• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan. (Chandra dkk, 2013). Komoditas kopi mempunyai prospek yang cukup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan. (Chandra dkk, 2013). Komoditas kopi mempunyai prospek yang cukup"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor perkebunan Indonesia. Peran komoditas kopi bagi perekonomian Indonesia cukup penting, baik sebagai sumber pendapatan bagi petani kopi, sumber devisa, penghasil bahan baku industri, maupun penyedia lapangan kerja melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, perdagangan ekspor dan impor (Chandra dkk, 2013). Komoditas kopi mempunyai prospek yang cukup cerah di masa mendatang, hal ini terutama dilihat dari prospek pasar yang cenderung meningkat sehingga memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor kopi baik jenis spesial maupun produk olahan kopi (Kusmiati dan Nursamsiyah, 2015).

Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolumbia. Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, mudah dibudidayakan di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi yang dihasilkan di Indonesia rata-rata sebagian besar adalah hasil dari perkebunan petani. Kopi salah satu komoditas andalan sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit yang bernialai ekspor karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat,kesempatan kerja dan perolehan devisa.

(2)

2

Tanaman Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan sub sektor tanaman tahunan di Kecamatan Tirtoyudo. Pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Kecamatan Tirtoyudo yang terdata sebagai petani. Petani disana lebih memilih menanam kopi karena kondisi tanah yang ada pada wilayah sangat cocok untuk menanam kopi dan rasa kopi yang ada disini terkenal karena rasanya. Kondisi yang ada di Kecamatan Tirtoyudo tersebut sangat mendukung dan cocok untuk melakukan usaha pertanian khususnya kopi karena masih banyak lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian . Kopi yang dihasilkan di Kecamatan Tirtoyudo cukup baik, hal ini dikarenakan lahan untuk melakukan budidaya kopi dan perawatan kopi yang sangat mudah dan baik perawatannya dari para petani kopi itu sendiri.

Pada konteks pengembangan industri, industri biji kopi dan kopi olahan Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan karena nilai keterkaitan prospek ke depannya. Perdagangan kopi. bernilai lebih dari $12 miliar dolar setiap tahun, terutama antara negara-negara berkembang tempat di mana kopi tersebut diproduksi dan dengan negara-negara industri, tempat di mana kopi tersebut dikonsumsi. Harga terus berfluktuasi tajam karena sebagai komoditas pertanian, kopi mengalami variasi dalam pengadaannya yang disebabkan oleh adanya kondisi lingkungan yang berubah. Peningkatan permintaan di industri biji kopi dan kopi olahan yang semakin besar akan meningkatkan output di semua industri. Industri biji kopi dan

(3)

3

kopi olahan juga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja di semua industri.

Peningkatan efisiensi produksi, pengolahan dan pemasaran ekspor tetap perlu dilakukan untuk menjaga mutunya. Potensi pengembangan yang dimiliki industri kopi biji dan kopi olahan Indonesia perlu ditingkatkan dengan memperhitungkan peluang pengembangan pasar ekspor. Produk kopi dalam berbagai olahan yang telah dapat diproduksi di Indonesia perlu diekspor untuk memperbaiki kelemahan ekspor Indonesia pada komposisi produk yang kurang memadai. Melihat prospek pasar komoditas kopi tersebut, diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi, baik melalui usaha intensifikasi maupun ekstensifikasi kebun. Kabupaten Malang dikenal karena kopinya. Terutama kopi amstirdam atau yang lebih dikenal kopi Ampelgading, Tirtoyudo, dan Dampit .Utamanya kopi Dampit yang sudah mendunia karena cita rasanya.

Pada era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Produk kopi yang baik bisa didapat dengan menerapkan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bisa dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi. Tanaman kopi di Indonesia merupakan salah satu komoditi yang sudah berkembang, namun dalam berusahatani kopi ada beberapa kendala yang

(4)

4

dihadapi olah petani yaitu pedagang merupakan penentu harga sedangkan petani tidak mempunyai posisi tawar yang memadai dengan demikian para petani kopi mendapatkan keuntungan yang sedikit. Selain itu rendahnya produktivitas kopi Indonesia disebabkan karena 95 persen kopi Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang umumnya belum menggunakan bibit kopi unggul, teknik budidaya yang masih sederhana serta lambat melakukan peremajaan tanaman, minimnya sarana dan prasarana pendukung mengakibatkan rendahnya mutu kopi Indonesia (Nalurita, 2014).

Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi yang masih berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang di gunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang di tanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi Arabika. Kopi Arabika juga banyak diproduksi di kebun - kebun seperti (Kayumas, Blawan, Kalisat/Jampit) di Bondowoso, Jawa Timur. Sedangkan kopi robusta di Jawa Timur, banyak diproduksi dari kebun - kebun seperti Ngrangkah Pawon (Kediri), Bangelan (Malang), Malangsari, Kaliseogiri (Banyuwangi). Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi Arabika dan Robusta. Kopi Robusta tumbuh di daerah rendah sedangkan kopi Arabika tumbuh di daerah tinggi. Setelah kemerdekaan banyak perkebunan kopi yang diambil alih oleh

(5)

5

pemerintah yang baru atau ditinggalkan. Saat ini sekitar 92% produksi kopi berada di bawah petani-petani kecil atau koperasi.

