• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci Key words

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci Key words"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 KARAKTERISTIK KUALITATIF DAGING SAPI BALI DAN BROILER PASCAPENAMBAHAN ASAP CAIR PADA KONSENTRASI DAN WAKTU

MATURASI YANG BERBEDA

(The qualitative characteristics of Bali beef and broiler meat after the addition of liquid smoke with different concentration and aging time)

Effendi Abustam, Muhammad Yusuf, Hikmah M. Ali, dan Farida Nur Yuliaty Laboratorium Teknologi Daging dan Telur Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Correspondent author: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik kualitatif daging sapi Bali dan broiler setelah perendaman asap cair sebelum dilakukan maturasi pada suhu 2-50 C selama 4 minggu. Penelitian ini menggunakan daging sapi Bali jantan umur 3 tahun bagian otot Longissimus dorsi dan karkas broiler bagian dada dan paha umur 42 hari. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 x 4 dimana faktor 1 jenis daging ternak (sapi, dada ayam, paha ayam), faktor 2 konsentrasi asap cair (0, 5, 10 %) dengan taraf 20% dari berat daging (b/b), dan faktor 3 waktu maturasi (minggu-1, minggu-2, minggu-3, minggu-4) yang diulang selama 5 kali. Peubah yang diamati adalah DIA, DPD mentah, susut masak, dan TBA selama maturasi. Hasil penelitian memperlihatkan asap cair menurunkan DIA daging sapi Bali, DPD dada ayam dan TBA paha ayam. Pada konsentrasi 10% terjadi penurunan DIA 31.16%, DPD 0.63 kg/cm2, dan TBA 0.042 mg mda/g, sementara susut masak cenderung meningkat. Pada minggu ke-4 maturasi meningkatkan DIA 33.98%, dan keempukan (DPD 0.62 kg/cm2) sementara susut masak menurun mencapai 19.63%. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi asap cair 10% dengan waktu maturasi 4 minggu dapat mempertahankan karakteristik kualitatif daging sapi Bali dan broiler.

Kata kunci: konsentrasi asap cair, maturasi, kualitas daging, sapi Bali, broiler Abstract

This research aims to look at the qualitative characteristics of the Bali beef and broiler after soaking liquid smoke prior to aging at a temperature of 2-50 C for 4 weeks. This research uses beef Bali males aged 3 years of the muscle Longissimus dorsi and broiler carcass from the chest and thighs age 42 days. Research compiled based on Complete Random Design (RAL) factorial pattern 3 x 3 x 4 where the factor 1 types of livestock meat (beef, chicken breast, chicken thighs), factor 2 concentration of liquid smoke (0, 5, 10%) to the extent of 20% of the weight of the meat (v/v), and factor 3 aging time (week 1, week 2, week 3, week 4) are repeated for 5 times. The observed variables are water holding capacity (WHC), shear force value (SFV), cooking loss (CL), and thiobarbituric acid test (TBA) during aging. Results of the study showed that liquid smoke decreased WHC of Bali beef, SFV of the chicken breast and TBA of chicken thighs. At concentrations of 10% decline WHC 31.16%, SFV 0.63 kg/cm2, and TBA 0.042 mg mda/g, while the CL tends to increase. On 4 weeks aging increased WHC 33.98%, and meat tenderness (SFV 0.62 kg/cm2) while CL decrease to 19.63%. It can be concluded that the concentration of the liquid smoke 10% with aging 4 weeks time can maintain the qualitative characteristics of the Bali beef and broiler.

(2)

2 PENDAHULUAN

Perubahan karakteristik kulitatif daging pascamerta ternak menuntut upaya untuk mempertahankan kualitas khususnya sifat fungsional daging tetap terpenuhi untuk pengolahan lebih lanjut. Perubahan karakteristik kualitatif daging pascamerta ternak ditandai dengan penurunan kemampuan daging mengikat air (DIA) selama proses rigor mortis, penurunan nilai pH kesuasana asam, peningkatan keempukan dan flavor daging pada saat pascarigor, susut masak, tingkat ketengikan (rancidity) dan total koloni bakteri. Intensitas perubahan ini dipengaruhi pula oleh jenis daging dimana terdapat perbedaan antara daging merah dengan daging putih (Aberle dkk, 2001; Abustam 2012). Usaha-usaha untuk meningkatkan waktu prarigor telah dilakukan dengan penambahan garam dan fosfat (Syaputra, 2009). Penambahan asap cair pada saat prarigor pada daging sapi dapat meningkatkan DIA, keempukan daging dan menurunkan susut masak (Abustam dkk, 2009; Abustam dkk, 2010; Abustam dan M. Ali, 2012). Karakteristik kualitatif daging sapi Bali dapat dipertahankan melalui penambahan asap cair pada konsentrasi dan waktu maturasi (Abustam dkk, 2013), dan stabilitas oksidasi lemak (Ernawati dkk, 2012). Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran konsentrasi asap cair dan waktu maturasi yang berbeda terhadap karakteristik kualitatif daging sapi Bali dan daging ayam.

MATERI DAN METODA Materi

Penelitian ini menggunakan daging sapi Bali jantan umur 3 tahun bagian otot Longissimus dorsi dan karkas broiler bagian dada dan paha umur 42 hari. Asap cair sebagai bahan pengawet alami pada konsentrasi 0, 5, dan 10%.

Metode

Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 x 4 dimana faktor 1 jenis daging ternak (sapi, dada ayam, paha ayam), faktor 2 konsentrasi asap cair (0, 5, 10 %) dengan taraf 20% dari berat daging (b/b), dan faktor 3 waktu maturasi ((minggu-1, minggu-2, minggu-3, minggu-4)) yang diulang selama 5 kali. Peubah yang diamati adalah DIA, DPD daging mentah, susut masak, dan TBA selama penyimpanan dingin (2-50C).

Pengukuran daya ikat air (DIA): dilakukan pada daging mentah menggunakan metode Filter -Paper Press Methode berdasarkan Hamm tahun 1986 (Abustam, 2012)

(3)

3 Pengukuran Daya Putus Daging (DPD)

Pengukuran DPD dimaksudkan untuk melihat tingkat keempukan daging dengan menggunakan CD Shear Force. dimana sampel daging dalam bentuk silender dengan ukuran panjang 1 cm dan diameter 0.5 inci diletakkan dalam lubang CD shear force yang menggunakan pisau dengan tebal 1 mm untuk memotong sampel. Semakin besar beban untuk memutus sampel daging maka semakin alot daging tersebut. Nilai DPD dinyatakan dalam kg/cm2 (Abustam dkk, 2009; Abustam, 2012).

Pengukuran Susut masak (%)

Pengukuran dilakukan berdasarkan perbandingan antara berat daging sebelum dan sesudah dimasak pada suhu 800 selama 15 menit (Abustam, 2012).

Pengukuran TBA (mg malonaldehida/gram sampel)

Pengukuran tingkat ketengikan yang terjadi akibat oksidasi lemak selama penyimpanan (Apriyantono dkk, 1989)

Analisis Statistik

Data diolah dengan analysis of variance (ANOVA) dilanjutkan uji BNT jika berpengaruh nyata berdasarkan Steel dan Torrie (1991) dengan menggunakan bantuan program SPSS (SPSS 16.0 , SPSS Ltd., West Street Woking, Surrey, UK)

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Daya Ikat Air Daging (DIA)

Tabel 1. Nilai rata-rata parameter dan tingkat signifikansi

Perlakuan Signifikansi Nilai Rata-rata Kualitas Daging

DIA (%) DPDM( kg/cm2) SM (%) TBA (mgmda/g) Jenis Daging: Sapi Bali Dada Ayam Paha Ayam Konsentrasi: 0% 5% 10% Maturasi: Mg-1 Mg-2 Mg-3 Mg-4 Sig:0.01 30.85a 34.80b 33.28b Sig:0.01 35.35x 32.42y 31.16z Sig:0.01 31.00a 33.62b 33.31b 33.98b Sig: 0.01 0.68a 0.59b 0.77c Sig:0.01 0.73x 0.69y 0.63z Sig:0.01 0.78a 0.71ab 0.63b 0.62b Sig:0.01 26.76a 17.32bc 20.67c Sig:0.01 18.98x 21.27y 21.76y Sig:0.05 21.42a 20.20a 21.43ab 19.63c Sig: 0.01 0.055a 0.071ab 0.038ac Sig:0.01 0.072x 0.049y 0.042yz Sig: NS 0.052 0.046 0.060 0.061 Keterangan: Angka dengan notasi huruf berbeda pada kolom yang sama menyatakan

(4)

4 DIA=Daya Ikat Air, DPDM=Daya Putus Daging Mentah, SM=Susut Masak, TBA=Thiobarbituric acid, mgmda/g=mg malonaldehida/gram

Jenis daging, konsentrasi asap cair, dan waktu maturasi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap nilai DIA (Tabel 1). DIA daging sapi sangat nyata lebih rendah (11.35%) dari daging dada ayam dan lebih rendah (7.30%) dari daging paha ayam. Sementara itu DIA daging dada ayam tidak berbeda nyata dengan daging paha ayam. Rendahnya DIA daging sapi dibanding dengan daging ayam disebabkan karena daging ayam tersusun atas proporsi serat putih yang lebih tinggi dibanding dengan daging sapi, mengakibatkan rigor mortis yang terbentuk lebih cepat dengan kemampuan mengikat air yang lebih tinggi pula (Aberle dkk, 2001; Abustam, 2012).

DIA menurun dengan bertambahnya konsetrasi asap cair, namum tidak berbeda nyata antara konsentrasi 5% dengan 10%. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana penambahan asap cair konsentrasi 10% pada daging sapi Bali (Longissimus dorsi), DIA semakin meningkat dengan meningkatnya taraf asap cair (Abustam dan M. Ali, 2012). Perbedaan ini mungkin disebabkan taraf asap cair yang digunakan pada penelitian ini cukup tinggi yakni 20% dari berat sampel (b/b) dan hanya direndam selama 30 menit sebelum penyimpanan. Dibanding dengan penelitian sebelumnya sekalipun menggunakan taraf asap cair yang cukup rendah (1 – 2%) tetapi dibiarkan meresap selama penyimpanan.

Maturasi mengakibatkan peningkatan DIA, pada minggu ke-4 DIA meningkat 9.61% dari DIA pada minggu ke-1, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara maturasi minggu ke-2 dengan minggu ke-3 dan ke-4, demikian pula antara minggu ke-3 dan ke-4. Hal ini mengindikasikan kemampuan asap cair meningkatkan DIA minimal 8.45% pada maturasi minggu ke-2, sangat berarti dalam penanganan daging segar selama penyimpanan sebagai bahan baku dalam pengolahan daging. Meningkatnya daya ikat air selama maturasi daging menandakan bahwa asap cair berperan dalam melonggarkan ikatan serabut myofibril membentuk ruang-ruang kosong yang diisi oleh air dalam bentuk setengah bebas sehingga kemampuan daging mengikat air meningkat (Abustam dan M. Ali, 2011).

Daya Putus Daging (DPD) Mentah

Jenis daging, konsentrasi asap cair, dan waktu maturasi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap DPD mentah daging sapi Bali (Longissimus dorsi) (Tabel 1).

(5)

5 Daging dada ayam sangat nyata lebih rendah DPD 13.24% dari daging sapi dan 23.38% dari daging paha ayam, menandakan bahwa daging dada ayam mentah lebih empuk dibanding dengan daging sapi mentah dan daging paha ayam mentah. Sementara itu DPD daging dada ayam 23.38% lebih rendah dari daging paha ayam. Karakteristik struktur otot pada ketiga jenis daging tersebut yang berbeda khususnya kandungan kolagen dan struktur jaringan ikat menyebabkan perbedaan keempukan tersebut (Abustam, 2012). Pada otot paha ayam mengandung jaringan ikat (kolagen) yang lebih banyak dari pada otot dada ayam mengakibatkan keempukan yang kurang pada otot paha ayam. Sementara itu pada otot Longissimus dorsi sapi Bali sekalipun kandungan kolagennya cukup rendah namun umur yang membedakan antara ayam dan sapi menjadikan daging sapi lebih kurang keempukannya dibanding dengan daging ayam bagian dada.

Nilai DPD menurun dengan meningkatnya konsentrasi asap cair sekalipun tidak berbeda nyata antara tanpa penambahan asap cair dengan konsentrasi 5% demikian pula antara 5% dengan 10%. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan asap cair akan meningkatkan keempukan daging mentah sampai pada konsentrasi 10%. Kerja asap cair yang selama ini diduga melonggarkan serat-serat miofibril daging atau melakukan kerusakan positif pada jaringan miofibril mengakibatkan daging mengalami peningkatan keempukan (DPD menurun) (Abustam dan M. Ali, 2011).

Semakin lama waktu maturasi semakin menurun DPD sekalipun tidak terdapat perbedaan nyata antara minggu ke-2 dengan minggu ke-3 dan ke-4 demikian pula antara minggu ke-3 dengan minggu ke-4.

Susut Masak

Jenis daging dan konsentrasi asap cair berpengaruh sangat nyata (P<0.01) sedang waktu maturasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap susut masak (Tabel 1).

Susut masak daging sapi Bali sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi 54.50% dari daging dada ayam dan lebih tinggi 29.46% dari daging paha ayam, sementara susut masak daging dada ayam tidak berbeda nyata dengan daging paha ayam. Hal ini sejalan dengan DIA yang lebih rendah pada daging sapi Bali dibanding dengan DIA daging ayam bagian dada dan bagian paha. Rendahnya susut masak daging ayam dibanding dengan daging sapi Bali disebabkan karena daging ayam tersusun atas proporsi serat putih yang lebih tinggi dibanding dengan daging sapi, mengakibatkan rigor mortis yang

(6)

6 terbentuk lebih cepat dengan kemampuan mengikat air (DIA) yang lebih tinggi sehingga susut masak menjadi rendah pada saat pemasakan (Abustam, 2012).

Susut masak meningkat dengan meningkatnya konsentrasi asap cair, namun tidak berbeda nyata antara konsentrasi 5% dengan 10%.

Waktu maturasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap susut masak daging namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara maturasi minggu ke-1 dengan minggu ke-2 dan ke-3. Maturasi mengakibatkan penurunan susut masak, pada minggu ke-4 susut masak menurun 8.36%.

Tingkat oksidasi lemak (Nilai TBA)

Jenis daging dan konsentrasi asap cair berpengaruh sangat nyata (P<0.01) sedang lama maturasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai TBA (Tabel 1).

Nilai TBA daging sapi tidak berbeda nyata dengan daging dada ayam dan paha ayam. Sementara nilai TBA daging paha ayam lebih rendah 46.48% dari daging dada ayam. Rendahnya nilai TBA daging paha ayam menandakan bahwa tingkat oksidasi lemak yang berlangsung selama maturasi suhu dingin (2-50 C) pada daging paha ayam tidak seintesif yang terjadi dibanding dengan daging dada ayam dan daging sapi. Sekalipun perlemakan pada daging paha ayam lebih tinggi dari daging dada ayam namun proporsi asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi pada daging dada ayam dapat menjelaskan tingkat oksidasi lemak yang tinggi dengan konsekuensi nilai TBA yang tinggi pada daging dada ayam dapat menjelaskan hal ini.

Semakin tinggi konsentrasi asap cair nilai TBA semakin menurun mencapai 41.67% pada konsentrasi 10% dan 31.94% pada 5% , namun tidak berbeda nyata antara konsentrasi 5% dengan konsentrasi 10%. Hal ini mengindikasikan bahwa asap cair dapat menghambat proses okisidasi lemak selama penyimpanan daging sapi Bali dan daging ayam (dada dan paha).

Waktu maturasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai TBA pada daging sapi Bali dan daging ayam (dada dan paha), sekalipun terdapat kecenderungan nilai TBA meningkat selama maturasi. Asap cair sebagai antioksidan mampu untuk mempertahankan tingkat oksidasi yang kurang lebih sama selama maturasi.

SIMPULAN

1. Pascapenambahan asap cair menghasilkan DIA yang rendah pada daging sapi Bali, DPD pada daging dada ayam, dan TBA pada paha ayam.

(7)

7 2. Pada konsentrasi 10% terjadi penurunan DIA 31.16%, DPD 0.63 kg/cm2, dan TBA

0.042 mg mda/g, sementara susut masak cenderung meningkat.

3. Pada minggu ke-4 maturasi meningkatkan DIA 33.98%, dan keempukan (DPD 0.62 kg/cm2) sementara susut masak menurun mencapai 19.63%.

