• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa penjajahan Portugis, ketergantungan pedagang. separuh dari seluruh produksi kopi dikuasai orang Timor Portugis,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pada masa penjajahan Portugis, ketergantungan pedagang. separuh dari seluruh produksi kopi dikuasai orang Timor Portugis,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada masa penjajahan Portugis, ketergantungan pedagang Timor Portugis (Liurai dan petani) pada kopi semakin besar, lebih separuh dari seluruh produksi kopi dikuasai orang Timor Portugis, dan sisanya dihasilkan oleh petani kecil asal Portugis dan perusahaan penghasil kopi utama seperti Sociedade Agricola patria e Trabalho (SAPT) yang mengekspor kopi dan dijual ke luar negeri sekitar 5.000 ton per tahun dari Timor Leste (Buletin Lao Hamutuk, 2002).

Setelah invansi Indonesia, perusahan PT. Denok mengambilalih Sociedade Agricola patria e Trabalho (SAPT) sebagai perusahaan memonopoli ekspor kopi yang membayar petani dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan pasar lain. Monopoli ini berlangsung hingga tahun 1995 dan ketika pemerintah Indonesia mengizinkan National Cooperative Business Association mulai bekerja dan penjualan kopi. Harga dari NCBA meningkat yang menyebabkan produksi meningkat menjadi sekitar 10.000 ton

(2)

per tahun pada tahun 1999. Dengan berakhirnya kekuasaan Indonesia pada tahun 1999, NCBA terus bekerja dengan Sistem Koperasi Indonesia dan menciptakan 16 struktur Cooperativa Café Organiku (CCO) yang membentuk Cooperativa Café Timor. Berkenaan dengan industri kopi selama periode Indonesia, jumlah kopi dijual melalui pelabuhan Indonesia Surabaya. Akibatnya, minat budidaya kopi Timor umumnya menurun (Oxfam Timor Leste, 2003).

Setelah konsolidasi masa transisi dan restorasi kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002, United State Agency for International Development (USAID) memberikan bantuan National Cooperative Business Association untuk mengorganisir petani kecil dalam Badan Koperasi Nasional yang dikenal Cooperativa Café Timor (CCT), dengan rencana menjadi Usaha Koperasi Timor Lorosa’e yang mandiri dan independen dengan memproduksi kopi bermutu tinggi untuk ekspor. Dalam teorinya, para petani kopi adalah pemilik Cooperativa Café Organiku (CCO) yang seharusnya memiliki CCT. Meskipun demikian, perusahan ekspor mengalami kesulitan untuk menjalankan bisnis yang menguntungkan adalah rendahnya produktivitas dan kualitas kopi yang tidak konsisten, mengarah ke

(3)

harga rendah serta kesulitan dalam mencari pasar ekspor dan saluran distribusi di pasar inetrnasional (Buletin Lao Hamutuk, 2002).

Demikian juga pada perusahan Timor Corporation pada tahun 2002 yang dijelaskan oleh Manajer Jeff Lunny bahwa Timor Corp menghadapi masalah dalam mempertahankan kualitas kopi yang diekspor ke Eropa dan mengalami kerugian karena masalah kualitas dan kemerosotan harga global kopi, meskipun telah menginvestasikan lebih dari USD $ 1,5 juta dalam pabrik dan peralatan untuk pengolahan kopi untuk ekspor terutama ke Eropa dan lebih kecil jumlahnya diekspor ke Amerika Serikat, Australia, Singapura dan Jepang. Masalah ini telah mendapat perhatian dari pembuat kebijakan, pemerintah, perguruan tinggi dan Lembaga Swasta Masyarakat dalam peningkatan kordinasi antara sektor, namun diperparah dengan tidak adanya badan kordinasi (Laporan Oxfam Timor Leste, 2003).

Salah studi menjelaskan bahwa untuk menjaga kualitas ekspor kopi, perlu aplikasi teknologi tepat dalam produksi kopi untuk memastikan kualitas kopi sesuai persyaratan standar internasional dengan OCIA sehingga mendapatkan sertifikasi organik (Da Costa, Piggin, Da Cruz and Fox, 2003). Hal ini

(4)

memperdagangkan kopi Timor Leste di luar negeri tergantung pada kualitas atau faktor khusus. Seperti permintaan importir dari Jepang meminta kualitas kopi yang terbaik dan meminta biji kopi yang sangat bersih, tetapi importir dari pasar Amerika Utara dan Eropa cenderung tidak menekankan hal tersebut. Hal ini, memanfaatkan pasar di luar negeri secara efektif, dimana memahami kebutuhan dari para importir yang mengarahkan kepada kelemahan yang terkait dengan perdagangan yang tidak terlalu jamin.

Selain masalah kualitas kopi, masalah lainnya yang secara terstruktural pada perusahan ekspor terkait dengan (1) kurangnya sumber keuangan bagi pedagang komersial untuk membantu sektor komersial (baik bagi lokal atau luar negeri) yang terkait dengan operasi di Timor-Leste. Selain itu, (2) pengolahan; kualitas kopi Timor masih terlalu variabel dan kurangnya pengolahan industri terkoordinasi dan standar menjadi kendala bagi promosi dan pemasaran kopi Timor, (3) infrastruktur atau transportasi; biaya transportasi internal yang tinggi, biaya pengiriman tinggi dan frekuensi rendah dari layanan, kurangnya wadah dan pengiriman untuk pelayanan langsung ke tujuan pembeli, (4) operasi perdagangan; kurangnya fasilitas keuangan daerah untuk pembiayaan perdagangan umum; tidak ada otoritas yang diakui

(5)

untuk perusahaan menerbitkan certificate of origin, tidak ada fumigasi dan jasa sertifikasi (Laporan Kementerian Pertanian dan Perikanan Timor Leste, 2009).

Terbatas aksesnya perusahan ekspor pada keuangan perdagangan komersial untuk pembiayaan kegiatan ekspor dapat menghambat pertumbuhan bisnis termasuk di sektor ekspor. Selain itu, kurang infrastruktur dan jasa terkait untuk memfasilitasi perdagangan internasional, khususnya jaringan transportasi dan layanan transportasi, sertifikasi dan kordinasi antara industri dalam kualitas kopi. Kondisi ini akan sulit bagi perusahan ekspor untuk menjalankan dan memastikan bahwa barang-barang dapat ekspor secara efisien melintasi dari sumbernya. Ini merupakan masalah saling yang berkaitan dalam memfasilitasi ekspor kopi serta gangguan terhadap memperluas perusahaan ekspor yang menyebabkan kontrak ekspor tidak memiliki kredibilitas jika perselisihan tidak dapat diselesaikan (Dokumen Bank Dunia, 2010).

Beberapa penelitian mengatakan bahwa kontrak dagang ekspor merupakan pusat transaksi komersial internasional dan sekitarnya merupakan serangkaian hubungan terhubung, namun berbeda, termasuk asuransi kargo, transportasi, dan pengaturan

(6)

kesepakatan para exportir dan importir (Seyoum, 2009). Hal ini dipertegas oleh penelitian Eisenlohr (2013) bahwa pilihan optimal antara kontrak pembayaran dan implikasinya terhadap perdagangan, dimana pengiriman barang internasional berisiko dan membutuhkan waktu, dimana pembiayaian kesenjangan waktu antara produksi dan penjualan berbagai kontrak pembayaran digunakan dan kesetimbangan kontrak ditentukan oleh lingkungan kontraktor baik sumber dan negara tujuan.

Dalam pengaturan pembayaran, dipilihnya cara pembayaran yang tepat selain dapat memberikan jaminan keamanan juga dapat memberikan keringanan atau kemudahan bagi pihak-pihak tertentu. Misalnya, pembayaran dengan Letter of Credit (L/C) telah digunakan selama berabad-abad untuk memfasilitasi pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional sebagai instrumen keuangan yang menjamin ekspoter akan menerima pembayaran untuk barang yang dijual ke importer (Mooney dan Blodgett, 1995 dan Susilo, 2008). Tetapi adapun juga cara pembayaran yang diluar dari letter of Credit seperti non letter of credit yang diangap lazim digunakan dalam perdagangan luar negeri (Kobi, 2011:7). Selain itu, adanya penundaan pembayaran oleh importir sehingga menyebabkan roda keuangan perusahan eksportir akan terhambat

(7)

dan harus ditanggung oleh eksportir (Amir, 2004 dalam Pradipta, 2009).

Berdasarkan kenyataan itulah yang menarik perhatian peneliti untuk memperoleh gambaran realitas secara jelas tentang proses terjadinya kontrak dagang dan sistem pembayaran ekspor kopi yang digunakan oleh perusahan eksportir dalam menjalankan kegiatan ekspor kopi.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti ingin mengetahui proses terjadinya kontrak dagang dan sistem pembayaran ekspor kopi yang digunakan oleh perusahan eksportir dalam menjalankan kegiatan ekspor kopi, maka penelitian akan berfokus untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses terjadinya kontrak dagang ekspor kopi yang dilakukan oleh perusahan eksportir dengan pihak importir?

2. Seperti apa sistem pembayaran yang digunakan perusahan eksportir kopi untuk menyelesaikan transaksi dengan importir?

(8)

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses terjadinya kontrak dagang ekspor yang dilakukan perusahan eksportir kopi.

2. Untuk mengetahui sistem pembayaran ekspor dalam transaksi pada perusahan eksportir kopi.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi dan masukan mengenai hal yang berhubungan dengan proses kontrak dagang ekspor dan sistem pembayaran kopi dalam meningkatkan aktivitas ekspor kopi di Timor Leste.

2. Dapat memberi informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait ekspor, khususnya dalam proses terjadinya kontrak dagang ekspor dan sistem pembayaran ekspor.

3. Dapat memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai proses terjadinya kontrak dagang ekspor dan sistem pembayaran kopi dalam perdagangan internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan terhadap anak penyandang cacat disebutkan pada Pasal 70 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu Perlindungan khusus bagi anak

Mengenai pengaturan pornografi di Indonesia, sudah ada tiga payung hukum yang bisa menjadi rujukan untuk perkara tindak pidana pornografi, yang pertama ialah

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat tidak menurunkan kecernaan bahan kering

informasi akuntansi penjualan dan siklus pendapatan serta kesimpulan atas kegunaan sistem baru yang akan diusulkan dalam mengatasi permasalahan yang ada

Pelaksanaan konsep konstruksi hijau dilaksanakan dengan mengacu kepada petunjuk teknis penyelenggaraan konstruksi hijau yang diterbitkan terpisah dari serta teknik pengelolaan

orang Arab, meskipun ia sudah bercampur darah dengan orang India dan berbahasa India. Tidak bias dipungkiri bahwa orang pertama yang datang dari India sebelum Abad XVI adalah

Strategi yang digunakan General Culture dalam membangun Brand Image melalui Kekuatan produk yaitu dengan melakukan suatu promosi menggunakan media sosial seperti Instagram,

tanda dengan titik. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur