• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: ICA MULIANI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: ICA MULIANI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh: ICA MULIANI

105450001115

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

(Ica Muliani)

Kuperuntukkan Karya ini untuk:

Kedua orang tuaku, adekku, dan sahabat terhebat,

yang meraih tanganku saat aku terjatuh.

Keikhlasan dan doa merekalah sehingga penulis

dapat mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(7)

Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Adam dan pembimbing II Nur Alim Amri.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Penggunaan Media Audio Visual Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Penggunaan Media Audio Visual Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Reaserch) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus di laksanakan sebanyak dua kali pertemuan.prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar sebanyak 18 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Penggunaan Media Audio Visual Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Peningkatan kemampuan menyimak menekankan pada perkembangan bahasa anak yang meliputi 3 indikator menyimak.mampu melakukan perintah secara sederhana, mampu menjawab pertanyaansecara sederhana (apa, siapa dan dimana), menceritakan kembali apa yang didengarnya dengan kosakata terbatas.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Penggunaan Media Audio Visual Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Mengalami peningkatan.

(8)

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakkili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari deretan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Mustata dan Ma’ani yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Kepada saudaraku Fajriatul Koriah, Pipit Anggriani, dan yang telah berjuang membantu penulis dalam proses pencarian ilmu. Kepada kakak Sepupu Fikratul Akbar, Fariah, Anita, Nursaedah dan Aburrahman. Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada para keluarga yang tak hentinya

(9)

motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada; bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E.,M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan bapak Tasrif Akib, S.Pd.,M.Pd., ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru RA Gerhana Alauddin, dan Sitti Suriani S.Pd.I selaku guru kelompok B di TK tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat seperjuanganku Afia, Jumriani, Fitri, Ani (Sahabat Hijrah), Rusnaningsih Arif Munandar, M.Haryanto, Nurdina, Fitriyani, Murni, Suci Anggriani S.Pd, Nurfadiatu S.T, Ayu Aryani S.Pd, dan Desi Tamsi Putri, yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, teman-teman terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Angkatan 2015 atas segala

(10)

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikkan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, November 2019

(11)

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penilitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Pustaka... 8

1. Kemampuan Basaha Anak Usia Dini ... 8

a. Aspek-aspek Kemampuan Bahasa ... 8

(12)

c. Tujuan Menyimak Anak Usia Dini... 12

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak ... 14

e. Indikator Kemampuan Menyimak ... 15

3. Metode Bercerita ... 16

a. Pengertian Bercerita... 16

b. Manfaat Metode Bercerita ... 19

c. Tujuan Bercerita ... 21

4. Media Audio Visual ... 22

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 22

b. Manfaat Media Pembelajaran ... 22

c. Pengertian Audio Visual... 23

d. Manfaat Audio Visual... 24

e. Jenis-jenis Audio Visual ... 25

f. Langkah-langkah Metode Bercerita ... 26

B. Kerangka Pikir... 27

C. Hipotesis... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian... 30

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30

(13)

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 44

2. Motivasi Anak Untuk Menyimak Cerita ... 45

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 46

4. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 57

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Simpulan... 69

B. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

anak melalui metode cerita ... 37

3.2 Rubrik Penilaian kemampuanMenyimakdalam Perkembangan Bahasa... 38

3.3 Kategori Kemampuan Menyimak ... 41

4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Menyimak Siklus I ... 53

(15)

3.1 Prosedur Penelitian... 31 4.1 Gambar Grafik Hasil Kemampuan Menyimak Pada Siklus I ... 54 4.2 Gambar Grafik Hasil Kemampuan Menyimak Pada Siklus II... 64

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan anak pada rentang usia 0-6 tahun. Pada usia tersebut sangat menentukan bagi anak mengembangkan seluruh potensi. Anak usia dini adalah individu unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,sosial, emosional, kreativitas, Bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahap yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Anak usia juga di sebut usia emas atau golden Age dan setelah berkembang dengan optimal apabila distimulasi atau diberi rangsangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya.

Pendidikan anak usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Dan menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Anak Usia Dini di Indonesia tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan merupakan prasyaratan untuk mengikuti

(17)

pendidikan dasar” , lebih lanjut pada Bab 1, pasal 1, butir 14 dijelaskan di bawah ini :

‘’Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini atau biasa disebut STPPA adalah kriteria tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni dan kreativitas.

Bahasa merupakan lambang bunyi yang melambangkan pikiran, persaan, serta sikap manusia dalam mengadakan hubungan dengan orang lain. Bahasa anak adalah bahasa yang di pakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005: 8). Anak pada umumnya memakai bahasa dalam kehidupannya untuk memenuhi, keinginan individu anak itu sendiri. Bahasa anak usia dini perlu difasilitasi agar perkembangan bahasanya berkembang secara optimal.

Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia dini karena bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi sehingga anak dapat mengekspresikan ide, pikiran, dan perasaannya kepada orang lain. Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi dalam empat aspek yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan

(18)

aspek-aspek tersebut seseorang akan lebih mudah untuk melakukan interaksi dengan sesama sekaligus akan lebih mudah untuk mendapatkan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Dari keempat aspek tersebut, kemampuan menyimak merupakan kemampuan paling awal sebelum anak bisa berbicara, membaca, dan menulis.

Pengertian menyimak menurut Russel & Russell (Henry Guntur Tarigan, 2008: 30) merupakan kegiatan mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar, terlihat bahwa masih terdapat masalah yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan Menyimakpada anak.

Hal itu dapat terlihat dari beberapa indikasi sebagai berikut:1. sebagian besar anak tidak memperhatikan guru jika guru memberikan pelajaran dimana terlihat masih banyak anak-anak bercerita dan bermain sendiri ketika guru sedang menyampaikan materi pelajaran.2. anak kurang merespon pertanyaan yang di ajukan guru jika pelajaran diberikan.

