbingan berlangsung mereka telah diberikan pelatihan penerapan bimbingan klinik badside teaching,

mereka memahami dan

mengaplikasikannya dalam proses pembimbingan. Meskipun ditengah kesibukan sebagai perawat pelaksana dalam pemberian asuhan keperawatan, pembimbimbing tetap memberi

(10)

954

perhatian, mengatur waktu

pelaksanaan bimbingan yang terstruktur oleh karena sebelumnya telah direncanakan bersama mahasiswa sehingga bimbingan yang diberikan oleh preceptor berlangsung terarah dan dapat memotivasi mahasiswa menjalani praktik klinik guna pencapaian kompetensi dalam pembelajaran klinik. Hal ini didukung oleh pendapat Mahen dan Clark (1996) dalam Nursalam dan Efendi (2008) mengemukakan bahwa

preceptor adalah seorang perawat yang

mengajar, memberikan bimbingan, menjadi rool model dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee). Metode bimbingan

badside teanching yang digunakan

Preceptor bermanfaat mengajarkan

mahasiswa untuk menguasai

ketrampilan prosedural, menumbuhkan sikap professional. (Nursalam dan Efendi, 2008)

Uji beda rata-rata skor motivasi belajar mahasiswa antara kedua kelompok dari putaran pertama hingga putaran terakhir (ke-4) menunjukan

p-value 0,00 pada alpha 0,05 (5%)

dengan demikian p-value < 0,05. Hal ini menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapat bimbingan klinik model

badside teaching dan bimbingan klinik

model konvensional. Hal ini ditunjang oleh pendapat Spencer (2003) yang mengatakan bahwa mengajar dalam lingkungan klinik perlu menggunakan model yang terencana dan terarah dalam situasi nyata melibatkan pasien dengan permasalahannya sehingga mahasiswa temotivasi menjalani pembelajaran di

klinik karena mereka mendapatkan makna yang baru sehingga apa yang pernah dipelajari secara konsep dapat diterapkan langsung dalam asuhan keperawatan pada pasien. Senada pula dengan Rahmani& Leinster,2008) yang mengemukakan bahwa pengajaran harus lebih profesional, melibatkan mahasiswa, berpusat pada mahasiswa guna pencapaian kompetensi.

Demikian pula Harden RM, Crosby.R,DavisMH.(1999)

mengemukakan perlu pembimbing

klinik memiliki kemampuan,

memahami dan menggunakan model bimbingan dengan tepat berkualitas dan memiliki profesionalisme. Untuk itu diperlukan pembimbing klinik yang memiliki kemampuan menerapkan bimbingan klinik badside teaching sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan klinik.

Cox, K,1993, dalam Nursalam& Efendi, 2008) mengemukakan bahwa imbingan klinik model badside

teaching dengan menghadirkan pasien

menggunakan langkah-langkah yang sistematis memampukan pembimbing menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi terjadinya peningkatan keterampilan, memberi kesempatan mahasiswa mencapai kompetensi dalam pembelajaran klinik. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang

menarik atau proses yang

menyenangkan.

Hasil penelitian ini diperkuat juga dengan hasil penelitian yang terkait oleh Teherani (2007) menelitieneliti tentang pandangan mahasiswa dalam memilih

(11)

955 bimbingan klinik yang terstruktur modelmicroskiil merupakan salah satu langkah dalam badside teaching

dibandingkan dengan model bimbingan konvensional. Hasilnya mahasiswa menilai bimbingan yang terstruktur sebagai model bimbingan yang efektif. Kesimpulan (Conclusion)

1. Skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik yang mendapat bimbingan model badside teaching lebih tinggidibandingkan dengan skor motivasi mahasiswa menjalani praktik klinik menggunakan bimbingan secara konvensional. 2. Terdapat berbedaan yang signifikan

antara skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapatkan bimbingan model baside teaching dengan skor motivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik dengan bimbingan secara konvensional. Saran (Suggestion)

1.Bagi institusi pendidikan maupun isntitusi Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan agar bimbingan klinik model badside teaching kiranya dapat digunakan sebagai standar model bimbingan klinik dalam menerapkan bimbingan secara sistematis, terstrukturyang dapat memotivasi belajar mahasiswa menjalani praktik klinik.

2. Bagi pembimbing klinik, agar apat meningkatkan pemahaman dan menerapkannya dengan benar model bimbingan klinik badside

teaching sehingga bimbingan lebih

berkualitas dan dapat memotivasi mahasiswa dalam menjalani praktik klinik keperawatan

3. Bagi mahasiswa, dengan bimbingan klinik model badside

teaching dapat bertanggung jawab

terhadap proses belajar, berperan aktif dalam mencari pengetahuan, dan ketrampilan di klinik sehingga dapat mencapai kompetensi belajar di klinik.

DAFTAR PUSTAKA

Harden RM, Crosby JR, Davis

MH.1999. AMEE guide 14.

outcome-based education: Part 1. An Introduction to outcome-Based Education Medical Teacher. 21 (1),pp. 7-14.eran

HaysRichard (2006).Teaching and

Learning in Clinical

Setting.Radcliffe Publishing Ltd 18

Marcham Road Abingdon Abingdon Oxon OX14 JAA. United Kingdom. Nursalam & Efendi(2008).Pendidikan

Dalam keperawatan.Jakarta:

Salemba Medika

Rahmani .S and Leinster S.(2008) AMEE Guide no. 34: Teaching in the clinical environment a Boston University School of Medicine, USA b University of East Anglia, Norwich, UKFirst Published

Sugiyono,(2010) Metode Penelitian

pendidikan pendekatan kuantitatif

dan kualitatif. R&D.Alfabeta,

Bandung.

Spencer ,J. ABC of Learning and

(12)

956 and Teaching in the Clinical

Environtment . BMJ 2003; 326

Teherani, (2007) Student perception of the one minute preceptor and traditional preceptor models.

Gambar

Tabel 2. Skor motivasi  belajar mahasiswa menjalani praktik klinik yang mendapatkan    bimbingan model konvensional pada minggu 1,2,3,4 di  RS.Undata Palu  Kelompok     Waktu       Minimum   Maksimum        Mean    Stad.deviation                     Minggu
Gambar 1 . Perbandingan Rerata Kelompok Intervensi  Pada Masing-Masing Putaran
Tabel  3.  Hasil  uji  normalitas  data  motivasi  mahasiswa  menjalani  praktek  klinik  pada kelompok intervensi maupun  kontrol
Tabel 4. Uji Beda Skor Motivasi Belajar Mahasiswa Menjalani Praktik Klinik  Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Untuk
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan Pasal 51 ayat (1) huruf k Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan

sarana khususnya SUTET sangat diperlukan untuk mencapai suplai listrik yang andal, berkualitas, dan

Namun perkembangan pada periode 1990 – 1999 menjadi fungsi komersil sudah mulai muncul dalam kehidupan kesenian Dolalak khususnya Dolalak wanita, yaitu pada para

Sudah sejak tadi aku turun mengambil tas, berdiri di anak tangga paling bawah dengan menutupkan kedua telapak tangan di wajah, mengintip wajah mereka yang

Gambar 1. Tanpa Standard dan Standard Untuk Pencocokan dan Kelayakan Dengan adanya standar akan mempermudah bagi tenaga terampil untuk berpindah antar negara dalam rangka

Sumpah/janji profesi merupakan amanat Undang – – Undang Nomor 36 Tahun 2014  Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, yaitu Pasal 44 ayat (3) butir (d.) yang

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia kesehatan, kekuatan dan kemudahan, sehingga dapat menyelesaikan

Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II membuktikan bahwa penggunaan media film animasi dua dimensi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran