• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

JAWA TIMUR

TRIWULAN II - 2008

(2)

Penerbit :

Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : hendik_s@bi.go.id aryo_wtp@bi.go.id nurkholisoh@bi.go.id yenny_f@bi.go.id

(3)

Visi Bank Indonesia :

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

Misi Bank Indonesia :

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia :

“Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan”

Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya :

“Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai Economic Intelligence dan unit penelitian”

Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya :

“Berperan secara aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait”

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jawa Timur Triwulan II-2008 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.

Kajian ini menguraikan berbagai perkembangan penting dalam perekonomian daerah Jawa Timur serta berbagai faktor yang mempengaruhinya selama periode laporan. Perkembangan ekonomi yang dimaksud mencakup kondisi ekonomi makro (PDRB), laju inflasi, perkembangan perbankan, sistem pembayaran serta pertumbuhan ekonomi dan perkembangan harga.

Dalam penyusunan kajian ini kami banyak memperoleh bantuan berupa penyediaan data dan informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang optimal.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Surabaya, Agustus 2008 BANK INDONESIA SURABAYA

Amril Arief Pemimpin

(5)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vii

RINGKASAN EKSEKUTIF viii

BAB 1 INDIKATOR KEGIATAN EKONOMI 1

1.1 KONDISI UMUM 1 1.2 SISI PERMINTAAN 2 a. Konsumsi 3 b. Investasi 8 c. Ekspor Impor 10 1.3 SISI PENAWARAN 14

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 17

b. Industri Pengolahan 20

c. Pertanian 23

d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 25

e. Bangunan 27

f. Transportasi dan Komunikasi 30

1.4. KESEJAHTERAAN 32

a. Ketenagakerjaan 32

b. Kemiskinan 34

1.5 KEUANGAN DAERAH 37

Boks 1 Ketahanan Pangan di Jawa Timur 40

Boks 2 Isu Strategis BLT 2008 43

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR 48

2.1 UMUM 48

2.2 INFLASI BULANAN (yoy) 48

2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) 51

Boks 3 Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tw III-2008 dengan Metode VAR 54

BAB 3 STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN 57

3.1 INTERMEDIASI PERBANKAN 57

3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 58

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 58

3.1.3. KREDIT 60

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 64

3.2.1. RISIKO KREDIT 64

3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 66

3.2.3. RISIKO OPERASIONAL 67

3.3 PERBANKAN SYARIAH 68

3.4 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 69

Boks 4

Pembiayaan Perbankan kepada UMKM dan Koperasi melalui SKIM

"KUR" 71 ii

(6)

4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 74

a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) 74

b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang

Pecahan Kecil 76

c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal 77

4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 78

a. Transaksi Kliring 79

b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 80

4.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR 82

BAB 5 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 84

5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 84

5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR 85

5.3 PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008 86

LAMPIRAN

(7)

Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 3

Tabel 1.2 Data Ekspor dan Impor Jawa Timur 11

Tabel 1.3 Nilai Ekspor Triwulan II-2008 12

Tabel 1.4 Nilai Impor Triwulan II-2008 13

Tabel 1.5 Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral 15

Tabel 1.6 Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur 16

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR 17

Tabel 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri 21

Tabel 1.9 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 23

Tabel 1.10 Perkembangan Tenaga Kerja Jawa Timur 32

Tabel 1.11

Perkembangan Tenaga Kerja Nasional Berdasarkan Lapangan

Pekerjaan 32

Tabel 1.12 Perubahan UMK Propinsi Jawa Timur 34

Tabel 1.13 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur 35

Tabel 1.14 Perubahan Garis Kemiskinan di Jawa Timur 35

Tabel 1.15 Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008 37

Tabel 1.16 Realisasi APBD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008 38

Tabel 2.1 Inflasi Jawa Timur Per Kelompok Pengeluaran (mtm) 50

Tabel 2.2 Sumbangan Inflasi Jawa Timur per Kelompok Pengeluaran (mtm) 50

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur 57

(8)

Gambar 1.1 Perkembangan Nilai Impor Barang Konsumsi 4

Gambar 1.2 Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi 4

Gambar 1.3 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 4

Gambar 1.4 Indeks Penjualan Makanan dan Minuman 6

Gambar 1.5 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 6

Gambar 1.6 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 6

Gambar 1.7 Volume Penjualan Motor 6

Gambar 1.8 Volume Penjualan Mobil 6

Gambar 1.9 Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods) 6

Gambar 1.10 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan 8

Gambar 1.11 Perkembangan Tabungan Perorangan 8

Gambar 1.12 Perkembangan Deposito Perorangan 8

Gambar 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi 8

Gambar 1.14 Perkembangan Nilai Impor Capital Goods 9

Gambar 1.15 Perkembangan Volume Impor Capital Goods 9

Gambar 1.16 Perkembangan Kredit Investasi 10

Gambar 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor 11

Gambar 1.18 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor 11

Gambar 1.19 Neraca Perdagangan Luar Negeri 11

Gambar 1.20 Neraca Perdagangan Kumulatif 11

Gambar 1.21 Volume Barang di Tanjung Perak 12

Gambar 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama 12

Gambar 1.23 Komponen Impor Jawa Timur 13

Gambar 1.24 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2007 13

Gambar 1.25 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan 13

Gambar 1.26 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 14

Gambar 1.27 Struktur Perekonomian Jawa Timur Tw.II-2008 14

Gambar 1.28 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Jawa Timur Tw II-2008 14

Gambar 1.29 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan 15

Gambar 1.30 Indeks Realisasi Usaha 17

Gambar 1.31 Volume Barang di Pel Tanjung Perak 18

Gambar 1.32 Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR 18

Gambar 1.33 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 19

Gambar 1.34 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 19

Gambar 1.35 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda 19

Gambar 1.36 Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel 20

Gambar 1.37 Perkembangan Harga BBM Industri 22

Gambar 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Industri 22

Gambar 1.39 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 25

Gambar 1.40 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 25

Gambar 1.41 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 25

Gambar 1.42 Perkembangan Kredit Pertanian 25

Gambar 1.43 Kondisi Operasional Perbankan Jawa Timur 27

Gambar 1.44 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 27

Gambar 1.45 Perkembangan Fee Based Income Perbankan Jawa Timur 27

Gambar 1.46 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 27

Gambar 1.47 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 28

Gambar 1.48 Kredit Perbankan Sektor Properti 29

Gambar 1.49 Kredit Sektor Properti Per Penggunaan 29

(9)

Gambar 1.53 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 31

Gambar 1.54 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 31

Gambar 1.55 Perkembangan Inflasi Beras di Jawa Timur 36

Gambar 1.56 Perkembangan Nilai Tukar Petani 36

Gambar 1.57 Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan 39

Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Nasional dan Jatim 48

Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 48

Gambar 2.3 Inflasi Jawa Timur dan Nasional (mtm) 50

Gambar 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm) 51

Gambar 2.5 Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm) 51

Gambar 2.6 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 52

Gambar 2.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 52

Gambar 2.8 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia 52

Gambar 2.9 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (yoy) 52

Gambar 2.10 Inflasi Jawa Timur (yoy) 53

Gambar 2.11 Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy) 53

Gambar 3.1 Struktur Aktiva Produktif Bank Umum di Jawa Timur 58

Gambar 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 59

Gambar 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga 59

Gambar 3.4 Pertumbuhan Kredit dan BI Rate 60

Gambar 3.5 Pertumbuhan Kredit (yoy) 60

Gambar 3.6 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan 61

Gambar 3.7 Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan 61

Gambar 3.8 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) 62

Gambar 3.9 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (ytd) 62

Gambar 3.10 Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy) 62

Gambar 3.11 Perkembangan LDR 62

Gambar 3.12 Pertumbuhan Kredit UMKM dan pangsa-nya terhadap total kredit 63

Gambar 3.13 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total 64

Gambar 3.14 Perkembangan Non Performing Loan 65

Gambar 3.15 Perkembangan NPLs Kredit Properti 65

Gambar 3.16 Perkembangan NPLs Kredit Ekspor 66

Gambar 3.17 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah 69

Gambar 4.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai 75

Gambar 4.2 Rata-rata Harian Net Inflow 75

Gambar 4.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan 75

Gambar 4.4 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil 76

Gambar 4.5 Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan 77

Gambar 4.6 Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan 77

Gambar 4.7 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 78

Gambar 4.8 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 78

Gambar 4.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 79

Gambar 4.10 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 80

Gambar 4.11 Volume Transaksi BI-RTGS 81

Gambar 4.12 Nilai Transaksi BI-RTGS 81

Gambar 4.13 Komposisi Transaksi Berdasarkan Jenis Pengguna 82

Gambar 4.14 Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan di Jawa Timur 83

Gambar 4.15 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 83

Gambar 4.16 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) 83

Gambar 5.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw III-2008 85

Gambar 5.2 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad 85

(10)

1.1 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Berlaku

Lampiran

1.2 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta)

Lampiran

1.3 Pertumbuhan PDRB Sektoral Jawa Timur (y-o-y) Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)

Lampiran

1.4 Sumbangan PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)

Lampiran

3.1 Perkembangan Bank Umum Jawa Timur

Lampiran

3.2 Perkembangan Bank Syariah Jawa Timur vii

(11)

RINGKASAN

EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

TRIWULAN II-2008

Pada triwulan II-2008 kondisi perekonomian Jawa Timur relatif belum menunjukkan kinerjayang membaik bahkan melambat. Dari sisi kestabilan harga, terlihat mengalami tekanan akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak sehingga inflasi Jawa Timur menembus dua digit. Permasalahan optimalisasi kapasitas fiskal masih juga menjadi permasalahan penting yang harus mendapat perhatian tercermin dari realisasi APBD yang rendah. Indikator kesejahteraan Jawa Timur pada Triwulan I-2008 menunjukan perbaikan tercermin dari menurunnya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan hal ini menandakan terdapat peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Prospek pertumbuhan ekonomi Jawa timur diperkirakan melambat dan inflasi diperkirakan masih mengalami tekanan.

I. PERKEMBANGAN EKONOMI, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Asesmen Ekonomi

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur masih berlanjut pada triwulan II-2008 yang tumbuh sbesar 5,16% di kisaran bawah perkiraan sebelumnya (5,5 – 6%) . Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan

perlambatan pertumbuhan konsumsi sebagai penggerak utama ekonomi Jawa Timur dari sisi permintaan. Konsumsi bahan makanan mengalami penurunan yang signifikan sedangkan konsumsi non makanan masih tumbuh. Hal ini disebabkan oleh tindakan antisipasi konsumen menjelang naiknya harga BBM dengan cara melakukan pembelian dini untuk menghindari harga yang lebih tinggi pasca kenaikan BBM. Kegiatan investasi swasta masih tumbuh menggembirakan seperti yang ditunjukkan oleh berbagai indikator yaitu kredit perbankan untuk tujuan investasi, impor barang modal, dan volume penjualan semen. Aktivitas Ekspor kembali melambat pada triwulan ini, dan bahkan nilainya sudah lebih kecil daripada nilai Impor (defisit).

Dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor-sektor utama, yaitu PHR, Industri, dan Pertanian. Sektor PHR menghadapi persoalan dari

(12)

Subsektor Perhotelan melanjutkan tren pemulihan pada triwulan ini seiring dengan meningkatnya occupancy rate dan kunjungan wisatawan asing. Sektor Industri secara umum terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi, dan melemahnya daya beli di sisi lain. Sektor Pertanian tumbuh melambat karena dampak lanjutan bencana banjir yang terjadi akhir tahun lalu. Luas lahan panen di triwulan ini menurun setelah sejumlah lahan tanam terkena banjir. Subsektor Perikanan masih tumbuh melambat akibat tingginya biaya bahan bakar yang harus ditanggung nelayan.

Ukuran kesejahteraan masyarakat terkini menunjukkan adanya perbaikan taraf ekonomi di Jawa Timur. Jumlah pengangguran Dalam kurun waktu

Februari 2007 – Februari 2008, terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur dari 7,45% menjadi 6,24%. Sedangkan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di Jawa Timur jumlah penduduk Jawa Timur yang hidup di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dari 7,15 juta orang menjadi 6,65 juta orang. Penurunan ini selanjutnya membuat persentase penduduk miskin Jawa Timur juga menurun dari 19,98% menjadi 18,51%.. Pencapaian ini dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga dalam kurun waktu tersebut.

Kondisi Keuangan Daerah masih menunjukkan kinerja yang belum optimal terutama realisasi APBD. Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur

secara umum baru mencapai 46% dari target di sepanjang 2008 sebesar Rp6,09 triliun. Tingkat realisasi belanja yang tinggi umumnya terjadi pada pos-pos belanja tidak langsung, khususnya Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Tidak Terduga. Tingkat realisasi pos-pos belanja langsung masih sangat rendah dan berada di kisaran 30% hingga berakhirnya Semester I-2008. Pos Belanja Modal bahkan baru terealisasi sebesar 20% saja. Kondisi ini tentu tidak optimal bagi perekonomian daerah mengingat belanja modal pemerintah berperan sebagai komponen investasi dan diharapkan dapat memberi multiplier effect kepada pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.

Asesmen Inflasi

Inflasi Jawa Timur pada triwulan II-2008 menembus level dua digit yaitu sebesar 10,39% (y-o-y) sebagai dampak kenaikan harga BBM serta gejolak harga pangan dunia. Tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan

(13)

mencapai 10,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 11,03% (yoy). Tingkat inflasi tersebut disumbangkan oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi & komunikasi, sebagai dampak tingginya harga pangan dunia (kedelai, jagung, gandum) serta tingkat harga minyak goreng dan emas perhiasan yang masih relatif tinggi, sejalan dengan masih tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia.

Secara bulanan, kenaikan harga tertinggi pada triwulan II 2008 terdapat pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (7,50%), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,66%). Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Timur pada triwulan II 2008 sebesar 10,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (5,30%). Dari sisi sumbangannya, secara tahunan kelompok bahan makanan masih mendominasi, yaitu sebesar 4,24% (yoy), serta kelompok transportasi & komunikasi (1,49%). Meskipun berdasarkan perhitungan SBH tahun dasar 2007 (2007=100) bobot kelompok makanan mengalami penurunan, namun hingga triwulan II 2008 sumbangannya (bobot x inflasi) terhadap inflasi Jawa Timur masih mendominasi. Di sisi lain, peningkatan sumbangan yang signifikan pada kelompok transportasi & komunikasi disebabkan adanya kenaikan harga BBM rata-rata 28,75% sejak 24 Mei 2008, serta adanya peningkatan bobot kelompok dimaksud terutama pada sub kelompok komunikasi. Dampak dari kenaikan komoditas administered price serta komoditas bahan makanan, baik di pasar lokal maupun pasar dunia, menyebabkan tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007.

Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Dan Intermediasi Perbankan

Intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran kredit oleh perbankan berjalan dengan baik, dan diimbangi oleh pertumbuhan DPK.

Pada triwulan II 2008, penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank umum di Jawa Timur cenderung meningkat dan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit tahunan sebesar 33,33% lebih besar dibandingkan pertumbuhan DPK yang sebesar 12,56% mampu mendorong LDR bank umum hingga 70,06%. Peningkatan pertumbuhan kredit juga diikuti oleh kualitas kredit tercermin dari NPL sebesar 3,09%.