Pada saat pembelajaran berlangsung, penggunaan metode bercerita belum secara optimal digunakan guru, dimana strategi dan teknik bercerita belum sesuai penerapannya. Selama ini guru dalam menyampaikan cerita, masih dalam bentuk

(19)

metode ceramah sehingga anak terlihat bosan. Pembelajaran hanya berfokus pada aspek perkembangan yang lebih menitikberatkan pada aspek perkembangan kognitif dan motorik halus. Dalam kegiatan menyimak guru hanya menggunakan gambar yang ada di LKA sebagai media, belum terdapat media yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam bercerita. Hal ini membuat anak menjadi lebih memilih berbicara dengan teman sebangkunya daripada melihat gambar yang ada di LKA. Selain itu motivasi dari diri anak sendiri untuk melakukan kegiatan pembelajaran juga masih rendah. Hal ini penerapan metode cerita melalui penggunaan media Audio Visual, yang dimana media audio visual terdapat dua unsur yaitu unsur gambar dan unsur melihat. cerita yang diambil haruslah cerita yang terkait dengan dunia anak, kegiatan diusahakan dapat memberikan perasaan gembira dan lucu. Moeslichatoen, (1996:152) menjelaskan tentang pengertian metode bercerita.

“Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak usia dini mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian pendidikan anak usia dini. Bagi anak usia dini mendengaran cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasikkan. Guru anak usia dini yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan di luar sekolah.”

Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk di hayatidan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari memberi pengalam belajar dengan menggunakan metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan pengetahuan kognitif, afektif, maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih untuk

(20)

mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu memberikan pemikiran-pemikarn yang baru berdasarkan apa yang di dengarkannya. Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang di dengar dengan apa yang di pahami.

Dari permasalahan di atas, menjadi pendorong utama untuk melakukan penelitian dengan judul. “ Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Penggunaan Media Audio Visual Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar”. Alasan peneliti menggunakan metode Bercerita dengan Penggunaan Media Audio Visual yaitu jenis media ini Auditif (Mendengar) dan Visual (Melihat), Gambar yang di tampilkan di Audio Visual dapat menarik perhatian anak sehingga kemampuan Menyimak pada anak meningkat. Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, guru menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan menggunakan media yang lebih kreatif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah peneliti ini adalah: “Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan penggunaan Media Audio Visual pada anak Kelompok B diRA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar?

(21)

C. Tujuan Masalah

Tujuan dari penelitian ini, adalah: “Untuk meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan penggunaan Media Audio Visual pada anak Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan Tamalate Kota Makassar?

D. Manfaat Masalah 1. Manfaat Teoritis

a. untuk menambah referensi, bahan literatur atau pustaka, tentang cara meningkatkan kemampuan menyimak pada anak TK.

b. untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa dan memperkaya khazanah penelitian tentang cara meningkatkan kemampuan menyimak pada anak TK.

2. Manfaat Praktis

a. bagi peserta didik, anak akan lebih baik mendengarkan percakapan yangdisajikan oleh guru, menambah kemampuan anak untuk menyimakperkataan orang lain bertambah baik dan anak menjadi senang, aktif dan kreatif

b. bagi guru, Guru dapat menganalisis masalah dan menemukan penyebabnya, memperoleh metode yang benar untuk karakteristik anak usia dini serta meningkatkan kreatifitas guru dalam kegiatan pembelajaran.

c. Bagi pembaca d. Bagi peneliti

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Kemampuan bahasa anak usia dini a. Aspek-aspek kemampuan bahasa

Seseorang dapat dikatakan terampil berbahasa dengan baik, apabila orang itu mampu menguasai beberapa aspek dalam bahasa dengan sama baiknya. Martini Jamaris (dalam Indah 2017: 13) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun.Beberapa karakteristik kemampuan bahasa tersebut antara lain:

“Karakteristik kemampuan bahasa a. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.b.Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus). c. Anak usia 5-6 sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik.d.Dapat nerpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menganggapi pembicaraan tersebut.e.Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya dan orang lai, serta apa yang dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bukan berpuisi.”

Dari karakteristik di atas, maka akan terlihat jelas kemampuan bahasa yang harus dimiliki anak pada usia tersebut. Setiap anak tumbuh dan kembang secara berbeda. Ada kemungkinan perkembangan bahasa bisa lebih cepat dari rentang usia yang di sebutkan atau bahkan lebih lambat dari rentang tersebut. Berbagai faktor mampu mempengaruhi laju perkembangan bahasa anak, misalnya tingkat intelegensi bawaan dan paparan interaksi sosial.

(23)

Nurjamal dkk., (dalam Indah 2017: 13) mengemukakan kemampuan berbahasa terdiri dari empat aspek yaitu:

“a. Menyimak, merupakan kemampuan yang pertama kali yang dikuasai oleh anak. Anak sudah mulai belajar menyimak sejak dalam kandungan. Proses belajar menyimak terus-menerus dilakukan dengan mendengarkan ataupun merekam kata-kata yang didengarnya dalam kehidupan sehari-hari, b.Berbicara, merupakan kemampuan yang harus dikuasai setelah anak belajar menyimak. Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Anak sebaiknya memperbanyak aktivitas menyimak dan membaca supaya dapat berbicara dengan baik. c.Membaca merupakan kemampuan setelah anak belajar menyimak dan berbicara. Menyimak dan membaca merupakan aktivitas yang merupakan kunci dimana anak dapat mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan. d. Menulis merupakan kemampuan akhir dalam kemampuan berbahasa. Anak akan belajar menulis setelah anak belajar menyimak, berbicara dan membaca. Membaca dan menulis mempunyai hubungan yang sangat erat. Pada saat anak belajar menulis, secara tidak langsung anak akan belajar membaca.”

1) Menyimak yang di maksud di atas di mana kemampuan yang pertama kali yang dikuasai oleh anak. Anak sudah mulai belajar menyimak sejak dalam kandungan. Proses belajar menyimak terus-menerus dilakukan dengan mendengarkan ataupun merekam kata-kata yang didengarnya dalam kehidupan sehari-hari. Anak belajar berbicara melalui proses mendengarkan, tepatnya mengulang ucapan sebuah kata bermakna yang sederhana. Proses pembelajaran berbahasa mulai dari menyimak sampai dengan berbicara awal merupakan proses alamiah-universal. Hal itu berarti bahwa anak mengalami proses pembelajaran menyimak-berbicara dari orang disekelilingnya.

2) Berbicara merupakan kemampuan yang harus dikuasai setelah anak belajar menyimak. Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Anak sebaiknya memperbanyak aktivitas menyimak dan membaca

(24)

supaya dapat berbicara dengan baik. Selain itu, cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa anak-anak adalah menyisihkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak. Anak-anak belajar kata-kata baru dengan mendengar kata-kata atau pembicaraan orang dewasa atau anak lain.

3) Membaca merupakan kemampuan setelah anak belajar menyimak dan berbicara. Menyimak dan membaca merupakan aktivitas yang merupakan kunci dimana anak dapat mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan. Pengembangan minat dan kebiasaan membaca yang baik harus dimulai sedini mungkin pada anak-anak.

4) Menulis merupakan kemampuan akhir dalam kemampuan berbahasa. Anak akan belajar menulis setelah anak belajar menyimak, berbicara dan membaca. Membaca dan menulis mempunyai hubungan yang sangat erat. Pada saat anak belajar menulis, secara tidak langsung anak akan belajar membaca.

b. Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini

Dalam membahas fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak, dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Hal ini, terutama ditujukan pada fungsi secara langsung pada anak itu sendiri. Ada beberapa sumber yang telah mencoba memberikan penjabaran dari fungsi bahasa anak taman kanak-kanak, di antaranya menurut Depdiknas (2000), fungsi pengembangan bahasa bagi anak prasekolah adalah:

“Fungsi pengembangan bahasa bagi anak prasekolah a.Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan b.Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan inteletual anak c.Sebagai alat untuk mengembangkan eksperi

(25)

anak dan d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.”

Dari penjelasan fungsi pengembangan bahasa bagi anak prasekolah yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan baik dengan lingkungan keluarga maupun di masyarakat, selain sebagai alat untuk berkomunikasi fungsi pengembangan bahasa juga dapat di katakan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan inteletual anak dan sebagai alat untuk menyatakan perasaan anak kepada orang lain.

2.KemampuanMenyimakanak usia dini a. Pengertian KemampuanMenyimak

Menurut kamus besar bahasa indonesia (pusat bahasa, 2008) menyimak adalah mendengarkan (memperlihatkan) baik-baik apa yang di ucapkan atau di baca orang.

H. G Tarigan dan Djago Tarigan dalam Astawan (2013) menyatakan, keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu : “a. Keterampilan mendengar, untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan b. Keterampilan berbicara, untuk mengungkapkan diri secara lisan c. Keterampilan membaca, untuk memahami bahasa yang diungkapkan secara tertulis d. Keterampilan menulis, untuk mengungkapkan diri secara tertulis.”

Keterampilan mendengar (maharah al-istima/listening skill) adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diajarkan oleh mitra bicara atau media tertentu. Kemampuan ini sebenarnya dapat dicapai dengan latihan yang terus menerus untuk mendengarkan perbedaan-perbedaan bunyi unsur-unsur kata (fonem) dengan unsur-unsur lainnya menurut

(26)

makraj huruf yangbetul baik langsung dari penutur aslinya (al-nathiq al-ashli)

maupun melalui rekaman.

Menyimak adalah suatu keterampilan yang hingga sekarang agak diabaikan dan belum mendapat tempat yang sewajarnya dalam pengajaran bahasa. Masih kurang sekali materi buku teks dan sarana lain, seperti rekaman yang digunakan untuk menunjang tugas guru dalam pengajaran mendengar untuk digunakan di Indonesia.

Sebagai salah satu keterampilan reseptif, keterampilan menyimak menjadi unsur yang harus lebih dahulu dikuasai oleh pelajar. Memang secara alamiah pertama kali manusia memahami bahasa orang lain lewat pendengaran, maka dalam pandangan konsep tersebut, keterampilan bahasa Asing yang harus didahulukan adalah mendengar. Sedangkan membaca adalah kemampuan memahami yang berkembang pada tahap selanjutnya.

b. Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini

Manyimak ada berbagai macam jenis, namun beberapa jenis tersebut di bedakan berdasarkan kriteria tertentu, yakni berdasarkan sumber suara, berdasarkan bahan simak dan berdasarkan pada titik pandang aktivitas menyimak. Retno,(dalam Sarifah 2018:10), sebagai berikut.

1. Berdasarkan Sumber Suara

Berdasarkan sumber suara yang di simak, dikenal dua jenis nama penyimak, yaitu intrapersonal listening (menyimak intra pribadi) dan interpersonal listening (menyimak antar pribadi). Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi disaat seseorang menyendiri merenungkan nasib diri, menyesali

(27)

perbuatan sendiri atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara yang di simak dapat pula berasal dari diri luar penyimak. Menymak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan,misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak seperti ni disebut interpersonal listening.

2. Berdasarkan Cara Menyimak

Berdasarkan cara menyimak, dibagi menjadi dua ragam, yakni menyimak intensif dan ekstensi.

a) Menyimak intensif, menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan da ketelitian, sehingga penyimak memahami secara mendalam.

b) Menyimak ekstensif, menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang di lakuakan dalam kehidupan sehari-hari seperti; menyimak radio, televisi, percakapan orang dipasar, pengunguman dan sebagainya. Menyimak di akhiri dengan kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang di pahami secara lisan maupun tulis.

c. Tujuan Menyimak Anak Usia Dini

Menyimak merupakan kemampuan bahasa yang bersifat reseptif untuk memperoleh informasi yang disampaikan secara lisan untuk mencapai suatu tujuan.Kegiatan menyimak dilakukan dengan tujuan dan maksud tertentu. Logan dan Shrope (dalam Indah, 2017:20) membagi tujuan menyimak menjadi 8 yaitu :

(28)

1. Menyimak untuk belajar

Menyimak untuk belajar yang dimaksudkan adalah menyimak dengan tujuan utama untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara.

2. Menyimak untuk menikmati

Menyimak untuk menikmati yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).

3. Menyimak untuk mengevaluasi

Menyimak untuk mengevaluasi yaitu menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logistak logis, dan lain-lain).

4. Menyimak untuk mengapresiasi

Menyimak untuk mengapresiasi yaitu menyimak agar dapat menikmati dan menghargai sesuatu yang disimaknya (misalnya, pembicaraan, cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).

5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide

Menyimak dalam hal ini bertujuan agar orang yang menyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaan kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi

Menyimak dalam hal ini bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana unyi yang membedakan arti (distingif), mana bunyi yang tidak

(29)

membedakan arti, biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

7. Menyimak untuk memecahkan masalah

Menyimak dalam hal ini bertujuan agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

8. Menyimak untuk menyakinkan

Menyimak dalam hal ini bertujuan untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan, dengan perkataan lain dia menyimak secara persuasif.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, pengetahuan serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran. Namun tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan menyimak pada anak adalahfaktor fisik, faktor ini berkaitan dengan telinga anak. Telinga yang kurang sehat karena penyakit atau ketuaan akan mempengaruhi proses mendengarkan.Tarigan, (1986: 99-107) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapatmempengaruhi keberhasilan menyimak.

“faktor yang dapatmempengaruhi keberhasilan menyimak yaitu faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, dan yang lainnya. Telinga yang kurang sehat karena penyakit atau ketuaan akan mempengaruhi proses mendengarkan. Begitu juga bila kita berprasangka

(30)

buruk atau kurangnya simpati terhadap pembicara; egois terhadap masalah pribadi; berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan; kebosanan atau kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan; dan sikap tidak senang terhadap pembicara akan mempengaruhi proses mendengarkan”.

Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas terhadap isi pembicaraan dan ditambah dengan penguasaan kosa kata yang lebih akan dapat melakukan proses mendengarkan dengan baik. Sikap sikap menerima atau sikap menolak akan mempengaruhi proses menyimak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif. Apabila seseorang yang memiliki motivasi yang kuat untuk mengerjakan sesuatu, maka dapat diharapkan hasilnya sangat memuaskan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. Dalam proses menyimak kita melibatkan sistem penilaian diri. Bila kita menilai bahwa isi pembicaraan itu berharga bagi kita, maka kita akan bersemangat mendengarkannya.

e. Indikator Kemampuan Menyimak

MenurutPermen Nomor 146 Tahun 2014 Pengembangan Kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini kemampuan menyimak pada anak Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut:

1. Anak mampu melakukan perintah secara sederhana anak mampu 2. menjawab pertanyaan secara sederhana (apa, siapa dan dimana) 3. Menceritakan kembali apa yang didengarnya dengan kosakata terbatas

(31)

3. Metode Bercerita a. Pengertian Bercerita

Metode bercerita menurut Moeslichatun dalam Bachtiar S. Bachri (2005: 10) adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanakkanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan.

Menurut Mustakim M. Nur Mustakim (2005: 20) metode bercerita dapat digunakan untuk mengajarkan daftar informasi yang panjang, terutama untuk mengingat urutan tertentu dengan menggunakan asosiasi setiap bagian seperti sebuah rantai. Pendapat lain mengenai pengertian metode bercerita dikemukakan oleh

Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 6.5), yaitu cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Menurut(Novi mulyani, 2016:146). “metode bercerita adalah suatu kegiatan yang di lakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang biasa di lakukan secara lisan atau tertulis”.“ Cara penurutan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga”.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode bercerita merupakan suatu upaya pemberian pengalaman belajar dari guru kepada anak melalui cerita yang disampaikan secara lisan agar anak memahami isi pesan atau informasi yang disampaikan guru.Dalam penelitian ini metode bercerita digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak salah satunya kemampuan menyimak.

(32)

Adapun beberapa macam tehnik bercerita menurut Moeslichatoen, (2004:137). yang dapat di pergunakan antara lain guru dapat membaca langsung dari buku, bercerita dengan menggunakan ilustrasigambar dari buku, dan menceritakan dongeng,

a. Membaca langsung dari buku cerita

Salah satu teknik bercerita yang umumnya digunakan oleh orang tua kepada anaknya adalah membacakan buku cerita. Meskipun konvensional, cara ini masih sangat ampuh untuk membuat anak penasaran dengan isi buku yang dibaca.Dengan begitu, anak akan termotivasi untuk belajar membaca. Selanjutnya, anak akan tertarik untuk membaca karena merasa akan menemukan hal-hal baru dari buku tersebut. Anak akan memiliki memori membaca buku cerita sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan.Kesulitan dari pelaksanaan teknik ini adalah pencerita kurang bisa berimprovisasi. Biasanya, pencerita dalam hal ini orang tua atau guru akan sulit mengembangkan cerita karena terpaku pada alur cerita yang tertulis di buku.Keuntungannya adalah anak memperoleh kosakata baru dari cerita yang dibacakan. Biasanya, sarana tulis seperti buku memiliki ragam bahasa yang lebih terstruktur daripada lisan. Kosakata yang dihadirkan juga lebih formal sehingga menambah pengalaman baru bagi anak.

b. Bercerita dengan Ilustrasi Gambar

Bila cerita yangdisampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dngan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka tehnik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. mendengarkan cerita

(33)

tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih bsar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar.

c. Menceritakan Dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk ksenian yang paling lama. Mendoneng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-psan kebajikan kepada anak. Oleh karena iyu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak.

d. Bercerita dengan barang-barang di sekitar

Teknik bercerita berikutnya yang cukup mudah, yaitu dengan bantuan barang-barang disekitar. Misalnya menggunakan sepatu, botol minum, keran cuci tangan, baju, atau benda benda lainnya yang ada di sekitar anak. Bercerita dengan bantuan benda-benda sekitar sekaligus mengajarkan kearifan lokal kepada anak Anda.Manfaat lainnya adalah membiasakan anak untuk hidup dengan teratur dan mencintai lingkungan. Misalnya, membiasakan anak untuk meletakkan sepatu pada tempatnya setelah pulang sekolah. Anda dapat berpura-pura menjadi sepatu yang menangis karena tidak disimpan dengan baik oleh pemiliknya.

Itulah beberapa teknik bercerita yang dapat Anda praktikkan agar anak tertarik mendengarnya. Sebetulnya, setiap anak pasti senang dengan cerita atau dongeng.Dongeng memang memiliki manfaat untuk membentuk karakter dan mental anak. Dengan teknik yang tepat, bukan hanya karakter kuat yang akan terbentuk, tetapi juga kesan mendalam yang akan terus diingatnya hingga dewasa kelak.Pada dasarnya, bercerita sangat penting untuk membangun budaya literasi

(34)

sejak dini. Artinya, anak tidak hanya dijejali dengan gawai dan televisi setiap hari, tetapi juga dikenalkan dengan buku. Dengan membiasakan bercerita, anak akan tertarik untuk membaca, bahkan menuliscerita.

b. Manfaat Metode Bercerita

Metode Bercerita adalah suatu cara untuk menarik perhatian anak biasanya cerita yang disukai oleh anak. Metode cerita ini biasanya di gunakan di taman kanak-kanak, salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak.cerita yang di ambil haruslah cerita yang terkait dengan dunia kehidupan anak, kegiatan diusahakan dapat memberikan perasaan gembira dan lucu. Moeslichatoen, (1996:152) menjelaskan tentang pengertian metode bercerita di bawah ini:

“Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak usia dini mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian pendidikan anak usia dini. Bagi anak usia dini mendengaran cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasikkan. Guru anak usia dini yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan di luar sekolah.”

Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk di hayati dan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari memberi pengalam belajar dengan menggunakan metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan pengetahuan kognitif, afektif, maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang

(35)

kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu memberikan pemikiran-pemikarn yang baru berdasarkan apa yang di dengarkannya. Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidak sesuaian antara apa yang didengar dengan apa yang di pahami. Bila menurut anggapannya yang didengar itu salah, maka ia berani menyatakan dengan adanya kesalahan tersebut. Keberanian menyatakan pendapat yang berbeda misalnya dalam pernyataan: “saya kalau di rumah tidak begitu bu guru”. Atau dalam pernyataan “saya kalau mengerjakan begini bu guru”.

Karena kegiatan bercerita itu memberikan pengalam belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat, dan menimbulkan keasikan tersendiri, maka kegiatan bercerita memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak TK. Guru yang pandai bertutur dalam kegiatan bercerita akan menjadikan perasaan anak larut dalam kehidupan imajinatif dalam cerita tersebut. Ia merasa sedih bila tokoh dalam cerita itu di sakiti, merasa senang sekali bila ada tokoh lain yang melindungi, yang baik hati, dan yang suka menolong.

Metode bercerita di pergunakan guru untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan bermacam pekerjaan. Orang-orang itu melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan bermacam pekerjaan: buruk, bedagang, petani, tukang pos, tukang sayur, supir, tentara, polisi, maka informasi itu dapat memberikan wawasan yang luas tentang bermacam peran yang di lakukan seseorang dalam masyarakat dan bermacam layanan jasa yang dapat di berikan kepada anggota masyarakat.

(36)

c. Tujuan Kegitan Bercerita

Sesuai dengan penggunaan metode bercerita bagi anak TK yang telah di kemukakan, kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang tempuh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang di sampaikan lebih baik.

Dalam kegiatan bercerita anak di bimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik itu meliputu segala sesuatu yang ada di sekitar anak, dalam kaitan lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh informasi tentang binatang, peristiwa yang terjadi dari lingkungan anak, bermacam-macam makanan, pakaian, tanaman yang terdapat di halaman rumah, sekolah, kejadian di rumah dan di jalan. Sedang informasi tentang lingkungan sosial meliputi: orang yang ada dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat.

Bermacam nilai sosial, moral, dan agama dapat di tanam melalu kegiatan bercerita. Nilai-nilai sosial yang dapat di tanamkan kepada anak TK yakni bagaimana seharusnya sikap sesorang dalam hidup bersama dengan orang lain. Dalam hidup bersama orang lain harus di tanamkan sikap saling menghoramti, saling menhargai hak orang lain, saling membutuhkan, menyadari tanggung jawab bersama, saling menolong dan sebagainya.

(37)

4. Media Audio Visual

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah salah satu komponen pembelajaran yang memiliki peranan sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran juga dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Yusufhadi Miarso (dalam Indah, 2017: 48) yang menyatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sehingga mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Rayandra Asyhar (dalam Indah, 2017: 48) menjelaskan tentanng pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Dari pendapat diatas dapat simpulkan bahwa media pembelajaran adalah komponen pembelajaran yang memiliki peranan sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, dengan adanya media siswa dapat merangsang pikiran dan perasaan serta dapat mendorong minta belajar.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran juga mampu memberikan manfaat yang sangat besar terhadap tercapainya kemampuan-kemampuan belajar anak di TK yang

(38)

diharapkan. Adapun manfaat media pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

2) Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Hal ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran anak dapat menangkap bahwa tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat. 3) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran. Pada umumnya hasil belajar anak dengan menggunakan media pembelajaran lebih tahan lama mengendap dalam pikirannya sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

c. Pengertian Audio Visual

Media audio visual merupakan kombinasi dari media audio dan media. visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio visual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru.Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyampaian materi karena penyajian materi bisa diganti oleh media.Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar.Contoh dari media audio visual ini di antaranya program televisi/Film, video pendidikan atau audio visual gerak dan sebagainya. Ahmad Husen, 2014

(39)

Media audio visual merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Asyhar (2011: 45) mendefinisikan tentang Media audio visual, Media audio visualadalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah film,video, program TV dan lain-lain.”

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media Auditif (Mendengar) Visual (Melihat). Media audio visual merupakan sebuah alat bantu yang berarti bahan atau alat yang di pergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang di ucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.

d. Manfaat Audio Visual

Manfaat audio visual antara lain adalah:a. membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar b. mendorong minat c. meningkatkan pengertian ang lebih baik d. melengkapi sumber belajar yang lain e. menambah variasi metode mengajar f. menghemat waktu g. meningkatkan keingin tahuan intelektual h. cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu membuat ingatan terhadap pelajaran yang lebih lama i. dapat memberikan konsep baru dari sesuatu di luar pengalamanbiasa.

(40)

e. Jenis-jenis Audio Visual 1. Audio Visual Gerak

media audio visua gerak adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi) karena meliputi penglihatan, pendengarandan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang bergerak.

2. Film

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik mamiliki ciri-ciri sebagi berikut: a). Dapat menarik minat anak; b).Benar dan autentik; c). Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan; d). Sesuai dengan tingkatan kematangan audien; e).Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar;f).

Kesatuan dan squence-nya cukup teratur; g). Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.

(41)

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta (kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun intruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri. f. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Bercerita (dalam Richa Oktari,

2018:1)

1. Tahap persiapan yang dilakukan guru yakni menyiapkan RKH dan memilih cerita

2. Media yang di gunakan laptop dan speacer

3. Guru menjelaskan pula apa yang harus dilakukan peserta didik selama menyaksikan program video.

4. Mengamati anak didik dalam menyimak vidio/cerita yang di tampilkan 5. Guru menanyakan kembali kepada anak didik apa isi cerita yang di

(42)

B. Kerangka Pikir

Menyimak (mendengar, memperhatikan) mempunyai makna dengan menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendegar suara itu tanpa unsur kesengajaan, proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menrik perhatian, mungkin juga tidak. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang di sajikan melalui ujaran.

Menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh perhatian. Menyima adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah di sampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Sebagai salah satu keterampilan reseptif, keterampilan mendengar menjadi unsur yang harus lebih dahulu dikuasai oleh pelajar. Memang secara alamiah pertama kali manusia memahami bahasa orang lain lewat pendengaran, maka dalam pandangan konsep tersebut, keterampilan bahasa Asing yang harus didahulukan adalah mendengar. Sedangkan membaca adalah kemampuan memahami yang berkembang pada tahap selanjutnya.

Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak usia dini mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini. Bagi anak usia dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan

(43)

lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.Guru anak usia dini yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan di luar sekolah.

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media Auditif (Mendengar) Visual (Melihat). Kualitas dan kuantitas materi kemampuan menyimak anak, juga salah satu menjadi pertimbangan guru, agar materi yang diajarkan dapat di praktekkan sesuai dengan kemampuan anak. Hal tersebut dapat diberikan lewat bercerita melalui penggunaan media audio visual dalam mengembangkaan kemampuan menyimak di taman kanak-kanak RA Gerhana Alauddin Kecamatan, Tamalate Kota Makassar.

Berdasarkan paparan diatas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut.

(44)

Bagan 2.1 kerangka berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan penelitian ini adalah “melalui Metode Cerita dengan Penggunaan Media Audio Visual maka kemampuan menyimak anak meningkat Kelompok B di RA Gerhana Alauddin Kecamatan. Tamalate Kota Makassar.

Aspek bahasa anak masih rendah Kemampuan Menyimak anak di RA Gerhana Alauddin Meningkat Indikator

Kelompok B Usia 5-6 Tahun

1. Anak mampu melakukan perintah secara sederhana

2. Anak mampu menjawab pertanyaan secara sederhana (apa, siapa dan di mana)

3. Menceritakan kembali apa yang di dengarnya dengan kosakata terbatas

Langkah-Langkah Penerapan Metode Bercerita a) Tahap persiapan yang dilakukan guru yakni menyiapkan

RKH dan memilih cerita

b) Media yang di gunakan laptop dan speacer

c) Guru menjelaskan pula apa yang harus dilakukan peserta didik selama menyaksikan program video.

d) Mengamati anak didik dalam menyimak vidio/cerita yang di tampilkan

e) Guru menanyakan kembali kepada anak didik apa isi cerita yang di tampilkan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitiantindakan kelas(PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu prosespenyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalamsituasi pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi atau praktik pendidikan, memahami tentang praktikyang dilakukan, dan situasi-situasi dimana praktik itu dilaksanakan (Arifin,2012:98).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di RA Gerhana Alauddin kecamatan. Tamalate, Kota Makassar. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B sebanyak 18 anak.

C. Faktor Yang Di Selidiki

Faktor yang peneliti diselidiki di RA Gerhana Alauddin kecamatan. Tamalate, Kota Makassar. adalah faktor peningkatan kemampuan Menyimakdalam melatih Perkembangan Bahasa anak kelompok B, dan mengamati guru dalam proses pembelajaran (langkah-langkah kegiatan bercerita dengan penggunaan media audio visual).peneliti mengamati perkembangan Bahasa anak dalam kegiatan Bercerita melalui penggunaan Media Audio Visual.

(46)

D. Prosedur penelitian

Penelitian tindakan kelasberasal dari bahasa inggris (ClassAction Research) yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu obyek penelitian dikelas tersebut dirancang dalam dua siklus, sebagai berikut (Kardiawarman,2007:6).

Bagan 3.1 prosedur penelitian oleh Kardiawarman dalam buku penelitian tindakan kelas

PERENCANAN

SIKLUS I

PENGAMATAN PELAKSANAAN REFLEKSI PERENCANAAN

SIKLUS II

PENGAMATAN PELAKSANAAN REFLEKSI

(47)

Siklus 1 1. perencanan

a) Menentukan tema b) Menyusun RKH

c) Menyiapkan Rubrik penilaian untuk anak dan guru d) Menyiapkan bahan

e) Menyiapkan alat dokumentasi 2. Pelaksanaan

a) Guru memperlihatkan cerita kepada anak melalui media audio visual dengan judul cerita yang menarik dan anak mendengar, memperhatikan. Dan dapat mengikuti cerita sampai selesai.

b) Menginstruksikan kepada anak agar anak mau memperhatikan cerita yang di tampilkan melalui audio visual sampai selesai

c) Setelah Guru memperlihatkan cerita, guru menyuruh anak untuk menceritaka kembali apa yang dia dengar

d) Peneliti melakukan Penilaian, pengawasan dan bimbingan 3. Pengamatan

a) Peneliti mengamati dan mencatat perkembangan kemampuan bahasa anak menyimak (mendengar, memperhatikan) sesuai dengan instrumen observasi yang telah ditentukan

b) Mencatat data yang diperoleh c) Melakukan pendokumentasian

(48)

d) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran 4. Refleksi

a) Melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran dan perkembangan anak, berdasarkan hasil observasi dan pencatatan

b) Mengambil keputusan untuk melakukan siklus ke II untuk melakukan perbaikan terhadap masalah-masalah yang muncul dan menentukan langkah tindakan selanjutnya

Siklus II

Alasan mengambil keputusan untuk melalukan siklus ke II yaitu pada awal siklus ke I anak belum berkembang sesuai harapan, maka dari itu peneliti

melakukan tindakan lanjutan ke siklus ke II. 1.Perencanaan

a) Menentukan tema b) Menyusun RKH

c) Menyiapkan Rubrik penilaian untuk anak dan guru d) Menyiapkan bahan

e) Menyiapkan alat dokumentasi

f) Peneliti memberikan motivasi kepada anak, agar anak lebih semangat 2. Pelaksanaan

a) Menginstruksikan kepada anak agar anak mau memperhatikan cerita yang di tampilkan melalui audio visual sampai selesai.

(49)

b) Guru memperlihatkan cerita kepada anak melalui media audio visual dengan judul cerita yang menarik dan anak mendengar, memperhatikan. Dan dapat mengikuti cerita sampai selesai.

c) Setelah guru memperlihatkan cerita melalui audio visual,anak mampu menceritakan kembali cerita dan mampu menjawab pertanyaan dari guru (menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita).

d) Guru dan peneliti membimbing, memotivasi agar anak merasa percaya diri dan lebih bersemangat dalam mendengarkan cerita (mendengar dan memperhatikan).

3. Pengamatan

a) Peneliti mengamati dan mencatat perkembangan kemampuan Menyimakanak sesuai dengan instrumen observasi yang telah ditentukan b) Mencatat data yang diperoleh

c) Melakukan pendokumentasian

d) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran 4. Refleksi

Peneliti dan guru melakukan penilaian dan evaluasi hasil pengamatan dan hasil pencatatan.

