• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS-JENIS JAMUR MAKROSKOPIS YANG TERDAPAT DI KAWASAN HUTAN SIMAPETRI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS-JENIS JAMUR MAKROSKOPIS YANG TERDAPAT DI KAWASAN HUTAN SIMAPETRI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS-JENIS JAMUR MAKROSKOPIS YANG TERDAPAT DI KAWASAN HUTAN SIMAPETRI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN

KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Herry Setia Putra, Abizar, Yosmed Hidayat

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI SUMBAR

herrysetiaputra92@gmail.com

ABSTRACT

Macroscopic fungi is life organism that have not chlorophyll, same with plant because have wall cell and non-motile. Research on the types of macroscopic fungi have been done in forest areas Simapetri Sioban Village District of South Sipora Mentawai Islands. Simapetri forest areas have a fairly high humidity and low temperatures. This is because the forest area Simapetri have dense trees, saplings and shrubs. In addition, based on the results of the survey are found rotted wood so that the area is suitable as habitat macroscopic fungi. The research was conducted in May until Juny 2016, using descriptive survey with purposive sampling method. Sampling in the field using tracking in a radius of 20 meters to the left and to the right along the lines of research that have been determined. Identification of samples carried out in the Laboratory of Botany (Biology) STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang. The results of research that has been done in the forest area Simapetri found 30 species of macroscopic fungi belonging to the two classes, 5 orders, 15 families and 24 genera. Polyporaceae family is the most common families are 6 types of macroscopic fungi.

Keyword: Macroscopic Fungi, Tracking Method, Simapetri

PENDAHULUAN

Jamur merupakan organisme

eukariotik yang tidak mempunyai zat hijau daun (klorofil), memiliki berbagai bentuk dan ukuran, bersifat uniseluler dan multiseluler. Jamur juga memiliki kemiripan dengan tumbuhan karena memiliki dinding sel yang mengandung zat khitin, namun jamur tidak memiliki akar, batang dan daun. Jamur memiliki sel reproduktif yang berkembang

biak dengan menggunakan spora

(Tjitrosoepomo, 2005).

Jamur makroskopis merupakan jamur yang bersifat eukariotik dan hidup sebagai parasit dan saprofit. Jamur ini biasanya ditemukan pada kayu tumbang yang telah lapuk, pada tumpukan sampah, sisa-sisa organisme, tempat-tempat yang basah, lembab dan tertutup dari cahaya matahari.

Jamur makroskopis banyak

dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan

obat-obatan seperti jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kuping (Auricularia sp.), jamur payung atau shiitake (Lentinus edodes), jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan jamur kancing atau

champignon (Agaricus bisporus)

(Hendritomo, 2010). Selain itu, beberapa jenis jamur memiliki peranan yang merugikan, bahkan bersifat racun yang mematikan seperti Amanita sp. dan Coprinus

cinereus (Gandjar, 2006). Beberapa manfaat

dan kerugian jamur makroskopis yang berpengaruh dalam kehidupan makhluk hidup lainnya maka penting untuk dilakukan penelitian atau pengkajian mengenai jenis-jenis jamur makroskopis.

Kepulauan Mentawai juga memiliki suhu udara yang cukup rendah dimana suhu berkisar antara 220C-310C dengan kelembaban udara berkisar antara 82% hingga 85%. Selain itu daerah Kepulauan Mentawai bertopografi

(2)

datar hingga berbukit dengan ketinggian kurang dari 400 m dpl (di atas permukaan laut). Kepulauan Mentawai dikelilingi oleh lautan dimana sebelah barat berbatasan dengan laut lepas (Samudera Indonesia). Hal ini tentunya akan berpengaruh pada kondisi suhu di daerah tersebut (BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2004).

Pulau Sipora adalah salah satu pulau di Mentawai yang memiliki kekayaan alam yang masih terjaga. Pulau Sipora dengan luas 594,70 km2 memiliki ibukota kecamatan Sipora Selatan yaitu desa Sioban. (Anonimous, 2010).

Desa Sioban memiliki salah satu kawasan hutan yaitu hutan Simapetri dengan luas ± 9.000 hektar dengan kelembaban yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 82% sampai 85% karena kawasan hutan ini memiliki pohon yang lebat, anakan pohon dan semak-semak. Kawasan hutan ini masih terjaga dari aktivitas manusia, karena kawasan hutan ini dimanfaatkan sebagai kawasan berburu, mencari rotan dan beberapa masyarakat telah membuka lahan pertanian. Selain itu, berdasarkan hasil survei pada kawasan hutan ini juga banyak ditemukan kayu-kayu yang telah lapuk sehingga kawasan ini cocok sebagai habitat jamur dan pada kawasan ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai jamur makroskopis.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai Jenis-Jenis Jamur Makroskopis yang terdapat di Kawasan Hutan Simapetri Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei 2016. Sampel jamur makroskopis dikoleksi di Kawasan Hutan Simapetri di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan, sedangkan identifikasi jamur makroskopis dilakukan di Laboratorium Botani Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan metoda purposive

sampling. Pengambilan sampel jamur dilakukan dengan menggunakan metoda penelusuran langsung di lapangan (tracking).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples plastik, kamera digital, penggaris, kotak sampel, tali raffia, pisau cutter, kertas label, soil tester, termometer, higrometer, baki plastik dan jangka sorong. Bahan yang digunakan untuk pembuatan awetan basah adalah alkohol 70%.

Pengambilan sampel dilakukan dengan peninjauan dan penelusuran langsung di lapangan. Jamur makroskopis yang ditemukan di lokasi penelitian diamati, difoto dan mencatat habitat atau tempat hidup dan ciri-ciri yang mungkin hilang setelah dilakukan pengawetan. Kemudian jamur yang memiliki struktur tubuh lunak kemudian direndam dengan alkohol 70 % dan untuk jenis jamur kering dimasukkan ke dalam kotak sampel yang telah disediakan. Di laboratorium, dilakukan tahap pengidentifikasian dengan menggunakan lembar identifikasi jenis yaitu sebuah gambar suatu species tumbuhan yang disertai dengan nama tumbuhan tersebut (Tjitrosoepomo, 2005). Setelah dilakukan pengidentifikasian, jamur disimpan pada botol plastik dan ditambahkan alkohol 70 % dan ditutup dengan rapat. Setiap botol sampel kemudian diberi label yang berisi nama kolektor, nomor koleksi, lokasi pengambilan sampel dan nama jenis. Buku pedoman yang digunakan dalam pengidentifikasian adalah Alexopoulus (1996), Muzayyinah (2009), Gembong Tjitrosoepomo (2009). Gandjar (2006), Hendritomo (2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Hutan Simapetri ditemukan 30 jenis jamur makroskopis yang terdiri dari 2 kelas, 5 ordo, 15 famili dan 24 genus. Faktor lingkungan jamur makroskopis yang ditemukan di Kawasan Hutan Simapetri diketahui suhu udara berkisar antara 27oC – 28oC, kelembaban udara berkisar 93% – 99% dan pH tanah berkisar 6.

(3)

Tabel Klasifikasi jamur makroskopis yang ditemukan di Kawasan Hutan Simapetri Desa Sioban Kabupaten Kepulauan Mentawai

KELAS ORDO FAMILI GENUS SPECIES

Hymenomycetes Agaricales Marasmiaceae Campanella 1. Campanella caesi Romagn Lentinula 2. Lentinula raphanica L.

Marasmius 3. Marasmius suthepensis Wannathes 4. Marasmius haematocephalus (Scop.) Fr. Mycenaceae Mycena 5. Mycena galericulata S. Gray

6. Mycena overholtsii Solheim Agaricaceae Agaricus 7. Agaricus sp.

Hygroporus 8. Hygroporus niveus (Scop.) Fr. Crepidotaceae Crepidotus 9. Crepidotus uber Fr. (Staude) Nidulariaceae Cythus 10. Cythus striatus (Huds.) Willd Physalacriaceae Flammulina 11. Flammulina velutipes (Curtis) Singer Schyzophyllaceae Schyzophyllum 12. Schyzophyllum commune Fries Polyporales Polyporaceae Earliella 13. Earliella scabrosa (Pers.) Gilb.

Hexagonia 14. Hexagonia tenuis (Hook) Fr. Polyporus 15. Polyporus arcularis (Batsch) Fr. Pycnoporus 16. Pycnoporus sanguines (L.) Murrill Trametes 17. Trametes sp.

18. Trametes versicolor (L.) Lloyd Ganodermataceae Amaroderma 19. Amaroderma longipes (Lev.) Torrend

20. Amaroderma sp.

Ganoderma 21. Ganoderma applanatum (Curtis) Karst 22. Ganoderma lucidum (Curtis) P. Karst Maripilaceae Hydnopolyporus 23. Hydnopolyporus sp.

Meruliaceae Phlebia 24. Phlebia radiata Miller 25. Phlebia tremellosa Miller Stereopsis 26. Stereopsis sp.

Lentinaceae Panus 27. Panus velutinus Fr. Phallales Phallaceae Phallus 28. Phallus indusiatus Vent.

Lycoperdales Lycoperdaceae Calvatia 29. Calvatia cythiformis (Bosc.) Morgan Discomycetes Pezizales Sarcoscyphaceae Cookeina 30. Cookeina tricholoma (Mont.) Kurtze

PEMBAHASAN

Kawasan ini banyak ditemukan

jamur makroskopis dari famili

Polyporaceae, yaitu sebanyak 6 jenis jamur dari 5 genus yaitu Earliella, Hexagonia, Polyporus, Pycnoporus dan Trametes. Adapun jenis jamur tersebut yaitu

Pycnoporus sanguines, Trametes versicolor, Polyporus arcularis, Trametes

sp., Hexagonia tenuis dan Earliella

scabrosa. Menurut Tjitrosoepomo (2009),

jamur-jamur ini memiliki ciri-ciri pada umumnya berbentuk kipas atau setengah lingkaran, tidak memiliki tangkai sehingga jamur ini melekat pada pohon atau kayu lapuk. Memiliki warna yang mencolok dan memiliki tekstur garis melingkar pada tubuh buah.

(4)

Ditemukan 2 famili masing-masing memiliki 4 jenis jamur yaitu famili Marasmiaceae dan Ganodermataceae. Menurut Muzayyinah (2005), jamur ini tergolong jamur perusak kayu, sebagian besar menempel pada pohon yang masih hidup, menyerang holoselulosa kayu dan meninggalkan residu-residu yang kaya akan lignin. Ciri-ciri dari jamur ini adalah memiliki basidioma abadi atau tahunan. Permukaan pileus keras, berkerak, bergerigi, atau berlekuk seperti kulit.

Famili Meruliaceae ditemukan 3 jenis jamur makroskopis, jamur ini menempel pada kayu lapuk, tidak memiliki stipe dan tudung yang jelas. Jamur ini biasanya hidup soliter dan pada lingkungan yang ternaungi dan lembab. Menurut Kuo (2008), jamur dari famili ini tergolong saprobik, memiliki bentuk pileus atau tubuh buah yang tidak beraturan dan tidak memiliki tangkai.

Ditemukan 2 famili yang masing-masing 2 jenis jamur yaitu famili Mycenaceae dan Agaricaceae. Jamur ini identik dengan ciri-ciri yaitu pileus yang jelas dan berwarna mencolok, pada permukaan atas pileus terdapat titik pusat berwarna coklat. Jamur ini sebagai saprofit, yang berkelompok (koloni) pada kayu-kayu lapuk, hidup pada tempat yang lembab dan ternaungi. Menurut Tjitrosoepomo (2009), jamur ini sebagian besar memiliki tubuh buah (pileus) berbentuk payung, himenofora membentuk lamela atau papan-papan dengan lapisan himenium pada kedua sisinya. Sebagian besar jamur ini hidup saprofit dan sebagian kecil sebagai parasit. Beberapa diantaranya dapat dimakan, tetapi ada juga yang beracun.

Ditemukan 1 jenis jamur dari 9 famili yaitu famili Crepidotaceae yaitu Crepidotus

uber, famili Nidulariaceae yaitu Cythus striatus, famili Physalacriaceae yaitu

Flammulina velutipes, famili Schyzophyllaceae yaitu Schyzopyllum commune, famili Maripilaceae yaitu

Hydnopolyporus sp., famili Lentinaceae

yaitu Panus velutinus, famili Phallaceae yaitu Phallus indusiatus, famili Lycoperdaceae yaitu Calvatia cythiformis

dan famili Sarcoscyphaceae yaitu Cookeina

tricholoma. Menurut Tjitrosoepomo (2009),

famili dari jenis jamur ini memiliki ciri-ciri yaitu biasanya hidup pada daerah yang beriklim tropis, memiliki cara hidup sebagai saprobik, tumbuh pada kayu lapuk dan sebagian hidup tanah yang mengandung humus (teresterial). Tubuh buah berbentuk lingkaran atau mengipas dan ada juga berbentuk cawan. Jamur ini memiliki bilah berbentuk lembaran dan pori-pori kecil. Jenis jamur yang ditemukan pada famili Phallaceae memiliki ciri yang khas yaitu pada bagian tubuh buah berbentuk jala atau jaring berwarna putih, memiliki cawan dan pada tangkai berbentuk rongga. Tubuh buah yang masih muda berbentuk seperti bulat telur (telur setan), dan diselubungi oleh dinding peridium yang terdiri atas dua lapis. Anyaman hifa dalam peridium mengadakan diferensiasi menjadi tangkai dengan payung berbentuk lonceng (genta). Kulit berlendir, gleba bebas dan berbentuk celah velum partiale yang membentuk jala. Selain itu, jamur dari famili Lycoperdaceae yaitu

Calvatia cythiformis, memiliki ciri yaitu

hidup pada tanah (teresterial) dan memiliki bentuk tubuh buah seperti batang dengan tekstur menyerupai gabus. Menurut Kuo (2013), jamur ini tergolong saprobik, peridium gleba mengalami diferensiasi menjadi eksoperidium (pseudoparenkim) dan endoperidium (tipis). Apabila tubuh

buah masak, eksoperidium dan

endoperidium membuka dengan suatu lubang pada ujungnya. Tubuh buah dapat mencapai 5 – 20 cm, jamur ini pada waktu muda relatif halus dan bulat atau pipih.

Terdapat satu filum Ascomycota dan sebagian besar jamur Basidiomycota. Seperti pada jamur Cookeina hanya ditemukan pada satu lokasi pengambilan sampel, yaitu Cookeina tricholoma yang melekat pada kayu lapuk dan dengan lingkungan yang memiliki kelembaban udara yang tinggi. Menurut Tjitrosoepomo (2009), jamur ini pada umumnya berbentuk mangkok, kebanyakan hidup sebagai saprofit pada kotoran hewan, kayu lapuk dan tanah kaya humus. Tubuh buah berbentuk apotesium, pada umumnya besar

(5)

dan berwarna cerah. Memiliki askosporanya tidak berwarna, tidak bersekat-sekat.

KESIMPULAN

Didapatkan 30 jenis jamur

makroskopis yang terdiri dari 2 kelas, 5 ordo, 15 famili dan 24 genus dan 30 jenis. Famili terbanyak adalah Polyporaceae dengan 6 jenis. Faktor lingkungan jamur makroskopis yang ditemukan di Kawasan Hutan Simapetri diketahui suhu udara berkisar antara 27oC – 28oC, kelembaban udara berkisar 93% – 99% dan pH tanah berkisar 6. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan hutan Simapetri memiliki kaanekaragaman jenis jamur makroskopis yang tinggi.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan untuk melakukan penelitian mengenai manfaat dan peranan jamur makroskopis yang terdapat di kawasan hutan Simapetri Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, sehingga akan diketahui keanekaragaman dan peranan dari jamur makroskopis pada daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C, J and Mims. 1996. Introductory Mycology. Printed in the USA Amerika.

Anonimous. 2010. BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tuapejat. Gandjar, I., Sjamsuridjal, W & Oetari, A.

2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kuo, M. 2008. The Meruliaceae_Retrieved

from mushroomExpert.com.

http://www.mushroomExpert.com . Diakses 30 Juni 2016.

Kuo, M. 2013. Calvatia cythiformis. http://www.mushroomExpert.com Diakses 30 Juni 2016.

Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Padang: Andalas University Press. Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi

Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

________________ 2009. Taksonomi

Tumbuhan Schyzophyta,

Thallophyta, Bryophyta,

Pterydophyta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi

Berkhasiat Obat.

Yogyakarta: ANDI.

28

Gambar

Tabel Klasifikasi jamur makroskopis yang ditemukan di Kawasan Hutan Simapetri Desa Sioban Kabupaten Kepulauan  Mentawai

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bering, jarak, keluasan dan jenis pernggunaan tanah serta syarat nyata berdasarkan pelan susunatur yang telah diluluskan. Setelah pelan pinta ukur/ pra hitungan

Dari hasil penelitian, Depot Dahlia disarankan untuk memaksimalkan setiap elemen di Business Model Canvas, dengan cara membuat cabang agar lebih menjangkau pelanggan,

Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi karakteristik demografi dan sosioekonomi dari keluarga miskin dan tidak miskin di perdesaan, (2) menganalisis

Sasaran penawaran jasa pengasuhan dan perawatan anak, serta pendidikan anak usia dini adalah bagi civitas akademika yang memiliki anak usia 2 bulan hingga 5 tahun yang

Eksternal: Masyarakat mengalami kerugian khususnya dalam sektor ekonomi masyarakat menengah ke bawah Internal: perusahaan mengalami penurunan pendapatan dari

Kuten aiemmin tuli esille, häirinnästä ja epäasiallisesta kohtelusta säädetään työturvalli- suuslaissa. Koska kaikki kolme lakia sisältävät häirintä termin, niitä käytetään

 biasan!a diikuti pua dengan pua dengan peningkatan tuntutan peningkatan tuntutan manusia terhadap manusia terhadap sarana transportasi$ sarana transportasi$ Besarn!a tuntutan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak dapat