• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD

Komang Agus Artawan1, I Gusti Ngurah Japa2, I Made Suarjana3 123Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: tamikgusik@gmail.com1, ngrjapa_pgsd@yahoo.co.id2, pgsd_undiksha@yahoo.co.id3 ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia pada mata pelajaran matematika dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDN 4 Suwug. Penelitian ini dirancang dengan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 23 orang siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pada siklus I menunjukkan aktivitas belajar siswa sebesar 69.74, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 73.13.Pada siklus I menunjukkan hasil belajar siswa sebesar 56.52 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 70.43.

Kata-kata kunci : PMRI, Aktivitas, dan Hasil Belajar.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the increase in students' learning activities after the implementation of learning with the application of Indonesian realistic approach to mathematics education in mathematics and to determine the increase in student learning outcomes after the implementation of learning with the application of realistic mathematics education approach Indonesia on mathematics courses Elementary School fifth grade students of the State 4 Suwug. This study was designed with the classroom action research conducted in two cycles. Subjects were fifth grade students totaling 23 students consisting of 11 male students and 12 female students. In the first cycle shows students' learning activity by 69.74, while in the second cycle increased to 73.13.Pada cycle I shows the results of student learning at 56.52, while in the second cycle increased to 70.43.

Key words: PMRI, Activities, and Learning Outcomes.

PENDAHULUAN

Hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi atau pengalaman.

Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan

(2)

perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama dan pada saat yang sama.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran tersebut

Perlunya peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang persekolahan sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran termasuk matematika.

Dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, keberhasilan adalah hal utama yang diupayakan oleh setiap guru. Merupakan kepuasan tersendiri jika kita memberikan atau menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan waktu yang sedikit serta alat peraga yang sederhana dapat diterima, dibuktikan dengan dilakukannya evaluasi pada akhir pelajaran menunjukkan hasil belajar yang sangat signifikan. Banyak komponen yang mendukung dalam keberhasilan proses belajar mengajar, di antaranya adalah guru, siswa, metode, ruang kelas dan alat peraga. Sementara ini yang menjadi

komponen utama keberhasilan dalam belajar adalah guru. Asumsi kebanyakan orang tentang hasil belajar akan baik dan kurang baik tersorot hanya kepada guru. Padahal keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak hal. Guna mengantisipasi asumsi tersebut, sebagai guru harus menyikapi dengan tepat. Karakter materi pelajaran harus dipahami benar agar kita memberikan materi baru dapat diterima dengan cepat. Metode yang tepat diharapkan membantu siswa dalam penerimaan dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang diterimanya. Pada sisi lain, komponen siswa juga turut menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Konsep-konsep yang berhubungan dengan Konsep- konsep-konsep baru yang akan diterimanya harus sudah dikuasai oleh siswa. Konsep baru tidak akan bisa diterima oleh siswa jika konsep dasar atau pelajaran yang lalu belum dipahami. Hal inilah yang juga sangat berpengaruh pada keberhasilan proses belajar mengajar. Siswa cenderung mempunyai ingatan yang tidak setia. Materi pelajaran dipahami seketika itu tetapi lupa jika materi yang sama ditanyakan beberapa hari kemudian. Ingatan setia hanya dimiliki oleh beberapa siswa saja yang tergolong anak-anak berprestasi.

Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang PAIKEM agak sulit.

(3)

Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik (FPB dan KPK) tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V, peneliti mencoba mencari alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika dalam pokok bahasan FPB dan KPK. Salah satu alternatif yang ditawarkan peneliti adalah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Menurut Gagne sebagaimana dikutip Dahar (1989:11) belajar didefinisikan “sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Hal senada diungkapkan Mouly (dalam Anonim, 2006:6) bahwa “belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman”. Lebih lanjut Sudjana (2000:16) mengutip pendapat Kimble mengungkapkan bahwa “belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman”.

J.Piaget (Rohani & Ahmadi, 1995, dalam http//h4mm4d.wordpress.com) berpendapat bahwa “seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat anak tak berpikir”. Rohani dan Ahmadi (1995) dalam Hammad Fithry Ramadhan mengklasifikasikan aktivitas belajar siswa

menjadi : (a) Aktivitas fisik, (b) Aktivitas psikis

Dimyati dan Mudjiono menyatakan hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan bahwa seseorang telah belajar jika terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain: 1) Ranah Kognitif (intelektual), 2)Ranah Afektif (sikap dan nilai), 3) Ranah Psikomotor (keterampilan motorik)

Dari pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas, aktivitas belajar yang kurang kreatif, menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, permasalahan ini disebabkan beberapa faktor : (a) Permasalahan mendasar adalah dalam proses pembelajaran. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. (b) Permasalahan yang kedua adalah rendahnya hasil belajar siswa. (c) Permasalahan yang ketiga adalah aktivitas belajar siswa yang kurang Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tindakan yang dilakukan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya untuk pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 4 Suwug, dapat dilakukan tindakan-tindakan sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas, yaitu:

(4)

guru kelas untuk mengetahui kemampuan matematika siswa. Hasil wawancara ini kemudian menjadi dasar bagi peneliti untuk menentukan strategi atau model dan pendekatan apa yang akan di gunakan. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

2. Menyusun perangkat pembelajaran yang mengacu pada karakteristik PMRI yang secara umum meliputi komponen: tujuan, materi, kegiatan belajar mengajar di kelas, dan evaluasi.

3. Melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada pendekatan PMRI untuk tiap-tiap siklus tindakan (tiga siklus), evaluasi dan refleksi. 4. Tindakan di dalam kelas disesuaikan

dengan sintaks PMRI dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

5. Evaluasi dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran. Evaluasi selama proses pembelajaran dilakukan melalui observasi

bagaimana siswa

mengkomunikasikan matematika. Sedangkan setelah pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah untuk mengerjakan soal beserta alasannya dan mengajukan soal kepada siswa untuk dikerjakan beserta alasannya. Pada akhir setiap siklus tindakan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan Aktivitas dan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Hasil dari evaluasi pada akhir setiap siklus direfleksi untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan.

6. Tindakan pada suatu siklus dikatakan berhasil bila telah minimal 75% siswa mencapai nilai paling rendah 60.

PMRI merupakan

pemanfaatan realitas dan lingkungan yang

dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu.

Lebih lanjut Marpaung dalam Hartadji dan Ma’nar (2001) menyatakan bahwa “RME atau PMRI bertolak dari masalah-masalah yang kontekstual, siswa aktif, guru berperan sebagai fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, siswa berbagi ide-idenya, artinya mereka bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain”. Guru membantu mereka membandingkan ide-ide itu dan membimbing mereka untuk mengambil keputusan tentang ide mana yang lebih baik buat mereka.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) digunakan karena pendekatan ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada pembelajaran secara bermakna, sesuai dengan kemampuan berpikir siswa serta berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari ini akan mengarahkan siswa pada pengertian bahwa Matematika bukan hanya ilmu simbolik belaka tetapi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya. Pemberian pembelajaran Matematika yang bermakna kepada siswa dan tidak memisahkan belajar Matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan tidak cepat lupa. Penelitian dengan menggunakan menggunakan penerapan PMRI juga pernah dilakukan oleh Andriyani (2009) dalam Indro Marco yang berjudul “Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pada Materi Pokok Bangun Datar di Kelas V SD Negeri 104 Palembang. Dari hasil penelitian dan

(5)

pembahasan dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar siswa yang paling dominan adalah pada aktivitas menulis (84,7%) dan aktifitas yang paling rendah yaitu aktifitas lisan (71,8%), serta dengan nilai sebesar (81,5%) dan dikategorikan baik.Fitri Rahayu (2010) dalam Indro Marco yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri I Jatimulya Belitang Madang Raya. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata nilai eksprimen yaitu 81,13 sedangkan rata-rata nilai kontrol yaitu 69,87.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Kamiluddin (2007) dalam Darsono, berkesimpulan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 8 Baruga Kendari pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan dapat ditingkatkan melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).

Skripsi Hustiawan Cahyono (2009) dalam Darsono menyimpulkan bahwa penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Bangun Ruang di Kelas VIII D SMP Negeri 5 Malang.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka peneliti melaksanakan penelitian dengan judul: “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Suwug Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain pembelajaran PMRI mengarahkan siswa pada belajar yang bermakna.

