• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecacingan 1. Definisi

Kecacingan secara umum merupakan infeksi cacing (Soil transmitted

helminthiasis) yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides),

cacing cambuk (Trichuris trichiura). Cacing tambang (Hook worm,

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Bersifat parasit atau

merugikan, daur hidup berkaitan dengan perilaku bersih dan kondisi sanitasi lingkungan.2)

2. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) a. Siklus hidup dan morfologi

Cacing dewasa bentuknya silindris, dengan ujung anterior meruncing (lihat gambar 2.1.). merupakan cacing nematode terbesar yang umum menginfeksi manusia. Yang betina berukuran panjang 20 sampai 35 cm dan yang jantan 15 sampai 31 cm, dengan ujung anterior posterior melengkung.

Hak Cipta Gambar Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001

Gambar 2.1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Tiga buah bibir yang berkembang sempurna, juga merupakan tanda yang karakteristik untuk grup ini. Infeksi pada manusia terjadi karena

(2)

menelan telur matang yang berasal dari tanah yang terkontaminasi. Telur yang tertelan akan menetas di lambung dan duodenum, kemudian larvanya secara aktif menembus dinding usus; dan melalui sirkulasi portal menuju jantung kanan. Kemudian larvanya masuk kedalam sirkulasi pulmonal dan tersaring oleh kapiler. Setelah kira – kira 10 hari di paru – paru, larva menembus kapiler dan masuk ke alveoli, dan melalui bronchi bermigrasi sampai ke trakea dan faring, lalu tertelan. Cacing akan menjadi matur dan kawin di dalam usus dengan demikian akan memproduksi telur yang akan keluar bersama tinja. Seluruh proses perkembangan dari tertelannya telur hingga dikeluarkannya telur – telur yang diproduksi oleh cacing betina membutuhkan waktu 8 sampai 12 minggu (lihat gambar 2.2.). Selama masa hidupnya, jumlah total telur yang dikeluarkan dapat mencapai 27.000.000 telur.6)

Hak Cipta Gambar Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001

(3)

Baik telur yang dibuahi maupun yang belum dibuahi akan dikeluarkan. Seringkali hanya cacing betina saja yang ditemukan dari dalam usus. Telur yang dibuahi akan menjadi infektif dalam waktu 2 minggu di tanah yang panas dan lembab, dan tetap dapat hidup selama berbulan – bulan atau bertahun – tahun. Telur yang dibuahi (lihat gambar 2.3.) bentuknya oval melebar, mempunyai lapisan yang tebal dan berbenjol – benjol, dan umumnya berwarna coklat keemasan ukuran panjangnya dapat mencapai 75 µm dan lebarnya 50 µm. Telur yang belum dibuahi, umumnya lebih oval dan ukuran panjangnya dapat mencapai 90 µm, lapisan yang berbenjol – benjol mungkin jelas mungkin juga tidak. Sering ke dua jenis telur tersebut terdapat dalam satu specimen tinja. Bila sama sekali tidak ditemukan telur yang dibuahi dalam tinja berarti di dalam usus hanya terdapat satu cacing betina saja.8)

Hak Cipta Gambar Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001

Gambar 2.3. Telur Cacing Gelang

b. Patologi dan gejala klinis

Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat larva berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan berak, demam dan eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat

(4)

yang menghilang dalam waktu 3 (tiga) minggu. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang – kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.9)

Pada infeksi berat terutama pada anak dapat terjadi malabsorpsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing – cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga perlu tindakan operasi.9)

c. Pengobatan

Terdapat sejumlah obat cacing modern yang mewakili kemajuan yang pesat terhadap beberapa obat – obat lama, dan tidak satupun obat – obat yang dianjurkan tersebut membutuhkan pencahar atau puasa sebelum maupun setelah pengobatan. Meskipun obat – obat tersebut efektif membasmi cacing dewasa, belum terdapat bukti menyakinkan bahwa mereka efektif terhadap fase migrasi larva. Investasi cacing pada bagian tubuh lainya, mungkin perlu dilakukan tindakan operasi. Prognosis dari kelainan usus sangat baik, meskipun demikian pada kasus perforasi dan/atau operatif, mungkin terdapat komplikasi. Prognosis mungkin juga sangat buruk pada kasus migrasi larva yang inasif melalui paru – paru.7)

d. Epidemiologi dan pencegahan

Penularan infeksi cacing Ascariasis terutama tergantung dari kontaminasi tanah dengan tinja, penggunaan fasilitas sanitasi yang baik merupakan tindakan pencegahan yang terpenting. Belum terdapat cara yang praktis untuk membunuh telur cacing yang terdapat di tanah, terutama bila telur – telur terdapat ditanah liat dengan lingkungan yang sesuai (hangat, lembab). Di beberapa daerah di dunia di mana infeksi umum terjadi, beberapa tindakan pengobatan telah dikerjakan dengan menunjukkan hasil yang baik, bahkan di daerah – daerah dengan angka

(5)

reinfeksi yang tinggi. Harus disadari akan bahaya yang potensial apabila digunakan tinja manusia, atau pupuk dari tinja, untuk menyuburkan tanaman pangan. Tumbuh – tumbuhan atau buah – buahan yang dihasilkan dengan cara – cara demikian, tidak boleh dimakan mentah atau tanpa proses tertentu. Meskipun dilakukan pengolahan pupuk tinja yang baik, telur Ascarisasis yang tetap hidup dan infektif lebih sering ditemukan daripada telur spesies cacing lainnya.

e. Cara infeksi

Penularan cacing Ascariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu masuknya telur infektif ke dalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar, atau tertelan telur melalui tangan yang kotor misalnya pada anak – anak, atau telur infektif terhirup bersama debu udara. Pada keadaan terakhir ini larva cacing menetas di mukosa jalan napas bagian atas untuk kemudian langsung menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah.4)

3. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis) a. Siklus hidup dan morfologi

Cacing betina berukuran panjang 8 sampai 13 mm, lebar 0,3 sampai 0,5 mm dan mempunyai ekor yang meruncing. Bentuk jantan lebih kecil dan berukuran panjang 2 sampai 5 mm, lebar 0,1 sampai 0,2 mm dan mempunyai ujung kaudal yang melengkung (lihat gambar 2.4.)

Hak Cipta Gambar Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001

(6)

Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif, telur akan menetas di dalam usus (daerah sekam), dan kemudian akan berkembang menjadi dewasa. Cacing betina mungkin memerlukan waktu kira – kira 1 bulan untuk menjadi matar dan mulai dengan produksi telurnya. Setelah membuahi cacing betina, cacing jantan biasanya mati dan mungkin akan keluar bersama tinja. Di dalam cacing betina yang gravid, hampir seluruh tubuhnya dipenuhi oleh telur. Pada saat ini, bentuk betina akan turun ke bagian bawah kolon dan keluar melalui anus, telur – telur akan diletakkan diperianal di kulit perineum (lihat gambar 2.5). Kadang – kadang cacing betina dapat bermigrasi ke vagina. Diperkirakan juga bahaya setelah meletakkan telur – telurnya, cacing betina kembali masuk ke dalam usus; tetapi hal ini belum terbukti. Kadang – kadang apabila bolus tinja keluar dari anus, cacing dewasa dapat melekat pada tinja, dan dapat ditemukan di permukaannya. Untuk diagnosis infeksi ini, kadang – kadang cacing dewasa dapat diambil dengan pita perekat. Meskipun telur biasanya tidak diletakkan di dalam usus, beberapa telur dapat ditemukan dalam tinja. Telur tersebut menjadi matang dan infektif dalam waktu beberapa jam.8)

Hak Cipta Gambar Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001

(7)

Telur – telur tersebut digambarkan (lihat gambar 2.6) sebagai bola tangan ( “American football” ) dengan satu sisi mendatar. Bentuknya lonjong, bagian lateral tertekan, datar di satu sisi dan berukuran panjang 50 – 60 µm, lebar 20 – 30 µm.8)

Hak Cipta Gambar Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001

Gambar 2.6. Telur Cacing Kremi

b. Patologi dan gejala klinis

Enterobius relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang

berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal. Oleh karena cacing bermigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang – kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung esofagus dan hidung sehingga menyebabkan ganguan di daerah tersebut. Cacing betina garavia mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba fallopii sehingga menyebabkan radang di saluran telur. Cacing sering ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis.9)

(8)

c. Pengobatan

Meskipun beberapa obat sangat efektif untuk membasmi cacing, pengobatan yang akan diberikan tergantung dari beberapa faktor yaitu : terbukti adanya infeksi dan pertimbangan apakah pada pasien timbul gejala. Reinfeksi selalu mungkin terjadi; sehingga pengobatan ulangan perlu diberikan untuk memastikan bahwa pasien bebas dari infeksi. Pengobatan jarang diberikan pada pasien yang tidak menunjukkan gejala, terutama pada keadaan dimana tidak terdapat banyak orang yang rentan. Dalam pengobatan, seringkali termasuk juga bimbingan / nasehat kepada orang tua yang tidak menyangka bahwa anaknya menderita cacingan. Mereka tidak menyadari prevalensi dari infeksi ini, terutama pada anak – anak; dan kenyataan bahwa anak – anak ini tidak menunjukkan gejala atau menderita akibat infeksi ini.

d. Epidemologi dan pencegahan

Karena infeksi ini umum terjadi dan penularannya sangat mudah, (kontaminasi dari anus ke mulut, pakaian tidur yang kotor, telur – telur yang berada di udara, kontaminasi dari mebel, mainan anak – anak, dan benda – benda lainnya), pencegahannya menjadi sulit.

Peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok digabung dengan terapi kelompok dapat membantu pencegahan. Juga dianjurkan pada anak – anak untuk tidur dengan pakaian tertutup, dan menjaga kuku tetap pendek dan bersih. Sinar matahari dan radiasi lampu ultraviolet dapat merusak telur – telur, sedang pemanasan kering dapat digunakan untuk mensterilkan mainan anak dari metal. Dengan kadar klorinasi tertentu yang digunakan di kolam renang, telur – telur tidak akan mati. Pada banyak keadaan, pencegahan total sangat sulit atau tidak mungkin.

e. Cara infeksi

Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobiasis vermicularis dikemukakan oleh beberapa peneliti yaitu kurang nafsu makan, berat

(9)

badan turun, aktivitas kadang – kadang sukar untuk membuktikan hubungan sebab dengan cacing kremi.9)

Penularan cacing kremi dapat dipengaruhi oleh : 9)

1). Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (auto infeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda – benda maupun pakaian yang terkontaminasi.

2). Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.

3). Retrofeksi melalui anus; larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus.

B. Pengetahuan, Sikap dan Praktik 1. Pengetahuan (knowledge).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat, yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan, sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tinkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

(10)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian – penilaian itu berdasar kan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.10)

2. Sikap (attitude).

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 10)

(11)

a. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tingkat – tingkat praktik. a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

(12)

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

C. Kebiasaan Pemberian Obat Cacing

Obat cacing adalah obat yang dapat memusnahkan cacing – cacing di dalam tubuh manusia maupun hewan. Pada manusia di kenal bermacam – macam parasit cacing. Yang paling terkenal adalah cacing pita (Taenia solium

/ saginata), cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing kremi (Enterobius vermicularis) dan cacing tambang (Necator americanis dan Ancylostoma duodenale).

Penyakit ini banyak terdapat di negara – negara yang berkembang, termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 60 % anak – anak di Indonesia menderita penyakit infeksi cacing.7)

Banyak faktor yang membantu terjadinya penularan penyakit cacing perut di Indonesia, maka kemungkinan seseorang tertular penyakit cacing perut sangat besar. Sangat dianjurkan setiap orang, minum obat cacing secara teratur. Umumnya penularan penyakit cacing di Indonesia dapat terjadi setiap waktu sepanjang tahun. Obat – obat cacing yang tersedia dewasa ini hanya berkhasiat untuk mengeluarkan cacing dewasa dari tubuh manusia dan belum tersedia obat yang dapat membunuh / mengeluarkan larva.

Waktu rata – rata yang dibutuhkan bagi pertumbuhan cacing dari telur hingga dewasa dalam tubuh manusia sekitar 3 (tiga) bulan, maka dianjurkan pemberian obat cacing setiap 4 (empat) bulan sekali atau setahun 3 (tiga) kali, dengan jarak 4 (empat) bulan.11)

(13)

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori – teori di atas, maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut :

Hak Cipta Kerangka Teori Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001 Sumber : *) 2 *) 3 E. Kerangka Konsep

Hak Cipta Kerangka Konsep Ada pada HAKA Group

Silahkan hubungi 081 2284 2001 024.7018.2001

F. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan pengetahuan Ibu tentang kecacingan dengan kejadian infeksi cacing gelang dan cacing kremi pada anak TK Bustanul Athfal Al Islam, Mijen, Demak.

2. Ada hubungan sikap Ibu tentang kecacingan dengan kejadian infeksi cacing gelang dan cacing kremi pada anak TK Bustanul Athfal Al Islam, Mijen, Demak.

(14)

3. Ada hubungan praktik Ibu tentang kecacingan dengan kejadian infeksi cacing gelang dan cacing kremi pada anak TK Bustanul Athfal Al Islam, Mijen, Demak.

4. Ada hubungan kebiasaan pemberian obat cacing dengan kejadian infeksi cacing cacing gelang dan cacing kremi pada anak TK Bustanul Athfal Al Islam, Mijen, Demak.

Gambar

Gambar 2.2. Daur hidup Cacing Gelang
Gambar 2.3. Telur Cacing Gelang
Gambar 2.5. Daur hidup Cacing Kremi
Gambar 2.6. Telur Cacing Kremi

Referensi

Dokumen terkait

Target dari pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan guru dalam mengolah limbah plastic dan kayu yang ada di sekitar sekolah untuk menjadi

Kecenderungan peserta didik yang lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan android dibandingkan dengan buku-buku mereka hanya dekat dengan pelajaran saat di kelas namun jauh

Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun : 2018-2022 Kota : Surakarta Anggaran dalam X1000 N O KODE AKUN

Hasil penelitian untuk motivasi peternak dalam beternak sapi serta mengetahui karakteristik peternak yang secara simultan memberikan pengaruh terhadap motivasi

Mulai edisi Mei 2016 hingga Mei 2017, jurnal SOSIOHUMANIKA telah dikelola oleh para Dosen dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung, dan diterbitkan oleh Minda

Berdasarkan tabel rekapitulasi variabel X menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada Dinas Perhubungan Kota Medan yang terdiri dari indikator pendidikan dan

Tersedianya kamar jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kamar jenazah dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluaga pasien3. ALUR PENANGANAN JENAZAH

Untuk memperoleh pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan dimaksud, maka disusun Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita