STBP 2013 1
Daftar Isi Buku 1 - Pedoman Koordinator Lapangan dan Pengawas
DAFTAR ISI 1
BAB 1 PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Tujuan 3
1.3 Ruang Lingkup 4
BAB 2 METODOLOGI UMUM 5
2.1 Umum 5
2.2 Lokasi Studi dan Kelompok Sasaran 7
2.3 Ukuran Sampel 7
2.4 Kerangka Sampel 8
2.5 Pembentukan Kerangka Sampel 12
2.6 Metode Sampling 17
2.7 Rancangan Time-Location Sampling (TLS) 19
2.8 Metode Respondent Driven Sampling(RDS) 24
BAB 3 ORGANISASI LAPANGAN 32
3.1 Pendahuluan 32
3.2 Tujuan Pedoman Penggorganisasian Lapangan 32
3.3 Struktur Organisasi 32
3.4 Tugas dan Fungsi 33
3.5 Kriteria/ Syarat Umum Pelaksana 48 3.6 Pelaksanaan 52
BAB 4 METODOLOGI PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN
SAMPEL BIOLOGIS
110
4.1 Pengambilan Sampel Biologis 111
4.2 Pemeriksaan Sampel Biologis 142
BAB 5 PEDOMAN SUPERVISI 192
5.1 Pendahuluan 191
5.2 Tujuan Pedoman Supervisi 191
5.3 Struktur Supervisi 191
5.4 Tata Cara Supervisi 192
2 STBP 2013
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Epidemi Human Immuno-deficiency Virus (HIV) secara global masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Di dunia ini, diperkirakan ada 33.3 juta (31.3-34.5) orang yang telah terinfeksi HIV.
Upaya penanggulangan HIV masih memerlukan kerja keras terutama untuk menekan penularan baru. DI kawasan Asia sebagian besar angka prevalensi HIV pada masyarakat umum masih rendah yaitu < 1%. Hanya Thailand, India Utara dan Provinsi Papua Indonesia yang prevalensinya sudah di atas 1%. Bahkan di wilayah Tanah Papua telah mencapai prevalensi 2,4% di tahun 2006. (STHP, 2006)
Secara umum wilayah Indonesia masih berkisar 0.32%, namun pada beberapa kelompok populasi berisiko tinggi telah terlihat peningkatan prevalensi yang signifikan dan stabil sejak tahun 1990-an, terutama pada kelompok Wanita Penjaja Seks, Lelaki seks dengan Lelaki, dan Waria. (Pemodelan Epidemi HIV, 2012)
Kecepatan penularan HIV pada kelompok priamendorong peningkatan pada kelompok lainnya terutama melalui seks komersial. Hasil Surveilans perilaku sejak tahun 2002 sudah mengindikasikan fenomena tersebut. Berdasarkan pemodelan epidemi 2012 diperhitungkan akan terjadi peningkatan jumlah ODHA pada populasi laki-laki risiko rendah (mantan pelanggan, mantan penasun dan mantan LSL) dan wanita risiko rendah (mantan WPS, pasangan pelanggan dan pasangan penasun, pasangan mantan pelanggan, pasangan mantan LSL dan pasangan mantan penasun).
Pelaksanaan Surveilans HIV generasi kedua di Indonesia telah dimulai dengan pelaksanaan Sero Surveilans HIV tahun 1988 dan Surveilans Perilaku mulai dilaksanakan tahun 1996. Sistem surveilans generasi kedua mengalami evolusi, yaitu dengan mengintegrasikan surveilans biologis pada surveilans perilaku, kemudian dikenalkan konsep populasi sentinel, sehingga diharapkan adanya hasil yang lebih representatif atau mewakili sub-populasi berisiko yang ada. Rencana pengembangan surveilans akan diperluas dengan surveilans insiden HIV, pengembangan surveilans pediatrik dan dewasa dengan HIV terutama memonitor trend akses terhadap ARV, menilai kepatuhan pengobatan, dan penurunan angka kematian akibat AIDS.
Seperti kita ketahui untuk lebih memahami dinamika epidemi dan faktor–faktor utama yang mengubahnya terutama tingkat penularan HIV, tahun 2006 mulai dilaksanakan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP). Dengan tersedianya data tersebut kita mendapatkan gambaran yang lengkap tentang besaran masalah yang ada, faktor–faktor penyebab, pengetahuan dan seberapa jauh respon yang telah ada dan diketahui oleh masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat memberikan gambaran epidemi yang terjadi pada Kelompok Populasi Paling Berisiko dalam terjadinya epidemi HIV di Indonesia, maka perlu dilakukan Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) yang berkesinambungan.
STBP 2013 3 STBP mulai dilaksanakan pada tahun 2009 dan dilanjutkan pada tahun 2011 di lokasi yang berbeda.STBP Tahun 2013 ini merupakan pengulangan dari STBP 2009.
Keberhasilan upaya pencegahan infeksi Human Immuno-deficiency Virus (HIV) bergantung pada perubahan perilaku berisiko, dari risiko tinggi ke risiko yang lebih rendah. Perubahan ini antara lain mencakup peningkatan penggunaan kondom dan pengurangan jumlah pasangan seksual di antara mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bergantian alat suntik pada kelompok pemakai narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza Suntik), peningkatan akses terapi rumatan methadon, dan penundaan hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja.
Upaya pencegahan semakin mengarah pada upaya perubahan perilaku. Oleh karena itu diperlukan informasi tentang perubahan perilaku yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan keberhasilan program intervensi.
Kelompok Populasi Paling Berisiko yang akan dicakup dalam STBP tahun 2012 ini adalah Wanita Penjaja Seks Langsung, Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung, Laki-laki Berisiko (ojek motor, supir angkutan umum kota, Anak Buah Kapal (ABK), Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), buruh), Penasun, Waria, Lelaki Seks Lelaki, Warga Binaan Pemasyarakatan, Remaja, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Agar kegiatan STBP 2013 dapat dilaksanakan sesuai yang diharapkan maka disusun pedoman, yaitu:
Buku 1 Pedoman Umum Pelaksanaan STBP 2013
Buku 2 Pedoman untuk Pengambil Sampel Biologis dan Petugas Laboratorium Buku 3 Pedoman Pengisian Kuesioner, terdiri dari: (1)WPS, (2)Pria, (3)LSL, (4)Waria,
(5)Penasun, (6)Remaja, (7)Warga Binaan Pemasyarakatan, (8)TNI.
Buku-buku tersebut merupakan pedoman penyelenggara yang memuat petunjuk umum penyelenggaraan STBP 2013 dan dimaksudkan sebagai pedoman bagi para penanggungjawab survei dalam mengelola STBP 2013 baik di pusat maupun di daerah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan STBP ini adalah :
Menentukan kecenderungan prevalensi Gonore, Klamidia, Sifilis, dan HIV di antara Populasi Paling Berisiko di beberapa kota di Indonesia
Menentukan kecenderungan tingkat pengetahuan dan persepsi tentang penularan dan pencegahan HIV pada populasi paling berisiko dan populasi rawan (remaja) Menentukan kecenderungan tingkat perilaku berisiko tertular/menularkan HIV di
4 STBP 2013
Mengukur cakupan intervensi pengendalian HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) serta dampaknya pada kelompok sasaran program-program Kementrian Kesehatan RI
Mendukung dalam penentuan kebijakan program pengendalian HIV AIDS dan IMS di beberapa kota di Indonesia
1.3 Ruang Lingkup
Buku ini berisi tentang acuan dan tata laksana seluruh kegiatan STBP 2013. Mulai dari penentuan metodologi, organisasi lapangan, metodologi pengambilan sampel biologis, dan pedoman supervisi STBP 2013. Sasaran pembaca adalah:
para pembuat kebijakan, pengelola program, LSM,
aktivis HIV,
para pemangku kepentingan terkait dengan program pengendalian HIV AIDS, Secara khusus pihak-pihak yang telibat dalam kegiatan STBP 2013.
STBP 2013 5
Bab 2 Metodologi
2.1 Umum
Populasi sasaran STBP 2013 adalah populasi pria dan wanita dewasa yang berisiko tinggi tertular HIV. Hal ini dikarenakan kelompok tersebut memungkinkan memiliki kontribusi lebih besar terhadap penyebaran HIV dibanding kelompok masyarakat lainnya. Kelompok pria dewasa yang berisiko tinggi tertular HIV pada umumnya adalah pria yang berpotensi sebagai pelanggan penjaja seks (termasuk tukang ojek, TKBM di pelabuhan laut, dan buruh, serta mereka yang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dalam jangka waktu yang relatif lama karena bidang pekerjaan, seperti pelaut dan sopir truk), sedangkan kelompok wanita dewasa adalah mereka yang bekerja sebagai wanita penjaja seks (WPS).
Di samping kelompok sasaran tersebut, dalam STBP 2013 akan dicakup kelompok lainnya seperti pengguna napza suntik (penasun), waria, lelaki yang suka seks dengan lelaki (LSL), Warga Binaan Pemasyarakatan, TNIdan remaja sekolah, yang sampelnya diwakili oleh murid kelas 2 (dua) SMA.
Secara garis besar, kegiatan STBP tahun 2013terdiri dari 3, yaitu: a) Wawancara perilaku: Survei Surveilans Perilaku (SSP),
b) Wawancara perilaku dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer: Survei Terpadu HIV dan Perilaku (STHP), dan
c) Wawancara perilaku dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer serta pemeriksaan urine dan atau swabvagina atau anus: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Berdasarkan kontribusinya terhadap epidemi HIV, populasi sasaran STBP 2013 tersebut dikelompokkan menjadi:
a) Wanita Penjaja Seks (WPS) Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai penjaja seks komersial.
b) WPS Tidak Langsung adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu.
c) Pria Potensial Risti, ditentukan dengan pendekatan jenis pekerjaan dengan rincian sebagai berikut.
i. Sopir truk adalah mereka yang bekerja sebagai supir truk antar kota. ii. Tukang ojek adalah mereka yang bekerja sebagai tukang ojek dan bekerja
dekat dengan lokasi transaksi seks
iii. Pelaut adalah mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal barang atau muatan.
iv. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja bongkar muat barang di pelabuhan laut.
6 STBP 2013
v. Buruh adalah mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan pada perusahaan industri/manufaktur.
d) Waria adalah kependekan dari wanita-pria, yang berarti pria yang berjiwa dan bertingkah laku, serta mempunyai perasaan seperti wanita. Waria yang dicakup dalam STBP 2013 ini tidak hanya waria yang menjajakan seks saja tetapi seluruh waria termasuk waria-waria yang bekerja di salon.
e) Lelaki suka Seks dengan Lelaki (LSL) adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang biseksual/homoseksual
f) Pengguna Napza Suntik (Penasun) adalah mereka yang adiksi napza yang disuntikan.
g) Warga Binaan Pemasyarakatan adalah pria dan wanita yang sudah divonis menjalani hukuman berada di lapasyang ada di Indonesia.
h) Remaja sekolah yang dicakup dalam survei ini adalah murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) baik yang dikelola pemerintah (SLTA Negeri) maupun SLTA yang dikelola oleh swasta.
i) TNI adalah warga negara Indonesia yang menjadi anggota tentara nasional Indonesia baik Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Angkatan Udara.
Kriteria calon responden pada kegiatan STBP adalah sebagai berikut:
a) Wanita Penjaja Seks (WPS) Langsung adalah wanita berumur 15 tahun atau lebih yang telah berhubungan seks komersial dengan paling tidak satu pelanggan dalam satu bulan terakhir, dan ada di lokasi survei pada saat kunjungan tim survei. b) WPS Tidak Langsung adalah wanita yang berumur 15 tahun atau lebih yang
merupakan pekerja dari tempat usaha terpilih dan menjual seks dalam sebulan terakhir paling tidak seorang pelanggan serta ada di lokasi survei (bar/panti pijat, dsb) pada saat kunjungan tim survei.
c) Pria Potensial Risti adalah seorang yang secara biologis laki-laki, berumur 15 tahun ke atas, dan saat ini bekerja pada perusahaan terpilih atau didapatkan pada titik-titik kumpulan (misalnya pemberhentian truk, pelabuhan laut, dan sebagainya). d) Waria yang dicakup dalam survei ini adalah seorang secara biologis laki-laki yang
berumur 15 tahun atau lebih dan telah tinggal di kota survei selama paling tidak satu bulan, serta dikenali oleh teman seprofesi, “mami”, atau para pekerja LSM sebagai seorang waria.
e) Lelaki suka Seks dengan Lelaki (LSL) adalah seorang secara biologis laki-laki, berumur 15 tahun atau lebih dan telah tinggal di kota survei paling tidak selama satu bulan, serta telah berhubungan seks dengan seorang laki-laki dalam setahun terakhir.
f) Pengguna Napza Suntik (Penasun) adalah pria atau wanita berumur 15 tahun atau lebih yang telah tinggal di kota lokasi survei selama paling tidak satu bulan, menyuntikkan napza dalam satu bulan terakhir dan tidak terdaftar dalam survei ini di kab/kota /lokasi lain.
g) Warga Binaan Pemasyarakatan adalah pria dan wanita yang sudah divonis menjalani hukuman berada di lapas yang ada di Indonesia.
h) Remaja sekolah yang dicakup dalam survei ini adalah murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) baik yang dikelola pemerintah (SLTA Negeri) maupun SLTA yang dikelola oleh swasta yang saat ini duduk di kelas 11 (kelas 2)
STBP 2013 7 i) TNI adalahtentara laki-laki yang berkewarganegaraan Indonesia terdiri dari
Angkatan Laut, Angkatan Darat dan Angkatan Udara yang ada diwilayah Republik Indonesia
2.2. Lokasi Studi dan Kelompok Sasaran
Lokasi STBP 2013 adalah kabupaten/kota terpilih dan daerah sekitarnya. Pemilihan kabupaten/kota didasarkan pada situasi epidemi HIV pada subpopulasi berisiko. Kabupaten/kota terpilih adalah kabuten/kota dengan situasi epidemi HIV yang diperkirakan lebih buruk dibanding kabupaten/kota lain di provinsi tersebut. Responden survei merupakan sampel acak dari kelompok-kelompok sasaran yang tinggal dan bekerja di lokasi survei, yang dipilih melalui lokasi tempat biasa mereka bekerja atau mangkal. Hasil survei diharapkan dapat mewakili kondisi di lokasi survei tersebut tersebut. Kelompok sasaran menurut lokasi Survei sebagai berikut:
No. Propinsi Kabupaten/Kota Kelompok Sasaran
1. Sumatera Selatan
Palembang WPS, ABK, TKBM, Supir Truk, Waria,
2. Banten Tangerang WPS, buruh, penasun, LSL, Remaja
3. DI Yogyakarta Yogyakarta WPS, Ojek/Angkutan umum, Penasun, LSL, Remaja
4. Kalimantan Barat
Pontianak WPS, ABK, TKBM, Penasun, Waria, WBP, TNI, Remaja
5. Kalimantan Timur
Samarinda WPS, TKBM, Ojek/Angkutan umum, Penasun, WBP, Remaja
6. Sulawesi Utara Bitung WPS, ABK, TKBM,
7. Sulawesi Selatan Makasar WPS, penasun, Waria, LSL, TNI, Remaja
8. Bengkulu Bengkulu WPS, WBP
9. Papua Mimika WPS, Ojek/Angkutan umum
2.3. Ukuran sampel
Ukuran sampel pada setiap kelompok sasaran dirancang untuk menggambarkan ciri-ciri perilaku setiap kelompok sasaran dan diharapkan dapat mengukur perubahan perilaku pada survei berikutnya. Pada kelompok berisiko tinggi, besarnya sampel yang memadai untuk interpretasi perubahan adalah sebesar 250 responden. Pada kelompok pria berisiko, dengan asumsi bahwa tidak semua orang pada kelompok tersebut berisiko, maka jumlah sampel ditetapkan sebesar 400 responden. Sedangkan kelompok TNI, sampel ditetapkan sebesar 500 responden sesuai dengan jumlah sampel pada STHP TNI tahun 2012.
Kabupaten/kota terpilih, kelompok sasaran, dan ukuran sampel pada masing-masing kelompok sasaran dan kabupaten/kota terpilih adalah:
8 STBP 2013
STBP: Survei Terpadu Biologis & Perilaku, Pemeriksaan Biologis: Sifilis, anti-HIV, CT & NG STHP: Survei Terpadu HIV & Perilaku, Pemeriksaan Biologis: Sifilis, anti-HIV
SSP: Survei Surveilans Perilaku
Dalam STBP 2013, sebelum pemilihan sampel lokasi dilakukan, populasi yang akan disurvei harus diketahui terlebih dahulu. Populasi merupakan agregat individu yang diteliti dan dapat dibentuk sebagai kerangka sampel untuk menentukan kelompok sasaran survei. Kelompok sasaran STBP seperti yang dijelaskan di atas pada umumnya merupakan kelompok populasi yang tidak mudah dijangkau. Kesulitan menjangkau kelompok populasi antara lain disebabkan oleh aspek aksesibilitas dan mobilitas kelompok tersebut. Kesulitan aksesibilitas umumnya terjadi pada kelompok populasi tertentu, sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah menjangkau populasi tersebut apalagi dalam kaitannya dengan kegiatan survei. Tingginya tingkat mobilitas, yaitu perpindahan kelompok sasaran dari satu tempat ke tempat lain, menyebabkan tidak mudah untuk menemukan atau menetapkan populasi kelompok sasaran. Kerangka sampel digunakan sebagai dasar pengambilan subyek survei. Kerangka sampel dibedakan menurut kelompok sasaran.
2.4. Kerangka Sampel
2.4.1. Kerangka sampel WPS langsung
Kerangka sampel untuk WPS langsung adalah daftar lokasi WPS Langsung yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi dalam setiap lokasi, nama orang kunci yang bisa dihubungi beserta nomor telepon atau handphone, dan informasi waktu yang tepat untuk kunjungan wawancara. Semua informasi ini diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan yang merupakan kegiatan pendaftaran (listing) lokasi. Listing ini digunakan untuk membuat daftar rumah bordil atau lokalisasi dan jalanan dimana WPS bertransaksi dengan pelanggan dan mencatat jumlah WPS yang bekerja pada masing-masing lokasi tersebut. Hasilnya adalah kerangka sampel lokasi WPS Langsung, yaitu berupa daftar nama dan alamat jalanan lokasi tempat mereka mangkal, rumah bordil, hotel, atau panti pijat dimana WPS Langsung menjajakan seks, serta jumlah WPS langsung.
TKBM Supir Buruh
STBP STBP SSP STHP STHP SSP SSP STHP SSP STHP STBP STBP STHP STHP SSP
Sumatera Selatan Palembang 250 250 150 150 150 250
Banten Tangerang 250 250 400 250 250 600
DI Yogyakarta Yogyakarta 250 250 400 250 250 600
Kalimantan Barat Pontianak 250 250 200 200 250 250 400 500 600
Kalimantan Timur Samarinda 250 250 200 200 250 400 600
Sulawesi Utara Bitung 250 250 200 200
Sulawesi Selatan Makasar 250 250 250 250 250 500 600
Bengkulu Bengkulu 250 250 400
Papua Mimika 250 250 400
WBP TNI Siswa Propinsi Kota WPSL WPSTL
Pria Berisiko
STBP 2013 9 2.4.2 Kerangka sampel WPS tidak langsung
Kerangka sampel untuk WPS tidak langsung adalah daftar lokasi WPS Tidak Langsung yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi dalam setiap lokasi, nama orang kunci yang bisa dihubungi beserta nomor telepon atau handphone, dan informasi waktu yang tepat untuk kunjungan wawancara. Informasi ini diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat kegiatan pendaftaran (listing) lokasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat daftar panti pijat, bar karaoke, bar, restoran dan hotel dimana para pekerja wanita menyediakan pelayanan seks sebagai bagian dari pekerjaan mereka yang selanjutnya akan menghasilkan kerangka penarikan sampel lokasi WPS Tidak Langsung (yaitu: berupa daftar nama dan alamat panti pijat, bar-karaoke, bar, restoran dimana para WPS Tidak Langsung melakukan transaksi seks sebagai bagian dari pekerjaan mereka), dan jumlah WPS tidak langsung
2.4.3 Kerangka sampel waria
Kerangka sampel untuk waria (penjaja seks) adalah daftar lokasi para waria, baik yang menjadi penjaja seks maupun yang bekerja di salon, yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi waria dalam setiap lokasi, informasi orang kunci yang bisa dihubungi di setiap lokasi tersebut, baik nama maupun nomor telepon atau handphone, dan informasi tentang waktu kunjungan yang tepat untuk wawancara. Data dan jumlah waria tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing) lokasi.
2.4.4 Kerangka sampel sopir truk
Kerangka sampel untuk sopir truk adalah daftar lokasi para sopir truk antar kota yang memiliki SIM-B yang mangkal yang dilengkapi dengan rentang waktu para sopir tersebut biasanya mangkal dalam setiap lokasi. Data tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing) lokasi. Dengan listing ini akan dibuat daftar lokasi perparkiran dimana truk-truk antar kota berhenti di lokasi tertentu sehingga akan dihasilkan sebuah kerangka sampel lokasi yang berupa daftar alamat lokasi dimana truk-truk antar kota parkir, yang dilengkapi dengan informasi rentang waktu para sopir biasanya mangkal dan perkiraan banyaknya sopir biasa mangkal pada setiap rentang waktu tersebut.
Data tempat pangkalan truk dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping. Data-data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV/AIDS seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah HIV/AIDS
10 STBP 2013 2.4.5 Kerangka sampel ABK
Kerangka sampel untuk ABK adalah daftar lokasi para ABK di pelabuhan laut yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi ABK dalam setiap lokasi. Data ABK diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing) lokasi. ABK yang di pilih adalah ABK yang berkewarganegaraan Indonesia.
Data ABK yang didapat dari Administrator Pelabuhan atau LSM pendamping. Data-data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV/AIDS seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah HIV/AIDS
2.4.6 Kerangka sampel TKBM
Kerangka sampel untuk TKBM adalah daftar lokasi para tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan laut (di tempat pendaratan perahu/kapal) yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi TKBM dalam setiap lokasi. Data TKBM diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing) lokasi.
2.4.7 Kerangka sampel tukang ojek
Kerangka sampel untuk tukang ojek adalah daftar lokasi para tukang ojek biasa mangkal, menunggu penumpang di sekitar area lokalisasi WPSL/WPSTL, yang dilengkapi dengan banyaknya populasinya dalam setiap lokasi. Data jumlah tukang ojek diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat kegiatan listing lokasi tersebut.
2.4.8 Kerangka sampel Buruh
Kerangka sampel adalah daftar buruh yang bekerja di industri/pabrik di wilayah yang ditentukan. Kerangka sampel memuat daftar lokasi industri/pabrik dan jumlah populasi buruh. Data untuk kerangka sampel tersebut didapat dari Disnaker kab/kota.
2.4.9 Kerangka sampel remaja sekolah
Kerangka sampel untuk remaja (pelajar SLTA) adalah daftar nama SLTA/SMK/Madrasah aliyah (sederajat) baik negeri dan swasta beserta alamatnya yang berada di kota terpilih. Dalam daftar SLTA ini, setiap sekolah dirinci menurut banyaknya murid disetiap kelas 2 yang dibedakan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Daftar tersebut diperoleh dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi disetiap kota terpilih. Pengumpulan informasi lokasi kelompok sasaran dan populasinya
Dari hasil SSP/STBP sebelumnya telah diperoleh informasi lokasi dan populasi untuk setiap kelompok sasaran. Informasi ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan perlu diperbaharui dengan informasi dari Kantor Dinas terkait di setiap Kabupaten/Kota terpilih.
STBP 2013 11 Data yang dibutuhkan antara lain jumlah pelajar laki-laki dan perempuan dari Dinas Pendidikan.
2.4.10 Kerangka sampel Warga Binaan Pemasyarakatan
Kerangka sampel untuk Warga Binaan Pemasyarakatan adalah daftar Lapas beserta alamatnya yang berada di kota terpilih. Daftar Lapas dilengkapi dengan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan di setiap Lapas tersebut, yang diperoleh dari Kementerian Hukum dan HAM di setiap kota terpilih.
2.4.11 Kerangka sampel Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Penyusunan Kerangka sampel dibedakan menurut unit organisasi/angkatan dalam TNI (AD, AL, AU). Dalam setiap angkatan TNI, dibuat kerangka sampel untuk pemilihan unit sampling yang disesuaikan struktur organisasi yang ada dalam setiap wilayah terpilih. Kerangka sampel sangat berguna untuk menentukan kesatuan hingga unit sampling (peleton / satuan kerja) di setiap angkatan yang akan terpilih sebagai responden survei ini.
12 STBP 2013
2.5 Pembentukan Kerangka Sampel
Pembentukan kerangka sampel dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Alir Pembentukan Kerangka Sampel
2.5.1 Pengumpulan informasi lokasi kelompok sasaran dan populasinya
Dari hasil SSP/STHP/STBP sebelumnya telah diperoleh informasi lokasi dan populasi untuk setiap kelompok sasaran. Informasi ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan perlu diperbaharui dengan informasi dari Kantor Dinas terkait di setiap Kabupaten/Kota terpilih. Data yang dibutuhkan antara lain :
Data lokalisasi, bordil atau data lain yang berkaitan dengan wanita penjaja seks dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, ataupun LSM setempat.
Informas i lokasi Entri data (Excel/CSurvey) Data lokasi Print data (Excel/CSurvey) Daftar lokasi Peta wilayah Penentuan wilayah kerja Peta wilayah kerja Listing lokasi Hasil listing Update data (Excel/CSurvey) Data lokasi yang telah diupdate Peta wilayah kerja Pilih lokasi (Excel/CSurvey Pilih responden
STBP 2013 13 Data panti pijat, bar, karaoke, hotel, losmen, wisma dan sejenisnya dari
Dinas Pariwisata setempat dan sumber non-formal.
Data tempat tempat pangkalan truk dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping.
Data dari Administrator Pelabuhan
Data perusahaan industri/manufaktur dari Dinas Perindustrian atau dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping.
Data dari sumber formal dan informal atau LSM pendamping.
Data-data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV/AIDS seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah HIV/AIDS
Daftar Lapas dilengkapi dengan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan di setiap Lapas dari Kementerian Hukum dan HAM
Daftar Sekolah Menengah Umum dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi disetiap kota terpilih
Data kesatuan setingkat batalyon dari Kementerian Pertahanan dan Panglima TNI
2.5.2 Pengolahan data hasil listing lokasi
Pengolahan data lokasi baik penambahan, pengurangan, ataupun perbaikan informasi lokasi dilakukan dengan menggunakan Program Csurvey/Excel, tata cara penggunaan dijelaskan pada lampiran. Data yang diolah meliputi:
Kelompok sasaran a) Nomor Urut Lokasi b) Nama Lokasi
c) Alamat Lokasi, jalan, gang dsb. dituliskan dibelakang nama jalan/gang dan diupayakan keseragaman dalam menuliskan nama jalan yang sama
d) Jenis lokasi, dibagi menurut tempat praktek/mangkal kelompok sasaran dalam melakukan kegiatannya: WPS Langsung Lokalisasi/rumah bordil Jalan/taman/kuburan Warung “remang-remang” Hotel/motel/cottage Lainnya WPS Tidak Langsung Panti pijat/salon/spa Karaoke/diskotik/cafe/bar/pub Lainnya
14 STBP 2013 Waria Jalanan/pojok jalan/taman Bar/diskotik/pub/cafe Salon/spa Organisasi/tempat pertemuan Tempat tinggal lainnya Pria Berisiko Tinggi
Pelabuhan laut (ABK & TKBM)
Pangkalan/terminal (tukang ojek/ supir angkutan umum) Perusahaan/industri (Buruh)
LSL
Sport Centre/ Fitness Cafe/bar/Pub/Sauna Salon/Spa
e) Jumlah bangunan dalam lokasi f) Banyaknya populasi dalam lokasi
g) Nama orang kunci/mediator/informan (diisi pada penelusuran lapangan) h) Waktu kunjungan (diisi pada penelusuran lapangan)
i) Catatan lainnya (diisi pada penelusuran lapangan)
2.5.3 Penentuan wilayah kerja
Penentuan wilayah kerja dari hasil pengolahan dilakukan oleh Koordinator Lapangan. Kegiatan ini merupakan inventarisasi wilayah-wilayah yang terpilih sebagai wilayah sasaran. Bahan yang dibutuhkan adalah peta kabupaten/kota yang akan digunakan sebagai dasar penentuan wilayah kerja. Dengan menuangkan data lokasi hasil pengolahan (diurutkan berdasarkan alamat) ke dalam peta kabupaten/kota, maka wilayah kerja baik kecamatan ataupun desa/kelurahan dapat diketahui secara visual.
Setelah wilayah kerja diketahui, dilakukan identifikasi lokasi pada peta wilayah yang lebih rinci. Peta wilayah yang lebih rinci dapat berupa peta kecamatan, desa/kelurahan atau bahkan peta lokasi. Identifikasi wilayah kerja pada peta wilayah rinci adalah untuk bahan petugas dalam melakukan kegiatan penelusuran/listing lokasi.
2.5.4 Listing lokasi
Listing lokasi atau penelusuran lapangan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memutakhirkan keterangan yang ada dalam lembar informasi awal untuk setiap kelompok sasaran, termasuk melengkapi cakupan lokasi yang belum tercatat.
Listing lokasi dilakukan dengan menelusuri semua lokasi, baik yang tercatat maupun yang belum tercatat, dan mencari informasi mengenai:
STBP 2013 15 1. Nama orang kunci (contact person)/mediator
2. Perkiraan jumlah populasi atau eligible responden
3. Waktu kunjungan yang memungkinkan digunakan untuk berwawancara 4. Catatan lain, seperti waktu pencatatan atau waktu dimana terjadi populasi
terbanyak dalam suatu lokasi
Hasil listing dari masing-masing kelompok sasaran adalah:
Hasil listing Kelompok WPS Langsung merupakan daftar lokalisasi/lokasi. Apabila lokalisasi/lokasi tersebut besar, maka terbagi menjadi sub-lokasi..
Hasil listing Kelompok WPS Tidak Langsung merupakan daftar bangunan menurut jenis lokasi.
Hasil listing Kelompok Supir truk adalah daftar lokasi tempat mangkal. Hasil listing Kelompok Tukang Ojek adalah daftar lokasi tempat mangkal. Hasil listing Kelompok ABK adalah daftar lokasi pelabuhan.
Hasil listing Kelompok TKBM adalah daftar lokasi tempat kerja TKBM. Hasil listing Buruh merupakan daftar perusahaan industri/manufaktur.
Hasil listing Kelompok Waria merupakan daftar lokasi/bangunan menurut jenis lokasi. Apabila lokalisasi/lokasi tersebut besar, maka sudah terbagi menjadi sub-lokasi.
Hasil listing Kelompok Remaja adalah daftar sekolah. Hasil listing Kelompok WBP merupakan daftar lapas. Hasil listing TNI adalah daftar batalyon.
2.5.5 Pembentukan dan penomoran lokasi
Berdasarkan hasil listing dilakukan pembentukan lokasi, dan dengan bantuan peta wilayah administrasi dapat diberikan nomor lokasi secara berurutan untuk setiap kelompok sasaran.
Pembentukan lokasi dan penomoran lokasi masing-masing kelompok sasaran dilakukan secara terpisah. Bila pada satu wilayah tertentu terdapat lebih dari 1 kelompok sasaran, maka di dalam wilayah tersebut akan dibentuk lokasi sebanyak kelompok sasarannya. Dalam menentukan suatu wilayah/tempat menjadi satu lokasi, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Lokasi dapat berupa wilayah/area yang di dalamnya terdapat bangunan atau tempat mangkal/berkumpul kelompok sasaran, dimana letak bangunan atau tempat mangkal/ berkumpul tersebut relatif saling berdekatan, sehingga merupakan satu kesatuan wilayah/area.
16 STBP 2013
Pada kelompok sasaran WPS Langsung yang lokasinya merupakan rumah-rumah bordil kemungkinan harus dikelompokkan menjadi satu lokasi. Begitu pula pada WPS tidak langsung, tempat-tempat panti pijat, karaoke, bar dan sejenisnya dapat dikelompokkan menjadi satu lokasi bila terletak pada satu area tertentu. Contoh:
Lokalisasi/lokasi WPS.
Kelompok bangunan yang didalamnya terdapat panti pijat, karaoke, bar, diskotik, dan sebagainya.
2. Lokasi dapat berupa satu bangunan/area tertentu yang merupakan tempat kelompok sasaran mangkal/berkumpul tetapi tidak dapat digabung dengan bangunan atau tempat mangkal/berkumpul lainnya
Contoh:
Bangunan diskotik atau panti pijat yang hanya ada satu pada suatu wilayah kecamatan.
3. Apabila dalam suatu wilayah/area seperti pada butir 1 di atas jumlah bangunan/tempat mangkalnya relatif banyak, maka dapat dibentuk menjadi beberapa lokasi (sublokasi). Untuk tempat yang sudah ada pembagian blok-blok wilayah, maka blok tersebut dapat digunakan sebagai lokasi (yang mungkin terjadi pada lokalisasi WPS).
Contoh:
Lokasi WPS yang mencakup lebih dari satu RT dengan jumlah bangunan (rumah bordil) didalam setiap RT relatif banyak, maka setiap RT bisa dijadikan sebagai 1 sublokasi.
Lokasi kelompok sasaran Waria dalam suatu wilayah pertokoan yang luas dan letak pertokoan tersebut dibatasi jalan atau dalam blok-blok, maka pemisahan menurut jalan atau blok dapat digunakan sebagai pedoman membentuk sublokasi.
4. Apabila dalam suatu wilayah/area seperti disebut pada butir 3, tidak ada pembagian wilayahnya, maka pembagian wilayah/area harus dibentuk sendiri. Besaran wilayah/ area yang terbentuk sebagai lokasi ataupun sublokasi memuat sekitar 10 bangunan/tempat mangkal.
Contoh:
Lokasi kelompok sasaran WPS Tidak Langsung dalam suatu wilayah pertokoan yang luas dan letak pertokoan tersebut dibatasi jalan atau dalam blok-blok, maka pemisahan menurut jalan atau blok dapat digunakan sebagai pedoman membentuk sublokasi.
STBP 2013 17 Setelah lokasi/sub-lokasi terbentuk, maka diberikan penomoran untuk nomor urut lokasi dan sub-lokasi dengan cara sebagai berikut:
Setiap kelompok sasaran mempunyai nomor urut lokasi yang berurutan mulai dari 1.
Pemberian nomor diurutkan mulai dari arah petugas datang atau sesuai nomor blok yang sudah ada.
Setiap sub-lokasi diberikan nomor berurutan mulai dari 1 pada setiap lokasi.
2.5.6 Pengolahan data lokasi
Pengolahan data lokasi dilakukan dengan menggunakan Csurvey/Excel. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Menggunakan data butir 2.5.2
2. Perbaikan data butir 2.5.2 menghasilkan data butir 2.5.4
3. Data butir 2.5.4 diberi nomor urut lokasi dan sub-lokasi, dengan ketentuan pada butir 2.5.5. Kemudian ditambahkan kode wilayah administrasi tingkat kecamatan dan desa/ kelurahan.
4. Hasil pengolahan merupakan file database lokasi dengan format sebagai berikut:
2.6
Metode SamplingPada STBP 2013 menggunakan metode sampling berbeda-beda berdasarkan kelompok sasaran. Metode dan Kelompok sasaran sebagai berikut:
Metode Sasaran
Cluster Sampling WPSL, WPSTL, Waria, Buruh, dan TNI
SRS (Simple Random Sampling) WBP, Ojek RDS (Respondent Driven Sampling) Penasun, LSL
TLS (Time-Location Sampling) Supir Truk, ABK, TKBM
Multistage Random Sampling Remaja Sekolah (SMA/sederajat)
2.6.1 Simple Random Sampling (SRS)
Pengambilan sampel dengan metode SRS digunakan untuk sasaran WBP dan Ojek. Tahap-tahap rancangan SRS:
1. Buat daftar responden yang sesuai dengan kriteria inklusi (nomor, nama, dan alamat/lokasi)
2. Pilih responden dengan menggunakan tabel random (terlampir) atau excel untuk memilih responden.
18 STBP 2013
3. Apabila jumlah responden yang ditentukan lebih banyak daripada total sasaran maka responden diambil semua.
2.6.2 Cluster Random Sampling
Pengambilan sampel dengan metode SRS digunakan untuk sasaran WPSL, WPSTL, Waria, Ojek, Buruh, dan TNI. Tahapan pada metode ini adalah sebagai berikut:
1. Buat daftar lokasi sesuai kelompok sasaran (nomor, nama dan alamat/lokasi serta jumlah populasi).
2. Pilihlah lokasi sebagai primary sampling unit (psu) dipilih dengan secara probability proportional to size (pps) berdasarkan banyaknya populasi dalam setiap lokasi. Pilih sebanyak 20 PSU.
3. Tata cara penarikan PSU dengan Program Csurvey/Excel (terlampir).
4. Pada PSU yang terpilih, pilih secara random (SRS dengan tabel random/excel) sejumlah responden yang telah ditentukan.
5. Apabila jumlah responden yang ditentukan lebih banyak daripada total sasaran yang ada maka responden diambil semua
Catatan:
Cluster untuk Buruh adalah Pabrik Cluster untuk TNI adalah Pleton
Cluster untuk Ojek adalah: tempat mangkal disekitar lokalisasi
Cluster untuk waria adalah: tempat mangkal waria (Jalanan/pojok jalan/taman, Bar/diskotik/pub/cafe, Salon/spa dan Organisasi/tempat pertemuan)
2.6.3 MultiStage Random Sampling
Pengambilan sampel dengan metode SRS digunakan untuk sasaran siswa dan TNI. Tahapan untuk metode ini sebagai berikut:
1. Stage-1:
a. Buat daftar sekolah beserta data jumlah siswa serta alamat sekolah, sebagai listing PSU (primary sampling unit)
b. Random PSU dengan metode PPS menggunakan Excel/Csurvey sebanyak 30 sekolah.
2. Stage-2:
a. Di masing-masing sekolah, buat listing kelas II dari dari PSU terpilih. b. Jika jumlah kelas II lebih dari 10 kelas maka lakukan pemilihan kelas
STBP 2013 19 3. Stage-3:
a. Kemudian buat listing siswa laki-laki dan pilih secara acak sebanyak 1 siswa laki-laki per kelas. Begitu pula, buat listing siswa perempuan dan pilih secara acak sebanyak 1 siswa perempuan per kelas.
b. Jika jumlah kelas II ada 10 kelas maka langsung pilih secara acak sebanyak 1 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan per kelas.
c. Jika jumlah kelas II, kurang dari 10 kelas maka, pilih secara acak sebanyak 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, yang terdistribusi merata di masing-masing kelas. Misalnya ada 5 kelas berarti tiap kelas dipilih 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.
2.7
Rancangan Time-Location Sampling (TLS)TLS adalah sebuah metode yang telah digunakan secara luas untuk mengambil sampel dari suatu populasi yang bersifat “floating” (yaitu kemungkinan kecil bisa ditemukan oleh pencacah di tempat yang tetap). Selain itu, TLS ini juga diterapkan untuk jenis populasi seperti supir truk. TLS juga disebut dengan venue-based sampling yang didasarkan pada cluster-cluster. Di dalam TLS, primary sampling unit (PSU)-nya adalah kombinasi antara lokasi dan waktu, dan lokasi yang sama bisa dimasukkan ke dalam kerangka sampel lebih dari sekali tetapi dengan slot waktu yang berbeda.
Sebelum melakukan pemilihan sampel lokasi dengan metode TLS ini perlu dilakukan listing lokasi sekaligus mengetahui waktu biasanya truk berhenti untuk beristirahat. Setelah mendapatkan hasil listing ini, kemudian baru bisa ditentukan beberapa slot waktu. Slot-waktu ini akan mendasari pemilihan sampel PSU (lokasi-waktu). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam TLS ini, satu lokasi akan ada kemungkinan terpilih lebih dari sekali, jika di lokasi tersebut waktu berkumpulnya kelompok sasaran berada di lebih dari satu slot waktu yang ditentukan. Setelah melakukan listing lokasi dan slot-waktu sudah bisa ditentukan (misalnya per 2 jam), langkah selanjutnya adalah:
1. Susun lembar kerja sebagai dasar penarikan sampel lokasi (STBP13-TLS) seperti berikut:
Lokasi Slot waktu
10:00 - 12:00 12:00 - 14:00 16:00 - 18:00 18:00 - 20:00 A B C D E
20 STBP 2013
2. Berikan tanda cek untuk lokasi dimana slot waktu yang ditentukan yang bersesuaian dengan hasil listing lokasi-waktu dimana para sopir truk mangkal, dan tanda strip (–) untuk yang tidak ada, seperti berikut:
Lokasi Slot waktu
10:00 - 12:00 12:00 - 14:00 16:00 - 18:00 18:00 - 20:00 A – B – C D – – – E – –
3. Berikan nomor urut untuk tanda cek, nomor urut ini akan digunakan sebagai dasar pengambilan sampel secara acak.
Lokasi Slot waktu
10:00 - 12:00 12:00 - 14:00 16:00 - 18:00 18:00 - 20:00 A 1 4 7 – B 2 – 8 11 C 3 5 9 12 D – – – 13 E – 6 10 –
4. Lakukan pemilihan sampel lokasi untuk setiap slot waktu yang sudah ditentukan secara acak (misalnya dengan bantuan Tabel Angka Random). Lingkari cek yang nomornya bersesuaian dengan angka random dan lokasinya akan terpilih menjadi sampel untuk slot waktu tersebut. Misalnya, angka random yang terpilih adalah masing masing 1, 5, 7, dan 13 untuk masing-masing slot waktu (asumsinya hanya ada 1 tim), sehingga tim survei harus mendatangi lokasi A untuk slot waktu antara jam 10:00-12:00, lokasi C dalam rentang waktu antara jam 12:00-14:00, lokasi A lagi pada jam 16:00-18:00, dan lokasi D untuk slot waktu antara pukul 18:00-20:00. Pemilihan sampel di lokasi dengan cara yang sama HARUS dilakukan SETIAP HARI sampai target sampel terpenuhi.
STBP 2013 21
Lokasi Slot waktu
10:00 - 12:00 12:00 - 14:00 16:00 - 18:00 18:00 - 20:00 A 1 4 7 – B 2 – 8 C 3 5 9 12 D – – – 13 E – 6 10 –
5. Setelah sampel lokasi-waktu selesai dipilih, selanjutnya pengawas harus menuangkan lokasi-waktu tersebut ke dalam Daftar Sampel TLS (STBP13-DSTLS) Daftar ini harus dibawa pada saat pencacahan responden di pangkalan/tempat pemberhentian truk. Selama pencacah mewawancarai sopir truk, PENGAWAS HARUS MEMANTAU truk yang datang dan setelah rentang slot-waktu berakhir harus MENCATAT jumlah sopir truk dalam selang slot-waktu tersebut ke dalam Daftar STBP13-PG4.
CATATAN
Banyaknya pemilihan sampel lokasi untuk setiap slot waktu yang sudah ditentukan tergantung dari banyaknya tim yang ada untuk kelompok sasaran tersebut. Misalnya jumlah tim yang ada sebanyak 2, maka banyaknya pemilihan lokasi untuk setiap slot waktu adalah 2. Kedua tim tersebut bisa bekerja secara paralel untuk rentang waktu yang bersamaan.
2.7.1 Penarikan responden
Pada lokasi dan waktu terpilih, dua sopir truk pertama yang diminta untuk berpartisipasi akan dipilih secara acak dari mereka yang ada di lokasi tersebut. Responden berikutnya akan dipilih ketika ada truk tiba untuk parkir di lokasi tersebut. Segera sesudah pewawancara menyelesaikan wawancara, dia akan meminta sopir truk yang tiba terakhir untuk berpartisipasi dalam survei. Demikian seterusnya sampai interval waktu pada slot-waktu terpilih berakhir. Pengawas HARUS mencatat jumlah sopir truk yang mangkal di lokasi tersebut selama kerangka waktu, jumlah sopir truk yang berpartisipasi dalam survei dan jumlah yang menolak.
22 STBP 2013
Skema pemilihan responden sopir truk di suatu lokasi pada slot waktu tertentu dengan 2 pewawancara adalah sebagai berikut:
2.7.2 Cara Penggantian Responden
Penggantian responden dilakukan bila sebagian calon responden menolak untuk diwawancarai atau tidak memenuhi persyaratan sebagai responden, misalkan sedang mens/haid untuk kasus WPS atau tidak mempunyai SIM-B atau jurusan dalam kota untuk kasus sopir truk antar kota, sehingga jumlah responden terpilih tidak memenuhi target. Responden pengganti adalah dari kelompok sasaran yang sama, dan diusahakan dari lokasi/bangunan/tempat mangkal terdekat dan jenis lokasi yang sama.
Petugas yang berhak melakukan penggantian responden adalah petugas Pengawas setelah mendapat laporan dari petugas Pewawancara dengan Daftar STBP13-PW-1. Petugas Pewawancara tidak boleh mengganti responden. Petugas Pengawas selanjutnya membuat laporan tentang jumlah calon responden yang menolak diwawancarai beserta alasannya pada setiap lokasi terpilih yang menjadi tugasnya dengan menggunakan Daftar STBP13-PG-3.
Setelah mendapat laporan catatan harian pewawancara (STBP13-PW-1) dan telah menuangkannya dalam Daftar STBP13-PG-3, pengawas juga harus mengisi absensi petugas dengan Daftar STBP13-PG-1. Keseluruhan dokumen ini nantinya harus dikirimkan ke Kementrian Kesehatan c.q Subdit AIDS bersamaan dengan pengiriman kuesioner hasil pencacahan lapangan.
2.8
Metode Respondent Driven Sampling (RDS)Metode Respondent Driven Sampling (RDS) ini merupakan bagian dari Chain Referral Sampling (CRS) seperti halnya Snowball Sampling dan Network Sampling. Keunggulan dari metode RDS adalah sampel yang didapat merupakan sampel yang berpeluang (probability sample) sehingga dapat dilakukan analisis secara statistik termasuk penghitungan standard error. Metode RDS ini digunakan untuk menangkap informasi dari kelompok yang sulit dijangkau atau populasi tersembunyi karena perilakunya yang berisiko (sehingga
datang
Slot waktu
sopir yang ada berikutnya
= terpilih sebagai responden untuk diwawancarai
STBP 2013 23 mereka “menyembunyikan diri” atau mengkamuflase diri seperti populasi umum). Analisis RDS memerlukan perangkat lunak khusus.
RDS adalah sebuah teknik sampling secara jemput bola (snowball) berdasarkan pada kuota perekrutan (yang menghindari perekrutan keseluruhan sampel dari sejumlah individu yang terbatas) dan insentif rangkap untuk memotivasi perekrut dan yang direkrut. Seed yang mendasari gelombang nol akan merekrut mereka yang membentuk gelombang perekrutan pertama (dan seterusnya). Dalam teori, kehomogenan sampel bisa dicapai sesudah paling tidak 3 gelombang perekrutan. RDS berawal dari sejumlah kecil peserta yang dipilih secara purposif yang biasanya disebut seed, yang seharusnya dipilih seheterogen mungkin untuk memastikan bahwa sembarang anggota kelompok memiliki kemungkinan besar untuk direkrut. Untuk memberikan akses kepada seluruh peserta, penting untuk dipastikan bahwa klinik akan tetap buka pada akhir pekan.
2.8.1 Pemilihan Seed
Target penasun yang diberikan kupon pertama kali (selanjutnya disebut seed) adalah sekitar 8 orang. Seed yang direkrut adalah orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka harus mendukung tujuan dari program ini. Di samping itu seed ini diusahakan berasal dari orang dengan karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut misalnya umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status sosial dan ekonomi, dan sebagainya.
Pada awalnya dipilih sebanyak 8 seed namun bila dalam tenggat waktu survei sampel size belum terpenuhi bisa ditambahkan beberapa seed lagi. Seed akan dipilih oleh staf LSM yang menyediakan pelayanan kepada kelompok sasaran. Seed tersebut seharusnya dikenal baik dan diterima luas oleh kalangan mereka. Selain itu juga diharapkan bahwa yang dipilih adalah orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka harus mendukung tujuan dari program ini. Umumnya diusulkan kepada para anggota pekerja dari target populasi untuk bertindak sebagai seed. Dalam survei ini, 8 seed yang akan diberi kupon pertama kali akan dipilih di masing-masing lokasi. Setiap seed akan diminta untuk merekrut 3 penasun, sehingga para seed ini akan diberikan 3 kupon untuk diberikan kepada teman-teman sekomunitasnya sesama penasun yang berkenan untuk direkrut.
Seed diusahakan berasal dari berbagai kelompok umur dan tinggal di wilayah yang berbeda di kota yang disurvei serta dari latar belakang sosial ekonomi yang beragam. Sebagai contoh untuk pelaksanaan di Kota X, seed dipilih dari setiap daerah tongkrongan yang tersebar di seluruh wilayah Kota X. Karakteristik dari setiap seed di Kota X dapat dilihat seperti tabel berikut:
Sebaran Seed di Kota X menurut Wilayah Tongkrongan dan Karakteristik
Seed
Usia Jenis kelamin Status Pekerjaan
< 25 th > 25 th L P Mhs/
Pelajar Pekerja
Pengang-guran
24 STBP 2013 1 - - - - 2 - - - - 3 - - - - 4 - - - - 5 - - - - 6 - - - - 7 - - - - 8 - - - - 2.8.2 Rapat persiapan
Untuk menjamin proses perekrutan akan berlangsung cepat dalam target populasi, para seed dan para petugas dari LSM-LSM yang bersangkutan harus memahami tujuan dan metode survei dengan baik. Di setiap lokasi, seed-seed diundang bersama dengan beberapa petugas penjangkau LSM untuk pertemuan satu hari yang menjelaskan tujuan survei, kriteria yang memenuhi syarat dan prosedur perekrutan, standar ke-anoniman dan kerahasiaan, data perilaku dan biologis yang dikumpulkan, prosedur klinis, dan keuntungan bagi para peserta. Kepada seluruh yang direkrut akan dijelaskan bahwa survei ini akan diadakan untuk periode waktu yang singkat (tidak lebih dari 3 minggu) dan pemberian kupon akan selesai ketika ukuran sampel telah tercukupi.
STBP 2013 25 2.8.3 Mekanisme perekrutan responden
Sesudah para seed memahami prosedur survei dengan baik, seed-seed ini akan diwawancarai dan diambil spesimen biologisnya. Setelah tahapan ini selesai, mereka akan diberikan 3 (tiga) kupon perekrutan yang tidak dapat digandakan (kupon berwarna) yang diberi nomor dalam sebuah cara sedemikian rupa sehingga akan memungkin bagi para pelaksana survei untuk menelusuri jejak dari siapa merekrut siapa sehingga setelah survei selesai bisa dibuat diagram pohon untuk mengetahui hierarki perekrutan. Diagram pohon tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
2.8.4 Penomoran dan pengkodean kupon
Kupon akan membawa pesan netral yang tidak akan memungkinkan pengidentifikasian pemegang sebagai seorang Penasun tetapi akan merinci informasi tentang bagaimana menjangkau klinik (termasuk nomor telepon). Setiap kupon diberi kode 6 (enam) digit angka yaitu:
## (nomor seed)
# (nomor gelombang)
### (nomor urut responden perekrut)
Setiap perekrut akan menerima tiga kupon dengan penomoran yang identik, dan diminta untuk diberikan kepada 3 (tiga) teman sekomunitasnya yang direkrut untuk berpartisipasi sebagai responden berikutnya.
Seed 1 IDU 1 IDU 2 IDU 1 IDU 2 IDU 1 IDU 2 IDU 1 IDU 2 IDU 1 IDU 2 IDU 1 IDU 2 Seed 8 IDU 1 IDU 2 IDU 1 IDU 2 IDU 1 IDU 3 IDU 1 IDU 3 IDU 1 IDU 3 IDU 1 IDU 3 IDU 3 IDU 3 IDU 3 IDU 3 IDU 3 IDU 3 IDU 3 IDU 3 IDU 2
26 STBP 2013
CONTOH PENOMORAN
Nomor seed 1 akan diberikan 3 kupon, masing-masing dengan nomor: 010001
Jika seed 1 merekrut individu yang memiliki nomor urut responden 017, maka orang ini akan menerima 3 (tiga) kupon yang diberi nomor:
011017
Andaikan individu dari seed satu bernomor urut 017 tersebut membawa seseorang yang berpartisipasi dalam survei dengan nomor urut responden 034, orang ini akan
menerima 3 (tiga) kupon yang diberi nomor: 012034
Responden RDS akan diidentifikasi dengan nomor identifikasi RDS yang unik yang meliputi 9 digit yaitu:
Digit 1-2 menunjukkan nomor seed dengan isian 01, 02, 03, ...
