• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERENCANAAN MOBILE WATER TREATMENT PADA

MOBIL PICK UP DAIHATSU GRAN MAX

DESIGN OF MOBILE WATER TREATMENT ON

DAIHATSU GRAN MAX PICK UP CAR

Mufidatus Shofi dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITS Surabaya

Abstrak

Akses pada prasarana dan sarana air minum belum dimiliki oleh sebagian besar masyarakat. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010 menyatakan bahwa, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak pada tahun 2009, baru sebesar 49,82% untuk perkotaan dan 45,72% untuk pedesaan. Tujuan dari perencanaan ini adalah mendesain dan mendapatkan informasi mengenai besar biaya perencanaan Mobile Water Treatment pada mobil pick up Daihatsu Gran Max. Pada tahap awal perencanaan dilakukan studi mengenai unit-unit pengolahan air permukaan (Kali Jagir Surabaya) menjadi air siap minum dan pengukuran mobil pick up Daihatsu Gran Max secara mandiri. Kemudian ditentukan unit-unit pengolahan air yang sesuai dan dilakukan perhitungan secara teoritis dengan mempertimbangkan space mobil dan daya angkut mobil. Mobile Water Treatment ini mampu mengolah air Kali Jagir Surabaya menjadi air siap minum dengan debit 0,5 liter per detik dan beroperasi selama 6 jam dalam sehari. Mobile Water Treatment ini terdiri dari unit pengaduk cepat, pengaduk lambat, sedimentasi, filter, dan desinfeksi UV. Perencanaan ini dilengkapi dengan informasi mengenai besar biaya yang dibutuhkan dalam pembuatannya dan juga terdapat Standard Operational Procedure (SOP) untuk memudahkan dalam hal pengoperasian dan pemeliharaan. Kata Kunci: Air Minum; Kali Jagir Surabaya; Mobile Water Treatment; Daihatsu Gran Max.

Abstract

Access to drinking water infrastructure and facilities not owned by most people. In Indonesia. Achieving the Millennium Development Goals Report 2010 stated that Indonesia, the proportion of households with sustainable access to drinking water in 2009, amounting to 49.82% for urban areas and 45.72% for rural areas. The purpose of this planning is to design and obtain information about the cost of Mobile Water Treatment on Daihatsu Gran Max pick up car. First step of design is a study on the processing units of surface water (Kali Jagir Surabaya.) to be drinkable water and measurement pickup Daihatsu Gran Max independently. And than, determined the water treatment units and the corresponding theoretical calculations performed by considering a car’s space, and car’s capacity. Mobile Water Treatment is able to treat water of Kali Jagir Surabaya to be drinkable water with that flow 0.5 liters per second and operate for 6 hours in a day. Mobile Water Treatment consists of rapid mixing unit, slow mixing unit, sedimentation unit, filter unit, and UV’s desinfection unit. This planning is complemented with information about the cost involved of Mobile Water Treatment’s making and Standard Operational Procedure (SOP) to facilitate the operation and maintenance.

Keywords: Drinking Water; Jagir Kali Surabaya; Mobile Water Treatment; Daihatsu Gran Max. 1. PENDAHULUAN

Masyarakat perkotaan pada umumnya memenuhi kebutuhan air siap minum dengan membeli air minum dari depo-depo air minum ataupun dengan membeli air minum dalam kemasan. Sedangkan untuk masyarakat pedesaan, pada umumnya memenuhi kebutuhan air minum dengan memasak air sumur yang mereka miliki terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Padahal di pedesaan umumnya dijumpai air permukaan yang berpotensi untuk dijadikan air minum, seperti embung, danau, sungai, dan sebagainya. Dalam perencanaan ini akan direncanakan suatu teknologi pengolahan air permukaan menjadi air siap minum yang diberi nama Mobile Water Treatment. Unit

(2)

2 pengolahan air pada Mobile Water Treatment ini dirangkai pada mobil pick up Daihatsu Gan Max yang disesuaikan dengan space dan daya angkut mobil.

Rumusan masalah pada perencanaan ini adalah desain Mobile Water Treatment pada mobil pick up Daihatsu Gan Max dan besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan Mobile Water

Treatment pada mobil pick up Daihatsu Gan Max. Sedangkan tujuan dari perencanaan ini adalah

mendesain Mobile Water Treatment pada mobil pick up Daihatsu Gan Max dan mendapatkan informasi besar biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan Mobile Water Treatment pick up Daihatsu Gan Max.

Menurut PER.MEN.KES RI. No. 492 Tahun 2010, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Adapun unit-unit yang digunakan dalam pengolahan air minum terdiri atas, unit pengaduk cepat, pengaduk lambat, sedimentasi, filter, dan desinfeksi.

Unit Pengaduk Cepat

Proses pengadukan cepat terdiri atas pembubuhan bahan kimia koagulan, proses pengadukan cepat serta proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah agar terbentuk aliran turbulensi supaya terjadi pendispersian bahan kimia yang dilarutkan ke dalam air. Menurut Schulz (1984) terdapat 2 kriteria kontrol yang utama pada pengadukan cepat, yaitu : intensitas agitasi (G) dan waktu agitasi (td). 2 / 1       = xV xgxh Qx G L µ ρ Dimana :

G = gadien kecepatan (det-1 P = power pengaduk (watt, kg.m

)

2

μ = viskositas dinamis (kg/m.det) /det) V = volume bak (m3 Q = debit (m ) 3 ρ = densitas air (kg/m /det) 3

g = percepatan gavitasi (9,81 m/det )

2

h

)

L = headloss (m)

Unit Pengaduk Lambat

Baffled channel flocculator merupakan salah satu jenis proses flokulasi. Pengadukan lambat pada baffled channel flocuculator mempunyai cara kerja membolak-balikkan melewati arah aliran yang

dibatasi oleh sekat– sekat. Faktor-faktor yang berpengaruh pada flokulator sama dengan yang berpengaruh pada unit pengaduk lambat, antara lain: waktu detensi (td), kecepatan (v), kehilangan tekanan (hf), dan gradient kecepatan (G).

Unit Sedimentasi

Sedimentasi merupakan pemisahan partikel padat dari suspensi karena gaya gavitasi, kemudian suspensi terpisah menjadi cairan dan padatan. (Al-Layla, 1980). Pada zone pengendapan terjadi proses pengendapan dari flokulen. Aliran laminar sangat berpengaruh dalam proses ini karena aliran tersebut dapat menjaga keutuhan flokulen agar tidak terpecah (Nre < 2000). Agar aliran stabil maka diperlukan nilai Nfr > 10-5 (Kawamura, 2000).

(3)

3 gxR vh Nfr vhxR Nre 2 dan = = υ Dimana :

Nre = bilangan Reynold Nfr = bilangan Froude

vh = kecepatan aliran (m/det) R = jari-jari hidrolis, R = A/P (m) A = luas bak (m2

P = keliling basah (m) )

υ = viskositas kinematis (m2

g = percepatan gavitasi (9,81 m/det /det)

2

)

Plate settler merupakan komponen penting dalam membantu memperluas area pengendapan. Plate settler yang digunakan merupakan buatan pabrik yang didesain sesuai dengan unit sedimentasi.

Unit Filter

Reynolds (1996) menyatakan bahwa filtrasi adalah pemisahan solid-liquid dimana liquid melewati media bepori atau material lain yang berpori untuk mereduksi suspended solid yang halus. Filter dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat (Al-Layla, 1980).

Adapun rumus headloss atau kehilangan tekanan pada media menurut Fair dkk (1968), adalah : Kecepatan aliran di filter pasir cepat sangat tinggi yaitu sebesar 4 – 21 m/jam (Shulz, 1984).

(

)

      ×       × − × × × = 2 2 3 2 6 1 di Pi f f g v k L hf ϕ ν Dimana : hf = kehilangan tekanan (m) L = tebal media (m) K = koefisien permeability = 5 v = kecepatan filtrasi (m/det) f = faktor porositas

g = percepatan gavitasi (m/det2 ϕ = sperisitas

)

v = viskositas kinematis (m2/det)

Underdrain pada filter berfungsi sebagai pendukung media filter, pemerata aliran pencucian filter

dan pengumpul filtrat. Kesulitan yang sering dialami adalah mencegah media terhalus agar tidak turun ke dasar filter. Salah satu pemecahan masalah tersebut, dapat dilakukan dengan penyusunan media penunjang dengan gadasi kasar-halus-kasar yang dianggap dapat memberikan kestabilan media penunjang (AWWA, 1998).

Unit Desinfeksi

Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum yang berfungsi untuk membunuh organisme patogen yang masih terdapat dalam air olahan. Mc Carty dan Smith (1974) dalam Reynolds (1996) mengungkapkan bahwa desinfeksi merupakan proses perusakan dari

(4)

4 mikroorganisme pathogen. Penyinaran Ultraviolet (UV) telah digunakan untuk desinfeksi pada air minum selama beberapa tahun. Cahaya UV ini dibedakan menjadi A, B, C, dan UV-Vakum yang didasarkan pada perbedaan karakteristik panjang gelombang (315-380 nm, 280-315 nm, 200-280 nm, 100-200 nm) dan tekanan (tinggi, sedang, rendah). Cahaya UV yang paling efektif menginaktifasi mikroorganisme adalah cahaya UV-C.

2. METODOLOGI

Metodologi perencanaan ini meliputi studi unit-unit pengolahan air permukaan menjadi air minum. Kemudian dilakukan perencanaan unit-unit pengolahan air permukaan menjadi air minum yang dapat dirangkai pada Mobile Water Treatment berdasarkan perhitungan secara teoritis. Tahapan proses pada pengolahan air ini akan sangat bergantung pada kualitas air permukaan yang digunakan, space mobil, dan daya angkut mobil.

Penelitian pendahuluan (data primer) dilakukan untuk mengetahui karakteristik air Kali Jagir Surabaya antara lain analisis suhu, warna, kekeruhan, pH, jar test, Total Suspended Solids (TSS), Total Dissolved Solids (TDS), Settleable Solid (SS), dan Settling Column Test Tipe II serta dilakukan pengukuran mobil pick up Daihatsu Gan Max secara mandiri. Sedangkan data sekunder terdiri dari spesifikasi mobil, pipa, pompa, sumber energi, dan daftar harga yang berkaitan dengan peralatan yang dibutuhkan pada perencanaan ini. Analisis data dilakukan setelah didapatkan data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan mengolah data primer dan sekunder, dengan pencatatan data, mulai dari editing data, tabulasi dan grafik. Setelah dilakukan analisis data, maka dapat dilakukan pembahasan yang meliputi hasil dari analisis data, penentuan sistem Mobile

Water Treatment, dan perencanaan Mobile Water Treatment. Untuk perhitungan pada unit

pengolahan yang pertama dihitung adalah unit filter, kemudian dilakukan perhitungan pada unit pengaduk cepat, unit pengaduk lambat, unit sedimentasi, dan unit desinfeksi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Air baku yang digunakan dalam perencanaan ini merupakan air permukaan (air sungai) Kali Jagir Surabaya. Setelah melakukan pengambilan sampel air baku, maka sampel air baku dapat dianalisis sesuai dengan parameter yang ditentukan pada penelitian pendahuluan. Adapun hasil dari penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Analisis Air Kali Jagir Surabaya

Jenis Parameter Satuan Persyaratan Air Minum Hasil Analisa

Suhu oC Suhu udara ± 3 29

Warna TCU 15 787

Kekeruhan NTU 5 206

pH 6.5 - 8.5 7,26

Total Suspended Solids (TSS) mg/L - 168

Total Dissolved Solids (TDS) mg/L 500 356

E. coli JumLah/100

mL sampel 0 500000

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Berdasarkan data Tabel 2, dari 7 parameter, terdapat 3 parameter-yang melebihi baku mutu air minum PERMENKES No. 492 tahun 2010, yaitu parameter warna sebesar 787 TCU, parameter kekeruhan sebesar 206 NTU, dan parameter E. coli sebesar 500.000/100 mL sampel. Sedangkan

(5)

5 untuk hasil pengukuran mobil memberikan hasil, panjang dalam bak sebesar 236 cm; lebar dalam bak sebesar 163 cm; dan tinggi bak sebesar 30 cm. Sementara berat kosong kendaraan sebesar 950 kg dan beban angkut maksimal mobil ini sebesar 2 ton.

Hasil dari analisis jar test menunjukkan bahwa dosis koagulan yang paling efektif dalam meremoval kekeruhan 206 NTU adalah 7,5 mg/L dengan kekeruhan akhir 8,49 NTU dan pH 6,91. Hal ini dikarenakan kekeruhan yang masuk unit filter sebesar 5-10 NTU. Oleh karena itu pada unit pengolahan Mobile Water Treatment ini dosis koagulan yang digunakan sebesar 7,5 mg/L. Hal ini dapat dilihat secara jelas pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Analisis Jar Test

Dosis Tawas

(mg/L) Kekeruhan (NTU) pH Warna (TCU)

0 74 7,37 632 1 50.8 7,40 545 1,5 38.4 7,38 513 2 44 7,33 522 2,5 25.9 7,32 472 3 17.9 7,29 448 3,5 16.5 7,25 441 4 15.4 7,21 438 4,5 25.1 7,17 465 5 14.3 6,93 437 7,5 8.49 6,91 415 10 4.83 6,89 403 12,5 4.95 6,79 397

Sumber : Analisis Laboratorium, 2011

Partikel-partikel tersuspensi membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses pengendapan. Langkah awal analisa ini adalah memasukkan sampel yaitu air baku sebanyak 1 liter yang telah dicampur dengan koagulan dengan dosis optimum pada analisis jar tes (7,5 mg/L), kemudian dimasukkan ke dalam imhoff cone atau kerucut imhoff dengan tinggi air baku sebesar 37,5 cm. Dilakukan pengendapan selama 1 jam dan diukur volume partikel flok yang mengendap setiap 15 menit sekali. Analisa kerucut imhoff dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Analisa Pengendapan dengan Kerucut Imhoff

Pada analisis ini dilakukan duplo (2 kali percobaan) dengan sampel air yang sama. Hasil analisa dari pembentukan flok dapat dilihat pada Tabel 3.

(6)

6 Tabel 3 Hasil Analisis Pembentukan Flok

Waktu (menit)

Volume Lumpur

Rata-rata Volume Lumpur (mL/L) Imhoff Cone1 Imhoff Cone

(mL/L) 2 (mL/L) 15 8,5 9 8,75 30 6,5 7 6,75 45 5,5 6,5 6 60 6 6 6

Sumber : Analisis Laboratorium, 2011

Waktu pengendapan yang relatif efektif pada analisis ini adalah 60 menit dengan rata-rata volume lumpur yang terbentuk sebanyak 6 mL/L.

Analisis Settling Column Test Tipe II digunakan untuk menentukan waktu pengendapan atau waktu detensi (td) dan kecepatan pengendapan (Vs) partikel flokulen yang dapat menghasilkan efisiensi pengendapan tertentu (Reynolds, 1996). Besarnya partikel yang mengendap diuji dengan

column settling test dengan multiple withdrawl ports (Gambar 2).

40 cm 40 cm 40 cm 40 cm 40 cm 6 cm 206 cm 19 cm 10 cm

Gambar 2 Settling Column Test Tipe II

Dengan menggunakan kolom pengendapan tersebut, sampling dilakukan pada setiap port pada interval tertentu. Kemudian dianalisis kekeruhan dan removal pada tiap port tersebut serta dibuat grafik isoremoval seperti pada Gambar 3.

0 30 70 110 150 190 10 20 30 40 50 60 75 90 105 120

Waktu Pengendapan (menit)

Kedalaman (cm) 32 45 55 59 60 64 75 76 75 78 80 83 81 82 84 85 82 84 85 87 85 86 87 88 87 88 88 89 90 91 92 93 91 93 94 95 91 93 96 96 50% 60% 70% 80% 85% 90% 95% 135 Grafik Isoremoval 196

(7)

7 Gambar 3 Grafik Isoremoval

Berdasarkan grafik isoremoval tersebut, Kemudian diambil waktu tertentu dan dihitung removal total pada waktu tersebut dengan menggunakan persamaan berikut :

) ( ) ( ) ( 2 3 1 D E C D B C B T R R H H R R H H R R H H R R = + − + − + −

Maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 4.

Tabel 6 Hubungan Antara Waktu Pengendapan dengan Persentase Removal

Waktu Pengendapan (menit) %RT

15 61,3 21 69,7 32 78,6 42 83,2 63 88,2 92 92,6

Sumber : Hasil Perhitungan, 2011

Kemudian dilakukan perhitungan kecepatan pengendapan (Vs) dengan menggunakan persamaan berikut :

waktu Vs=kedalaman

Maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Hubungan Antara Waktu Pengendapan dengan Kecepatan Pengendapan dan Persentase Removal

Waktu Pengendapan (menit) Vs (Kecepatan Pengendapan) (m/menit) Vs (Kecepatan Pengendapan) (m/det) %RT 15 0,131 0,002 61,3 21 0,093 0,002 69,7 32 0,061 0,001 78,6 42 0,047 0,001 83,2 63 0,031 0,001 88,2 92 0,021 0,0004 92,6

Sumber : Hasil Perhitungan, 2011

Kemudian dipilih persentase removal yang diinginkan, dalam hal ini dipilih Persentase removal sebesar 75%. Sehingga didapat waktu pengendapan sebesar 25 menit dan kecepatan pengendapan sebesar 0,055 m/menit .

Sistem Mobile Water Treatment

(8)

8 Gambar 4 Diagam Alir dari Sistem Mobile Water Treatment

pada Mobil Pick Up Daihatsu Gan Max Perencanaan Mobile Water Treatment

Pada perencanaan Mobile Water Treatment pada mobil pick up Daihatsu Gan Max dilakukan perhitungan tiap-unit pengolahan air yang telah direncanakan, dimulai dari unit filter terlebih dahulu. Kemudian unit pengaduk cepat, pengaduk lambat, sedimentasi, dan desinfeksi.

Unit Filter

Filter yang digunakan dalam Mobile Water Treatment ini adalah Rapid Sand Filter (Filter pasir cepat) dengan dual media (antrasit setebal 30 cm dan pasir silica setebal 15 cm) dilengkapi dengan media kerikil setebal 10 cm sebagai penyangga. Pada perencanaan ini terdapat bak filter sebanyak 5 buah dan terdapat 1 bak penampung untuk menampung air hasil olahan filtrasi. Hal ini sesuai dengan kriteria desain, bahwa jumlah minimum unit filter untuk sistem pencucian interfilter sebanyak 4 bak (Schulz, 1984). Adapun dimensi unit filter yaitu sebesar 0,3 m x 0,3 m x 1,15 m dengan rate filtrasi sebesar 4 m3/m2/jam. Pada umumnya, besar laju filtrasi pada rapid sand filter adalah 4 – 21 m3/m2/jam (Schulz, 1992). Headloss pada media filter dapat dilihat secara jelas pada Tabel 6.

Tabel 6 Headloss Media Filter Saat Bersih (1 bak Tidak Beroperasi) Kondisi Unit

Filter

Headloss Media, hf (cm) Saat semua

Beroperasi

Saat 1 Bak Tidak Beroperasi

Saat Bersih 5,319 6,648

Saat Clogging 22,252 27,815 Sumber : Hasil Perhitungan, 2011

Tinggi ekspansi bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi jangkauan media pada saat proses backwash sehingga media tidak terbawa ke saluran pelimpah. Tinngi ekspansi untuk media antrasit sebesar 6,648 cm. Unit filter ini dilengkapi dengan underdrain berupa perforated pipe (pipa manifold dengan diameter pipa sebesar 40 mm , pipa lateral dengan diameter sebesar 25 mm, dan orifice). Adapun sketsa dari filter pada Mobile Water Treatment dapat dilihat pada Gambar 5.

(9)

9

Gambar 5 Muka Air pada Bak Filter dan Bak Penampung

Unit Pengaduk Cepat

Unit pengaduk cepat yang digunakan berupa pipa sepanjang 1,35 m dengan diameter 25 mm. Waktu tinggal air didalam pipa menentukan lamanya proses pengadukan koagulan dari hasil perhitungan yaitu 1,32 det. Hasil tersebut sesuai dengan kriteria desain yaitu kurang dari 60 detik (Schulz, 1992), sehingga pencampuran bahan kimia dapat terlaksana dengan sempurna. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai gradien kecepatan sebesar 1217/det. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa pada unit pengaduk cepat terjadi percampuran koagulan dengan air olahan akibat turbulensi yang terjadi pada pipa. Unit pengaduk cepat disajikan pada Gambar 6.

Gambar 7 Unit Pengaduk Cepat dengan Pipa

Unit Pengaduk Lambat

Unit pengaduk lambat pada perencanaan ini terdiri dari 3 kompartemen yang dilengkapi dengan lubang yang berbeda tiap kompartemennya, yaitu 3 cm, 4 cm, dan 5 cm. dimana aliran air pada unit ini adalah aliran vertikal dengan nilai gradient kecepatan yang semakin menurun dari kompartemen 1 sampai kompartemen 3 (60/det , 40/det, dan 20/det). Adapun dimensi dari unit ini adalah sebesar

(10)

10 1,25 m x 0,61 m x 0,7 m. adapun gambar dari sketsa unit pengaduk lambat dapat dilihatsecara jelas pada Gambar 8.

Gambar 8 Unit Pengaduk Lambat

Unit Sedimentasi

Dalam perencanaan ini digunakan sedimentasi dengan menggunakan plate settler dengan kemiringan 60O dan kedalaman 50 cm. Dimensi dari unit sedimentasi ini adalah sebesar 1,46 m x 0,73 m x 0,9 m. Zona inlet pada unit ini terdapat pipa manifold dengan diameter 65 mm dilengkapi dengan orifice sebanyak 16 buah. Unit sedimentasi ini dilengkapi dengan ruang lumpur dengan kedalaman sebesar 10 cm. Unit ini juga dilengkapi dengan gutter dan gullet. Gambar dari uni sedimentasi dapat dilihat secara jelas pada Gambar 9.

Gambar 9 Unit Sedimentasi

Unit Desinfeksi

Unit desinfeksi pada perencanaan ini bebrbentuk persegi panjang terbuat dari plat baja setebal 4 mm, dengan dimensi 1 m x 0,15 m x 0,15 m dilengkapi dengan 1 buah lampu UV – C 30 watt. Gambar dari unit desinfeksi dapat dilihat secara jelas pada Gambar 10.

(11)

11

Gambar 10 Unit Desinfeksi

Massa Mobile Water Treatment

Adapun massa Mobile Water Treatment saat tidak berisi air atau kosong sebesar 1453,020 kg., sedangkan pada saat beroperasi massanya menjadi 3217,538 kg. berdasarkan hal tersebut, maka membutuhkan penyangga. Oleh karena itu pada saat Mobile Water Treatment operasi digunakan penyangga dari pipa plat baja sebanyak 5 buah, dengan panjang masing-masing pipa sebesar 69 cm dan diameter sebesar 40 mm.

4. KESIMPULAN

Mobile Water Treatment ini mampu mengolah air Kali Jagir Surabaya menjadi air siap

minum dengan debit 0,5 liter per det dan beroperasi selama 6 jam dalam sehari. Adapun spesifikasi unit-unit pengolahan pada Mobile Water Treatment ini menggunakan plat baja setebal 5 mm.

Dimensi dari tiap unit pada Mobile Water Treatment antara lain unit pengaduk cepat berupa pipa berdiameter 25 mm sepanjang 1,35 m; unit pengaduk lambat berupa baffle channel aliran vertikal dengan dimensi 1,25 m x 0,61 m x 0,7 m; unit sedimentasi memiliki dimensi 1,46 m x 0,73 m x 0,9 m yang dilengkapi dengan plate settler kemiringan 60o; unit filter berupa rapid sand filter dual media (pasir silika dan antrasit) dengan dimensi 0,3 m x 0,3 m x 1,15 m; dan unit desinfeksi UV memiliki dimensi 1 m x 0,15 m x 0,15 m dan terbuat dari plat alumunium dengan tebal plat 4 mm dilengkapi lampu UV-C 30 watt. Biaya pembuatan Mobile Water Treatment pada mobil pick up Daihatsu Gran Max adalah sebesar Rp 14.885.425,10.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, M.A. 1980. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor Science. Michigan: Publisher Inc.

AWWA & ASCE. 1998. Water Treatment Plant Design.3rd

Fair, G, dan Okun. 1968. Water and Waste Water Treatment Engineering Volume 2. New York, USA: John Wiley & Sons Inc

edition.USA: McGaw-Hill

Companies Inc.

Kawamura, S. 2000. Integated Design of Water Treatment Facilities. Singapura: John Willey & Sons Inc.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010. Jakarta : Menteri Perencanaan Pembangunan Naasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) <URL:www.bappenas.go.id/get-file-server/node/1497/>

Reynolds dan Richards. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering

Second Edition. Boston: PSW Publishing Company.

Schulz, C. R, and Okun, D. A. 1984. Surface Water Treatment For Communities In Developing

Gambar

Tabel 1 Hasil Analisis Air Kali Jagir Surabaya
Tabel 2 Hasil Analisis Jar Test  Dosis Tawas
Gambar  2 Settling Column Test Tipe II
Tabel 6 Hubungan Antara Waktu Pengendapan dengan Persentase Removal  Waktu Pengendapan (menit)  %RT
+5

Referensi

Dokumen terkait