Kebermaknaan yang timbul sebagai akibat pembelajaran PMRI akan memberi peluang kepada siswa mengembangkan potensi dan kemampuan berpikir alternatif, mengembangkan cara penyelesaian berbeda terhadap suatu permasalahan, memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman sehari-hari serta saling hormat menghormati dan menumbuhkan konsep diri yang kesemuanya itu mengarah kepada peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan setiap soal matematika bahkan dalam aplikasinya dengan kehidupan sehari-hari atau bidang lainnya.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini akan berlangsung melalui beberapa siklus sesuai dengan waktu dan hasil yang dicapai atau yang diinginkan. Dengan demikian pada siklus ke-n target yang diinginkan harus sudah tercapai. Pada setiap siklus atau kegiatan mengajar terdapat beberapa tahapan. Ebbut, 1985 (dalam Didit Junaidi, 2008 : 48) menjelaskan bahwa ”salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas adalah adanya proses pelaksanaan penelitian sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan”. Proses tersebut merupakan proses yang dinamis dimana ada empat tahapan yaitu : 1). Perencanaan (planing), 2). Pelaksanaan tindakan (action), 3).Observasi (observation), 4).

(6)

Refleksi (reflection), yang dilaksanakan pada semester II tahun 2013/2014 di SDN. 4 Suwug Kecamatan sawan Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 23 orang siswa, terdiri dari 12 orang siswa perempuan dan 11 orang siswa laki-laki pada Sekolah Dasar Negeri 4 Suwug Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, yang berlokasi di Banjar dinas Lebah, Desa Suwug, Kecamatan Sawan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai bulan Juni 2014

Jenis tes yang digunakan adalah tes isian. Observasi dilakukan untuk mengungkap berbagai hal tentang aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Tes isian dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan bukti-bukti hasil belajar siswa. Tes ini berisikan 5 butir soal, setiap jawaban benar diberi skor 2, dan bila jawaban salah diberi skor 0. Skor maksimal dari siswa adalah 10. Data-data yang telah terkumpul dianalisis kemudian dideskripsikan secara kualitatif berdasarkan skor dan nilai rata-rata yang diperoleh untuk menjelaskan berbagai masalah yang dihadapi dan temuan yang didapat.

Sementara untuk menentukan klasifikasi aktivitas siswa dalam belajar dan hasil belajar siswa dalam topik yang sedang dibahas digunakan pedoman sebagai berikut : a. Nilai individu :

x

100

Smi

skor

b. Rata-rata kelas : siswa jumlah siswa seluruh nilai jumlah c. Ketuntasan Belajar : % 100 siswa jumlah tuntas siswa jumlah

Adapun kriteria keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Tingkat aktivitas siswa dalam belajar

minimal aktif. (2) Hasil belajar siswa dalam topik yang dibahas minimal baik, (3) Tingkat ketuntasan belajar siswa di atas 75%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterampilan manajemen kelas maupun metodologi pembelajaran yang menyebabkan instruksi belajar mengajar bersifat monologis dan monoton yang menimbulkan kejenuhan siswa dan tidak merangsang pembinaan segi-segi efektif siswa seperti : sikap, emosi, motivasi dan unsur kreatifitas. Hal tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa terbukti dari hasil tes hasil belajar siswa yang dilaksanakan. Didapat hasil Prasiklus adalah, rata-rata siswa klasikal sebesar 45.56, dan ketuntasan belajar 34%.

Hasil Penelitian Siklus I

Peneliti memulai melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas siklus I yang dirancang 2 Kali pertemuan, di Sekolah Dasar Negeri 4 Suwug Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dengan berpedoman pada RPP yang telah dirancang

Pertemuan pertama siswa dibentuk ke dalam 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang, selanjutnya tiap kelompok memilih ketua kelompok dan sekretaris. Pertemuan pertama membahas tentang Menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dari dua buah bilangan dan pertemuan kedua membahas tentang menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dari tiga buah bilangan. Ketua kelompok bertugas memimpin kelompoknya melaksanakan diskusi dengan berpedoman pada petunjuk yang telah ditentukan.

Setelah seluruh siswa selesai berdiskusi dilanjutkan dengan membahas hasil kerja siswa dan memberikan penguatan tentang materi yang telah disampaikan. Diakhir pertemuan dilakukan

(7)

tes evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah diikuti.

Adapun hasil tes tersebut adalah hasil belajar secara klasikal yaitu 56.52 kemudian dikonversi ke PAP skala lima , hasil belajar siswa pada siklus I dikategorikan sedang jika dikonversikan pada Kriteria Skor Penggolongan Aktivitas belajar siswa pada Tabel 1 dan ketuntasan belajar siswa 56.52%.

Tabel 1. Kriteria Skor Penggolongan Hasil Belajar Siswa

Persentase Kriteria

Hasil Belajar Matematika 85–100 70–84 55–69 40–54 0–39 Sangat baik Baik Sedang Rendah Sangat rendah

Hasil perhitungan aktifitas belajar 61.91 dikonversi ke PAP skala lima berada pada rentangan 55-69 dikategorikan cukup aktif. jika dikonversikan pada Kriteria Skor Penggolongan Aktivitas belajar siswa pada Tabel 2

Tabel 2. Kriteria Skor Penggolongan Aktivitas Belajar Siswa Persentase Tingkat Aktivitas

85–100 70–84 55–69 40–54 0–39 Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif Berdasarkan data hasil belajar dapat disimpulkan bahwa ada 13 orang siswa yang dikategorikan dibawah rata-rata (belum tuntas) sesuai target penelitian yaitu 60%, sementara yang tuntas (sesuai target penelitian) sebesar 10 orang siswa. Hal ini disebabkan karena banyak ditemukan

dalam proses pembelajaran dimana aktivitas bertanya siswa masih kurang, sehingga perlu ditingkatkan lagi dengan memantapkan aspek-aspek aktivitas di atas yang tergolong masih rendah. Siswa masih malu mengemukaan pendapat saat diskusi kelompok.

Hasil Penelitian Siklus II

Penelitian Tindakan Kelas siklus II yang dirancang 2 kali pertemuan, di Sekolah Dasar Negeri 4 Suwug Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, masih berpedoman pada RPP yang telah dirancang

Pertemuan pertama siswa dibentuk ke dalam 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang, selanjutnya tiap kelompok memilih ketua kelompok dan sekretaris. Pertemuan pertama membahas tentang menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan KPK dari dua buah bilangan dan pertemuan kedua membahas tentang Menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan KPK dari tiga buah bilangan. Ketua kelompok bertugas memimpin kelompoknya melaksanakan diskusi dengan berpedoman pada petunjuk yang telah ditentukan.

Setelah seluruh siswa selesai berdiskusi dilanjutkan dengan membahas hasil kerja siswa dan memberikan penguatan tentang materi yang telah disampaikan. Diakhir pertemuan dilakukan tes evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah diikuti. Adapun hasil tes tersebut adalah :

Hasil belajar secara klasikal 70.43 dikonversi ke PAP skala Lima berada pada rentangan 70 – 84 dikategorikan baik sedangkan ketutntasan belajar siswa 78,26 %

Aktivitas belajar yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 56,52 dikonversi ke PAP skala lima berada pada rentangan 70–84 di kategorikan aktif.

(8)

Berdasarkan data hasil belajar siklus II dapat disimpulkan bahwa ada 5 orang siswa yang dikategorikan dibawah rata-rata (belum tuntas) sesuai target penelitian yaitu 60%, sementara yang tuntas (sesuai target penelitian) sebesar 18 orang siswa. Dari aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa sudah mencapai target. Permasalahan yang dihadapi di SDN. 4 Suwug yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V dalam belajar matematika belum sesuai harapan. Hal ini dapat terlihat dari perolehan ketuntasan belajar siswa kelas V hanya mencapai 19%. Dengan kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu sebesar 60. Permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: pemanfaatan media pembelajaran yang belum maksimal, proses pembelajaran masih bersifat konvensional dan motivasi belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik melakukan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V di SDN. 4 Suwug. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V di SDN. 4 Suwug, peneliti mencoba menerapkan pendekatan pendidikan matematika realistik. Pendekatan pendidikan matematika realistik lebih menekankan pada pembelajaran yang bermakna yaitu pembelajaran yang mengkaitkan pengetahuan dengan aktivitas nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari. Pendekatan ini menekankan pada proses pemerolehan pengetahuan yang dapat mengembangkan pemikiran siswa sehingga menemukan sendiri ide dan konsep matematika. Dalam pendekatan ini dominasi guru dalam proses belajar mengajar dikurangi, sebaliknya siswa diberi keleluasaan untuk lebih berani, mandiri, aktif, kritis dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, siswa dapat bebas mengeluarkan ide untuk

memecahkan suatu masalah dengan cara mereka sendiri.

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I, pemberian tindakan dengan menggunakan karakteristik pendekatan pendidikan matematika realistik ternyata dapat mendorong siswa untuk dapat lebih memahami konsep matematika. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar pada siklus I adalah 69,74 Hasil belajar yang ditunjukkan pada siklus I yaitu rata-rata kelas 56.52, ketuntasan belajar 56.52 %. Dengan demikian, hasil penelitian belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan sehingga masih harus ditingkatkan lagi.

Belum tercapainya kriteria keberhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan siklus I antara lain: 1) sedikitnya siswa bertanya menimbulkan anggapan bahwa siswa sudah memahami materi yang diajarkan atau sebaliknya, 2) masih ada siswa yang tidak cermat dalam menghitung 3) Kegiatan diskusi siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan matematika masih kurang. Beberapa kelompok hanya didominasi 1-2 orang saja. Siswa yang lain nampak hanya menonton rekan satu kelompoknya berdiskusi, dan 4) Kelompok siswa yang cepat menyelesaikan masalah mencoba membantu rekan kelompok lain yang terlihat lambat. Sehingga suasana kelas menjadi gaduh.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain: 1) memberikan keleluasaan pada siswa untuk lebih aktif bertanya. Apabila masih ada siswa yang tidak menanyakan permasalahan yang menyangkut permasalahan yang diberikan karena dugaan siswa tersebut sudah memahami pemecahan masalahnya maka guru dapat mengecek pemahaman tersebut dengan mengajukan beberapa soal untuk dijawab

(9)

langsung oleh siswa, 2) siswa diberi motivasi untuk lebih cermat dalam menghitung sehingga jawaban yang dibuat tidak salah, 4) mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

Berdasarkan perbaikan tindakan yang dilakukan, ternyata cukup berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa. peningkatan aktivitas belajar pada siklus II adalah 73,13 dan hasil belajar yang ditunjukkan pada siklus II yaitu rata-rata kelas 70.43, ketuntasan belajar 78.26 %.

Selama pelaksanaan siklus II masih ditemui beberapa permasalahan diantaranya: 1) Masih adanya beberapa kelompok yang didominasi oleh 1-2 orang siswa. Siswa yang lain masih terlihat belum mempunyai keberanian mengemukakan pendapat saat berdiskusi dalam kelompok. 2) Kesalahan menghitung banyak dijumpai pada siklus ini. Untuk meminimalisir hal tersebut, guru berusaha memberikan bimbingan dengan mengarahkan siswa untuk lebih cermat dalam menghitung pekerjaannya. Selain itu, LKS yang menumbuhkan pemahaman terhadap luas lebih dioptimalkan pada siklus selanjutnya.

Berdasarkan hasil tersebut, penerapan pendekatan pendidikan matematika pada kenyataannya dapat meningkatkan aktivitas dan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN. 4 Suwug tahun pelajaran 2013/2014. Dengan penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik, siswa diajak untuk memahami suatu masalah matematika lewat membayangkan (yang dapat dipikirkan) dengan merujuk pada lingkungan tempat anak berada.

Pendekatan pendidikan matematika realistik lebih menekankan pada pembelajaran yang bermakna yaitu 1) pembelajaran yang mengkaitkan pengetahuan dengan aktivitas nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari. 2) berfokus

pada proses pemerolehan pengetahuan yang dapat mengembangkan pemikiran siswa sehingga menemukan sendiri ide dan konsep matematika dengan bantuan media pembelajaran. 3) menginginkan berkurangnya dominasi guru dalam proses belajar mengajar, sebaliknya memberi keleluasaan siswa untuk lebih berani, mandiri, aktif, kritis dan kreatif dalam proses belajar mengajar.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasar analisis dan pembahasan setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Suwug kecamatan Sawan kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan sebagai berikut:

Penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 4 Suwug. Pada siklus I menunjukkan aktivitas belajar siswa sebesar 69.74, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 73.13.

Penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika iswa kelas V SD Negeri 4 Suwug. Pada siklus I menunjukkan hasil belajar siswa sebesar 56.52 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 70.43.

Diharapkan kepada guru kelas khususnya guru mata pelajaran matematika untuk dapat menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dalam penelitian tindakan

(10)

kelas ini, dapat diajukan saran - saran sebagai berikut. Pertama, siswa disarankan untuk mengikuti dengan baik setiap proses pembelajaran agar dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih baik sehingga aktivitas dan hasil belajar Matematika meningkat. Kedua, disarankan agar Kepala Sekolah untuk lebih memperhatikan guru-guru saat menggunakan model pembelajaran dikelas, sehingga kepala sekolah dapat menentukan sarana dan prasarana yang perlu disediakan sesuai dengan model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Ketiga, disarankan kepada guru sekolah dasar untuk mencoba menerapkan penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) pada pelajaran Matematika. Keempat, bagi peneliti yang ingin menerapkan penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) dalam pembelajaran Matematika disarankan mencermati kendala-kendala yang ditemukan, sehingga dapat dihasilkan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2006. Materi Pelatihan Terintegrasi

Matematika 3. Depdiknas. Jakarta

Darsono. 2010. PMRI (Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia) Suatu Inovasi Dalam Pendidikan Matematika Di Indonesia. Tersedia pada http://nazwandi.wordpress.com/2010/ 06/22/jurnalpmri pembelajaran- matematika-realistik-indonesia-suatu-inovasi-dalam pendidikan-matematika-di-indonesia/, diakses pada 10 Juni 2014.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,

1999

Fithry Ramadhan, Hammad. 2009.

Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) Indonesia.

http//h4mm4d.wordpress.com. Diakses 19 maret 2010.

Hartadji Nursyafi’i dan Ma’nar. 2001.

Laporan Pengembangan dan Ujicoba Perangkat Contextual Teaching and Learning Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Aritmetika Sosial.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta.

Marco, Indro. 2011. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistis Indonesia (PMRI) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP Negeri 7 Palembang, tersedia pada: http://proposalskripsipmri.blogspot.co m/ diakses pada tanggal 10 April 2014 Oemar, Hamalik. 2001. Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Bumi Aksara,

Sudjana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar

Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Suharta, I Gusti Putu. 2001. Pembelajaran

Pecahan dalam Matematika Realistik. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics

Education (RME) di Jurusan

Matematika FMIPA UNESA, 24

Pebruari 2001.

Undiksha. 2009. Pedoman penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja:

Gambar

Tabel 1. Kriteria Skor Penggolongan  Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

a. Bagi lagu-lagu yang dirasa sulit untuk dinyanyikan, maka dapat diganti dengan lagu-lagu lainnya yang sejajar maksudnya. Lagu-lagu yang ada dapat disesuaikan/dilengkapi/diganti

Pada penelitian ini presentase siswa yang termasuk dalam level unistruktural sebesar 30,73%. Level unistruktural menunjukkan bahwa siswa sudah dapat memahami soal

Pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris yang sesuai dengan potensi perkembangan industri dan pariwisata dan kebutuhan daerah serta adanya

Subjek adalah mereka yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Subjek ini masuk dalam kategori penjaring informasi utama, yang mana dari sini..

Di daerah sebagian tempat, di depan stasiun dan tempat lainnya, dan memparkir sepeda dan motor dengan berbaris di tempat wilayah yang dilarang (Area yang dilarang

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum dengan Pasca Kualifikasi Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Pengadaan dan Perbaikan Guadrail pada Ruas Jalan Tol Cabang Jakarta

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran dengan menggunakan jenis latihan yang berbeda memberikan gambaran bahwa jenis soal turut menentukan terhadap prestasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan: bagi guru yang akan melakukan pembelajaran dengan menggunakan Modular Object-Oriented