Digit 3 menunjukkan nomor gelombang perekrutan, dengan isian 0,1, 2, 3, 4,... Digit 4-6 menunjukkan nomor urut responden dari perekrut
Digit 7-9 menunjukkan nomor urut responden yang direkrut
Penasun yang datang ke drop in center (DIC) ada kemungkinan sudah datang dan sudah diwawancara sebelumnya sehingga perlu dilakukan pengecekan duplikasi responden. Pengecekan dilakukan terhadap ciri-ciri fisiknya dengan sistem yang telah disiapkan.
2.8.5 Prosedur perekrutan
Perekrut disarankan untuk menemani yang direkrut ke klinik survei sehingga yang direkrut percaya diri ketika mengunjungi tempat yang tidak diketahui ini. Ini akan juga meminimalkan resiko perekrutan diluar dari jaringan-jaringan perorangan. Akan tetapi, beberapa dari perekrut bisa memilih untuk menunjukkan yang direkrutnya ke klinik survei tanpa menyertainya.
2.8.6 Pengelolaan survei
Seorang manager kupon akan mengelola kupon, membayarkan uang kepada peserta dan mengelola buku log kupon atau buku perjanjian jika diperlukan. Manager kupon akan menjaga buku tersebut dengan menyimpan buku RDS.
STBP 2013 27 Contoh dari buku log RDS yang diisi untuk seed nomor satu: (STBP13-RDS-1) Nomor seed …. 01 Tanggal perekrutan Nomor kupon yang ditunjukkan oleh responden Nomor urut responden Nomor kupon yang diberikan kepada responden Nomor urut yang direkrut 1 Nomor urut yang direkrut 2 Nomor urut yang direkrut 3 1 Oktober --- 001 010001 007 009 011 2 Oktober 010001 007 011007 2 Oktober 010001 009 011009 2 Oktober 010001 011 011011 012 3 Oktober 011011 012 012012 ….
Penyeleksi akan menyambut calon peserta. Dia akan mengecek bahwa yang direkrut belum berpartisipasi dalam survei, membawa kupon, dan memeriksa kriteria yang memenuhi syarat. Bila sudah sesuai penyeleksi akan merujuk orang ini ke pengawas untuk kemudian pengawas yang akan merujuk ke pewawancara yang ada.
Manajer kupon bertanggungjawab atas lalu lintas kedatangan calon peserta. Para peserta akan disarankan untuk menelepon sebelum datang (membuat perjanjian). Mereka yang menelpon akan diminta nomor kuponnya dan dicatat untuk waktu tertentu. Tingkat kehadiran (Return rate) akan dimonitor dalam buku perjanjian. Para peserta yang datang dengan perjanjian akan diwawancara lebih dahulu dari mereka yang datang tanpa perjanjian. Manajer Kupon akan mengevaluasi durasi waktu tunggu dan memberikan perjanjian untuk hari yang sama atau hari yang lain jika diperlukan.
Sesudah menyelesaikan wawancara dan pengumpulan spesimen biologis, peserta akan ke manager kupon dengan kartu RDS-nya. Manager kupon akan menulis nomor perekrutan RDS dari peserta yang direkrut dalam buku log RDS, melengkapi buku log pengelolaan kupon dengan memasukkan: nomor urut dari responden (3 digit terakhir dari PIN tersebut) yang akan dilaporkan baik dalam kolom yang berjudul “nomor urut responden” maupun dalam kolom yang berjudul “nomor urut yang direkrut 1, 2 (atau 3)”. Manajer kupon akan menyerahkan 3 kupon dan melaporkan nomornya dalam buku log pengelolaan kupon dan menjelaskan kepada seluruh yang direkrut bahwa survei akan diadakan untuk periode waktu yang singkat (tidak lebih dari 3 minggu) dan bahwa pemberian kupon akan berakhir ketika ukuran sampel telah tercukupi.
Manajer kupon akan menjelaskan kepada peserta tentang kriteria orang untuk dapat mengikuti kegiatan ini dan dijelaskan bahwa peserta diberi hak untuk menerima Rp. 20.000 untuk setiap orang yang direkrutnya telah diambil data perilaku dan data biologisnya (maksimum 3).
28 STBP 2013
Peserta akan diberitahu bahwa mereka dapat datang bersama dengan orang yang direkrutnya tetapi ongkos transpornya tidak akan dibayar. Mereka akan diberitahukan untuk membawa kartu RDS-nya untuk mengklaim pembayaran haknya. Mereka disarankan untuk menelepon dalam membuat perjanjian, supaya tidak harus menunggu untuk waktu yang lama. Akhirnya mereka akan diinformasikan bahwa proses perekrutan akan berakhir ketika besarnya sampel sudah tercukupi.
Manager kupon akhirnya akan membuka buku log pembayaran untuk mencatat kode dan proses pembayaran baik kepada perekrut maupun kepada yang direkrut. Pembayaran kepada perekrut tidak akan diproses sebelum yang direkrut telah menyelesaikan keikutsertaannya pada survei. Perekrut harus memberikan kartu RDS-nya untuk klaim pembayaran. Buku log pembayaran akan merinci lembar independen untuk masing-masing seed dan yang direkrut berikutnya. Buku log pembayaran akan dikelola sebagai berikut:
Buku log akutansi: Contoh untuk nomor seed 1
Nomor seed:…..01
Tanggal Nomor urut
penerima Ongkos transpor dan partisipasi: 30.000 Biaya perekrutan: 20.000 Nomor urut yang direkrut 1 Oktober 001 2 Oktober 001 007 2 Oktober 007 2 Oktober 001 009 2 Oktober 009 2 Oktober 001 011 2 Oktober 011 3 Oktober 011 012 3 Oktober 012 2.8.8 Target Sampel
Target sampel pengumpulan data perilaku penasun untuk setiap kota terpilih adalah 250 responden per grup dengan waktu pelaksanaan sekitar 3 (tiga) minggu. Jika sebelum 3 (tiga) minggu target 250 kuesioner telah terpenuhi maka pengumpulan data perilaku selesai. Akan tetapi, jika dalam kurun waktu 3 (tiga) minggu target sampel 250 responden belum terpenuhi maka pengumpulan data perilaku tetap dilanjutkan sampai mendapatkan target sampel sebanyak 250 responden.
STBP 2013 29 2.8.9 Mekanisme Wawancara
Wawancara dilakukan secara tatap muka langsung antara petugas wawancara dengan responden. Kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data perilaku penasun adalah STBP13-penasun. Wawancara dilakukan di DIC (drop in center).
STBP 2013 31 Lanjutan Tabel Angka Random
32 STBP 2013
Bab 3 Organisasi Lapangan
3.1 PendahuluanSTBP merupakan sebuah kegiatan berkala dua atau tiga tahunan dan bersifat nasional sehingga dibutuhkan sebuah pedoman baku untuk menjamin seluruh kegiatan berjalan sesuai rencana. Pada pelaksanaan STBP 2013 ini dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan jajarannya yang didukung Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, UPT Ditjen P2PL. Pedoman ini ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada pelaksana kegiatan tentang struktur organisasi, tugas dan fungsi, kriteria pelaksana kegiatan, serta alur dan pelaksanaan STBP.
3.2 Tujuan Pedoman Pengorganisasian Lapangan
1. Memberikan pemahaman tentang struktur organisasi STBP 2013.
2. Memberikan pemahaman tugas dan fungsi setiap komponen di struktur organisasi STBP 2013
3. Memberikan pedoman kriteria pelaksana pada setiap komponen di struktur organisasi STBP 2013.
4. Memberikan pedoman tentang alur dan pelaksanaan STBP 2013
3.3 Struktur Organisasi STBP 2013
Kegiatan STBP 2013 berada dibawah tanggungjawab dan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI Dirjen P2PL c.q. Direktorat P2ML. Pada pelaksanaannya,
STRUKTUR ORGANISASI STBP 2013
`
Garis Koordinasi dan Tanggung Jawab Penanggung Jawab Nasional
Kementrian Kesehatan Dirjen P2PL CQ Direktorat P2ML Penanggung Jawab Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan) Penanggung Jawab Provinsi
(Dinas Kesehatan)
Laboratorium
Koordinator Lapangan
STBP 2013 33 pelaksana nasional dibantu oleh tim pelaksana harian nasional yang terdiri dari Subdit AIDS dan PMS selaku pelaksana harian di tingkat nasional, Koordinator Pelaksanaan STBP, Koordinator Teknis, Spesialis Survei, Spesialis Biologis, Manajer Data, dan Logistik.
Pada pelaksanaan di tingkat provinsi, Koordinator Lapangan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi melalui Pelaksana Harian Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui Pelaksana Harian Kabupaten/Kota. Dalam pelaksanaan tugasnya, Korlap harus berkordinasi dan mendapatkan persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kab-Kota terkait dengan pelaksanaan STBP 2013 ini. Pada saat pengumpulan data STBP 2013 di lokasi terpilih, Koordinator Lapangan akan dibantu oleh pengawas dan tim pengumpul data yang anggota timnya bervariasi sesuai dengan metodologi data yang akan dikumpulkan.
3.4 Tugas dan Fungsi 3.4.1 Tingkat Nasional
a. Pengarah
Pengarah adalah Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) yang bertanggung jawab terhadap kegiatan STBP 2013 secara keseluruhan.
b. Penanggungjawab
Di tingkat pusat, penanggungjawab kegiatan STBP 2013 adalah Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kemenkes RI. Dalam pelaksanaan
Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Laboratorium Koordinator Lapangan Pengawas WPS, Pria, Waria Tim WPS Pewawancara (4) Pengambil Spesimen Biologis (1) Tim Pria Pewawancara (4) Pengambil Spesimen Biologis (1) Tim Waria Pewawancara (4) Pengambil Spesimen Biologis (1) Pengawas RDS Tim Penasun Penyeleksi (1) Pewawancara (2) Pengambil Spesimen Biologis (1) Manajer Kupon (1) Tim LSL Penyeleksi (1) Pewawancara (2) Pengambil Spesimen Biologis (1) Manajer Kupon (1) Pengawas Remaja dan Narapidana Tim Remaja (5 Tim) Pewawancara (2) Tim Narapidana Pewawancara (2) Pengambil Spesimen Biologis (1) Struktur Organisasi STBP 2013
Pelaksana di Tingkat Provinsi
Garis Koordinasi Garis Koordinasi
34 STBP 2013
kegiatan STBP 2013 sehari-hari berada di Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) yang didukung dan dilaksanakan oleh Subdit AIDS dan PMS.
c. Pelaksana Harian Nasional
Pelaksana harian nasional STBP 2013 adalah Subdit AIDS dan PMS, yang akan melaksanakan dan bertanggungjawab terhadap semua pelaksanaan kegiatan STBP 2013. Tugas pelaksana harian nasional:
1. Bertanggungjawab kepada Penanggungjawab Nasional tentang pelaksanaan STBP 2013
2. Bertanggungjawab untuk pelaksanaan STBP 2013 supaya berjalan sesuai dengan perencanaan dan pedoman.
a) Memastikan bahwa metodologi pengambilan sampel sesuai dengan pedoman
b) Memastikan bahwa jumlah responden yang dibutuhkan dalam STBP dapat dicapai
c) Melakukan supervisi terhadap berjalannya STBP 2013 di lokasi survei d) Memastikan pelaksanaan pengiriman kuesioner dan sampel biologis sesuai
dengan rencana
e) Memastikan pengelolaan data berjalan sesuai dengan rencana dan pedoman 3. Bertanggungjawab untuk pengelolaan laporan STBP 2013 dan mendiseminasikan
hasil laporan kepada pihak terkait.
4. Bertanggungjawab untuk kegiatan yang bersifat administrasi dan pendokumentasian
Dalam pelaksanaan kegiatan STBP 2013 ini, Subdit AIDS dan PMS akan didukung oleh suatu tim yang bertugas untuk mengkordinir pelaksanaan STBP mulai dari persiapan, pelaksanaan pengumpulan data, pengelolaan data, analisis, penulisan laporan dan diseminasi hasil. Oleh karena itu, tim akan berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk
a) Memastikan pelaksanaan pelatihan berjalan dengan baik disetiap kabupaten/kota terpilih
b) Memastikan seluruh alat yang dibutuhkan dalam STBP 2013 didistribusikan dan diterima dengan baik oleh setiap kabupaten/kota terpilih, bekerjasama dengan logistik
c) Memastikan seluruh kabupaten/kota terpilih sudah mempunyai sumber daya yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan STBP 2013
d) Memastikan seluruh kabupaten/kota mempunyai rencana pelaksanan STBP
Tim pendukung tersebut adalah sebagai berikut: c.1. Koordinator Pelaksanaan STBP
Yaitu orang yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan STBP ini. Tugas Koordinator pelaksanaan STBP adalah:
a) mengkordinasikan penyiapan STBP mulai dari perencanaan, penyiapan pedoman, kuesioner, penyelenggaraan ToT, penyelenggaraan pelatihan, pengambilan data,
STBP 2013 35 pengiriman dokumen dan spesimen, pelaksanaan manajemen data, penulisan laporan dan diseminasi hasil.
b) memastikan dan mengkoordinir terkait dengan logistik untuk memastikan kecukupan bahan-bahan yang dibutuhkan dan dalam keadan baik.
c) mengkoordinir dan memastikan dana diterima sesuai dengan kebutuhan survei d) mengkoordinir dan memfasilitasi hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan STBP 2013 e) mengkoordinir bagian spesialis logistik dan spesialis biologis dalam pelaksanaan
tugas hariannya.
c.2. Koordinator Teknis
Merupakan ahli yang bertanggungjawab atas kegiatan STBP mulai dari perencanaan dan pelaksanaan, termasuk didalamnya penentuan metodologi, sampling, dan analisa data. Tugas Koordinator teknis adalah:
a) Mempersiapkan pedoman STBP 2013
b) Melakukan pelatihan tentang pelaksanaan STBP kepada instruktur nasional, dinas kesehatan provinsi, dan koordinator lapangan
c) Bertanggungjawab membantu pelaksana ditingkat provinsi/kota/kab dalam menjelaskan hal-hal terkait dengan metodologi dan sampling
d) Bekerjasama dengan Pelaksana Harian Nasional, Provinsi dan Kab/kota untuk memastikan pelaksanaan STBP sesuai dengan pedoman dan perencanaan
e) Melakukan supervisi terhadap proses pelaksanaan STBP 2013
f) Bertanggungjawab secara teknis terhadap pelaksanaan STBP 2013 mulai dari perencanaan, ToT, pelatihan, mapping dan listing, pengumpulan data, analisa data, dan diseminasi hasil
c.3. Spesialis Survei
Merupakan ahli yang bertanggungjawab untuk penerapan dan perencanaan survei di lokasi terpilih. Tugas spesialis survei:
a) Mempersiapkan modul pelatihan untuk pengawas dan pewawancara b) Mempersiapkan dan mengkordinir pelaksanaan ToT
c) Mempersiapkan tenaga pelatih untuk pelatihan STBP 2013, khususnya pada bagian wawancara kepada instruktur nasional, dinas kesehatan provinsi, dan koordinator lapangan.
d) Bertanggungjawab untuk membantu pelaksana ditingkat provinsi/kota/kab dalam menjelaskan hal-hal terkait dengan isi kuesioner perilaku.
e) Melakukan supervisi untuk memastikan pemahaman kuesioner pengawas dan pewawancara adalah sama
36 STBP 2013
c.4. Spesialis Biologis
Merupakan ahli yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan pengambilan dan pemeriksaan sampel biologis di lokasi terpillih. Tugas Spesialis Biologis:
a) Mempersiapkan modul pelatihan bagi petugas spesimen biologis dan laboratorium b) Melakukan pelatihan kepada pengambil spesimen biologis dan petugas
laboratorium dan instuktur nasional yang akan bertanggungjawab dengan pengambilan sampel biologis.
c) Bekerjasama dengan logistik, menyiapkan dan memastikan kelengkapan paket pengambilan sampel biologis dan bahan habis pakai sesuai dengan rencana, baik menurut lokasi dan kelompok sasaran
d) Bertanggungjawabmembantu tingkat provinsi/kota/kab dalam menjelaskan hal-hal terkait dengan kegiatan pemeriksaan biologis dan memastikan pemahaman dan pelaksanaan pengambilan sampel biologis sesuai dengan prosedur.
e) Memastikan seluruh petugas yang berhubungan dengan pemeriksaan biologis mempunyai pemahaman dan kemampuan yang sama
f) Mengirimkan spesimen biologis kepada Litbangkes
g) Memastikan pelaksanaan quality control spesimen biologis sesuai dengan pedoman.
h) Meminta hasil pemeriksaan spesimen biologis dari Litbangkes, dan menyerahkannya kepada Manajer Data
i) Bekerjasama dengan Manajer Data dalam pengelolaan hasil pemeriksaan biologis.
c.5. Manajer Data
Merupakan tim ahli yang bertanggungjawab untuk manajemen data STBP 2013. Tugas Manajer Data adalah:
a) Membuat entri data yang dibutuhkan STBP 2013
b) Bekerjsama dengan Pelaksana Harian Nasional untuk memastikan alur pengiriman kuesioner berjalan sesuai rencana
c) Mendokumentasikan seluruh dokumen (kuesioner, hasil pemeriksaan biologis, formulir terkait STBP dan formulir pelaksanaan supervisi).
d) Berkordinasi dengan Spesialis Survei dan Spesialis Pemeriksaan Biologis dalam proses menyatukan data perilaku dan biologis yang dikumpulkan dalam STBP e) Memimpin proses entri data dan memastikan petugas entri data melakukan proses
sesuai dengan prosedur
f) Bertanggungjawab untuk pembersihan data