• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Pola Asuh Orangtua, Sikap Remaja Putri, Kesehatan Reproduksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Pola Asuh Orangtua, Sikap Remaja Putri, Kesehatan Reproduksi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

DI SMA NEGERI 1 RANTAUPRAPAT TAHUN 2017

Rika Handayani

1Staf Dosen Akbid Ika Bina Labuhanbatu Abstrak

Remaja putri rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, IMS, NAPZA dan kekerasan/pelecehan seksual. Orang tua sebagai lingkungan sosial pertama remaja diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang mengutamakan adanya dialog yang terbuka antara remaja dan orang tua tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja memiliki sikap yang benar tentang kesehatan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat TAHUN 2017. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Sampel dalam penelitian adalah remaja putri SMA Negeri 1 Rantauprapat yang berjumlah 170 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling sistematis. Hasil penelitian dari 170 responden, mayoritas 74,1% dalam kategori pola asuh authoritative (demokratis) dan mayoritas 71,2% bersikap positif. Hasil uji statistik dengan analisis chi-square diperoleh nilai ρ=0,000, ini berarti ho ditolak yaitu ada hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan untuk menjalin kerjasama dengan petugas kesehatan di Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, BKKBN untuk mengaktifkan PIK-KRR di institusi pendidikan dan orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang mengutamakan adanya dialog terbuka tentang kesehatan reproduksi pada remaja.

(2)

Pendahuluan

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka (Suryoputro, Ford & Shaluhiyah, 2006, hlm. 30). Perkembangan emosi yang belum stabil dan bekal hidup yang masih perlu dipupuk menjadikan remaja lebih rentan mengalami gejolak sosial. Diakui atau tidak, fakta telah menjelaskan keteledoran orang tua dan pendidik dalam mengarahkan dan membimbing anaknya berkontribusi meningkatkan problem-problem sosial dan kriminal (Muzayyanah, 2008, ¶ 2).

Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga desember 2009 mencapai 19.973 kasus, dengan usia 15-19 tahun sebesar 3,05%. Dari sisi lain jumlah penyalah guna narkoba sebesar 1,5% dari penduduk Indonesia atau 3,2 juta penduduk Indonesia didapati sebagai penyalah guna NAPZA. ±70% dari pengguna narkoba adalah remaja. Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional Indonesia (PKBI), tahun 2006, didapatkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% (±700 ribu) dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar dilakukan dengan cara tidak aman. Sekitar 30-35%, aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu (BKKBN, 2010). Hal inilah yang menyebabkan remaja putri rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, IMS,

NAPZA dan kekerasan/pelecehan seksual (MOH-GOI, 1999, dalam

Widyastuti, Rahmawati,

Purnamaningrum, 2009, hlm. 160). Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Pola asuh orang tua sangat besar pengaruhnya bagi remaja. Pola asuh otoriter, permisif maupun demokratis memberikan dampak yang berbeda-beda bagi remaja (Soetjaningsih, 2010, hlm. 50).

SMA Negeri 1 merupakan salah satu sekolah yang ada di kota Rantauprapat. Siswinya berasal dari daerah yang berbeda-beda, dengan kebiasaan yang berbeda pula. Yang tentunya pola asuh yang digunakan oleh orangtuanya juga berbeda antara satu dengan yang lain. Di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi dan kegiatan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dari lembaga wilayah setempat. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru, pernah ada siswa kelas XII yang putus sekolah akibat hamil di luar nikah. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat.

Berdasarkan hasil penelitian Vani Bagus Setiana (2010) didapatkan 59,0% responden mempunyai sikap positif, 56,9% orang tua responden mempunyai pola asuh positif, dan 41,1% responden mempunyai sikap dan pola asuh orang

(3)

tua yang positif. Setelah dilakukan uji statistik dengan spearman rank dengan

menggunakan program komputer

didapatkan bahwa (0,00) lebih kecil dari (0,05), yang artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang NAPZA pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1 Jombang.

Berdasarkan hasil penelitian Rohdiyati (2007) disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pola asuh orang tua permisif dengan sikap remaja terhadap seks pra nikah pada kelas XI di SMU 17 AGUSTUS

Hasil penelitian Fatmawati (2010) dengan menggunakan uji korelasi product moment, diperoleh hasil bahwa

nilai r = 0,433 dengan nilai p = 0,001 karena nilai p lebih kecil dari 0,05 maka signifikan berarti ada hubungan antara pola asuh authoritative dengan sikap siswa tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis ingin mengetahui “Apakah Ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat TAHUN 2017?”

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat TAHUN 2017.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pola asuh orang tua pada remaja putri di

SMA Negeri 1 Rantauprapat TAHUN 2017.

b. Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat TAHUN 2017. c. Untuk mengetahui hubungan

pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat TAHUN 2017. Hipotesis

Hipotesa yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu adanya hubungan antara pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi.

Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka, pada penelitian ini variabel pola asuh yang akan diteliti adalah authoritarian

(otoriter), authoritative (demokratis) dan

permessive. Sedangkan variabel sikap

remaja putri tentang kesehatan reproduksi yang akan diteliti meliputi seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA.

(4)

Gambar 2. Kerangka Konsep

Metode Penelitian Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi

yang bertujuan untuk

mengidentifikasikan pola asuh yang diterapkan orang tua pada remaja putri, sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi serta mengidentifikasi hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat (Suyanto & Salamah, 2007, hlm. 33).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Rantauprapat, mulai September sampai November 2017. Penelitian dilakukan mulai dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, melakukan survei awal, konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data, dan sidang akhir. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang menyangkut tentang sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan usia 16-19 tahun yang duduk di kelas I, II, III dari semua jurusan di SMA Negeri 1 Rantauprapat yang berjumlah 297 siswi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus:

n = ) ( 1 N d2 N + = ) 05 . 0 ( 297 1 297 2 + = ) 0025 , 0 ( 297 1 297 + = 7425 , 0 1 297 + = 7425 , 1 297 = 170,44 = 170 orang

Berdasarkan perhitungan di atas sampel dalam penelitian ini sebanyak 170 siswi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random sampling dengan pengambilan sampel secara acak sistematis. tersedia yang mempunyai kesempatan yang sama.

Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam kuesioner yaitu:

1. Kuesioner data demografi remaja (identitas siswa) disusun oleh Nuru (1994) dalam penelitian pengaruh Pola Asuh Orangtua

- authoritarian (otoriter) - authoritative (demokratis) - permessive. Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi

(5)

poa asuh keluarga terhadap prestasi belajar siswa sekolah menengah atas pada SMA Negeri 1 Rantauprapat yang melputi umur, jenis kelamin, agama, suku, jumlah saudara kandung, kedudukan dalam keluarga (status), lengkap atau tidaknya orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua. Kuesioner ini digunakan untuk melihat distribusi demografi responden saja dan tidak akan di analisis terhadap hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi.

2. Kuesioner tentang pola asuh orangtua berisi 30 pertanyaan, dengan tiga pilihan jawaban yaitu tidak pernah (TP), jrang terjadi (JT), dan sering terjadi (ST). Jawaban TP mempunyai bobot 0, jawaban JT mempunyai bobot 1, dan jawaban sering terjadi mempunyai bobot 2. Kuesioner ini terbagi dalam tiga kategori pola asuh orangtua meliputi: a. Kuesioner tentang pola asuh

authoritarian (otoriter) berisi 10

pernyataan, diwakili oleh No. 1-10.

b. Kuesioner tentang pola asuh

authoritative (demokratis) berisi

10 pernyataan, diwakili oleh No. 11-20.

c. Kuesioner tentang pola asuh

permessive berisi 10 pernyataan,

diwakili oleh No. 21-30. (Setiadi, 2007, hlm.89-90).

3. Kuesioner sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi berisi 24 pernyataan, dengan memberikan tanda cheklist (√) sesuai dengan sikap siswi terhadap pernyataan. Aspek pengukuran sikap dilakukan berdasarkan jawaban responden dari semua pernyataan sikap yang diberikan terdiri dari empat kategori

yaitu Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) (Hidayat, 2010, hlm. 102).

Jika pernyataan positif (+) maka :

Sangat Setuju : 4

Setuju : 3

Tidak Setuju : 2

Sangat Tidak Setuju : 1

Jika pernyataan negatif (-) pada maka :

Sangat Setuju : 1

Setuju : 2

Tidak Setuju : 3

Sangat Tidak Setuju : 4

Kuesioner ini terbagi atas pernyataan positif dan negatif. Penyataan positif terdapat pada soal nomor 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21, dan 23. Pernyataan negatif terdapat

(6)

pada soal nomor 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20,22, dan 24.

Metode Analisis Data 1. Analisis Data

a. Univariat

Data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan data hasil analia pola asuh orangtua serta analisa sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi juga akan disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi dianalisa dalam bentuk skala ordinal, yaitu skor data hasil kuesioner akan didistribusikan ke dalam dua kategori yaitu positif dan negatif.

Untuk analisa pola asuh

authoritarian (otoriter) dengan rentang

sebesar 20 dan jumlah kategori sebanyak 2 maka diperoleh panjang kelas sebesar 10. Dengan P=10 dan nilai terendah = 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, pemberian skor adalah sebagai berikut:

Authoritarian = 11-20

Tidak authoritarian = 0-10

Untuk analisa pola asuh authoritative (demokratis) dengan rentang sebesar 20 dan jumlah kategori sebanyak 2 maka diperoleh panjang kelas sebesar 10. Dengan P=10 dan nilai terendah = 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, pemberian skor adalah sebagai berikut:

Authoritative = 11-20

Tidak Authoritative = 0-10

Untuk analisa pola asuh permessive dengan rentang sebesar 20 dan jumlah kategori sebanyak 2 maka diperoleh panjang kelas sebesar 10. Dengan P=10 dan nilai terendah = 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, pemberian skor adalah sebagai berikut:

Permessive = 11-20

Tidak permessive = 0-10

Untuk analisa sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi, diperoleh nilai terendah 24 dan nilai tertinggi 96 jadi, semakin tinggi skor semakin baik sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus menurut Hidayat (2007, hlm. 104-106).

P = rentang/banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 72 (selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah). Banyak kelas adalah 2 kelas (sikap positif dan negative) maka didapat panjang kelas sebesar 36, dengan menggunakan P=36 dan 24 sebagai batas interval pertama maka sikap remaja dapat dikategorikan atas interval sebagai berikut : 24-59 memiliki sikap positif dan 60-96 memiliki sikap negatif (Riduwan, 2010, hlm.69-70).

b. Bivariat

Statistik Bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hal. 271). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square (x2), dengan nilai kemaknaan (α = 0,05).

Apabila nilai x2 hitung > x2 tabel atau nilai probabilitas (p) < 0,05, maka Ho ditolak, yaitu ada hubungan antara

(7)

x2 hitung < x2 tabel atau nilai

probabilitas (p) > 0,05, maka Ho

diterima yaitu tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Hasil dan Pembahasan

Analisis Univariat

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dari September 2017 terhadap 170 responden remaja putri di SMA Negeri 1 Rantauprapat. Hasil dari penelitian mengenai hubungan pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1Distribusi Responden

Berdasarkan Karakteristik Demografi di SMA Negeri 1 Rantauprapat 2017

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia 13-15 tahun 16-19 tahun 34 136 20,0 80,0 Agama Islam Protestan Katolik 112 53 5 65,9 31,2 2,9 Suku Siswi Batak Melayu 119 10 70,0 5,9 Minang Aceh Jawa 6 6 29 3,5 3,5 17,1 sJumlah Saudara Kandung 0-2 3-5 >5 50 103 17 29,4 60,6 10,0

Orang Tua yang Ada

Ibu dan bapak Ibu saja Bapak saja Ibu tiri dan bapak kandung 154 12 3 1 90,6 7,1 1,8 0,6 Orangtua yang dominan dalam keluarga Ibu dan bapak Ibu Bapak 1 17 152 0,6 10,0 89,4 Pendidikan orangtua SD SMP SMA D3 7 12 88 16 47 4,1 7,1 51,8 9,4 27,6

(8)

S1 Pekerjaan orangtua Pegawai negeri Pegawai swasta TNI/POLRI Wiraswasta 41 17 10 102 24,1 10,0 5,9 60,0

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Pendapatan orangtua < Rp. 500.000,- Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,- > Rp. 3.000.000,- 10 69 77 14 5,9 40,6 45,3 8,2

2. Pola Asuh Orangtua

Hasil penelitian distribusi responden berdasarkan pola asuh orang tua menunjukkan bahwa dari170 responden, mayoritas responden 74,1% (126 orang) dalam kategori pola asuh orangtua authoritative (demokratis), dan minoritas responden 12,9% (22 orang) dalam kategori pola asuh orangtua authoritarian (otoriter) dan pereissive.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orangtua di SMA Negeri 1 Rantauprapat 2017

Pola Asuh Orangtua Frekuens i Persentas e (%) Authoritaria n (otoriter) 22 12,9 Authoritative (demokratis) 126 74,1 Permessive 22 12,9 Jumlah 170 100,0 2. Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi

Hasil penelitian distribusi responden berdasarkan sikap tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa dari 170 responden, mayoritas responden 71,2% (121 orang) bersikap positif dan minoritas responden 28,8% (49 orang) bersikap negatif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Di SMA Negeri 1 Rantauprapat 2017 Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Frekuensi Persentase (%) Positif 121 71,2 Negatif 49 28,8 Jumlah 170 100,0 3. Hubungan Pola Asuh Orangtua

dengan Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi

Hasil penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja putrid tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa dari 170 responden, 22 orang (12,9%) yang berpola asuh authoritarian (otoriter) mempunyai sikap negatif, 121 orang (71,2%) yang berpola asuh authoritative (demokratis) mempunyai sikap positif dan 22 orang

(9)

(12,9%) yang berpola asuh permessive mempunyai sikap negatif. Hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000, ini berarti ada hubungan pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 5.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat 2017

Pola Asuh Orangtua Sikap Jumla h Persentas e (%) Positif Negatif F % F % Authoritarian (otoriter) 0 0 22 12, 9 22 12,9 Authoritative (demokratis) 121 71,2 5 3,0 126 74,2 Permessive 0 0 22 12, 9 22 12,9 Total 121 71,2 49 28, 8 170 100 X2=146,595 ρ=0,000

Tabel 5.5. Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square N of Valid Cases 146,595a 170 2 0,000 Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah ada hubungan pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi. 1. Pola asuh Orang Tua pada Remaja

Putri

Berdasarkan hasil penelitian dari 170 responden, mayoritas responden 74,1% (126 orang) dalam kategori pola asuh orangtua authoritative

(demokratis), dan minoritas responden

12,9% (22 orang) dalam kategori pola asuh orangtua authoritarian (otoriter) dan permissive. Mayoritas orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis bersuku batak 65,1% (82 orang), pendidikan SMA 51,6% ( 65 orang), wiraswasta 79,4% (81 orang) dan pendapatan Rp. 1.000.000,- s/d Rp.3.000.000,- 43,7% (55 orang).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Setiana (2010) yang berjudul hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang napza pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1 Jombang Kabupaten Jombang 2010, bahwa mayoritas pola asuh yang diterapkan orangtua adalah demokratis yaitu 56,9%. Berdasarkan hasil penelitian Oktiva (2010) yang berjudul hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo, mayoritas pola asuh yang diterapkan orang tua pada remaja adalah

authoritative (demokratis).

Menurut Baumrind (1991, dalam Parke & locke, 1999) bahwa pola asuh yang paling kondusif yang diterapkan orangtua kepada anak adalah pola asuh

authoritative. Pola asuh ini bercirikan

adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola asuh ini dihubungkan dengan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil uji crosstab dari 126 responden yang berpola asuh authoritative (demokratis) yang mempunyai sikap positif tentang kesehatan reproduksi sebanyak 121

(10)

orang (96,03%). Hal ini menyebabkan mayoritas orang tua menerapkan pola asuh demokratis pada anaknya.

2. Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan hasil penelitian dari 170 responden, mayoritas responden 71,2% (121 orang) bersikap positif dan minoritas responden 28,8% (49 orang) bersikap negatif. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas remaja putri mempunyai sikap positif tentang kesehatan reproduksi.

Menurut Azwar (2009, dalam Kusumastuti, 2010, hal.13-16). Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap pada remaja adalah orang lain di sekitar kita yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua.

Menurut Baumrind (1991, dalam Parke & locke, 1999) bahwa pola asuh yang paling kondusif yang diterapkan orangtua kepada anak adalah pola asuh

authoritative (demokratis). Pola asuh ini

dihubungkan dengan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif.

Berdasarkan pendapat Azwar dan Baumrind dapat disimpulkan bahwa sikap positif remaja dapat terbentuk melalui penerapan pola asuh

authoritative (demokratis) oleh orangtua.

Hal ini sesuai dengan hasil uji crosstab bahwa dari 121 responden yang memilki

sikap positif tentang kesehatan reproduk 121 orang (100%) memilki pola asuh

authoritative (demokratis).

3. Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan hasil penelitian dari 170 responden, mayoritas 121 orang (71,2%) yang berpola asuh authoritative (demokratis) mempunyai sikap positif dan minoritas bersikap negatif sebanyak 5 orang (3%). Mayoritas responden yang berpola asuh otoriter (authoritarian) dan

permissive memiliki sikap negatif tentang kesehatan reproduksi sebanyak 22 orang (12,9%). Hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000, ini berarti ada hubungan pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi.

Menurut Baumrind (1991, dalam Parke & locke, 1999) bahwa pola asuh yang paling kondusif yang diterapkan orang tua kepada anak adalah pola asuh

authoritative (demokratis). Pola asuh ini

dihubungkan dengan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang berpola asuh demokratis memiliki sikap positif tentang kesehatan reproduksi.

Menurut Widyarini (2009, hal.11) bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter tidak menyadari pentingnya menghargai pendapat anak. Mereka tidak menyadari bahwa dengan mendengarkan pendapat anak bisa mendorong kepercayaan diri dan kemandirian anak dalam berpikir dan bersikap sesuai dengan standar moral di masyarakat melalui diskusi. Oleh karena itu mayoritas responden yang berpola

(11)

asuh otoriter memiliki sikap negatif tentang kesehatan reproduksi.

Menurut Baumrind (1991, dalam Parke & locke, 1999) bahwa pola asuh

permessive merupakan bentuk

pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya sendiri. Anak dituntut untuk mengatur sikap dan tingkah lakunya sendiri tanpa banyak dikontrol orang tua. Pola asuh ini membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan temannya. Menurut Azwar (2009, dalam Kusumastuti, 2010, hal.13-16), salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap pada remaja selain orang tua adalah teman. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak beresiko memilki sikap negatif tentang kesehatan reproduksi. Hal ini disebabkan anak lebih sering memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi melalui media massa dan teman-temannya sehingga kadang-kadang memperoleh informasi yang kurang tepat, malah menyesatkan dan menjerumuskan mereka sendiri (Mutakim, 2008, dalam, 2009, hlm.2-3). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang berpola asuh permessive memilki sikap negatif tentang kesehatan reproduksi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rohdiyati (2007) bahwa ada pengaruh antara pola asuh orang tua permisif dengan sikap remaja terhadap seks pra nikah pada kelas XI di SMU 17 AGUSTUS. Hasil penelitian Fatmawati (2010) dengan menggunakan uji korelasi product moment, diperoleh hasil bahwa nilai r = 0,433 dengan nilai p = 0,001 karena nilai p lebih kecil dari 0,05 maka signifikan berarti ada hubungan antara pola asuh authoritative dengan

sikap siswa tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. Hasil penelitian Vani Bagus Setiana (2010),

setelah dilakukan uji statistik dengan spearman rank dengan menggunakan SPSS didapatkan bahwa (0,00) lebih kecil dari (0,05), yang artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang NAPZA pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1

Jombang. Berdasarkan

penelitian-penelitian tersebut menunjukkan ada hubungan pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi.

Menurut Albert Bandura persepsi remaja terhadap kehidupan keluarganya yang terbentuk melalui pola asuh orang tua mempengaruhi sikap remaja. Adapun suatu rangsangan itu dipersepsi oleh remaja kemudian diberi makna berdasarkan struktur kognitif yang telah dimilki. Jika sesuai, rangsangan itu dihayati dan terbentuklah sikap. Sikap inilah yang secara kuat memberikan bobot kepada prilaku individu. Oleh karena itu, sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk berperilaku (Ali & Asrori, 2010, hal.95).

Menurut Stephen R. Covey (1989, dalam Ali & Asrori, 2010, hal. 142), teori determinasi yang diterima secara luas untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu determinasi psikis (psychic

determinism) yang berpandangan bahwa

sikap individu merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh, atau pendidikan orangtua yang diberikan pada anaknya.

Menurut Azwar (2009, dalam Kusumastuti, 2010, hal.13-16) orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, sesorang yang

(12)

kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 170 remaja putri di SMA Negeri 1 Rantauprapat sebagai berikut: 1. Mayoritas responden 74,1% (126

orang) dalam kategori pola asuh orangtua authoritarian

(demokratis), dan minoritas responden 12,9% (22 orang) dalam kategori pola asuh orangtua

authoritative (otoriter) dan

permissive.

2. Mayoritas responden 71,2% (121 orang) bersikap positif dan minoritas responden 28,8% (49 orang) bersikap negatif.

3. Terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan sikap remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Rantauprapat.

Saran

Untuk meningkatkan sikap positif remaja putri tentang kesehatan reproduksi diharapkan:

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan untuk menjalin kerjasama dengan petugas kesehatan di Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, BKKBN untuk

mengaktifkan PIK-KRR di institusi pendidikan untuk meningkatkan pemahaman remaja putri tentang kesehatan reproduksi, sehingga seluruh remaja putri SMA Negeri 1 Rantauprapat memiliki sikap positif tentang kesehatan reproduksi.

2. Bagi Orang tua

Diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang memungkinkan adanya dialog terbuka antara orangtua dan remaja tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja memiliki sikap positif tentang kesehatan reproduksi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian tentang pola asuh orangtua yang paling efektif dalam membentuk sikap positif remaja putri tentang kesehatan reproduksi.

Daftar Pustaka

Ali, M., Mohammad, A. (2010).

Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Bidang Pengendalian KB dan KR. (2010). Laporan Kegiatan After

School Program KRR/PKBR bagi Siswa-Siswi SMP dan SMA Tingkat Provinsi Sumatera Utara Angkatan I (Pertama). Medan : BKKBN

Provinsi Sumatera Utara.

Danniati, R.R. (2009). Hubungan Persepsi tentang Pola Asuh Orangtua dengan Pengetahuan

Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMA Negeri 1

Bangsri Kabupaten Jepara.

Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 1-6.

(13)

Fatmawati, Ari. (2010). Hubungan

antara Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pola Asuh Orangtua tentang Sikap Remaja tentang Seks Bebas di SMA N 1 Tawangsari

Sukoharjo, retrivied from

http://etd.eprints.ums.ac.id/9492/.

Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi & Pusdiklat Pegawai dan Tenaga Program BKKBN. (2008). Modul Workshop

: Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya. Jakarta : BKKBN Provinsi

Sumatera Utara.

Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba

Medika.

Hurlock, Elisabeth. (2007).

Perkembangan Anak jilid II.

Jakarta:Erlangga.

Kusumaastuti, Fadhila A. D. (2010).

Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Seksual Pranikah

Remaja, retrivied from

http://eprints, uns.ac.id.

Mahfiana, L., Elfi,Y.R. (2009). Remaja

dan Kesehatan Reproduksi.

Yogyakarta: STAIN PRESS Ponorogo bekerja sama dengan CEF RS.

Manik, M, Nur, A.S., Nur, A. (2010).

Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Medan: Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Manuaba, A.C., Ida ,B.G.F.M, Ida,B.G.M. (2009). Memahami

Kesehatan Reproduksi Wanita.

Jakarta: EGC.

Muadz, M.M., dkk. (2008). Kurikulum

dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Direktorat Remaja dan

Perlindungan Hak-Hak

Reproduksi, BKKBN, 2, 1-132.

http://ceria@BKKBN.go.id.

... (2008). Modul

Pelatihan Konseling Kesehatan

Reproduksi Remaja Bagi Calon

Konselor Sebaya. Direktorat Remaja dan

Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, BKKBN, 2, 1-103. retrivied from

http://ceria@BKKBN.go.id.

Muzayyanah, S.N.(n.d.). Pendidikan

Kesehatan Reproduksi

Remaja:Bagaimana menyikapinya.

Retrieved 19 Mei 2009, from http://halalsehat.com.

Notoadmojo, S.(n.d). (2007). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Nuru, N. (1994). U.P.P: Pengaruh Pola

Asuh Orangtua terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah SMA pada SMA Negeri VI Medan. Medan:

Lembaga Penelitian Usu Medan. Oktiva, Yayuk Dwi. (2010). Hubungan

antara Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja tentang Seks Bebas di SMA Negeri 1 Tawangsa

Sukoharjo, retrivied from

http://etd.eprints.ums.ac.id.

Parke, R.D. & Virginia,O.L. (1999).

Child Psychology. (5thed). USA:

(14)

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.

Rohdiyati , Suci. (2007). Hubungan Pola

Asuh Permisif Dengan Sikap Remaja Terhadap Seks Pra Nikah,

retrivied from

http://adln.lib.unair.ac.id.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan

Riset Keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Setiana, Vani Bagus. (2010). Hubungan

Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Sikap Remaja Tentang Napza Pada Siswa Kelas Xi Di Sma Pgri 1 Jombang Kabupaten Jombang 2010, retrivied from http://dr-suparyanto.blogspot.com/ 2017/01/

Soetjaningsih. (2010). Tumbuh Kembang

Remaja dan Permasalahannya.

Jakarta : Agung Seto.

Suparyanto. (2010). Konsep Pola Asuh

Anak, retrivied from

http://dr.Suparyanto.blogspot.com.

Suyanto & Ummi,S.(2008). Riset

Kebidanan Metodologi dan

Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Suryoputro,A., Nicholas, J.F., Zahroh,S. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Remaja di Jawa Tengah:

Implikasinya terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual

dan Reproduksi. Makara,

Kesehatan. 10 (1), 29-40.

Widyastuti,Y., Anita, R., Eka, Y.P. (2009). Kesehatan Reproduksi. Jakarta:Fitramaya

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar di atas analisa perancangan RFID Membaca ID CARD dan data ID dikirim ke Mikrokontroller untuk di olah dan dikirim ke computer menggunakan USB TO TTL sebagai pengubah

Teori dan Praktek Interfacing Port Serial Komputer dengan VisualBasic 6.0..

Membuat dan Mengelola Mesin Tetas, Jakarta :

Regarding to the error analysis in relation to experiential meaning in students’ recounts, it can be stated that linguistic features errors of omissions,

Judul Tesis : Hubungan Lama Hemodialisis dan Skor Pruritus pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Nama

 Perlu adanya tambahan dalam desain inkubator agar lebih menarik supaya menambah banyak telur yang akan ditetaskan

dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujan dan kriteria yang.. telah

Separuh responden (50%) memiliki motivasi dalam kategori rendah, sedangkan setelah perlakuan ( post-test ) dilakukan supportive group therapy selama 4 sesi/pertemuan