• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Media Edisi Februari 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Media Edisi Februari 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EdEEEEEE

Analisa Media

Edisi Februari 2013

Jl. SMA 14 No. 17 RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 13630 Tel. 021-8004712, Fax. 021-8004713

Email: ykm@indo.net.id Website: www.kalyanamitra.or.id

Angkutan Publik Yang Tak Ramah Perempuan

Angkutan umum merupakan transportasi yang masih menjadi andalan masyarakat, terutama bagi kaum menengah ke bawah. Angkutan umum adalah solusi dan alternatif untuk mendukung mobilitas mereka. Keberadaan transportasi ini sangat bermanfaat bagi penggunanya, karena identik dengan tarif yang terjangkau. Angkutan umum seperti mikrolet, bus, kereta, sampai bajai, tetap menjadi primadona. Di tengah maraknya produk kendaraan bermotor yang makin canggih dan beragam, serta trend bahan bakar yang irit, angkutan umum tetap diminati masyarakat menengah ke bawah. Angkutan umum pun dipilih pemerintah sebagai solusi mengatasi kemacetan di kota-kota besar, seperti Jakarta. Jumlah kendaraan pribadi di kota Jakarta misalnya sudah melebihi daya dukung jalan. Akibatnya, keruwetan pun terjadi di mana-mana di jalanan, tak mengenal pagi dan malam, hari dan jam. Walaupun menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat menengah ke bawah, namun angkutan umum belum mampu memberikan layanan maksimal. Angkutan umum masih menyimpan banyak persoalan dalam memberikan solusi bagi masyarakat pemakai. Pengguna angkutan umum belum mendapat jaminan keselamatan dan keamanan ketika mereka menggunakan transportasi publik ini. Dengan dalih mengejar setoran, sopir angkutan umum kerap kebut-kebutan di jalan raya yang sangat membahayakan keselamatan penumpang maupun kendaraan lainnya. Di lain kesempatan, angkutan umum memilih ngetem untuk menunggu penumpang yang membuat kemacetan parah. Pengguna angkutan umum pun tak pernah mendapatkan kepastian kapan mereka tiba tempat tujuan tepat waktu. Terkadang cepat sampai ke tujuan karena sopir ngebut di jalan raya, namun di sisi lain terlambat karena sopir memilih ngetem berjam-jam.

Kondisi angkutan umum yang berjubel tanpa pengawasan aparat keamanan juga menjadi masalah lainnya. Dengan kondisi demikian memungkinkan berbagai kejahatan terjadi, seperti pelecehan seksual dan pencopetan. Kejahatan lain yang sering terjadi di angkutan umum yakni penodongan dan penjambretan bahkan marak penculikan dan pemerkosaan di angkutan umum.

Dengan banyaknya kejahatan yang terus terjadi membuat pengguna angkutan umum merasa was-was. Ada ketakutan bahwa mereka akan menjadi korban selanjutnya. Namun karena tak ada pilihan, mereka tetap memilih angkutan umum sebagai penunjang aktifitasnya. Kejahatan di angkutan umum tidak hanya terjadi di bis, kereta dan angkot, namun juga di angkutan yang sifatnya eksklusif, seperti taksi.

Perempuan menjadi kelompok yang sering menjadi korban kejahatan di angkutan umum. Dalam kondisi angkutan yang sangat berjubel, perempuan kerap menjadi korban pelecehan seksual. Media massa sering memberitakan aksi penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan sopir angkutan umum. Bahkan, ada di antara

(2)

EdEEEEEE

Analisa Media

Edisi Februari 2013

Jl. SMA 14 No. 17 RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 13630 Tel. 021-8004712, Fax. 021-8004713

Email: ykm@indo.net.id Website: www.kalyanamitra.or.id

korbannya tidak hanya diperkosa, tetapi juga dibunuh. Ketakutan menjadi korban penculikan dan pemerkosaan itulah yang dialami Anisa Azward (20 th) seorang mahasiswi Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia yang nekad melompat dari angkutan kota yang ia tumpanginya pada 6 Februari 2013 di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Akibat aksi tersebut, Anisa terbentur aspal jalan dan mengalami luka yang sangat parah. Setelah dirawat selama 4 hari di RSUD Koja, Jakarta Utara, Anisa akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu dini hari, 10 Februari 2013.

Aksi nekat Anisa dilakukan saat ia hendak mengunjungi kerabatnya di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, sekitar pukul 15.30 wib. Anisa berangkat dari Depok sekitar pukul 14.00 wib dengan naik KRL dan berhenti di stasiun Jakarta Kota. Ia kemudian naik angkot trayek U-10 jurusan Kalipasir-Sunter, angkutan yang biasa ia naiki ke rumah tantenya. Anisa tak sendiri di dalam angkot. Ia bersama belasan penumpang lainnya. Namun di Tanah Pasir, saat ia sendirian dalam kendaraan, Anisa bingung setelah menyadari rute angkot yang ia tumpangi tidak sesuai dengan jalur yang biasanya. Sopir angkot kemudian memberitahu Anisa bahwa dirinya salah naik angkutan umum. Sopir angkot kemudian menawarkan diri untuk mengantar Anisa kembali ke Stasiun Kota. Dalam perjalanan, Anisa panik karena sopir tidak melintasi jalanan saat ia berangkat. Karena panik dan takut menjadi korban kejahatan seksual, Anisa nekad melakukan aksi yang penuh resiko dan harus kehilangan nyawanya.

Sederet kasus kejahatan di angkutan umum

Ketakutan menjadi korban kejahatan seksual ketika sedang berada di angkutan umum, mungkin tidak hanya dirasakan oleh Anisa, tetapi juga di rasakan perempuan-perempuan lainnya. Modusnya pun sangat beraneka dan pelaku selalu kucing-kucingan dengan aparat keamanan. Kenekadan Anisa bisa jadi imbas hilangnya rasa aman di ibu kota, seperti Jakarta.

Banyak kasus kejahatan di angkutan umum pernah menjadi perhatian publik dan ramai diberitakan media massa. Apa yang dialami JM adalah salah satu kasus. JM merupakan korban pelecehan seksual ketika menggunakan angkutan umum yang eksklusif seperti taksi. Waktu itu, Minggu 1 April 2012, sekitar jam 20.00 wib, JM pulang dari gereja dengan menumpang taksi Blue Bird. Saat di dalam taksi, JM mengaku bahwa dia seperti dihipnotis dan menurut saja saat diajak berputar-putar oleh sopir taksi dan kemudian dibawa menginap di rumah kos sopir taksi di kawasan Cipayung, Jakarta Timur. Di tempat itulah, JM mengalami pelecehan seksual.

Selain kasus yang dialami JM, sebelumnya media juga ramai memberitakan perkosaan di angkutan umum yang menimpa L, seorang Pekerja Rumah Tangga, yang dilakukan sopir angkutan umum jurusan Bumi Serpong Damai (BSD)-Cikokol, Tangerang. Peristiwa itu terjadi pada 30 Januari 2012, saat itu L dijanjikan akan diantar pulang oleh sopir angkot. Namun bukannya diantar pulang, L justru dibawa ke

(3)

EdEEEEEE

Analisa Media

Edisi Februari 2013

Jl. SMA 14 No. 17 RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 13630 Tel. 021-8004712, Fax. 021-8004713

Email: ykm@indo.net.id Website: www.kalyanamitra.or.id

rumah sopir angkot tersebut. Di rumah sopir itulah, perkosaan itu terjadi. Dalam kasus ini, pelakunya tak hanya sopir angkot, tetapi juga dua rekannya.

Kasus lainnya dialami RS, pedagang sayur, yang diperkosa oleh sopir angkot M-26 jurusan Kampung Melayu-Bekasi pada 14 Desember 2011. Dalam kasus ini, selain diperkosa RS juga menjadi korban perampokan, sebesar Rp. 500 ribu yang sejatinya akan ia gunakan untuk berbelanja sayuran, dirampas pelaku yang berjumlah 4 orang: YBR (17 th), DR (18 th), SD (19 th) dan AI (19 th), mahasiswi yang menjadi kekasih YBR. Perkosaan itu terjadi saat RS hendak berangkat membeli sayur di Pasar Kemiri Muka, Beji, Depok sekitar pukul 04.00 wib. Seperti biasa, RS selalu naik angkutan yang lewat di depan rumahnya, meskipun bukan kendaraan trayek yang sesuai dengan tujuannya. RS percaya karena di dalam angkot ada perempuan lain. Tapi angkot justru melaju tak sesuai arahnya. Begitu ia tersadar, para pelaku sudah membekapnya. Karena berusaha melawan, RS kemudian dianiaya. Pintu mobil ditutup dan angkot berjalan menuju Jalan Raya Bogor. Musik disetel kencang, saat RS diperkosa oleh pelaku YBR. Sementara pelaku lainnya, menggasak uang belanja sayur milik korban. Setelah puas, kawanan penjahat tersebut membuang RS di kawasan Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Sementara di Bogor, Jawa Barat, seorang remaja berusia 15 tahun nyaris menjadi korban perkosaan sopir angkot jurusan Gunung Putri-Cileungsi, pada 24 Januari 2012 sekitar pukul 20.00 wib. Korban naik angkutan umum saat sudah ada tujuh penumpang di dalamnya. Di tengah perjalanan, satu per satu turun. Tinggal korban dan sopir. Pelaku lantas memegang bagian vital korban sambil mengancamnya. Pelaku lalu menyuruh korban pindah duduk ke belakang. Saat itulah pelaku mencabuli korban. Tapi saat hendak diperkosa, korban sedang datang bulan. Aksi tersebut batal dilakukan. Meskipun demikian, pelaku memuaskan diri mencabuli korban. Pelaku kemudian ditangkap polisi tidak lebih dari 24 jam.

Kasus perkosaan lainnya menimpa mahasiswi kebidanan berinisial J, yang mengaku diperkosa dan terdampar di pinggir rel di Stasiun kereta Kabayoran, Jakarta Selatan. Menurut pengakuan J, dia diperkosa lima sopir angkutan pada 20 Januari 2012. Karena syok, J juga terpaksa dikirim ke RS Polri untuk menjalani perawatan. Tapi belakangan, polisi mengetahui J membuat laporan palsu. Dan itu diketahui setelah polisi menjemput SU, teman lelaki J, di Kawasan Solo, Jawa Tengah. Menurut SU, apa yang diakui J sama sekali tidak benar. Sebenarnya, SU dan J melakukan hubungan seksual di rumah kos rekan mereka di Ciputat, Jakarta Selatan, dan atas dasar suka sama suka.

Kasus perkosaan di angkutan umum yang dialami Livia Pavita Soelistio (20 th), seorang mahasiswi Universitas Binas Nusantara merupakan kasus yang menjadi perhatian masyarakat. Pasalnya, Livia tak hanya diperkosa, tetapi juga dibunuh dan mayatnya dibuang di sebuah kebon di wilayah Cisuak, Tangerang. Peristiwa ini terjadi ketika Livia pulang dari kampusnya pada pertengahan bulan Agustus 2011 yang lalu. Livia menumpang angkutan umum M-24 jurusan Slipi-Kebon Jeruk.

(4)

EdEEEEEE

Analisa Media

Edisi Februari 2013

Jl. SMA 14 No. 17 RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 13630 Tel. 021-8004712, Fax. 021-8004713

Email: ykm@indo.net.id Website: www.kalyanamitra.or.id

Kasus lain adalah apa yang dialami SRS (27 th) yang diperkosa secara bergantian oleh dua sopir tembak angkot D-02 jurusan Lebak Bulus-Pondok Labu. Dalam kejadian tersebut, SRS dipaksa melayani nafsu bejat dua sopir tembak yang masih berusia belasan tahun di dalam angkot yang berputar-putar di jalan Simatupang. Kejadian itu sendiri terjadi pada Kamis, 1 September 2011, sekitar pukul 00.00 wib.

Rasa aman mahal harganya

Berkaca dari banyaknya kasus kejahatan di angkutan umum tersebut, tak heran jika banyak orang selalu was-was ketika menggunakan angkutan umum, termasuk apa yang dirasakan Anisa. Hal itu karena hingga saat ini aparat hukum belum memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada masyarakat ketika menggunakan angkutan umum. Demikian juga pemerintah yang belum mampu menyediakan angkutan umum yang layak dan memadai bagi penggunanya.

Rasa aman menjadi hal yang sangat mahal harganya mengingat kejadian tersebut terus belangsung dan tidak ada penanganan yang serius dari aparat penegak hukum. Data yang berhasil dihimpun Polda Metro Jaya tentang kejahatan di Angkutan Umum selama tahun 2012 menjadi bukti bahwa hingga saat ini, pengguna angkutan umum belum memperoleh rasa aman. Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, selama tahun 2012 ada sebanyak 31 kasus kriminal di angkutan umum, yang terdiri dari 11 kasus kejahatan di taksi, 13 kasus kejahatan di angkutan kota, 2 kasus kejahatan di atas truk, 1 kasus kejahatan di bajai dan 4 kasus kejahatan di kereta api. Dari jumlah tersebut, 16 kasus merupakan pelecehan seksual yang dialami oleh kalangan perempuan.

Dari data tersebut terlihat bahwa aksi kejahatan seksual di angkutan umum mendominasi kejahatan yang terjadi selama tahun 2012. Sementara di taksi, yang merupakan angkutan privat juga sering terjadi kejahatan. Padahal taksi dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki data soal taksi dan sopirnya. Selain itu, kasus pelecehan seksual menjadi kasus yang paling banyak terjadi. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pelaku kejahatan masih mengincar organ seksual perempuan. Tingginya angka pelecehan seksual di angkutan umum juga memperlihatkan cara pandang masyarakat yang masih menjadikan tubuh perempuan sebagai objek seks.

Dengan banyaknya kasus kejahatan tersebut terlihat bahwa angkutan umum tidak pernah menjadi ruang yang aman bagi perempuan, mengingat ketika berada di dalamnya selalu menjadi sasaran empuk pelaku kejahatan. Rasa aman dan nyaman ketika berada di angkutan umum menjadi barang yang mahal untuk didapatkan. Akhirnya terjadi rasa was-was dan ketakutan untuk menjadi korban selanjutnya. Hal tersebut yang dirasakan Anisa akhirnya memutuskan untuk lompat dari angkutan umum dan meninggal dunia.

Kasus yang sama juga pernah terjadi pada akhir tahun 2012 lalu. Kejahatan ini terjadi di angkutan umum 06-A jurusan Kampung Melayu-Gandaria. Seorang korban kejahatan memilih melompat dari angkutan umum yang sedang melaju kencang

(5)

EdEEEEEE

Analisa Media

Edisi Februari 2013

Jl. SMA 14 No. 17 RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 13630 Tel. 021-8004712, Fax. 021-8004713

Email: ykm@indo.net.id Website: www.kalyanamitra.or.id

untuk menghindari aksi penodongan. Korban akhirnya meninggal dunia. Sementara dua rekan korban lainnya mengalami luka-luka. Hingga kini, kasus tersebut belum jelas penyelesaiannya.

Reaksi semu Pemerintah Daerah

Setiap terjadi kejahatan di angkutan umum, pemerintah akan bereaksi cepat. Salah satu contohnya ketika akhir 2011 yang lalu kejahatan di angkutan umum marak terjadi. Maka reaksi pemerintah adalah merazia angkutan umum dan memberlakukan kewajiban menggunakan seragam dan tanda pengenal bagi semua sopir, yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan DKI.

Demikian pula Polda Metro Jaya membentuk tim khusus untuk mengatasi kejahatan di angkutan umum. Waktu itu, Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jendral Putut Eko Bayuseo mengatakan bahwa tim akan meningkatkan patroli dan menggelar razia rutin untuk menekan angka kejahatan di angkutan umum. Kapolda mengatakan bahwa tim tersebut berasal dari Resmob. Menurutnya, operasi akan digelar setiap hari. Menurutnya, bahwa tingkat kejahatan di Jakarta sudah berhasil ditekan dengan operasi yang dijalankan selama ini. Kapolda juga mengatakan bahwa jajaran kepolisian selama ini sudah mengamankan berbagai macam tindakan kejahatan baik itu senjata tajam, mainan dan narkoba.

Namun reaksi cepat yang dilakukan pemerintah maupun pihak kepolisian, terkait dengan kejahatan di angkutan umum, hanya berlaku sesaat. Lihat misalnya mengenai kebijakan menggunakan seragam bagi sopir angkutan umum, hanya awal-awal saja digalakkan, setelah itu Dinas Perhubungan tak pernah lagi mengecek di lapangan apakah sopir angkutan telah menggunakan seragam sesuai dengan kebijakan yang sudah dbuat atau belum. Demikian juga dengan kebijakan harus ada tanda pengenal sopir di dalam angkot, hal itu tak pernah diawasi apakah dilakukan atau tidak. Sehingga sering dengan berbagai alasan sopir yang asli memberikan angkutannya kepada sopir tembak. Padahal saat itulah membuka peluang terjadinya kejahatan di angkutan umum. Baru setelah ada kejahatan di angkutan umum, pihak terkait akan melakukan razia. Demikian dengan patroli yang dilakukan Polda Metro Jaya, setelah dianggap aman, maka hal tersebut tidak dilakukan lagi, padahal saat itulah pelaku kejahatan beraksi.

Buruknya layanan angkutan umum

Maraknya kejahatan di angkutan umum memperlihatkan buruknya layanan angkutan kota. Ada kewajiban Pemda DKI Jakarta untuk membenahi angkutan umum supaya member rasa aman dan nyaman bagi penumpangnya. Dengan berbagai kejahatan yang terjadi dan rasa tidak aman bagi masyarakat, sudah saatnya Pemda DKI Jakarta memperbaiki mutu layanan angkutan umum yang sangat buruk selama ini. Dinas Perhubungan DKI Jakarta sebagai regulator harus bertanggungjawab terhadap buruknya layanan tersebut. Karena sebagai regulator, Dinas Perhubungan bertindak

(6)

EdEEEEEE

Analisa Media

Edisi Februari 2013

Jl. SMA 14 No. 17 RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 13630 Tel. 021-8004712, Fax. 021-8004713

Email: ykm@indo.net.id Website: www.kalyanamitra.or.id

sebagai pemberi izin trayek. Sudah menjadi rahasia umum, justru izin trayek cenderung diperjualbelikan oleh oknum-oknum di instansi tersebut. Sedangkan pengawasan izin trayek tersebut di lapangan, praktis tidak pernah dilakukan.

Sebagai bukti nyata hal tersebut adalah angkutan umum yang ditumpangi Anisa, di mana di dalam kaca angkot tertulis Pademangan, sementara menurut sopir, ia mengangkut penumpang jurusan Tanah Pasir. Padahal sebelumnya, Anisa beberapa kali menggunakan angkutan yang sama dan tidak pernah salah jurusan. Dalam kasus ini, berarti petugas Dinas Perhubungan DKI lalai melakukan pengawasan. Hal tersebut menjadi bukti bahwa izin trakyek memang bisa diperjual-belikan seenaknya. Demikian juga pengabaian aturan-aturan lain seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang.

Selama ini banyak penyimpangan dan kecurangan-kecurangan trayek angkutan umum yang terjadi di lapangan. Ada angkot yang beroperasi tak sesuai trayek, menunggu penumpang sembarangan tanpa memikirkan kepentingan penumpang yang ingin cepat sampai ke tujuan, menaikkan atau menurunkan penumpang di tengah jalan hingga balik arah, karena sepi penumpang atau terjebak kemacetan. Bahkan ada yang seenaknya menyuruh penumpang pindah ke angkot lain, karena sopirnya mau istirahat atau balik ke pangkalan atau ke terminal semula.

Banyak hal selama ini sangat merugikan masyarakat, sebagai pengguna angkutan umum. Namun tidak ada perbaikan mutu layanan dari dinas terkait, paling tidak untuk menindak angkutan umum yang berlaku merugikan masyarakat, dan jalan tidak sesuai dengan izin trayeknya.

Untuk kepentigan pengusaha angkutan, Ketua Umum DPP Organda Indonesia, Eka Sari Lorena Surbakti mengatakan baru-baru ini, pemerintah selaku pemberi izin trayek harus bertangungjawab terhadap perusahaan yang diberikan izin trayek. Antara lain, ada pembinaan agar pemilik izin tetap hidup dan memberikan layanan yang baik bagi penumpang. Dia menilai, bahwa angkutan umum sudah mengalami pembiaran yang cukup lama, sehingga pembenahan harus dilakukan mendasar, bukan sekadar mengancam cabut izin trayek.

Menjadi tugas bersama, paling tidak dinas terkait, untuk mencari akar penyebab buruknya layanan angkutan umum. Dengan buruknya layanan angkutan umum yang diberikan, membuka peluang pada tindakan kriminalitas. Sudah banyak kejahatan yang dialami penumpang angkutan umum selama ini, sehingga membuat masyarakat takut untuk menggunakannya. Hal tersebut yang kemudian mendorong masyarakat, terutama kalangan menengah ke atas untuk memiliki kendaraan pribadi sebagai penunjang mobilitasnya. Padahal dalam kehidupan di kota besar, seperti Jakarta, menggunakan kendaraan pribadi pun tidak luput dari aksi kejahatan. Sudah banyak kejahatan dilakukan, terutama di perempatan-perempatan atau tempat sepi, yang korbannya adalah pengguna kendaraan pribadi.

(7)

EdEEEEEE

Analisa Media

Edisi Februari 2013

Jl. SMA 14 No. 17 RT 009/09, Cawang, Jakarta Timur 13630 Tel. 021-8004712, Fax. 021-8004713

Email: ykm@indo.net.id Website: www.kalyanamitra.or.id

Dengan banyaknya masyarakat memiliki kendaraan pribadi, tentu makin memperparah kondisi jalanan ibu kota. Tak heran, jika kemacetan tidak pernah mengenal hari dan jam. Konsumsi bahan bakar semakin tak terbendung karena masing-masing orang membutuhkannya.

Meninggalnya Anisa, mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan UI, menurut Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sudaryatmo, bukan sekadar dugaan kejahatan di angkutan umum, namun akar masalahnya adalah tidak ada pembinaan dari pemerintah dan pengelolaan angkutan umum tidak pernah beres. Sudah sekian kali ada korban, tetapi tidak ada tindakan tegas dari pemerintah sebagai regulator yang seharusnya melakukan pengawasan terhadap semua pengelola atau operator angkutan umum.

Seleksi ketat sopir

Salah satu akar kondisi layanan angkutan umum yang buruk ialah perilaku sopir angkutan itu sendiri. Selama ini tidak pernah dilakukan seleksi yang ketat terhadap sopir angkutan umum. Padahal di tangan pengemudi inilah ujung tombak layanan di lapangan. Selain itu, di tangan sopir ini pula keselamatan penumpang dipertaruhkan. Di samping sistem setoran yang perlu diperhatikan, karena ini membuat sopir angkutan berperilaku seenaknya yang terkadang tidak memperhatikan keselamatan penumpang itu sendiri. Perlu ada pengawasan pemerintah dengan memberikan syarat dan sanksi yang mengikat kepada para pemilik angkutan umum. Di samping itu, perlu ada wadah bagi para pemilik angkutan umum seperti koperasi agar mereka tidak hanya menerima setoran dari pengemudinya, tanpa ada tanggungjawab pengawasan layanan yang baik terhadap penumpangnya.

Sistem setoran ini sering dipakai sebagai pembenaran para sopir angkutan umum untuk berbuat ugal-ugalan di jalanan. Bagi perusahan angkutan umum, bentuk perhimpunan pengusaha atau koperasi. Mereka dengan enteng bisa melakukan subkontrak pada sopir tembak, yang penting bisa memenuhi setorannya Inilah yang memberi peluang sopir berbuat apa saja, termasuk tindak kriminal. Sekali pun ada kewajiban sopir berpakaian seragam dan pakai kartu pengenal, ini hanya diperlukan sewaktu-waktu ada razia.

Akar masalah lainnya ialah penerapan UU No.22 Tahun 2009 yang mewajibkan tiap angkutan umum dikelola badan hukum, bukan perorangan. Organisasi angkutan umum harus memiliki pool sendiri, bengkel dengan standar khusus, dan sopir dengan SIM sesuai aturan. Selain itu, harus mematuhi Keputusan Menteri Perhubungan No 35/2003 yang menetapkan perusahan angkutan umum ikut bertangungjawab atas kerugian yang diakibatkan orang yang dipekerjakan yakni sopirnya.

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk pada survey Pra Penelitian yang penulis lakukan didapati permasalahan dalam pelaksanaan INBUP-PPIP di Desa Penampi pada tahun 2012-2013 yaitu Bahwa dalam

Hak Tanggungan dapat dibebankan selain atas tanah juga berikut benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal

Pada awal bimbingan klasikal praktikan merasa senang karena siswa yang diberi materi sangat antusias dalam mengikuti bimbingan klasikal. Hal ini menjadikan motivasi

• Karena pada Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mamminasata, RTRW Kabupaten Gowa dan RTRW Kabupaten Maros, masing-masing telah mempunyai struktur ruang. •  Konsep sistem

Publikasi ini memuat data dari berbagai sektor kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan Serang pada tahun 2014, dimana data yang diambil merupakan data sekunder

Menurut Kiai Ro’is Hasyim (khalifah Kiai Musta‘in), acara ini dilakukan, di samping agar tidak mempersulit jamaah untuk berpindah dari satu tempat ke tempat

Data kredit awal yang telah di-preprocessing, diproses menggunakan algoritma CBA untuk membangun model, lalu model tersebut digunakan untuk mengklasifikasi data

“yah ada metode pembelajaran di RC ini yakni melalui terapi- terapi yang dilakukan para trainer guna meminimalisir atau membantu mengurangi kekurangan mereka,