(14)

Selama triwulan II 2008, stabilitas industri perbankan di Jawa Timur relatif terjaga namun terdapat potensi timbulnya risiko kredit terutama akibat proyeksi perlambatan pada kinerja struktur dunia usaha. Risiko kredit perbankan di Jawa pada triwulan II 2008 relatif terkendali, tercermin dari

rasio Non Performing Loans (NPLs) yang terus menurun dan berada di bawah level 5%, yaitu sebesar 3,09%. Dari sisi kelompok bank, perbaikan kualitas kredit disumbangkan oleh kelompok bank pemerintah dan swasta. Risiko likuiditas perbankan pada triwulan II 2008 cenderung meningkat tercermin dari adanya peningkatan tenor penempatan dana masyarakat pada perbankan yang bersifat jangka pendek. Kondisi ini berpotensi menimbulkan mismatch antara sumber dana dengan penggunaan dana oleh perbankan. Risiko operasional, beberapa bank di Jawa Timur masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain kompetensi dan profesionalisme SDM perbankan yang masih perlu ditingkatkan sejalan dengan perkembangan yang semakin pesat dan persaingan yang semakin ketat, kebijakan intern bank yang kurang mengakomodasi perubahan, pemahaman dan pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan operasional bank serta belum membuminya budaya pengendalian risiko. Selain itu, masih ditemui kasus-kasus tindak pidana perbankan sebagai akibat belum baiknya integritas SDM bank.

Asesmen Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan transaksi pembayaran pada triwulan II-2008, dibandingkan kondisi triwulan II-2007, baik pada transaksi tunai maupun non-tunai. Selama triwulan II-2008 transaksi non tunai tercatat rata-rata harian

uang yang masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp70,53 miliar, sedangkan rata-rata harian uang yang keluar sebesar Rp83,73 miliar, sehingga terjadi net outflow rata-rata harian sebesar Rp13,20 miliar.

Transakasi Non tunai dengan mengunakan sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun kliring pada triwulan II-2008 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Transaksi keuangan secara non tunai masih didominasi oleh sistem BI-RTGS. Selama triwulan II-2008, BI-RTGS berperan hingga 70% dari nilai penyelesaian transaksi keuangan non-tunai di wilayah Jawa Timur.

(15)

Transaksi keuangan melalui sistem kliring di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008 mencapai Rp41,49 triliun, secara tahunan meningkat signifikan sebesar 31,42% (yoy). Dilihat dari volumenya, jumlah warkat yang diproses pada triwulan I-2008 tercatat sebanyak 1,52 juta lembar, relatif stabil dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

II PROSPEK EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN III-2008

Prospek Ekonomi Triwulan III 2008

Pada triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan

masih akan melambat dan berada di kisaran 5,5 - 6%1

. Konsumsi masyarakat

diperkirakan kembali melambat mengingat tingkat inflasi yang masih tinggi ditambah risiko tekanan harga yang berasal dari permintaan masyarakat menyambut Lebaran. Investasi swasta diprediksi akan terus membaik melanjutkan tren sebelumnya, sementara Investasi Pemerintah diperkirakan juga akan dipacu pada triwulan III ini untuk mengkompensasi lambatnya realisasi pada periode sebelumnya. Ekspor diproyeksikan masih akan melemah sebagai imbas resesi ekonomi yang dialami negara-negara partner dagang seperti Amerika dan Jepang. Impor akan tetap tinggi sehingga membuat defisit neraca perdagangan luar Jawa Timur makin lebar.

Dari sisi sektoral, ketiga sektor ekonomi utama diprediksi berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Subsektor Perdagangan yang

mendominasi Sektor PHR masih mengalami tekanan dari lemahnya daya beli domestik maupun eksternal. Sektor Industri menghadapi persoalan tingginya biaya energi dan ketersediaan suplai listrik. Tingginya biaya operasi juga menjadi tantangan di Sektor Pertanian, khususnya biaya pemupukan dan penyediaan air. Musim kering 2008 diprediksi mundur sehingga berlangsung lebih lama dari biasanya.

Pada triwulan III-2008, Inflasi Jawa Timur diperkirakan meningkat dan

berada di kisaran 10,5 ± 1%2. Hal ini masih disebabkan adanya peluang

tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor imported inflation, serta

1

Estimasi BI

2

(16)

tingkat ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan yang juga meningkat. Pengaruh musiman berupa peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri menjadi faktor pendorong tingkat inflasi, disamping tekanan lainnya dari sisi penawaran. Realisasi belanja pemerintah yang cenderung meningkat memasuki semester II 2008 merupakan salah satu sumber tekanan terhadap inflasi yang patut diwaspadai. Disisi lain, persoalan sekitar distribusi dan tata niaga beberapa komoditas utama juga diperkirakan masih menyisakan masalah untuk diselesaikan, termasuk masalah infrastruktur yang belum memadai.

Prospek Perbankan Ekonomi Triwulan III 2008

Pada triwulan III-2008, industri perbankan memiliki peluang untuk meningkatkan kinerjanya. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup

baik selama periode semester I 2008 diperkirakan dapat terus berlanjut, terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Disamping itu, optimisme terhadap efektivitas berbagai paket kebijakan perbankan diharapkan dapat menjadi stimulus untuk pertumbuhan ekonomi dan dapat menjaga kestabilan sistem keuangan. Dari sisi penyaluran kredit, potensi pertumbuhannya pada triwulan III-2008 terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan sektor ekonomi produktif di Jawa Timur.

Faktor yang perlu menajdi perhatian dan berpotensi menyebabkan penurunan kinerja perbankan yaitu dampak dari kenaikan harga BBM yang dapat menyebabkan penurunan kinerja kredit. Kondisi ini pernah terjadi pada tahun 2005 ketika pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM.

(17)

1

MAKRO EKONOMI REGIONAL

1.1. KONDISI UMUM

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-2008 kembali mengalami tekanan sehingga berada di kisaran bawah perkiraan sebelumnya (5,5 – 6%). Kegiatan konsumsi rumah tangga, yang merupakan

penggerak utama ekonomi, tumbuh melambat. Masyarakat secara bertahap melakukan pengurangan konsumsi makanan seiring makin tingginya inflasi bahan pangan. Di sisi lain, konsumsi non-makanan relatif lebih stabil. Penjualan kendaraan bermotor bahkan menunjukkan hasil yang sangat berbeda dengan tumbuh hingga dua kali lipat dibandingkan setahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh tindakan antisipasi konsumen menjelang naiknya harga BBM dengan cara melakukan pembelian dini untuk menghindari harga yang lebih tinggi pasca kenaikan BBM. Khusus untuk sepeda motor, peningkatan penjualan juga didorong oleh makin mudahnya skim pembelian. Kegiatan investasi swasta masih tumbuh menggembirakan seperti yang ditunjukkan oleh berbagai indikator yaitu kredit perbankan untuk tujuan investasi, impor barang modal, dan volume penjualan semen. Investasi pemerintah (APBD) melalui belanja barang modal masih rendah hingga berakhirnya triwulan II-2008. Aktivitas Ekspor kembali melambat pada triwulan ini, dan bahkan nilainya sudah lebih kecil daripada nilai Impor (defisit). Kondisi ini dipicu oleh pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Jawa Timur. Di sisi lain, aktivitas impor tetap terus bertumbuh seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang ditopangnya.

Dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor-sektor utama, yaitu PHR, Industri, dan Pertanian. Sektor PHR menghadapi persoalan dari

menurunnya aktivitas ekspor-impor dan melemahnya daya beli masyarakat. Subsektor Perhotelan melanjutkan tren pemulihan pada triwulan ini seiring dengan meningkatnya occupancy rate dan kunjungan wisatawan asing. Sektor Industri secara umum terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi,

(18)

dan melemahnya daya beli di sisi lain. Inflasi yang tinggi juga memicu berbagai demonstrasi buruh/karyawan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan yang mengganggu produktivitas. Sektor Pertanian tumbuh melambat karena dampak lanjutan bencana banjir yang terjadi akhir tahun lalu. Luas lahan panen di triwulan ini menurun setelah sejumlah lahan tanam terkena banjir. Subsektor Perikanan masih tumbuh melambat akibat tingginya biaya bahan bakar yang harus ditanggung nelayan. Solar untuk kegiatan perikanan umumnya harus dibeli pada harga keekonomian (non-subsidi). Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor-sektor andalan tetap dalam tren peningkatan kecuali kredit Sektor Pertanian yang kinerjanya terus menurun.

Ukuran kesejahteraan masyarakat terkini menunjukkan adanya perbaikan taraf ekonomi di Jawa Timur. Dalam kurun waktu Maret 2007 –

Maret 2008, tercatat adanya penurunan jumlah pengangguran dan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di Jawa Timur. Pencapaian ini dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga dalam kurun waktu tersebut. Namun demikian, kondisi ini diprediksi akan mengalami perubahan dalam kurun waktu satu tahun mendatang. Tingginya inflasi - terutama pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi diyakini akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di Jawa Timur.

(19)

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-2008 diwarnai oleh perlambatan di komponen Konsumsi dan Ekspor-Impor. Seperti halnya di triwulan I-2008, Konsumsi melambat akibat tingginya inflasi yang melemahkan daya beli, sedangkan kinerja ekspor mengalami penurunan sebagai dampak krisis ekonomi global. Di sisi lain, Komponen Investasi mampu untuk tetap tumbuh lebih tinggi pada triwulan II-2008 ini.

2006 2007 2008 URAIAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Konsumsi Rumahtangga 7.65% 5.07% 6.83% 8.86% 4.29% 5.11% 6.85% 8.87% 3.70% - Makanan 9.59% 11.94% 10.78% 7.97% 2.23% 1.76% 2.84% 5.39% 2.24% - Non Makanan 4.98% -3.85% 1.77% 10.05% 7.28% 10.17% 12.43% 13.40% 5.71%

Konsumsi Lembaga Swasta Tidak 1.79% 7.73% 10.50% 6.21% 2.35% 5.86% 5.88% 5.51% 3.87%

Mencari Untung

Konsumsi Pemerintah 12.89% 6.70% 8.40% 7.75% 14.19% 8.07% 4.27% 7.86% 7.64% Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.07% 7.23% 5.07% 5.50% 1.96% 2.47% 5.48% 1.15% 4.75% Perubahan Stok -88.07% -14.93% -39.67% 224.31% 211.64% -0.81% 6.12% 212.06% 157.34% Ekspor 3.02% 6.94% 14.03% 11.45% 5.86% 6.68% 7.14% 8.53% 3.68%

a. Antar Negara/Luar Negeri 0.18% 10.32% 17.75% 21.60% 7.85% 4.30% 1.74% 12.59% 5.27% b. Antar Pulau Luar Provinsi 4.02% 8.00% 0.00% 5.59% 2.72% 1.10% 7.66% 4.07% 1.58% c. Antar Provinsi Melalui Darat 6.24% 1.82% 20.53% 4.17% 5.82% 15.05% 14.24% 6.31% 3.22%

Impor 4.56% 3.98% 3.84% 12.47% 4.80% 3.27% 7.34% 3.00% 3.94%

a. Antar Negara/Luar Negeri 1.92% 1.48% 2.90% 2.95% 0.43% 2.85% 2.69% 3.44% 4.69% b. Antar Pulau Luar Provinsi 6.76% 7.02% 7.26% 22.01% 5.06% 5.33% 5.99% 5.34% 2.65% c. Antar Provinsi Melalui Darat 6.48% 5.17% 2.32% 20.27% 10.91% 2.13% 16.72% 0.90% 4.12%

Produk Domestik Regional Bruto 4.92% 5.97% 6.02% 6.28% 5.54% 6.21% 6.31% 6.35% 5.45%

a. Konsumsi

Secara umum, aktivitas konsumsi rumah tangga diprediksi kembali tumbuh melambat pada triwulan II-2008 meskipun masih memberi andil dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Indikasi perlambatan ini tampak pada hasil Survei Konsumen BI yang merupakan cerminan keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) tercatat terus menurun, bahkan mencapai level yang lebih rendah dibandingkan kondisi tahun 2005 ketika terjadi kenaikan harga BBM

Tabel 1.1

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

(20)

hingga 166% (Gambar 1.3). Perlambatan konsumsi juga diindikasikan oleh tingkat impor barang konsumsi yang menurun baik secara nilai maupun volume. Selama ini, aktivitas konsumsi perekonomian Jawa Timur ditopang pula oleh barang-barang konsumsi yang diimpor dari luar negeri (Gambar 1.1 dan 1.2).

Kejadian penting pada triwulan II-2008 yang berpengaruh pada tingkat konsumsi rumah tangga adalah kenaikan harga BBM pada tanggal 25 Mei 2008. Menyusul keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, harga sebagian besar barang dan jasa ikut melonjak sehingga menekan daya beli/konsumsi masyarakat.

Gambar 1.3

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya

0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 Indeks Ekspektasi Konsumen 0 50 100 150 200 250 300 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2006 2007 2008 -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Nilai Impor B Konsumsi gNilai Impor B Konsumsi

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2006 2007 2008 -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Volume Impor B Konsumsi

gVolume Impor B Konsumsi

Gambar 1.1

Perkembangan Nilai Impor Barang Konsumsi

Gambar 1.2

Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi

(21)

Bila dianalisis lebih mendalam, perlambatan khususnya tampak pada konsumsi makanan, sementara konsumsi non-makanan belum terlalu terpengaruh hingga triwulan ini. Relatif stabilnya konsumsi non-makanan ini tercermin pada berbagai indikator antara lain konsumsi listrik rumah tangga, penjualan semen, penjualan mobil, dan penjualan motor. Sementara itu, penjualan produk-produk makanan mengalami kembali mengalami penurunan di triwulan II-2008 seperti yang ditunjukkan oleh hasil Survei Penjualan Eceran BI Surabaya (Gambar 1.4).

Sebuah fenomena menarik tampak pada tingkat penjualan kendaraan bermotor (mobil dan motor) yang justru meningkat tajam menjelang kenaikan harga BBM dan bahkan mencapai puncaknya pada bulan Mei 2008 ketika harga BBM benar-benar dinaikkan. Kondisi ini berlawanan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan merosotnya keyakinan masyarakat untuk membeli barang tahan lama/durable goods (Gambar 1.9).

Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai tindakan antisipasi masyarakat terhadap kemungkinan naiknya harga kendaraan bermotor pasca kenaikan harga BBM sehingga mereka melakukan pembelian dini. Selain itu, kendaraan bermotor umumnya dikonsumi oleh kelompok masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas yang lebih tahan terhadap gejolak harga dan mampu mempertahankan daya beli-nya melalui berbagai sumber pendapatan alternatif.

Khusus untuk tingkat penjualan motor, yang melonjak hingga 200% pada bulan Mei 2008, dapat dipahami sebagai pilihan ekonomis konsumen untuk memiliki motor sendiri dibandingkan menggunakan angkutan umum. Masyarakat beranggapan bahwa akibat kenaikan harga BBM, menggunakan angkutan umum akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada mengoperasikan motor. Oleh karena itu, mereka berusaha membeli motor sebagai alat transportasi sehari-hari meskipun untuk pembeliannya harus dilakukan secara kredit. Maraknya pembiayaan kredit motor yang tersedia di pasar berikut berbagai kemudahan skim kredit yang ditawarkannya turut memberi andil pada tingginya konsumsi masyarakat ini.

(22)

Gambar 1.7 Volume Penjualan Motor

Gambar 1.5

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Gambar 1.4

Indeks Penjualan Makanan Minuman

Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Sumber: PLN Distribusi Jatim

40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5* 6* 2005 2006 2007 2008 Makanan Minuman 70 75 80 85 90 95 100 105 110 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 0 100 200 300 400 500 600 700 Konsumsi listrik RT KwH per pelanggan RT Gambar 1.6

Volume Penjualan Semen di Jawa Timur

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2006 2007 2008 -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Vol Penjualan Semen gPenjualan Semen

Gambar 1.9

Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods)

Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008

Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama

Gambar 1.8 Volume Penjualan Mobil

Sumber: Dipenda Provinsi Jatim

0 100 200 300 400 500 600 700 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 -100% -50% 0% 50% 100% 150% Penjualan Mobil gPenjualan Mobil

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% Penjualan Motor gPenjualan Motor

Sumber: Asosisasi Semen Indonesia

(23)

Survei Bank Indonesia lainnya menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu cenderung terus menurun. Hal serupa juga tampak pada ekspektasi masyarakat akan penghasilan mereka di masa mendatang (Gambar 1.10). Kondisi ini mengkonfirmasi prediksi perlambatan aktivitas konsumsi pada triwulan II-2008 ini.

Dari sisi pembiayaan, aktivitas konsumsi diduga dibiayai oleh simpanan masyarakat di bank dan pinjaman dari bank. Laju pertumbuhan tabungan milik perorangan di perbankan Jawa Timur tampak melambat pada triwulan ini, meskipun masih mencatatkan tingkat pertumbuhan (yoy) yang tinggi di kisaran 30%. Selain untuk membiayai aktivitas konsumsi yang makin mahal, penurunan laju simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan juga diduga karena beralihnya simpanan tersebut menjadi bentuk deposito. Setelah selama beberapa periode tumbuh negatif, pertumbuhan simpanan deposito milik perorangan di perbankan Jawa Timur tercatat positif pada triwulan ini (Gambar 1.11 dan Gambar 12).

Aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan ini diyakini juga dibiayai oleh kredit perbankan, khususnya kredit konsumsi. Laju pertumbuhan kredit konsumsi perbankan Jawa Timur terus menunjukkan perbaikan hingga mencapai angka 17% (yoy) pada bulan Juni 2008. Selain kredit perbankan, pembiayaan konsumsi masyarakat diperkirakan juga berasal dari berbagai perusahaan pembiayaan yang marak tersedia di pasar. Pembiayaan jenis ini umumnya ditujukan untuk pembelian produk-produk elektronik, otomotif, dan produk ritel rumah tangga lainnya.

Sementara itu, konsumsi pemerintah daerah pada triwulan ini relatif lancar, seperti yang diindikasikan oleh tingkat realisasi belanja rutin daerah yang umumnya mencapai kisaran 50% (lihat juga Bagian 1.5 Keuangan Daerah).

(24)

b. Investasi

Kegiatan investasi kembali tumbuh tinggi dan bahkan lebih baik pada triwulan ini, sebagaimana dikonfirmasi oleh data impor yang menunjukkan adanya peningkatan laju impor barang modal (capital goods) dari luar negeri ke Jawa Timur. Laju impor barang modal memang terus meningkat sejak tahun 2006 dan mencapai tingkat tertinggi pada triwulan II-2008 ini, baik dari segi nilai maupun volume. Barang modal didefinisikan sebagai barang yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa namun tidak menjadi bagian dari barang

Gambar 1.10 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan

Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

Gambar 1.11

Perkembangan Tabungan Perorangan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008

Indeks Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan

Gambar 1.12

Perkembangan Deposito Perorangan

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Nilai Kredit Konsumsi

gKredit Konsumsi

Gambar 1.13

Perkembangan Kredit Konsumsi

Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah

-10 20 30 40 50 60 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 2006 2007 2008 -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% Tabungan perorangan gTabungan perorangan 40 41 42 43 44 45 46 47 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 2006 2007 2008 -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% Deposito perorangan gDeposito Perorangan

(25)

atau jasa yang diproduksi tersebut. Contoh barang modal adalah peralatan transportasi, mesin industri, dan alat perkantoran.

Di sisi lain, investasi pemerintah daerah hingga triwulan II-2008 ini masih tergolong rendah, seperti yang diindikasikan oleh tingkat realisasi belanja langsung yang umumnya baru mencapai kisaran 20% (lihat juga Bagian 1.5. Keuangan Daerah). Belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahkan baru mencapai 20% hingga berakhirnya triwulan II-2008.

Sementara itu, Departemen Pekerjaan Umum mengalokasikan dana sejumlah Rp4,68 triliun untuk 59 proyek fisik di wilayah Jawa Timur di sepanjang tahun 2008. Proyek-proyek ini umumnya berupa pembangunan infrastruktur permukiman, jalan dan jembatan, serta pemeliharaannya. Sejumlah besar dana tersebut dialokasikan untuk penyelesaian proyek Jembatan Surabaya-Madura khususnya Bentang Tengah (Rp849 miliar), sisi Surabaya (Rp151 miliar), dan sisi Madura (Rp266 miliar)1

.

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan untuk tujuan investasi pada triwulan ini tercatat lebih baik daripada triwulan II-2007 dan menunjukkan tren perbaikan. Selain kredit perbankan, sektor riil diperkirakan juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi, dan saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil.

1

Informasi proyek fisik di daerah dapat diakses di: https://eproc.pu.go.id/publik/new/kegiatan/default.asp

Gambar 1.14

Perkembangan Nilai Impor Capital Goods

Sumber: BI Sumber: BI

Gambar 1.15

Perkembangan Volume Impor Capital Goods

0 50 100 150 200 250 300 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2006 2007 2008 -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 160%

Nilai Impor Capital Goods gNilai Impor Capital Goods

0 10 20 30 40 50 60 70 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2006 2007 2008 -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250%

Volume Impor Capital Goods gVolume Impor Capital Goods

(26)

c. Ekspor-Impor

Pelemahan aktivitas ekspor pada triwulan ini turut memberi andil pada perlambatan ekonomi Jawa Timur. Laju ekspor tercatat menurun sebagai dampak krisis ekonomi global yang berimbas pada berkurangnya permintaan akan produk-produk Jawa Timur di luar negeri. Secara volume, ekspor Jawa Timur ke luar negeri hanya tumbuh sebesar 3,07% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2007 yang mencapai 12,18%. Dari sisi nilai, ekspor Jawa Timur bahkan tumbuh negatif (-0,97%) yang merupakan penurunan signifikan dibandingkan pencapaian pada triwulan II-2007 yang tumbuh sebesar 44,17%. Penurunan ini juga dikonfirmasi oleh statistik jumlah barang yang diangkut di Pelabuhan Tanjung Perak (Gambar 1.21).

Di sisi lain, impor Jawa Timur dari luar negeri terus meningkat pada triwulan II-2008 ini, baik secara volume maupun nilai. Tetap tingginya impor ini terkait dengan struktur ekonomi Jawa Timur yang masih banyak tergantung pada pasokan dari luar negeri baik untuk barang konsumsi akhir maupun barang setengah jadi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tidak hanya dicukupi oleh produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri dalam bentuk impor.

Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan (trade balance) Jawa Timur tercatat defisit di sepanjang triwulan II-2008 (April-Juni II-2008). Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mayoritas mencatat surplus.

Gambar 1.16

Perkembangan Kredit Investasi

Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 0 2 4 6 8 10 12 14 Nilai Kredit Investasi

(27)

Deskripsi Tw II 06 Tw II 07 Tw II 08

Ekspor Nilai (US$) 1,298,630,876 1,872,262,634 1,854,019,988 Volume (ton) 1,031,669,230 1,157,296,668 1,200,239,674 Impor Nilai (US$) 994,002,197 1,233,682,809 2,024,615,975 Volume (ton) 1,706,742,314 1,905,188,645 2,434,650,833 Pertumb Ekspor Nilai 44.17% -0.97%

Volume 12.18% 3.71%

Pertumb Impor Nilai 24.11% 64.11%

Volume 11.63% 27.79%

Gambar 1.17

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor

Gambar 1.18

Perkembangan Volume Ekspor dan Impor

Sumber: BI

Gambar 1.19

Neraca Perdagangan Luar Negeri

Sumber: BI

Gambar 1.20

Neraca Perdagangan Kumulatif

Sumber: BI

Sumber: BI

Tabel 1.2

Data Ekspor dan Impor Jawa Timur

Sumber: BI -200 400 600 800 1,000 1,200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2005 2006 2007 2008 Nilai Ekspor Nilai Impor -200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2005 2006 2007 2008 Volume Ekspor Volume Impor (210) (160) (110) (60) (10) 40 90 140 190 240 290 340 390 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2005 2006 2007 2008 Net Ekspor (500) -500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2005 2006 2007 2008

(28)

Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga

96% dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa produk barang dari logam, produk kimia dan bahan kimia, kertas dan produk kertas, serta makanan dan minuman. Penurunan nilai ekspor tampak jelas pada produk barang dari logam (basic metals), serta produk kimia dan bahan kimia.

Sementara itu, impor Jawa Timur masih didominasi oleh bahan baku (intermediate goods) untuk mendukung kegiatan produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import content) seperti industri barang dari logam, industri alat angkutan, dan industri pupuk dan

Gambar 1.22

Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama

Sumber: BI

Tabel 1.3

Nilai Ekspor Triwulan II-2008

Sumber: BI 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 Volume Barang Sumber: BPS Gambar 1.21

Volume Barang di Tanjung Perak

-50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2005 2006 2007 2008 Basic Metals Chemical products Food Products Paper and paper products

DESKRIPSI NILAI EKSPOR TOTAL NILAI EKSPOR 1,854,019,988 Agriculture, Hunting & Fishing 97,865,401 Mining and Quarrying 4,051,689 Manufacturing 1,752,102,898 Basic Metals 348,637,239 Paper and paper products 262,268,593 Food products and beverages 234,889,111 Chemical and chemical products 225,646,701 Furniture 145,454,579

(29)

kimia2. Terdapat keterkaitan yang tinggi antara komoditas impor dengan komoditas ekspor Jawa Timur (Tabel 1.4).

Berdasarkan negara tujuan, ekspor Jawa Timur didominasi oleh Jepang, Singapura, dan Amerika Serikat. Kinerja ekspor Jawa Timur kemudian sangat tergantung pada permintaan dari ketiga negara ini. Resesi ekonomi yang sedang terjadi di Jepang3

diyakini berdampak signifikan pada nilai dan volume transaksi perdagangannya dengan Jawa Timur (Gambar 1.25).

2 Tabel Input-Output Jawa Timur (2000)

3

Bloomberg: Morgan Stanley Cuts Japan Growth Forecast on U.S. Spillover (August 1st, 2008)

Gambar 1.23 Komponen Impor Jawa Timur

Tabel 1.4

Nilai Impor Triwulan II-2008

Sumber: BI

DESKRIPSI NILAI IMPOR

TOTAL NILAI IMPOR 2,024,615,975

Agriculture, Hunting & Fishing 218,319,948

Mining and Quarrying 19,925,213

Manufacturing 1,786,370,814

Chemical and chemical products 478,305,717

Basic Metals 354,864,402

Food products and beverages 237,494,759 Machinery and Equipment 200,660,361

Furniture 130,005,666 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2005 2006 2007 2008

Capital Goods Int Goods Cons Goods

Sumber: BI Japan 26% Singapore 16% USA 11% Others 34% Malaysia 4% UK 4% Hongkong 5% 0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 350,000,000 Japan Singapore USA Hongkong UK Malaysia Gambar 1.24

Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2007

Sumber: BI

Gambar 1.25

Perkembangan Ekspor menurut Tujuan (dalam USD ribu)

(30)

1.3. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-2008 ini masih serupa dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh tiga sektor utama: Perdagangan, Hotel & Restoran, Industri Pengolahan, dan Pertanian. Ketiga sektor ini memiliki pangsa hingga 73,70% dari PDRB Jawa Timur pada triwulan II-2008. Perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-2008 tumbuh sebesar 5,16%4, lebih rendah dibandingkan triwulan II-2007 yang sebesar 6,21%. Perlambatan ini disumbangkan oleh penurunan kinerja secara umum di sektor-sektor utama Jawa Timur.

4 Angka prediksi BPS

Gambar 1.26

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

4.98 5.54 6.31 4.92 5.16 6.31 6.21 6.02 5.97 6.28 6.09 5.98 6.35 5.45 3 4 5 6 7 8

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*

2005 2006 2007 2008

Jawa Timur Nasional

Gambar 1.27

Struktur Perekonomian Jawa Timur Tw II-2008

Gambar 1.28

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Jawa Timur Tw II-2008

Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur

Industri, 25.62% Tani, 15.55%

Jasa, 8.02% Angkut dan Kom,

5.80%

PHR, 32.69% Tambang, 2.06%

Listrik Gas Air, 1.73%

Ke uangan, 5.32%

Bangunan, 3.20%

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa-jasa

%

Sumbangan Pertumbuhan

(31)

Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertanian 2.83 1.15 2.79 1.00 3.61 1.04 3.40 0.85 2.16 1.10 1.86 0.80 Pertambangan & Penggalian 8.61 0.07 11.09 0.13 10.01 0.16 11.43 0.15 7.50 0.07 6.79 0.11 Industri Pengolahan 4.16 1.41 4.60 1.62 4.78 1.74 4.98 1.69 4.14 1.37 3.42 1.32 Listrik, Gas dan Air Bersih 11.72 0.10 11.95 0.11 16.21 0.11 7.81 0.12 3.87 0.10 7.15 0.09 Bangunan -0.08 0.16 1.97 0.20 1.93 0.22 0.76 0.19 2.54 0.16 2.02 0.17 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.23 1.62 8.37 1.97 8.43 1.84 8.50 2.10 8.46 1.64 8.06 1.69 Pengangkutan dan Komunikasi 6.90 0.32 8.63 0.36 8.01 0.36 7.55 0.38 6.96 0.32 6.24 0.30 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 7.96 0.26 9.38 0.33 8.17 0.33 8.32 0.34 7.93 0.26 5.85 0.27 Jasa-jasa 5.65 0.45 5.92 0.50 6.26 0.51 5.67 0.53 5.77 0.44 5.21 0.41 PDRB 5.54 5.54 6.21 6.21 6.31 6.31 6.35 6.35 5.45 5.45 5.16 5.16 Tw II-08 Tw I-08 Tw IV-07 Tw III-07 Tw II-07 Tw I-07 SEKTOR

Ketiga sektor dominan ini menunjukkan kinerja yang relatif stabil, meskipun melambat dengan tingkat perlambatan yang bervariasi. Persoalan yang dihadapi sektor riil di triwulan ini masih serupa dengan triwulan lalu, yaitu biaya produksi yang meningkat, daya beli masyarakat yang makin lemah, ketersediaan suplai energi listrik, serta gangguan perubahan musim.

Tabel 1.5

Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral

Sumber: BPS Jawa Timur

Gambar 1.25

Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan

Sumber: BPS Jawa Timur

-2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2005 2006 2007 2008

(32)

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat meningkatkan utilisasi kapasitas produksi yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya, diketahui bahwa secara rata-rata terjadi peningkatan kapasitas produksi terpakai dari 63,32% di triwulan II-2007 menjadi 75,13% di triwulan II-2008. Kondisi ini mengkonfirmasi adanya pertumbuhan di perekonomian Jawa Timur. Tingkat utilisasi kapasitas yang berada di level 75,13% menunjukkan bahwa masih terdapat ruang bagi perekonomian Jawa Timur untuk melakukan ekspansi lebih tinggi lagi di masa mendatang tanpa mengorbankan stabilitas harga karena masih terdapat kelonggaran pada sisi penawaran.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga dikonfirmasi oleh hasil survei SKDU terhadap pelaku usaha di Jawa Timur yang menunjukkan peningkatan realisasi usaha di triwulan 2008 bila dibandingkan triwulan II-2007. Semua hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa ekonomi masih tumbuh pada triwulan II-2008 meskipun melambat.

Tabel 1.6

Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur

Sumber: SKDU BI Surabaya

PERTANIAN 63.05 76.35 A. Tanaman Pangan 65.00 75.29 B. Tanaman Perkebunan 43.75 75.00 C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 86.40 80.43 D. Kehutanan

E. Perikanan 75.00 69.82 PERTAMBANGAN 100.00 72.50 INDUSTRI PENGOLAHAN 64.52 74.34 A. Industri Non Migas

1. Makanan, minuman dan tembakau 61.00 75.45 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 65.86 71.83 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 69.10 69.20 4. Kertas dan barang cetakan 57.00 80.83 5. Kimia dan barang dari karet 70.00 71.90 6. Semen dan barang galian bukan logam 38.33 86.00 7. Logam dasar, besi dan baja 79.67 95.00 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 56.67 67.08 9. Barang Lainnya 70.18 68.75 B. Industri Migas

1. Pengilangan minyak bumi 2. Gas alam cair

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 60.00 88.93 TOTAL SELURUH SEKTOR 63.32 75.13

SEKTORAL

(33)

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Pada triwulan II-2008, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran tetap tampil sebagai sektor utama dalam perekonomian Jawa Timur, dengan pangsa sebesar 33,28% dari total PDRB, dan tumbuh tinggi sebesar 8,06%. Namun demikian, pertumbuhan sektor PHR ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Tw II 2007 Tw II 2008

No. Sub Sektor Pertumbuhan (%) Sumbangan (%) Pertumbuhan (%) Sumbangan (%) 1. Perdagangan 8.87 1.60 8.57 1.37 2. Hotel 1.19 0.06 4.19 0.05 3. Restoran 7.34 0.32 6.21 0.26 Total 8.37 1.97 8.06 1.69

Subsektor perdagangan yang memiliki pangsa terbesar tumbuh melambat pada triwulan II-2008 sebagaimana diindikasikan oleh prompt indicator volume barang di Pelabuhan Tanjung Perak dan Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR. Hal ini tidak lepas dari fenomena melemahnya ekonomi global dan nasional yang berdampak pada aktivitas perdagangan di Jawa Timur.

Tabel 1.7

Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR

Sumber: BPS Jawa Timur

Gambar 1.23 Indeks Realisasi Usaha

Sumber: SKDU BI Surabaya -20.54 16.7 -27.23 7.05 22.1 -18.91 11.35 22.32 25.86 21.6 -1.85 0.67 -0.45 -30 -20 -10 0 10 20 30

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2005 2006 2007 2008

(34)

Di sisi lain, Subsektor Hotel pada triwulan ini justru mencatat kinerja yang lebih baik dengan tumbuh sebesar 4,19% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan II-2007 yang tumbuh negatif 1,19%. Peningkatan kinerja ini tercermin pada prompt indicators tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di Jawa Timur dan lama tinggal tamu di hotel (Gambar 1.33 dan Gambar 1.34).

Perbaikan kinerja subsektor hotel ini diyakini terkait juga dengan meningkatnya jumlah wisatawan asing ke Jawa Timur. Statistik jumlah wisatawan asing yang melalui Bandar Udara Juanda terus menunjukkan tren peningkatan (Gambar 1.35).

Pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008, pengusaha hotel di Jawa Timur memilih strategi mempertahankan tarif kamar (published rate) namun melakukan revisi kontrak terhadap pelanggan segmen tertentu seperti korporasi dan instansi pemerintah. Strategi ini dipilih karena para pengusaha menilai alternatif untuk merevisi harga kontrak terhadap pelanggan tertentu akan lebih efisien dilakukan daripada menaikkan published rate. Permintaan akan jasa hotel dari pasar segemented selama ini memang lebih kuat sehingga pengusaha berani untuk merevisi kontrak mereka.

Selain itu kalangan pengusaha hotel juga akan lebih memprioritaskan FIT (Free Individual Traveler) dan paket MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

Gambar 1.27

Volume Barang di Pel Tanjung Perak

Gambar 1.29

Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR

Sumber: BPS

Sumber: SKDU BI Surabaya

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 Volume Barang -10.2 6.04 -8.89 -11.49 2.69 10.4 3.75 5.65 1.08 3.12 -9.55 -2.31 0.88 -15 -10 -5 0 5 10 15

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2005 2006 2007 2008

(35)

Dilihat dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor perdagangan dan perhotelan terus mengalami tren perbaikan pada triwulan ini sesuai dengan kinerja riil sektoral-nya. Pertumbuhan kredit di sektor ini diperkirakan akan relatif stabil di periode-periode mendatang, bahkan dapat meningkat bila didukung oleh kinerja sektor riil. Namun demikian, tingkat pertumbuhan kredit ini diperkirakan masih belum akan menyamai pencapaian di tahun 2005 ketika tumbuh di atas 50%.

Gambar 1.33

Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim

Gambar 1.34

Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim

Gambar 1.35

Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda

Sumber: BPS Sumber: BPS 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2006 2007 2008 Occupancy Rate 0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2006 2007 2008 Asing Indonesia TOTAL Sumber: BPS 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2006 2007 2008 Jml Wisman melalui Juanda

(36)

b. Industri Pengolahan

Sektor industri tumbuh melambat pada triwulan ini (3,42%) dibandingkan kinerja pada triwulan II-2008 yang sebesar 4,60%. Seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.8, kontributor utama pertumbuhan pada triwulan ini tetap berasal dari subsektor makanan, minuman & tembakau, subsektor kertas & barang cetakan, dan subsektor logam dasar besi dan baja.

Sektor Industri terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi, dan melemahnya daya beli di sisi lain. Permintaan barang dari luar negeri juga menurun sejalan dengan melemahnya ekonomi global dan ekonomi negara-negara partner dagang, Dari sisi internal perusahaan, inflasi yang tinggi memicu berbagai demonstrasi oleh buruh/karyawan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan sehingga mengganggu produktivitas.

Di penghujung triwulan II-2008, kalangan industri mendapat tantangan baru berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) Lima Menteri yang menetapkan sejumlah industri untuk mengalihkan jam kerjanya ke hari Sabtu dan Minggu untuk menjaga kelancaran pasokan listrik. Tercatat sejumlah 500 pelanggan golongan industri di Jawa Timur yang harus melakukan pengalihan jam kerja ini. Kebijakan pemerintah ini umumnya dikeluhkan kalangan pengusaha karena dapat berdampak pada tuntutan buruh untuk mendapat uang lembur.

Gambar 1.36

Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel

Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Kredit PHR gKredit PHR

(37)

PLN Distribusi Jawa Timur menargetkan penghematan listrik sebesar 150MW dari kebijakan pengalihan jam kerja industri. Namun demikian, pengalihan jam kerja 500 pelanggan industri tersebut diperhitungkan hanya mampu memberi penghematan sebesar 20MW saja sehingga pemadaman bergilir di wilayah Jawa Timur diperkirakan akan terus berlangsung hingga 2009. Pemadaman bergilir selama ini sering menjadi keluhan para pengusaha utamanya dari jenis usaha yang harus beroperasi penuh selama tujuh hari seminggu.

Tw II 2007 Tw II 2008

No. Sub Sektor Pertumbuhan

(%) Sumbangan (%) Pertumbuhan (%) Sumbangan (%)

1. Makanan, minuman & tembakau 3.49 0.87 2.61 0.71 2. Tekstil, barang kulit & alas kaki 3.66 0.06 2.42 0.05 3. Barang kayu & hasil hutan lainnya 0.71 0.04 2.38 0.03 4. Kertas & barang cetakan 9.60 0.26 5.12 0.21 5. Kimia & barang dari karet 5.86 0.12 3.57 0.10 6. Semen & barang galian bukan logam -3.14 0.05 2.60 0.04 7. Logam dasar besi & baja 6.07 0.13 4.77 0.11 8. Alat angkutan, mesin & peralatannya 9.89 0.03 9.18 0.03 9. Barang lainnya 2.73 0.05 3.88 0.04

Total 4.60 1.62 3.42 1.32

Risiko terbesar yang dihadapi oleh Sektor Industri Pengolahan sesungguhnya berasal dari tren peningkatan harga bahan bakar minyak. Sesuai aturan pemerintah, harga bahan bakar yang dikonsumsi oleh industri dipatok mengikuti harga yang terbentuk di pasar internasional. Kenaikan harga yang persisten ini dipastikan akan mendorong naik ongkos produksi yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kinerja sektor secara keseluruhan. Hingga akhir Juni 2008, harga BBM industri telah naik rata-rata 100% dibandingkan posisi Juni 2007.

Tabel 1.8

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri

(38)

Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk sektor industri masih tumbuh menggembirakan di tengah sulitnya kinerja sektor riil. Kredit Sektor Industri mampu tumbuh konsisten sejak titik baliknya di akhir tahun 2006 dan kini bahkan dapat melampaui kondisi sebelum gejolak kenaikan BBM di tahun 2005. Pertumbuhan kredit untuk sektor industri pada bulan Juni 2008 mencapai 53% (yoy).

Gambar 1.37

Perkembangan Harga BBM Industri

Sumber: Pertamina 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 M Solar Transp M Diesel M Solar Industri Gambar 1.38

Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber: Laporan Bulanan perbankan 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005 2006 2007 2008 -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% Kredit Industri gKredit Industri

(39)

c. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan ini mengalami perlambatan yang signifikan, meskipun masih mampu tumbuh sebesar 1,86%. Perlambatan terjadi di hampir semua subsektor, kecuali perkebunan dan kehutanan. Namun demikian, subsektor yang paling memberi dampak perlambatan adalah subsektor tanaman bahan makanan (tabama) yang memiliki porsi terbesar dalam PDRB.

Tw II 2007 Tw II 2008

No. Sub Sektor Pertumbuhan

(%) Sumbangan (%) Pertumbuhan (%) Sumbangan (%)

1. Tanaman bahan makanan 1.18 0.57 0.03 0.45

2. Tanaman perkebunan 3.69 0.14 4.13 0.11

3. Peternakan & hasilnya 6.53 0.16 5.72 0.14

4. Kehutanan -7.85 0.02 0.18 0.01

5. Perikanan 6.94 0.11 3.23 0.09

Total 2.79 1.00 1.86 0.80

Aktivitas sektor pertanian pada triwulan ini diwarnai oleh awal musim panen kedua bagi padi dan musim tanam bagi jagung (Gambar 1.39 dan Gambar 1.40). Seperti pola di tahun-tahun sebelumnya, triwulan kedua adalah masa panen kedua (gadu) bagi komoditas padi.

Pertumbuhan subsektor tabama pada triwulan ini masih terganggu oleh dampak bencana banjir yang melanda sebagian wilayah Jawa Timur pada akhir tahun 2007. Saat itu, banjir mengakibatkan berkurangnya lahan tanam dan meningkatnya lahan yang rusak (puso). Dampak banjir tersebut kini berlanjut menjadi berkurangnya lahan yang dipanen. Sebagai contoh, pada periode April – Juni 2008 tercatat sejumlah 600.000 hektar lahan padi yang dipanen di Jawa Timur, menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2007 ketika sejumlah 786.000 hektar berhasil dipanen. Namun demikian, penurunan ini tidak berpengaruh signifikan pada stok pangan dan harga pangan di Jawa Timur (lihat juga Boks 1).

Tabel 1.9

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

(40)

Untuk membantu para petani yang terkena bencana banjir, Dinas Pertanian Jawa Timur dan Departemen Pertanian telah memberikan bantuan penyediaan pupuk NPK dan benih hibrida. Bencana banjir di tahun ini tergolong lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya karena tahun 2008 adalah musim basah (La Nina). Di samping itu, bencana banjir tahun ini juga disebabkan oleh terus berkurangnya daerah tangkapan air (catchment area) dan kurang terpeliharanya irigasi dan bendungan.

Sementara itu, subsektor perikanan masih tumbuh melambat pada triwulan ini utamanya akibat tingginya biaya operasi yang dibutuhkan untuk melaut. Nelayan mengalami kesulitan untuk membeli solar sebagai bahan bakar karena harga yang dikenakan kepada mereka adalah harga non-subsidi (harga keekonomian). Harga solar pada triwulan II-2008 telah meningkat sekitar 100% dibandingkan harga pada triwulan II-2007. Di sisi lain, penghasilan dari melaut tidak selalu bisa diandalkan. Untuk menutupi biaya operasi, mereka harus menjual hasil tangkapannya dengan harga yang lebih tinggi yang sebenarnya menyulitkan penjualan di tengah lemahnya daya beli masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, banyak nelayan yang memilih beralih profesi agar dapat mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya sehari-hari. Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan ini juga tercermin pada sisi pembiayaan, yaitu jumlah kredit perbankan yang disalurkan ke sektor pertanian. Laju pertumbuhan kredit perbankan ke sektor pertanian kembali menurun pada triwulan II-2008 ini (Gambar 1.42). Pada bulan Juni 2008, kredit pertanian hanya tumbuh sebesar 8% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan kinerja di sektor riil pertanian tampaknya berdampak langsung pada kinerja kredit perbankan yang merupakan salah satu unsur pendukung pertumbuhan.

Gambar

Gambar 1.7  Volume Penjualan Motor
Gambar 1.10  Indeks Penghasilan Saat ini   dan Ekspektasi  Penghasilan
Gambar 3.2 ertumbuha
Gambar 3.5  Pertumbuhan Kredit (yoy) Gambar 3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui tingkat efisiensi suatu bank menjadi hal yang penting dalam industri perbankan syariah di Indonesia, mengingat semakin beratnya tantangan industri

Industri furniture di Jepara masih sangat menjadi industry yang sangat strategis dalam. perekonomian local maupun perekonomian nasional, untuk itu perlu

kesejahteraan masyarakat. Di dalam MDGs terdapat 8 tujuan utama, yaitu: 1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, 2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, 3)

Semua indikator untuk kota layak huni berdasarkan persepsi masyarakat Kota Balikpapan tergolong dalam kelas sedang, kecuali indikator ketersediaan air

karena atas berkah, rahmat, dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini dangan baik untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada

Dari hasil penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat implementasi kebijakan Pemerintah Kota Pekanbaru tentang gelandangan adalah karena kurangnya

Metode ini didasarkan pada pendekatan nilai f(x) dengan menggunakan deret Taylor.. Titik potong garis singgung ini dengan sumbu x digunakan sebagai pendekatan

Klon PSJT 941 dan VMC 86- 550 memiliki nilai koefisien regresi lebih dari 1 (bi>1), berarti klon tersebut beradaptasi khusus terhadap lingkungan yang baik