4. Konsentrasi asap cair 10% dengan waktu maturasi 4 minggu dapat mempertahankan karakteristik kualitatif daging sapi Bali dan broiler.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada DIT. LITABMAS – DIKTI yang telah mendanai penelitian ini melalui Program Penelitian Strategis Nasional TA 2013 dengan kontrak No. 093/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/V/2013

DAFTAR PUSTAKA

Aberle E.D., J.C. Forrest, D.E. Gerrad, dan E.W. Mills. 2001. Principles Of Meat Science. 4th Ed. Kendall/Hunt Publishing Company, USA.

Abustam, E. 2012. Ilmu Daging: Aspek Produksi, Kimia, Biokimia dan Kualitas. Cet. 1, Masagena Press Makassar

Abustam, E, J. C. Likadja dan A. Ma’arif. 2009. Penggunaan asap cair sebagai bahan pengikat pada pembuatan bakso daging sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Program Magister Ilmu Ternak Pasacasarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.

Abustam, E, J. C. Likadja dan F. Sikapang. 2010. Pemanfaatan asap cair sebagai bahan pengikat pada pembuatan bakso daging dari tiga jenis otot sapi Bali. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010. Bogor, 3-4 Agustus 2010 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian

Abustam, E., dan H. M. Ali 2011.Pengaruh jenis otot dan level asap cair terhadap daya ikat air dan daya putus daging sapi Bali prarigor. Proc. of Nat. Sem. On Zootechniques for Indegenenous Resources Development. ISAA Publication No.1/2012. p: 233-236

Abustam, E dan H. M. Ali. 2012. Peningkatan sifat fungsional daging sapi Bali (Longissimus dorsi) melalui penambahan asap cair pascamerta dan waktu rigor. Pros. Seminar Nasional “Peningkatan Produksi dan Kualitas Daging Sapi Bali Nasional” Bali, 14 Seprtember 2012. Pusat Kajian Sapi Bali Universitas Udayana.

Abustam, E, M. Yusuf, H.M. Ali, dan F. N. Yuliati. 2013. Karakteristik kualitas daging sapi Bali (m. longissimus dorsi) pascapenambahan asap cair pada konsentrasi dan waktu maturasi yang berbeda. Proc. Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan 5. Fakultas Peternakan Unpad. Hal: 277-282.

Apriyantono, A., D. Fardiaz, NL Puspitasari, Sedarnawati, dan S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. IPB Press, Bogor.

Ernawati, H. Purnomo dan T. Estiasih. 2012. Effek antioksidan asap cair terhadap stabilitas oksidasi sosis ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) selama penyimpanan. Jurnal Tek. Pertanian, Vol. 13. No. 2, Hal: 119-124

(8)

8 Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie. 1991. Principles and Procedures of Statistics.

McGraw-Hill, Book Co. Inc, New York

Syaputra, M.R. 2009. Pengaruh penambahan level kombinasi garam (NaCl) dan posfat (sodium tripolifosfat/STTP) pada fase pre rigor dan post rigor terhadap kualitas bakso post rigor. Skripsi Fakutas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Sukatamsi (1984: 158) menggiring bola diartikan dengan gerakan lari menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus menerus

Sesebuah perkahwinan mampu mencegah seseorang dari melakukan maksiat (Isi- 1m) Ini kerana akad nikah yang sah membawa kepada perhubungan yang halal antara lelaki dan

7, KEPUTUSAN ATASAN PE]ABAT PENII.AI

Setelah melepas masker, pastikan untuk membasuh wajah dengan pembersih ringan dengan bahan yang melembapkan. Hal ini akan membantu menghilangkan kotoran dan minyak dari

Indenpendensi sistem aksioma matematika diperiksa dengan menetapkan independensi elemen-elemen satu dengan yang lainnya, yang dibuktikan dengan menunjukkan bahwa

Ditinjau dari penggunaannya maka secara keseluruhan ( general perspectives) wilayah perencanaan telah menunjukkan adanya vitalitas kawasan, percampuran kegiatan yang saling

Rerata kadar resistin dan TNF-α pada wanita hamil yang obesitas lebih tinggi dari pada yang memiliki berat badan normal pada Preeklamsi Berat Awitan Lambat. UCAPAN

In a strained, mild voice, Foster went on, 'If you could just spare us a little more of your valuable time, Doctor?'.?. 'Oh, I've got plenty of time,' said