Mengambil keputusan bersama untuk melakukan evaluasi terhadap kemampuan Menyimak anak mengalami peningkatan, sehingga tindakan diberhentikan padasiklus II.

Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan Menyimak anak melalui penggunaan media Audio Visual dimulai dari perencanaan,

(50)

pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi yang selanjutnya disebut dengan satu siklus. Dengan menggunakan model siklus, apabila dalam awal pelaksanaan kurang baik hasilnya maka dapat dilakukan tindakan pada siklus selanjutnya sampai target yang di inginkan tercapai. Langkah-langakah penilaian yang akan dilakukan melalui 4 tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Rencana Tindakan

a) Menentukan tema, sub tema, dan indikator kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b) Membuat Satuan Kegiatan Harian (dengan cerita melalui penggunaan audio visual)

c) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai (cerita melalui penggunaan audio visual)

d) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang digunakan. e) Menyiapkan alat dokumentasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan panduan perencanaan yang telah dibuat dan pelaksanaanya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan selama proses pembelajaran berlangsung. Pendidik menggunakan acuan Rancangan Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat. Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas anak dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan Perkembangan Bahasa. Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan

(51)

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun pelaksanaan yang dilakukan antara lain:

a) Menyiapkan anak berbaris di depan kelas, kemudian masuk keruang kelas. b) Kegiatan awal, semua anak diajak duduk melingkar memberi salam dan

berdo’a bersama-sama.

c) Menyanyi dan menanyakan kabar anak. d) Apersepsi.

e) Guru menjelaskan dan meperlihatkan semua bahan yang akan dipakai dalam kegiatancerita melalui penggunaan audio visual)

f) Guru melakukan observasi dan bimbingan kepada anak selama proses pembelajaran.

g) Setelah selesai, peneliti mendokumentasikan hasil kegiatan anak.

h) Kegiatan akhir, kegiatan ini digunakan untuk bercakap-cakap serta mendengarkan cerita anak tentang asyiknya kegiatan bercerita di kelas.

i) Penutup, kegiatan ini ditutup dengan berdo’a bersama. 3. Pengamatan

a) Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk melihat langsung bagaimana kemampuan Menyimak anak dalam kegiatan cerita melalui penggunaan audio visual pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Peneliti mengamati dan mencatat perkembangan kemampuan kreativitas anak sesuai dengan instrumen observasi yang telah direncanakan

(52)

c. Melakukan pendokumentasian

Dalam penelitian ini untuk pendokumentasian dan mendukung catatan kemampuan anak, maka peneliti melakukan pendokumentasian berupa foto. 4. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dianalisis kemudian dilaksanakan refleksi. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatanhasil akhiryang di mana anak menceritakan kembali isi cerita dengan kosakata sederhana dan dengan melakukan penilaian proses yang terjadi, masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan.

b. Mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin terjadi agar dapat dibuat rencana perbaikan

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik ceklist berupa mencatat kemampuan menyimak pada anak melalui metode cerita dengan penggunaan media audio visual.

Tabel 3.1.Kisi-kisi Instrumen Observasi Tingkat Pencapaian Kemampuan menyimak anak melalui metode cerita dengan penggunaan media audio Visual pada Anak Usia 5-6 Tahun.

Variabel Sub Variabel Indikator Kemampuan Menyimak

anak

Memahami bahasa reseptif mendengar dan melihat

1. Anak mampu menjawab pertanyaan secara sederhana (apa, siapa dan di mana)

(53)

Tabel 3.2. Rubrik Penilaian kemampuanMenyimakdalam Perkembangan Bahasa

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pekerjaan peneliti yang harus dilakukan dalam kegiatan penelitian, adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Teknik Observasi

2. Anak mampu melakukan perintah secara sederhana 3. Menceritakan kembali apa

yang di dengarnya dengan kosakata terbatas

No Kriteria Deskripsi

1 Anak mampu menjawab pertanyaan secara sederhana (apa, siapa dan di mana)

Jika anak mampumenjawab pertanyaan-pertanyaan yang di berikan oleh guru maka kemampuan Menyimak anak sudah meningkat. Pertanyaan yang di berikan seperti menanyakan siapa tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita yang di tampilkan.

2 Anak mampu melakukan perintah secara sederhana

Jika anak mau maju ke depan ketika di suruh oleh guru untuk menceritakan kembali cerita yang sudah di tampilkan melalui media audio visual tapi anak malu untuk maju ke depan.

3 Menceritakan kembali apa yang di dengarnya dengan kosakata terbatas

Jika anakmampu menceritakan kembali cerita walalupun dengan kosa kata terbatas

(54)

Menurut Wardhani dan Wihardhit (2008: 2.23) “menjelaskan bahwa observasi adalah pengamatandan pencatat secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala/gejala-gejala dalam objek penelitian”. Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan berlangsung.Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 157) menjelaskan bahwa observasi terdapat dua jenis meliputi:

1. Observasi non-sistematis adalah yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

2. Observasi sistematis adalah yang dilakukan pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan. Pedoman. 3. observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul

akan diamati. Dalam proses observasi, observasi (pengamatan)tinggal memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul sering disebut dengan tanda (sign system). Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan informasi untuk mendapatkan data-data untuk dapat mengetahui perkembangan anak dan permasalahan yang dimiliki oleh anak. Observasi yang dilakukan oleh guru dengan cara mengamati atau pengamatan pada anak didik. 2. Teknik Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010:103) “dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya”. Metode dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah dengan cara melihat buku hasil belajar siswa dari

(55)

awal sekolah sampai ketika akan diteliti, satuan kegiatan harian, foto anak dan buku penghubung anak.

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran, perlu dilakuakan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis data deskriptif kualitatif, analisis deskriptif adalah menganalisis data kuantitatif yang berupa nilai hasil dari belajar anak. Data kualitatif adalah data yang berupa informasi berbentuk kalimaat yang memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman anak, pandangan atau sikap anak terhadap metode pembelajaran yang baru, dan partisipasi anak dalam mengikuti pembelajaran. G. Teknik Analisis Data

Analisis data dala penelitian tindakan kelas diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa Sanjaya (2011:106) teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif Kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Dari hasil penelitian makadilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan Menyimak anak dengan menggunaan metode bercerita melalui audio visual. Dalam analisis pertama yaitu deskriptif kualitatif ini akan didapatkan klasifikasi tingkat perkembangan kemampuan anak, yaitu:

1. Belum Berkembang 2. Mulai Berkembang

3. Berkembang Sesuai Harapan 4. Berkembang Sangat Baik

(56)

Analisis kedua yaitu deskriptif kuantitatif dimana dari empat klasifikasi kemampuan diatas dibuat dalam bentuk skor. Skor yang telah dikumpulkan tadi akan diolah menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P= angka presentase

F= Frekuensi sedang dicari presentasenya

N= jumlah frekuensi/banyaknya individu dari indikator Sudjono (dalam Isnani 2013:59)

Menurut Yoni (dalam Rosita 2019:57), kemudian data tersebut dipresentasekan dalam 4 tingkatan yaitu:

1. Kriteria Sangat Baik, yaitu anatara 76%-100% 2. Kriteria Baik, yaitu antara 51%-75%

3. Kriteria Sedang, yaitu antara 26%-50% 4. Kriteria Kurang, yaitu antara 0%-25%

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Keberhasilan Anak

No Kriteria Persentase

1 BB (Belum Berkembang) 0%-25%

2 MB (Mulai Berkembang) 26%-50%

3 BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 51%-75% 4 BSB (Berkembang Sangat Baik) 76%-100%

(57)

Keterangan :

1. (BB) artinya Belum Berkembang: bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru;

2. (MB) artinya Mulai Berkembang: bila anak melakukannya masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru;

3. (BSH) artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;

4. (BSB) artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang diharapkan

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalm penelitian ini adalah apabila ada peningkatan aktivitas anak dalam mengikuti kegiatan, “Peningkatan Kemampuan MenyimakAnak Dengan Metode Cerita melalui Penggunaan Media Audio Visual”dan dalam melatih kemampuan Perkembangan Bahasa. Penelitian ini dianggap berhasil apabila 76% dari anak kelompok B berkembang sangat baik.

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RA Gerhana Alauddin kecamatan tamalate kota makassar.

RA Gerhana alauddin ini memiliki beberapa ruangan yaitu ruang kantor, ruang kelas 2, tempat bermain, kamar mandi, dan dapur. Didalam kantor terdapat lemari dan meja kepala sekolah, sedangkan masing-masing kelas memiliki 10 meja dan 10 kursi, 2 kipas angin, 1 meja guru dan 1 kipas papan tulis. Diluar ruangan terdapat beberapa mainan yaitu: ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran, dan panjatan.

RA Gerhana alauddin memiliki 4 tenaga kerja yang terdiri dari 3 orang guru, 1 orang operator, 2 yang merangkap sebagai tenaga kerja serta 1orang kepala sekolah. Kualifikasi pendidikan kepala sekolah adalah S2 PG PAUD, sedang tenaga lain memiliki S1 Pendidikan Agama Islam.

Para guru mengajar 32 anak didik yang terbagi 2 kelompok, kelompok A berjumlah 14 orang anak didik sedangkan kelompok B berjumlah 18 orang anak. peneliti melakukan tindakan penelitian pada kelompok B beralamatkan di alauddin kecamatan tamalate kota makassar dengan jumlah 18 orang anak didik,laki-laki berjumlah 8 sedangkan yang perempuan berjumlah 10 orang anak didik.

(59)

Adapun visi misi sekolah RA Gerhana a. Visi

Mewujudkan Generasi Muslim Berakhlak Mulia, Mandiri, Tampil Cerdas dan Kreatif

b. Misi

a) Menerapkan Perilaku Islami Dalam Kehidupan Sehari Hari b) Mengembangkan Kemandirian

c) Melatih Dan Mengembangkan Kecerdasan Anak Dalam Berfikir Dan Berucap

d) Menyelenggarakan Proses Pembelajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan 2. Motivasi Anak Untuk Menyimak Cerita

Motivasi belajar anak pada siklus 1 dan siklus II yaitu anak sangat antusias mengikuti pelajaran pada pertemuan pertama dan terakhir tetapi pada pertemuan pertama masih ada beberapa anak yang belum termotivasi pada kegitan berikutnya anak sangat antusias. Pada saat siklus II dirubah menjadi sistem igame dengan sistem ini anak-anak semakin antusias apalagi cerita yang ditampilakan berbeda setiap pertemuan. Cerita yang ditampilkan seperti cerita sikancil dan pak tani, malin kundang, kelinci dan kura-kura dan pengembala domba. Ketertarikan anak dalam menyimak yaitu cerita yang ditampilkan sangat menarik. Pada saat pelaksanaan tindakan, anak sangat tertarik untuk menyimak cerita, setelah menyimak cerita anak belomba-lomba maju kedepan untuk menceritakan kembali cerita yang ditampilkan dan pada saat temannya di depan anak-anak yang lain ikut menyemangati sambil menunggu giliran.

Gambar

Tabel 3.1.Kisi-kisi  Instrumen  Observasi  Tingkat  Pencapaian  Kemampuan menyimak anak melalui metode cerita dengan penggunaan media audio Visual pada Anak Usia 5-6 Tahun.
Tabel 3.2. Rubrik Penilaian kemampuan Menyimak dalam Perkembangan Bahasa
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Keberhasilan Anak
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Menyimak Siklus I
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari 66 berita mengenai kekerasan seksual tersebut, maka Kompas masih menuliskan beberapa berita yang tidak sesuai bagi pemenuhan hak korban, yaitu: menggunakan diksi yang bias

Pengembangan sumber – sumber pendapatan daerah, melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah serta melakukan koordinasi yang intensif dengan Pemerintah Provinsi

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran yang selanjutnya disebut LPPD Akhir Tahun Anggaran adalah laporan penyelenggaraan pemerintahan desa

Abstrak—Pada penelitian ini bertujuan untuk membuat desain dan mensimulasikan antena mikrostrip yang bisa digunakan pada jaringan WLAN yaitu 2.4 GHz menggunakan

Jika pengguna akan berpindah anggota wudhu maka sensor akan mendeteksi berdasarkan gerakan tangan, pada proses perpindahan anggota wudhu volume air akan ikut mengecil

Kesimpulan terakhir yang bisa penulis ambil dari teori Behaviorisme dalam persfektif PAI adalah proses belajar yang dilakukan memang mengharapkan adanya perubahan

Berdasarkan analisis hasil penelitian, kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam Learning Cycle 7E berdasarkan gaya belajar di SMP Negeri 19 Singkawang dapat

Perintah untuk menampilkan data siswa dari tabel siswa yang terdiri dari field NIS, nama_siswa, dan tanggal lahir dengan urutan dari siswa yang termuda adalah ..... insert into