• Tidak ada hasil yang ditemukan

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Skinner membedakan respons

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Skinner membedakan respons"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Perilaku

1.1. Batasan Perilaku

Skinner (dikutip dalam Notoatmodjo, 2003) menyatakan perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Skinner membedakan respons menjadi dua, yaitu respondent respons atau reflexive dan operant respons atau instrumental respons. Berdasarkan bentuk respons tersebut, perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Merupakan perilaku dalam bentuk terselubung atau tertutup. Perilaku ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus, tetapi belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Merupakan perilaku sudah dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dapat diamati oleh orang lain.

Seseorang akan dapat berespons terhadap stimulus yang diberikan dalam berperilaku tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Meskipun stimulus yang diberikan sama, tetapi respons tiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda

(2)

1. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku.

1.2. Proses Adopsi Perilaku

Rogers (dikutip dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1. Awarenesss (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru,

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Penelitian Rogers yang selanjutnya didapatkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat tahan lama (long

(3)

lasting). Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka akan tidak bersifat lama (Notoatmodjo, 2003).

Benyamin Bloom (dikutip dalam Notoatmodjo, 2003) membedakan perilaku manusia ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Sesuai perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasikan untuk pengukuran hasil perilaku kesehatan yang terbagi tiga yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice). Alat ukur dari hasil perilaku hidup sehat yang akan diteliti oleh peneliti hanya pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).

1.3. Pengetahuan (Knowledge)

Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkatan tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata yang digunakan untuk mengukur tingkatan ini adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

(4)

2. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari ssecara langsung pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain yang dapat dilihat dari penggunaan kata seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

(5)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk memberi penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (dikutip dalam Widianti, Sriati dan Hernawaty, 2007), yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah di dapat akan dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

(6)

5. Sosial budaya

Kebudayaan tempat tinggal dan kebiasaan keluarga/kelompok dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

1.4. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap belum tentu suatu tindakan atau aktivitas, tetapi dapat merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku dan masih merupakan reaksi tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Allport (dikutip dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Niven (dikutip dalam Purba, 2011) membedakan sikap menjadi dua, yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan atau mempertahankan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Sikap negatif merupakan sikap yang menunjukkan, memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

(7)

Sikap dipengaruhi oleh kepribadian (misalnya pesimis-optimis), pengalaman (misalnya sikap negatif terhadap seseorang karena pernah ditipu olehnya), pendapat umum (misalnya prasangka sosial, biasanya terhadap orang) dan latar belakang (misalnya orang pedalaman). Sikap mewarnai pandangan terhadap seseorang atau suatu objek dan dapat mempengaruhi perilaku dan relasi dengan orang lain. Saat seseorang bersikap, maka ada penilaian sebelumnya yaitu bisa baik atau tidak baik (kalau perasaan itu netral, tidak baik dan tidak jahat). Perasaan sering berakar dalam sikap dan sikap dapat diubah (Maramis, 2006).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :

1. Menerima (receiving)

Menerima yaitu seseorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang tersebut menerima ide itu.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat yang ketiga.

(8)

4. Bertanggung jawab (responsible)

Tingkatan ini merupakan sikap yang paling tinggi karena seseorang telah bertanggung jawab dengan sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang ada.

Seseorang cenderung bersikap karena ada beberapa faktor yang membentuknya. Maramis (2006) menyatakan sikap yang ada pada diri setiap orang tergantung pada banyak masukan yang sangat bervariasi dari lingkungan sekitar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengalaman dapat memengaruhi sikap kita, namun kadang-kadang tidak begitu jelas pengaruhnya. Umpamanya sikap positif dapat terbentuk jika kebiasaan melakukan sesuatu. Karena sikap positif tersebut, maka hal itu sering dilakukan sehingga stimulus yang didapatkan menjadi lebih sering juga (Maramis, 2006).

2. Perilaku Hidup Sehat

Becker (dikutip dalam Notoatmodjo, 2003) menyatakan bahwa perilaku hidup sehat termasuk ke dalam salah satu kelompok perilaku kesehatan. Perilaku sakit (illness behavior) dan perilaku peran sakit (the sick role behavior) juga merupakan kelompok dari perilaku kesehatan yang disebutkan oleh Becker. a. Perilaku hidup sehat yakni perilaku seseorang dalam mempertahankan dan

meningkatkan kesehatannya yang mencakup makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, istirahat yang cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

(9)

b. Perilaku sakit (illness behavior) yakni respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yang meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau saran pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak dan mengetahui hak memperoleh perawatan, mendapatkan pelayanan kesehatan serta kewajiban orang sakit seperti memberitahu informasi penyakit kepada petugas kesehatan dan tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Indikator yang akan diukur dari tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku hidup sehat dalam penelitian ini yaitu makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, dapat mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup positif bagi kesehatan yang lainnya.

2.1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

Remaja sangat memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya relatif besar karena remaja sedang mengalami fase pertumbuhan yang pesat, yang disebut “adolescence growth spurt”. Kebutuhan gizi pada remaja putra dan remaja putri akan berbeda. Pada remaja putra kegiatan jasmaniah semakin meningkat seperti atletik, bermain bola, dan sebagainya. Bila pemasukan gizi tidak diseimbangkan dengan kalori yang dikeluarkan maka akan terjadi defisiensi gizi yang dapat menyebabkan tubuh mereka langsing, bahkan sampai kurus. Sedangkan pada

(10)

remaja putri mulai terjadi siklus haid yang dapat menimbulkan risiko kekurangan sejumlah Fe. Dan pada remaja putri ini sangat sadar akan bentuk badannya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya dan diet tanpa pengawasan seorang ahli gizi, sehingga pola konsumsinya menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi (Sediaoetama, 2006).

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa menu seimbang mencakup kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).

Menu seimbang yang mencakup kualitas termasuk elemen-elemen nutrisi yang lengkap di dalamnya yaitu (1) karbohidrat, yang bersumber dari padi-padian atau serelia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula; (2) protein, yang bersumber dari hewani seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang serta nabati seperti kacang kedelai, tempe, tahu dan kacang-kacangan lainnya; (3) lemak, yang sumber utamanya adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam), kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak; (4) vitamin terdiri dari vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Yang termasuk vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K sedangkan yang termasuk vitamin larut air adalah vitamin C, B1, B2, niasin, biotin, vitamin B6, folat, vitamin B12; (5) mineral yang terdiri dari mineral makro (natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur) dan mineral

(11)

mikro (besi, seng, iodium, tembaga, mangan, krom, selenium, molibden, fluor, kobal); (6) air, yang bersumber dari air dan minuman serta buah dan sayur yang mengandung sampai 95% dan daging, ayam dan ikan sampai 70-80% (Almatsier, 2005).

2.2. Olahraga teratur

Olahraga teratur yang mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003).

Irianto (dikutip dalam Habeahan, 2010) menyatakan bahwa berolahraga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olahraga dapat dilakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam.

2.3. Tidak merokok

Merokok merupakan kebiasaan buruk yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Di Indonesia hampir 50% penduduk usia dewasa merokok dan sekitar 15% remaja telah merokok (Notoatmodjo, 2003).

Soetjiningsih (2004) menyatakan ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan remaja merokok seperti faktor psikologik, biologik, lingkungan dan peraturan penjualan rokok. Dalam faktor biologik juga menyatakan kejadian merokok pada remaja wanita dapat mengakibatkan mereka dapat menjadi percaya diri, suka menentang, dan secara sosial cakap, berbeda dengan remaja laki-laki perokok yang secara sosial tidak aman. Adapun dampak negatif dari merokok

(12)

bagi kesehatan menurut Ogden (dikutp dalam Nasution, 2007) yaitu penyakit kardiovaskular, neoplasma (kanker), saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, dan sebagainya.

2.4. Tidak minum minuman keras dan narkoba

Soetjiningsih (2004) mengemukakan bahwa semua remaja mempunyai faktor risiko untuk menyalahgunakan obat-obatan yaitu faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan dan karakteristik individu.

Kebiasaan minum miras dan mengkonsumsi narkoba juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan memiliki kebiasaan minum miras ini (Notoatmodjo, 2003).

Kebiasaan minum minuman beralkohol dan mengkonsumsi narkoba akan menimbulkan dampak yang buruk, baik bagi fisik, psikologis maupun sosial. Adapaun dampak fisik yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal dan panca indera. Pemakaian yang berlebihan juga dapat menyebabkan kematian (Ajisuksmo, Moeliono dan Agustian, 2004).

2.5. Istirahat cukup

Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Beberapa ahli tidur berpendapat tenaga yang pulih setelah tidur menunjukkan bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan berikutnya (Potter dan Perry, 2005). Kegunaan tidur menurut Anch dkk (dikutip dalam Potter dan Perry, 2005) adalah tubuh

(13)

menyimpan energi selama tidur sehingga otot skelet berelaksasi secara progresif dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.

Peningkatan kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. Hal ini dapat membahayakan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Termasuk pada remaja sekarang dengan segala tuntutan tugas sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah maupun tugas lainnya yang dapat menekan waktu yang tersedia untuk tidur. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) pola tidur normal pada remaja yaitu lama tidur selama 8,5 jam pada malam hari dan tahapan REM-nya 20% yaitu 18 menit. Remaja tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah atas. Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur yang sedikit daripada remaja. Akan tetapi, data laboratorium menunjukkan bahwa remaja mempunyai kebutuhan fisiologis untuk tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan praremaja (Carskadon, 1990 dalam Potter dan Perry, 2005). Akibat tuntutan gaya hidup yang semakin memperpendek waktu untuk tidur, maka remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari (excessive daytime sleepiness, EDS). Penampilan di sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan dan masalah perilaku dapat terjadi berhubung dengan EDS (Potter dan Perry, 2005).

(14)

2.6. Mengendalikan stres

Setiap orang mengalami stres dari waktu ke waktu, dan umumnya seorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang atau menghadapi stres jangka pendek sampai stres itu berlalu. Stres dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada seseorang, dan jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka dapat menimbulkan penyakit. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik yang mengharuskan seseorang untuk berespons atau melakukan tindakan (Seyle, dikutip dalam Potter dan Perry, 2005).

Kecendrungan stres akan meningkat pada setiap orang. Oleh sebab itu, kita harus mengendalikan stres agar tidak mengganggu kesehatan kita dengan cara mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan positif (Notoatmodjo, 2003). Hidayat (2008) menyatakan ada beberapa cara untuk mencegah dan mengatasi stres agar stres tidak sampai ke tahap yang lebih berat atau yang disebut dengan manajemen stres yaitu pengaturan diet dan nutrisi dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makanan dingin dan monoton; istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan memulihkan keadaan tubuh; olahraga atau latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental; berhenti merokok bagi remaja yang perokok; tidak mengkonsumsi minuman keras; pengaturan berat badan yaitu mengatur keadaan tubuh tetap seimbang karena akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres; pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu; terapi psikofarmaka, biasanya

(15)

menggunakan obat anti cemas dan anti depresi; terapi somatik hanya dilakukan gejala yang ditimbulkan akibat stres sehingga tidak mengganggu sistem tubuh yang lain; psikoterapi; terapi psikoreligius.

2.7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

Perilaku atau gaya hidup sehat yang lain misalnya penyesuaian diri kita dengan lingkungan, relaksasi, rekreasi, menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

3. Remaja

3.1. Pengertian Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004) terdapat beberapa definisi remaja berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, yaitu :

1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah : bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.

2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

4. Menurut UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

(16)

5. Menurut DikNas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.

6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

John W. Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Dan dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa perkembangan yang dimulai dari usia 10 tahun dan sebelum mencapai usia 21 tahun. Remaja pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 15-18 tahun.

3.2. Ciri-Ciri Pertumbuhan Somatik Remaja

Soetjiningsih (2004) menyatakan pada masa praremaja pertumbuhan lebih cepat daripada masa prasekolah, ketrampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermian berkelompok dengan teman yang berjenis kelamin sama. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi pacu berat badan dan tinggi badan yang disebut sebagai pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan yang pesat dari alat-alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Di bawah ini adalah ciri-ciri pertumbuhan somatik remaja, yaitu : 1. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas

2. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung pada masing-masing individu.

(17)

3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti sikuen/urutan yang sama dalam pertumbuhan somatiknya.

4. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manisfestasi somatik dari aktivitas gonad dan dibagi dalam beberapa tahap yang berurutan, yang oleh Tanner disebut sebagai Sexual Maturity Rating (SMR) atau Tingkat Kematangan Seksual (TKS).

5. Pertumbuhan somatik pada remaja, mengalami perubahan pada abad terakhir dalam ukuran dan umur mulainya remaja, hal ini disebabkan adanya perbaikan gizi dan lingkungan.

Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda (Soetjiningsih, 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pengalaman auditor, kompetensi, risiko audit, etika, tekanan ketaatan, dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dari sabut kelapa dan limbah cair tahu mengalami peningkatan tinggi tanaman, penambahan kadar protein

Pembelajaran olahraga khususnya pada kemampuan heading bola dengan bola karet pada siswa mengunakan media karet sebenanarya sangat menyenangkan karena anak didik

Beberapa kegunaan teori dalam penelitian adalah (a) mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi terhadap jenis- jenis data yang akan

Penurunan biaya yang justru lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya disebabkan karena penelitian dilakukan setelah periode terjadinya krisis keuangan

Pada kondisi tertentu media ini dapat dimodifikasi dengan cara mengambil sebagian (membelah) misal mesin, contoh (spacimen) dan pameran (exhibit) misalnya

Dari hasil penelitian pada 20 ibu postpartum yang dilakukan pijat laktasi (50%) dan 20 ibu postpartum yang dilakukan pijat oksitosin (50%) menunjukkan bahwa

Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala