• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. (Nederland Indie) pada mulanya terdapat 3 (tiga) buah bank, yaitu :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. (Nederland Indie) pada mulanya terdapat 3 (tiga) buah bank, yaitu :"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

2.1. Sejarah Perbankan di Indonesia

Sejarah perbankan di Indonesia yang pada saat itu bernama Hindia Belanda (Nederland Indie) pada mulanya terdapat 3 (tiga) buah bank, yaitu :

1. De Javasche Bank N.V. yang didirikan tanggal 11 Oktober 1827, kemudian dinasionalisir oleh pemerintah RI pada tanggal 6 Desember 1951 dan akhirnya menjadi Bank Sentral di Indonesia berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968. 2. De Algemene Volks Crediet Bank, didirikan tahun 1934 di Batavia (Jakarta).

Kemudian kegiatan bank ini dilanjutkan oleh lembaga kredit Jepang (pada masa pendudukan Jepang) dengan nama Syomin Ginko dan sekarang menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI).

3. De Postpaartbank, didirikan tahun 1898, selanjutnya dengan UU No. 9 Drt. Tahun 1950 diganti dengan Bank Tabungan Negara.

Disamping ketiga bank di atas, terdapat pula bank-bank lainnya yang tidak mendapat campur tangan pemerintah yaitu :

1. Bank-bank pribumi : Bank Nasional Abuan Saudagar dan N.V. Bank Boemi. 2. Bank-bank milik China : The Overseas Chinese Banking Corporation, The

Bank of China dan N.V. Bankvereeniging Oei Tiong Ham.

3. Bank-bank milik Jepang : The Bank of Taiwan, The Yokohama Species Bank dan The Mitsui Bank.

(2)

4. Bank-bank milik Belanda : Nederland Handels Maatschappij (NHM), Nationals Handelsbank (NHB) dan De Esxomptobank N.V.

5. Bank-bank milik Inggris : The Chartered Bank of India, The Hongkong dan Shanghai Banking Corporation.

Dizaman kemerdekaan perkembangan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang. Beberapa bank milik Belanda dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia sehingga menambah jumlah bank yang sudah ada sebelumnya. Beberapa bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan yaitu : 1. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur).

2. Bank Rakyat Indonesia. 3. Bank Negara Indonesia. 4. Bank Indonesia.

5. Bank Dagang Nasional Indonesia. 6. N.V. Bank Sulawesi.

7. Indonesian Banking Corporation. 8. Bank Dagang Indonesia N.V. 9. Bank Timur N.V.

10. Kalimantan Corporation Trading.

Secara kronologis, perkembangan industri perbankan Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Era Sebelum Juni 1983

Pada era sebelum deregulasi Pakjun 1983, industri perbankan nasional ditandai dengan campur tangan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam pengaturan

(3)

pagu kredit dan tingkat bunga terhadap bank-bank nasional serta penyediaan kredit likuiditas dalam jumlah yang melimpah sehingga bank-bank komersial hanya berfungsi sebagai penyalur kredit-kredit Bank Indonesia. Akibatnya, pola pengelolaan bank-bank komersial cenderung konvensional, kurang profesional, kurang memiliki kreativitas dan tidak inovatif.

2. Paket 1 Juni 1983 (Pakjun 1983)

Deregulasi Pakjun 1983 berisikan 3 (tiga) hal utama sebagai berikut :

a. Menghapus pagu kredit sehingga bank-bank nasional dapat memberikan kredit secara lebih leluasa sesuai dengan kemampuannya dengan harapan bank dapat berkembang secara wajar.

b. Bank diberi kebebasan menentukan sendiri suku bunga deposito, tabungan maupun suku bunga kredit dalam rangka meningkatkan mobilisasi dana dari dan kepada masyarakat.

c. Mengurangi sebanyak mungkin atau meniadakan ketergantungan bank-bank kepada bank sentral (Bank Indonesia) dengan cara mengurangi/meniadakan kredit likuiditas.

Dengan liberalisasi perbankan tersebut, industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan represi sektor keuangan dan sistem keuangan Indonesia.

3. Paket 27 Oktober 1988 (Pakto 1988)

Deregulasi ini berupaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap financial market sambil mendorong perbankan ke arah kompetisi yang efisien dan sehat dengan kemudahan dalam mendirikan bank. Oleh karena itu, jumlah

(4)

bank semakin mengalami kenaikan dengan pesat serta menumbuhkan berbagai inovasi dalam keragaman produk perbankan.

4. 29 Mei 1993 : Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Persaingan antarbank dalam menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank komersil dalam praktiknya banyak yang salah langkah, kurang berhati-hati ataupun menyimpang dari aturan-aturan serta ketentuan yang berlaku bagi bisnis perbankan.

Dalam rangka menjaga agar bank-bank tersebut lebih melaksanakan fungsi prudential banking (prinsip kehati-hatian dalam menjalankan bisnis perbankan), Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank nasional telah menetapkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan surat edaran BI No. 26/BPPP/1993 tanggal 29 Mei 1993, yang dikenal dengan nama metode CAMEL (Capital, Adequacy, Quality of Productive Asset, Management Risks, Earning, Liquidity). Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian disempurnakan lagi melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR/1997, tanggal 30 April 1997.

5. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1996

Peraturan Pemerintah ini terutama menekan tentang kewajiban bank dalam memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia serta melaksanakan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking). PP No. 68/1996 antara lain berisikan 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi oleh industri perbankan nasional, yakni :

(5)

a. Peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) minimal 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) menjadi 10% pada akhir tahun 1997 dan 12% pada tahun 2001.

b. Peningkatan modal disetor menjadi Rp 50 miliar bagi bank umum nondevisa dan Rp 150 miliar bagi bank devisa.

c. Peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 3% menjadi 5% per April 1997.

6. 10 November 1998 : UU No. 10 Tahun 1998

Pemerintah melakukan penyempurnaan dan mengadakan perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dengan mengesahkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-undang yang baru tersebut mencakup perubahan atas hal-hal sebagai berikut :

a. Penegasan kemandirian Bank Indonesia dalam pembinaan dan pengawasan perbankan dengan mengalihkan kewenangan seluruh perizinan di bidang perbankan dari yang semula berada pada Menteri Keuangan.

b. Pembentukan badan khusus sebagai pelaksana program penyehatan perbankan.

c. Perubahan cakupan rahasia bank.

d. Penyesuaian ketentuan pendirian dan kepemilikan bank dengan menghapus diskriminasi pengaturan antara bank campuran dan bank umum.

(6)

e. Kemudahan pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank. 7. 13 Maret 1999 : Program Rekapitalisasi Perbankan

Pada tanggal 13 Maret 1999, pemerintah melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan Bank Indonesia mengumumkan berbagai keputusan dalam rangka penyehatan perbankan nasional, yakni :

a. 38 bank nasional ditutup/Bank Beku Operasi (BBO). b. 7 bank nasional diambil alih/Bank Take Over (BTO).

c. 9 bank nasional dan lain-lain diikutsertakan dalam program rekapitalisasi. d. 73 bank nasional tidak ikut dalam program rekapitalisasi.

2.2. Bank Devisa dan Non Devisa

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dinyatakan bahwa Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. Sedangkan bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

Bank devisa menurut Kasmir (2014 ; 36) merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, transfer cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

(7)

Sedangkan bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

2.3. Produk-Produk Perbankan

Produk-produk perbankan di Indonesia :

1. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

2. Tabungan merupakan simpanan yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 3. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. 4. Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.

5. Jasa-jasa bank merupakan jasa pendukung kegiatan bank. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan

(8)

menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan penyimpanan dana dan penyaluran dana.

2.4. Sumber Daya dalam Perbankan 2.4.1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan dan kesehatan suatu bank sehingga perlu dipersiapkan dengan baik dan cermat. Selain itu, tenaga perbankan yang profesional perlu diciptakan dalam waktu panjang dari dan dengan biaya yang besar. Setiap bank wajib mengupayakan peningkatan kemampuan dan keterampilan pegawainya guna memenuhi kebutuhan tenaga profesional.

Dengan demikian, perbankan diharapkan dapat memperoleh intelectual capital yang kuat dalam mengantisipasi persaingan masa depan melalui sumber daya manusia yang unggul, kreatif dan memiliki visi jauh ke depan. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam industri perbankan meliputi : 1. Perencanaan kebutuhan karyawan.

Perencanaan kebutuhan karyawan merupakan dasar bagi penerimaan, mutasi, promosi, latihan dan pengembangan karyawan. Dalam proses perencanaan kebutuhan karyawan harus selalu mempertimbangkan rencana usaha baru, produk baru, fasilitas baru, teknologi baru dan penambahan keterampilan yang dibutuhkan.

(9)

2. Proses membentuk/membangun melalui tahapan training and development. Bank yang menggunakan sistem SDM yang memadai akan memberlakukan terhadap setiap karyawannya :

a. Pelatihan orientasi untuk calon pegawai berpangkat officer.

b. Pelatihan sesuai dengan pembidangan pekerjaan dan orientasi untuk calon pegawai tingkat nonofficer dan special hire.

3. Proses pengembangan melalui career path and performance management. Sejak mulai masuk bekerja sebagai karyawan bank, masing-masing karyawan baru sudah diamati potensinya. Kemudian, karyawan tersebut diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya, dalam arti ditingkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilannya melalui program-program pelatihan lebih lanjut, serta pembentukan team work yang kuat yang dilakukan secara terintegrasi sesuai dengan arah perkembangan usaha.

4. Reward and incentives.

Selain kesempatan untuk mengembangkan diri dan memberikan kontribusi kepada bank, karyawan diberikan imbalan gaji, tunjangan dan benefits lainnya yang disesuaikan dengan tingkat (grade) dan jabatan masing-masing dengan memperhatikan prinsip :

a. Equal pay for equal work.

b. Harus dapat menutup kebutuhan hidup. c. Harus kompetitif dan atraktif.

d. Imbalan yang mencerminkan prestasi. e. Terbayar secara berkelanjutan (continue).

(10)

Bank yang memiliki tenaga kerja asing wajib mengikuti persyaratan dan tata cara pemanfaatan tenaga kerja asing sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang pemanfaatan tenaga kerja asing dan program alih pengetahuan di sektor perbankan. Dalam Rancangan Undang-Undang Perbankan Tahun 2012 tentang Perbankan Pasal 55 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa dalam menjalankan kegiatan perbankan, bank umum yang mayoritas sahamnya dimiliki asing dapat menggunakan tenaga kerja asing sesuai dengan kebutuhan bank umum. Namun penggunaan tenaga kerja asing tersebut bersifat sementara dan terbatas pada jabatan tertentu. Lebih lanjut lagi pada Pasal 57 menjelaskan bahwa calon tenaga kerja asing harus membuat pernyataan kesanggupan (letter of commitment) untuk melaksanakan pekerjaannya, melaksanakan alih teknologi dan keahlian yang dimilikinya kepada tenaga Indonesia yang mendampinginnya. Selanjutnya pada Pasal 58 dan 59 menjelaskan bahwa Direksi wajib melaporkan penggunaan tenaga kerja yakni menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing. Tenaga kerja asing wajib memberikan alih teknologi dan alih keahlian yang dimilikinya kepada tenaga kerja Indonesia yang mendampinginya serta pelaksanaan kewajiban tenaga kerja asing wajib dilaporkan Direksi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

(11)

2.4.2. Sumber Daya Keuangan

Laporan keuangan bank pada umumnya terdiri dari neraca yang menggambarkan informasi posisi keuangan dan laporan laba rugi yang menggambarkan informasi kinerja perusahaan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan berupa suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun yang bersangkutan. Laporan keuangan bank dapat dijelaskan yaitu : 1. Neraca Bank

Neraca bank adalah laporan dalam bentuk daftar yang disusun secara sistematik yang menyajikan informasi perbandingan apa yang dimiliki bank (aktiva) yang sekaligus menunjukkan penggunaan dana atau investasi dana pada periode yang dilaporkan, apa yang sekaligus menunjukkan sumber dana yang ada pada aktiva. Persamaan neraca dapat dituliskan sebagai berikut : Aset = Utang + Modal atau Aktiva = Kewajiban + Modal ...(2.1) a. Aset Bank

Secara garis besar aset bank dapat diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelompok besar yaitu :

- Kredit

Merupakan realisasi kredit yang diberikan kepada pihak ketiga bukanbank, baik di dalam maupun luar negeri. Kredit biasanya merupakan bagian terbesar dari aset bank yang selain merupakan sumber pendapatan utama bank sekaligus juga berpotensi sebagai sumber kerugian karena kredit macet. Secara umum kredit bisa dibedakan menjadi : kredit perumahan, kredit komersial yang

(12)

diberikan kepada perusahaan misalnya keperluan modal kerja, pembelian peralatan, dan ekspansi usaha, kredit konsumsi untuk perseorangan seperti credit card, dan kredit pertanian.

- Surat-Surat Berharga yang Diperdagangkan

Pihak bank memegang bentuk aktiva ini untuk mendapatkan keuntungan bunga, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, dan berspekulasi pada perubahan tingkat suku bunga. Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah surat-surat berharga yang dimiliki bank seperti surat berharga pasar uang, dan surat berharga pasar modal. - Kas dan Simpanan pada Bank Lain

Yang tercakup dalam pos ini meliputi kas, tagihan pada bank lain, simpanan pada bank sentral dan simpanan pada bank lain. Kas pada pokoknya meliputi mata uang dalam negeri maupun valuta asing yang mempunyai catatan di bank sentral. Mata uang tersebut dapat berupa uang kertas dan uang logam yang dipegang bank untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu nasabah menarik simpanannya. Tagihan kepada bank lain adalah semua tagihan kepada bank yang bisa tertagih dalam jangka waktu paling lama satu tahun. Bentuk surat tagihan ini dapat berupa cek, wesel, bilyet, giro dan sebagainya. Simpanan pada bank sentral adalah giro milik bank pada bank sentral atau simpanan untuk memenuhi kewajiban giro wajib minimum atau reserve requirement. Sedangkan simpanan pada bank merupakan simpanan bank yang ada pada bank lain.

(13)

- Aset-Aset Lain

Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah rekening-rekening aktiva lainnya yang tidak dapat dimasukkan kedalam salah satu dari ketiga pos di atas. Biasanya jumlah pos ini relatif kecil.

b. Utang dan Modal Bank

Bagian kewajiban dan modal bank ini sekaligus menggambarkan sumber pendanaan bank yang terbagi menjadi dua jenis yaitu : (1) Instrumen utang (debt instrument) yaitu kewajiban-kewajiban bank kepada pihak ketiga dan (2) komponen modal (equity component). Instrumen ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda menurut bunga yang dibayarkan, jangka waktu pembayaran, apakah mendapatkan jaminan dari bank sentral atau tidak, dan apakah dapat diperdagangkan dalam pasar sekunder. Sedangkan karakteristik komponen modal berbeda antara lain menurut harga saham, pendapatan bersih yang dibayarkan sebagai dividen dan lain-lain.

Pos-pos yang termasuk di dalam utang dan modal bank umumnya adalah: - Giro

- Tabungan - Deposito

- Pinjaman Yang Diterima

- Modal (modal disetor, agio saham, cadangan umum, laba ditahan sisa laba tahun lalu yang ditanamkan kembali sebagai modal oleh para pemegang saham).

(14)

Laporan laba-rugi pada dasarnya merefleksikan the financial nature of banking atau kegiatan-kegiatan pokok bank, yaitu menerima penyimpanan dana dari masyarakat yang surplus dana dalam berbagai bentuk; kemudian menyalurkan dana tersebut dalam kredit kepada masyarakat yang memerlukan dan memberikan berbagai macam jasa keuangan yang diperlukan masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri. Antara lain safety box facilities, travellers cheque, credit card, jual beli surat berharga dan lain-lain.

Laporan laba rugi yang umum dipergunakan oleh bank terdiri dari penerimaan yang terutama berasal dari pendapatan bunga (interest income) dari kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah, bank pada umumnya memperoleh penerimaan non bunga (non interest income) yang berasal dari transaksi investasi berbentuk surat berharga, dari pemberian jasa perbankan, seperti misalnya jasa transfer uang, jual beli valuta asing, jasa titipan surat-surat berharga dan jasa-jasa perbankan lainnya.

Biaya yang merupakan beban bank terdiri dari biaya bunga atas beberapa pos pasiva neraca bank (interest expense), biaya-biaya operasional seperti gaji, upah dan berbagai unsur pendapatan karyawan lainnya, biaya sewa gedung, biaya perawatan gedung dan peralatan, pajak, biaya penyusutan aktiva tetap, biaya iklan dan promosi, dan lain-lain yang termasuk dalam biaya non bunga (noninterest expense).

Secara lebih singkat, laba rugi bank konvensional dapat dituliskan yaitu : Laba/Rugi = Pendapatan – Beban ... (2.2) 2.4.3. Sumber Daya Alat (Teknologi)

(15)

Dalam rangka meningkatkan efisiensi kegiatan operasional dan mutu pelayanan bank kepada nasabahnya, bank dituntut untuk mengembangkan strategi bisnis bank dengan lebih banyak memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan daya saing bank.

Penerapan teknologi informasi telah membawa perubahan dalam kegiatan operasional serta pengelolaan data bank sehingga dapat dilakukan secara lebih efisien dan efektif serta memberikan informasi secara lebih akurat dan cepat. Perkembangan produk perbankan berbasis teknologi diantaranya berupa electronic banking memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan secara non cash setiap saat melalui jaringan elektronik. Selain itu penggunaan jasa pihak ketiga dalam penyediaan jasa sistem dan pelayanan bank semakin meningkat pula.

Disamping berbagai manfaat dan keunggulan yang diperoleh dari penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan kegiatan operasional bank, terdapat pula risiko yang dapat merugikan bank serta nasabah seperti risiko operasional, risiko hukum dan risiko reputasi selain risiko perbankan lainnya. Mengingat bahwa teknologi informasi merupakan aset penting dalam operasional yang dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing bank sementara dalam penyelenggaraannya mengandung berbagai risiko, maka bank perlu menerapkan IT Governance. Keberhasilan penerapan IT Governance tersebut sangat tergantung pada komitmen seluruh unit kerja di bank, baik penyelenggara maupun pengguna teknologi informasi. Penerapan IT Governance dilakukan melalui penyelarasan rencana strategis teknologi informasi dengan strategi bisis bank, optimalisasi

(16)

pengelolaan sumber daya, pemanfaatan teknologi informasi (IT value delivery), pengukuran kinerja dan penerapan manajemen risiko yang efektif.

2.4.4. Sumber Daya Networking

Sepanjang tahun 2014 bank sulit sekali mengambil keputusan yang sangat besar untuk berinvestasi sehingga perkembangan sistem teknologi informasi dalam perbankan cenderung stagnan. Namun demikian ada beberapa hal yang dilakukan perbankan Indonesia dalam kaitannya dengan network yaitu :

1. Penguatan Infrastruktur

Sepertinya dalam situasi apapun infrastrukture merupakan hal yang perlu untuk dilakukan karena ini merupakan dasar dari segala sistem dan aplikasi informasi perbankan yang berjalan di atasnya.

a. Network. Bank tetap memandang perlu melakukan investasi disisi networking untuk ekspansi bisnis. Solusi Network yang umumnya digunakan di Indonesia antara lain adalah Cisco dan Huawei.

b. Virtualisasi. Trend yang juga trelihat dalah kebutuhan untuk melakukan vistualisasi bagi server fisik milik bank. Solusi yang banyak digunakan untuk kebutuhan ini adalah VMWare dan Red Hat Enterprise Virtualisation. c. Licensing. Isu licensing bagi bank merupakan isu yang kritikal karena merupakan kebutuhan untuk comply dengan regulasi yang ada. Licensing yang dilakukan oleh bank adalah licensing Operating System (Microsoft Windows Server dan familinya serta Red Hat Linux Enterprise) dan Database (Microsoft SQL Server dan Oracle).

(17)

d. Security dan monitoring. Bagian dari penguatan infrastruktur adalah memperkuat security di level infrastruktur. Bank juga melakukan monitoring terhadap infrastruktur mereka. Solusi-solusi yang bermain di area ini adalah seperti F5, Riverbed, Safenet.

2. MIS, Dashboard dan Reporting

a. Enterprise Data Warehouse (EDW). Tahun 2014 juga mencatat peningkatan minat bank terhadap enterprise data warehouse. Solusi data warehouse yang diminati oleh bank di Indonesia adalah : Teradata (Teradata), Oracle (Exadata), IBM (Netezza atau DB2Blue) dan EMC (Greenplum), untuk BPD cenderung melirik Microsoft sebagai solusi (MS SQL Server 2012).

b. Business Intelligence. EDW tidak dapat dilepaskan dari BI. Beberapa solusi Business Intelligence yang diadopsi oleh pasar di Indonesia adalah SAP (Business Object), Microstrategy (Microstrategy), IBM (Cognos), dan SAS (SAS).

c. ETL. Proses EDW juga tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan ETL Tools untuk melakukan ekstrakting, transformasi dan loading data. Solusi yang diadopsi Bank di Indonesia antara lain: Microsoft (SSIS), Informatica (Power Center), dan IBM (Data Stage), serta Attunity (Attunity).

3. 360 Degree Customer Centric

a. Big Data. Kebutuhan untuk melihat reaksi nasabah terhadap program perbankan membuat bank perlu mengakses web atau media sosial sehingga

(18)

bisa mendapatkan gambaran yang menyeluruh. Solusi yang terkait dengan big data antara lain : Cisco (MAPR), Hadoop, Teradata (Aster Data). b. Marketing Campaign. Bank melihat product campaign yang tidak

dijalankan dengan strategi yang tepat tidak akan mengenai sasaran yang tepat. Bank perlu mentargetkan customer yang tepat dengan campaign yang tepat sehingga bank dapat mencapai return yang baik. Solusi marketing campaign tahun 2014 ini adalah Teradata (Teradata Marketing Application), dan Adobe (Digital Marketing Cloud)

4. Mobile Channel Development

Bank juga melihat bahwa perkembangan channel digital dan mobile merupakan unsur yang sangat penting dalam strategi mereka di masa depan. Maka bank tahun 2014 berusaha membangun digital center dengan memanfaatkan solusi seperti internet banking dan mobile banking.

a. Internet banking yang mendapat perhatian bank di Indonesia : EBWorx, Aprisma, dan FIS.

b. Mobile banking yang diadopsi adalah solusi mobile banking native apps yang dapat berjalan di atas semua platform dan semua jenis mobile device. Solusi ini antara lain: Fiserv (Mcom), FIS.

Teknologi-teknologi ini juga memungkinkan bank untuk mulai menerapkan bank nirkantor (branchless banking) dan program ini sepertinya akan terus bergulir sampai tahun 2015.

(19)

5. Regulasi Compliance

Bank juga memperhatikan compliance terhadap regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Regulasi-regulasi yang menjadi perhatian bank adalah seperti Transaksi Kartu Kredit dengan PIN, NSICCS (National Standard Indonesia Chip Card Spesification), RTGS Generasi 2, ISO 20022 dan Laporan Bank Umum (Regulatory Reporting) dengan format XBRL.

2.5. Tantangan Bisnis Perbankan

Perbankan sebagai perantara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana, nampaknya menghadapi tantangan nyata. Minimal ada (enam) 6 tantangan yang harus diselesaikan perbankan Indonesia :

1. Selisih antara bunga kredit dan bunga tabungan terlalu tinggi. Dalam perbankan Indonesia dewasa ini (Januari 2014), bunga tabungan hanya berkisar 7% pa sedangkan bunga kredit berkisar 10%, bahkan 30% untuk pinjaman tanpa agunan. Selisih antara funding dan lending lebih dari 10%pa. Wajar saja sektor perbankan merupakan incaran Investor Saham dan lulusan sarjana yang baru lulus.

2. Biaya perbankan yang berlebihan. Meski memiliki spread besar, bank mengaku memiliki untung kecil dengan rasionalitas biaya operasional dan investasi yang besar (ditunjukkan oleh BOPO, yaitu rasio antara Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional). Biaya operasional jelas meningkat sebab bank di Indonesia telah mengarah menjadi padat karya. Skala pembiayaan umum didasarkan kepada jumlah cabang (investasi) dan jumlah karyawan (operational

(20)

expenses). Bahkan beberapa bank menciptakan cabang bank yang hanya beda nama jalan.

3. Penetrasi perbankan ke usaha kecil dan informal lemah. Terlepas dari BRI yang porsi kredit usaha kecil dan kredit pedesaannya cukup dominan, hampir tidak ada bank lain yang masuk ke segmen ini. Bila bank memiliki mandat untuk membesarkan usaha kecil dan pedesaan, maka nampaknya kebijakan perbankan kita kurang efektif.

4. Kebijakan kredit yang kapitalistik, yang mendorong pembiayaan lebih pro kepada borrower besar. Memang benar bahwa praktek lending kita sangat dipengaruhi oleh kebijakan perbankan dunia barat, namun sudah saatnya kita harus menerima kondisi negara ini dengan belum adanya identifikasi tunggal, dan manajemen usaha yang lemah yang membuat analisa kredit berdasarkan hard data sangat tidak mungkin dilakukan. Bank titil, yaitu bank di pedesaan yang memberikan kredit mikro dan menagih harian terbukti membesarkan usaha pedesaan, demikian juga BRI misalnya yang mampu menghadapi kendala data ini dan melakukan pendekatan analisa non kapital yang berdasarkan kepemilikan asset.

5. Bunga tabungan yang terlalu rendah. Pemerintah seharusnya paham bahwa di satu pihak dengan bunga simpanan hanya berkisar 7% pa dan inflasi 8% maka telah terjadi negative rate, dan di pihak lain bahwa regulator keuangan tidak menyiapkan investment vehicle lainnya. Tanpa investment vehicle lainnya, pegawai dan pensiunan hanya memiliki pilihan aman pada perbankan nasional yang semuanya adalah Transactional Banking. Reksadana dan pasar saham

(21)

belum menjadi pilihan aman, entah karena kurang sosialisasi/edukasi masyarakat atau karena kurangnya jaminan pemerintah. Tanpa jaminan dari pemerintah di awal keberadaannya, akan sangat sedikit yang berpindah dari perbankan konvensional untuk berinvestasi

6. Perbankan rentan skandal. Hampir setiap kali Pemilu, perbankan Indonesia yang formalnya para deposannya dijamin selalu menghadapi skandal sistematik.

2.6. Perbandingan Bank Asing dan Bank Lokal

Perizinan operasionalisiasi bank asing di Indonesia telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 22 ayat 1 (b) menyebutkan bahwa Bank Umum hanya dapat didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan badan hukum asing secara kemitraan. Selanjutnya pada Pasal 26 ayat 2 menyatakan bahwa warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia dan atau badan hukum asing dapat membeli saham Bank Umum, baik secara langsung dan atau melalui bursa efek.

Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka investor asing boleh memiliki hingga 99% aset bank yang mengakibatkan semakin banyaknya bank asing yang beroperasi di Indonesia Bank-bank dalam negeri berusaha untuk terus bersaing dengan bank asing yang masuk ke Indonesia. Saat ini perbankan nasional sudah didominasi oleh bank asing dan bank lokal yang dimiliki orang asing.

Beberapa faktor yang membuat bank-bank asing berminat untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satu alasannya yaitu karena tingginya Net Interest Margin

(22)

(NIM) di perbankan Indonesia. Jika kita bandingkan, untuk bank asing di negara mereka masing-masing NIM yang di dapat hanya sekitar 2-3%. Sedangkan di Indonesia NIM yang di dapat rata-rata sebesar 6%. Dengan begitu banyaknya bank asing yang masuk ke Indonesia, pihak-pihak yang berwenang seperti Bank Indonesia dan industri perbankan nasional harus merespon hal ini dengan serius. Semua itu karena pastinya bank-bank asing yang masuk ke Indonesia akan datang dengan membawa sistem dan strategi bisnis terbaik mereka yang telah mereka implementasikan di negara mereka. Oleh sebab itu bank-bank nasional harus bisa bersaing dengan baik untuk bisa menyaingi bank-bank asing tersebut minimal setara dengan mereka. Bahkan lebih bagus jika sistem strategi yang diterapkan di bank-bank nasional harus lebih baik dari pada bank asing.

Persaingan perbankan dianggap menjadi salah satu indikator penurunan tingkat margin perbankan. Hal ini dianggap dapat menguntungkan konsumen dan dianggap dapat membuat persaingan perbankan lebih kompetitif. Pembatasan aktivitas bank asing masuk ke daerah-daerah oleh Bank Indonesia (BI) ternyata dinilai tidak menguntungkan konsumen perbankan. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat kompetisi perbankan yang berakibat pada sulitnya menurunkan tingkat margin yang dinilai sangat tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu penulis tertarik untuk menulis tentang “ Brand Awareness Perempuan di Kota Solo Terhadap Produk The Body Shop

1. Calon tidak dapat menja-wab dengan tepat mengikut kehendak soalan. Kebanyakan mereka tidak dapat mengua-sai kata tugas bagi setiap item yang dikemukakan.. -

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pengangkatan PNS dalam jabatan strukutral pada Pemerintah Kota Padang yang mengacu pada UU No.43 Tahun 1999

Hasil pengujian tarik sambungan dengan berbagai arah gaya terhadap arah serat didapatkan bahwa kekuatan lem lebih tinggi dari kekuatan bahan (kayu kamper) dan kerusakan yang

Pengaruh perlakuan pengobatan menggunakan isolat tunggal dan kombinasi isolat Trichoderma virens terhadap penyakit akar putih, mortalitas miselium Rigidoporus lignosus

Kemajuan teknologi informasi sangat berkembang pesat dewasa ini, hal ini berdampak positif pada media pembelajaran, dahulu sistem pembelajaran hanya terbatas pada sistem

Kalian tentu tahu bahwa untuk menyelesaikan sistem persamaan linear tiga variabel dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya eliminasi, substitusi, gabungan antara eliminasi

Panduan sistem penilaian matematika berbasis kompetensi pada siswa kelas. VII SMP Kabupaten Lombok Tengah ini dapat dimanfaatkan oleh