Kabupaten Malang merupakan kabupaten dengan produksi tertinggi setelah Kabupaten Jember di bandingkan kabupaten lainnya di Jawa timur, utamanya dari Ampelgading, Dampit dan Tirtoyudo sudah lama di kenal baik di pasaran lokal, regional bahkan internasional. Produk biji kopi di wilayah ini beberapa waktu lampau memang sangat bagus, Tapi beberapa tahun terakhir ini lahan kopi banyak yang sudah di alih fungsikan menjadi lahan jagung, tebu, serta singkong dengan alasan bahwa tanaman kopi sudah tidak menguntungkan, keadaan seperti itu di khawatirkan akan berkepanjangan dan produksi kopi dari tiga wilayah tersebut akan menurun pada beberapa tahun kedepan. Seperti halnya di Desa Wonoagung Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang yang mana mayoritas penduduknya adalah petani, khususnya petani kopi. Keberadaan pertanian kopi ini sudah ada sejak lama, sehingga sangat di sayangkan apabila keberadaan pertanian kopi tersebut tidak di pertahankan.

Dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan penting untuk mempertahankan budidaya kopi antara lain dengan kegiatan-kegiatan peningkatan produksi kopi di sertai dengan perbaikan mutu kopi itu sendiri. Bagi para petani kopi yang sumber pendapatannya berasal dari hasil panen kopi, penting bagi para petani untuk meningkatkan produktivitas apabila terjadi peningkatan produktivitas terhadap tanaman kopi maka hasil produksi kopi akan bertambah begitu juga dengan pendapatan petani kopi akan mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul

(6)

6

“ANALISIS PENDAPATAN PETANI KOPI DESA WONOAGUNG KECAMATAN TIRTOYUDO KABUPATEN MALANG ” .

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu :

1. Berapa besar produksi para petani kopi di Desa Wonoagung Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang ?

2. Berapa jumlah pendapatan yang diperoleh para petani kopi Desa Wonoagung Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui hasil produksi para petani kopi di Desa Wonoagung Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang. 2. Untuk menganalisis pendapatan para petani kopi di Desa

Wonoagung Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti menambah wawasan pengetahuan penulis tentang analisis kelayakan finansial usaha, menerapkan ilmu yang diterima selama duduk di bangku perkuliahan tentang analisis kelayakan usaha.

(7)

7

2. Bagi petani, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan petani mengenai keuntungan menanam kopi.

3. Bagi petani, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan guna meningkatkan pendapatan petani.

4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi dan referensi dalam berusaha tani selanjutnya. 5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dpaat dijadikan sebagai

referensi untuk penelitian sejenis.

6. Dijadikan acuan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan usaha tani kopi, serta mengetahui perolehan pendapatan apakah layak atau tidak untuk dijalankan.

1.5 Batasan Istilah

Batasan Istilah dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ruang lingkup pembahasan dalam penelitian agar tidak melebar ke pembahasan lain yang menjauhi lingkup penelitian dan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mengartikan judul di atas, maka penulis akan memfokuskan pada :

1. Petani Kopi di Desa Wonoagung Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang.

2. Produksi adalah jumlah kemampuan yang dihasilkan dalam masa panen kopi.

(8)

8

3. Produktivitas adalah kemampuan menghasilkan biji kopi dalam masa panen.

4. Biaya variabel, antara lain: biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, dan biaya lain-lain yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per satu kali panen.

5. Pendapatan atau keuntungan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam rupiah (Rp) per satu kali penen.

6. Harga adalah harga bibit kopi yang dibeli petani diukur dalam satuan (Rp/batang bibit)

7. Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar keluarga dalam pengelolaan budidaya kopi yang diukur dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK)

8. Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.

9. Biaya total dihitung dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per satu kali panen.

10. Biaya tetap antara lain: biaya penyusutan alat dan pajak yang dinyatakan dalam rupiah(Rp) per satu kali panen.

11. Perhitungan hasil panen kopi pertahun yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per satu kali panen.

(9)

9

12. Perhitungan hasil panen kopi selama umur produktif (15 tahun) yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

Referensi

Dokumen terkait

 Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya  Bila harus menggunakan

Sekolah pun memiliki peran dalam proses pendidikan pola hidup sehat namun keluargalah yang membentuk dasar kesadaran seseorang dalam menjalani pola hidupnya,

Kegiatan dalam upaya mendorong nilai ekspor tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat tetapi juga oleh masing-masing daerah, yang bertujuan untuk meningkatkan

Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair G2 menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bayam navi dan jumlah

Metode ACRC dalam penelitian tersebut menyatakan baik jika digunakan sebagai pembanding dengan metode klasifikasi lainnya karena metode ACRC ini selain melihat aspek tetangga

Gagal jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.Fungsi jantung berfungsi sebagai alat atau organ pemompa darah pada

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2 0 1 6 MASIH LEMAHNYA SDM APARATUR LEMBAGA MASYARAKAT KONSTRUKSI MASIH TERBATASNYA

Dari 287 isolat Actinomycetes yang diisolasi dari 79 sampel tanah yang diambil dari 5 tempat yang berbeda, diketahui bahwa sebanyak 166 isolat mampu menghambat pertumbuhan