• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Aplikasi Kompos Feses Walet dan Abu Sekam Padi terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Faisal. S1, Muh. Ikbal Putera1, Nur Ilmi1 dan Ade Putra Salim2

1Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Parepare, Jl.

Jend.Ahmad Yani Km 06 Kota Parepare

2Prodi Pascasarjana Agribisnis Universitas Muhammadiyah Parepare, Jl. Jend.Ahmad Yani Km 06 Kota

Parepare

Abstrak

Salah satu cara untuk menambah unsur hara dalam dalam tanah yakni dengan penggunan pupuk organik. Feses walet, kompos feses walet, dan abu sekam padi memiliki potensi untuk menambah unsur hara pada lahan pertanian. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian pupuk organik (feses walet, kompos feses walet, dan abu sekam padi) serta mengetahui kombinasi dosis kompos feses walet dan abu sekam padi yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.). Penelitian ini dilaksanakan di lahan peneliti petani yaitu di Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidenreng Rappang pada bulan Juli 2019 sampai bulan November 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan non faktorial yang memiliki 7 taraf perlakuan dan diulangi sebanyak 3 kali yaitu A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5 : abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kompos feses walet, feses walet, dan abu sekam padi memiliki pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman, berat kering umbi dan berat basah umbi di angin-anginkan. jumlah anakan per rumpun, Jumlah daun per rumpun, diameter umbi dan jumlah umbi tidak berpengaruh nyata. Pemberian kompos feses walet memberikan respon yang sangat positif terhadap pertumbuhan dan produksi.

Kata kunci: bawang merah, kompos feses walet, abu sekam

Pendahuluan

Bawang merah merupakan komoditi hortiultura yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia. Bawang merah menjadi salah satu komoditi utama karena digunakan sebagai bumbu masakan yang memiliki kandungan zat yang sangat bermanfaat untuk

(2)

kesehatan. Menurut Data BPS (2016) bahwa Bawang merah di provinsi Sulawesi Selatan memiliki produksi dari tahun 2016 yaitu 10,2 ton per Ha sedangkan produksi bawang merah di provinsi Jawa Tengah yaitu 11,6 ton per Ha.

Intensifikasi yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu dengan pemupukan yang bertujuan untuk menambah unsur hara didalam tanah sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Aktifitas pemupukan yang salah dengan menggunakan pupuk kimia yang berlebihan berdampak pada kerusakan struktur tanah dan aktifvitas mikroorganisme didalam tanah. Sistem pertanian anorganik harus digeser secara perlahan menggunakan system pertanian organik.

Sistem pertanian organik merupakan suatu sistem yang digunakan dengan memanfaatkan agensi hayati yang bersumber dari alam yang ramah lingkungan. Feses burung walet belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para penangkaran burung walet, padahal di provinsi Sulawesi Selatan sudah banyak dijumpai rumah burung walet. Feses burung walet ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga tanaman dapat tumbuh optimal guna peningkatan hasil tanaman. Pupuk seperti inilah yang saat ini sedang dicari sebagai pengganti pupuk dan bahan kimia. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman Bawang merah terhadap pengaplikasian Fases Walet dan Abu sekam.

Metode Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah varietas bima, feses walet, abu sekam padi, dedak, molases, EM4. Alat yang digunakan adalah polybag, pengaris, cangkul, timbangan digital (super hybrid sensor), terpal dan selang. Penelitian dilaksanakan di lahan peneliti petani yaitu di Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidenreng Rappang.

Pelaksanaan penelitian dengan aplikasi langsung dilapangan menggunakan polybag berdiameter 25 cm Penelitian ini terdiri dari kegiatan percobaan dan pengamatan langsung dilapangan. Metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 7 perlakuan, 3 kali ulangan sehingga diperoleh sebanyak 21 unit percobaan. perlakuan terdiri atas A0= Kontrol tanpa pupuk, A1= Feses walet dengan dosis 125 gr perpolybag atau setara 25 ton.ha -1, A2= Abu sekam padi dengan dosis 125 gr perpolybag atau setara 25 ton.ha-1, A3= Kompos feses walet dengan dosis 125 gr perpolybag atau setara 25 ton.ha-1, A4= Abu sekam padi dengan dosis 125 gr perpolybag setara 25 ton.ha-1 + Kompos feses walet dengan dosis 125 gr perpolybag atau setara 25 ton.ha-1 (1:1), A5= Abu sekam padi dengan dosis 125 gr

(3)

perpolybag setara 25 ton.ha-1 + Kompos feses walet dengan dosis 62,5 gr perpolybag atau setara 12 ton.ha-1 (2:1), A6= Abu sekam padi dengan dosis 62,5 gr perpolybag setara 12 ton.ha-1 + Kompos feses walet dengan dosis 125 gr perpolybag atau setara 25 ton.ha-1 (1:2).

Pemberian kompos feses walet dilakukan dengan membenamkan kompos secara merata pada plot percobaan, kemudian dilakukan penanaman bawang merah. Pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, jumlah umbi, berat basah, berat kering, diameter umbi dan produksi umbi. Data pertumbuhan dan produksi dianalisis dengan analisis sidik ragam menggunakan aplikasi SPSS.

Hasil dan Pembahasan

A. Tinggi tanaman

Analisis tinggi tanaman bawang merah dengan berbagai dosis menunjukkan hasil berbeda nyata. Perlakuan A3 kompos feses walet memberikan respon yang positif yakni sebesar 29.2 cm. Perlakuan A1 feses walet memberikan respon terendah yakni 22.27 cm. Menurut Winarso (2005), penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat tanah hal ini sejalan dengan (Syam, 2003) bahwa penggunaan kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan mikrobiologi tanah.

Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah

B. Jumlah daun 26,19bc 22,27a 26,76bc 29,2c 25,9b26,86bc27,69bc 0 5 10 15 20 25 30 35 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 R ata -r ata ti ng gi ta na mn (c m)

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5 : abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:2)

(4)

Perlakuan kompos feses walet, abu sekam dan feses walet serta kombinasi antara kompos feses walet dan abu sekam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bawang merah. Hal ini duga akibat unsur hara N tinggi pada tanah yang digunakan untuk penelitian yang mengakibatkan unsur Nitrogen telah tersedia untuk memenuhi kebutuhan daun pada tanaman dalam berfotosintesis. Nitrogen merupakan unsur penyusun klorofil daun, maka nitrogen berperan penting dalam pembentukan warna hijau daun. Menurut Hanafiah dkk (2010) bahwa unsur nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak pada tanaman untuk digunakan dalam berfotosintesis. Data yang telah diolah dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Jumlah Rata-rata Helai Daun Bawang merah

C. Jumlah Anakan

Perlakuan kompos feses walet, abu sekam padi dan feses walet serta kombinasi antara kompos feses walet dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan bawang merah. Hal ini didukung oleh penelitian Napitupulu dan Winarto (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organic dengan unsure hara esensial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anakan pada Bawang merah. Penelitian ini dilanjutkan oleh Sumarni dkk (2012) bahwa faktor pemupukan dan faktor genetic dari indukan tidak berpengaruh pada jumlah anakan. Data jumlah anakan dapat dilihat pada gambar 3. 18,48 16,7117,81 21,34 17,84 21,38 21,3 0 5 10 15 20 25 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 R ata -r ata jum la h da un ( he la i)

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5 : abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:2)

(5)

Gambar 3. Rata-rata jumlah anakan bawang merah

D. Jumlah umbi

Perlakuan kompos feses walet, abu sekam dan feses walet serta kombinasi antara kompos feses walet dan abu sekam padi memiliki respo yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Banyaknya umbi sangat erat kaitannya dengan jumlah anakan, dimana jika jumlah anakan memberikan respon positif maka jumlah umbi akan memberikan respon yang positif dan begitu pun sebaliknya. Hal sesuai dengan penelitian Abdullah dkk (2006) bahwa keragaman penampilan pada tanaman di setiap varietas dipengaruhi oleh hasil pengembangan genetika dan lingkungan sehingga sifat bawaan telah menentukan hasil produksi maksimalnya. Data jumlah umbi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4.Jumlah Rata-rata Umbi Bawang merah

6,11 4,995,77 6,115,22 6,66 6,77 0 1 2 3 4 5 6 7 8 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 rat a-rat a jum lah anak an

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5 : abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:2) 7,77 6,44 7,44 7,66 6,89 7,66 8,22 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 R at a-rat a jum lah um bi

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5 : abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:2)

(6)

E. Diameter Umbi

Pemberian kompos feses walet, abu sekam padi dan feses walet serta kombinasi antara kompos feses walet dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter umbi bawang merah. Namun hasil tertinggi diperoleh dari perlakuan kombinasi kompos feses walet (2,44) dibandingkan dengan kontrol (1,75). Menurut Putrasamedja S (2007), selain lingkungan, besar umbi juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Data jumlah rata-rata diameter umbi dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Jumlah Rata-rata diameter umbi

F. Berat basah umbi

Perlakuan kompos feses walet, abu sekam dan feses walet serta kombinasi antara kompos feses walet dan abu sekam berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah umbi bawang merah kemudian dilanjutkan dengan uji BNT 1%. Dari hasil uji bnt yang dilakukan menunjukkan bahwa kontrol dengan perlakuan lainnya tidak beda nyata. Pemberian kompos feses walet 125 gr perpolybag atau setara 25 ton/ha yang menghasilkan berat basah umbi sebanyak 54,29 gr atau setara 11 ton/ha, dibandingkan dengan kontrol yang hanya menghasilkan berat basah umbi sebanyak 36,29 gr atau setara 7,4 ton/ha. Hal ini dikarenakan peningkatan hara esensial dan non esensial di dalam tanah yang bahan organiknya memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Hutagalung (2017) bahwa banyaknya kadar air pada jaringan tanaman disebabkan oleh pertumbuhan organ tanaman yang ikut meningkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lakitan (2010) berat basah tanaman di pengerahui oleh kadar air dalam jaringan, dimana kadar air dalam jaringan

1,75 1,6 2,04 2,44 1,6 2,39 2,05 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 Rata -r ata d iame te r u mb i ( cm)

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5 : abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:2)

(7)

ditentukan oleh ketersediaan air tanah untuk proses pertumbuhan. Data Berat basa Umbi dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Jumlah rata-rata berat basah (gr)

G. Produksi bawang merah dan berat kering umbi

Hasil pengamatan dari parameter pengukuran produksi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan kompos feses walet, abu sekam dan feses walet serta kombinasi antara kompos feses walet dan abu sekam berpengaruh nyata terhadap berat kering umbi bawang merah kemudian dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Dari hasil uji bnt yang dilakukan menunjukkan bahwa kontrol dengan perlakuan lainnya tidak beda nyata. Pemberian kompos feses walet 125 gr perpolybag atau setara 25 ton/ha menghasilkan berat kering umbi di angin-anginkan bernilai 47,22 gr atau setara 9,6 ton/ha dibandingkan dengan kontrol yang hanya menghasilkan berat kering umbi di angin-anginkan bernilai 30,19 gr atau setara 6,1 ton/ha dikarenakan ketersediaan hara didalam tanah sangat baik.

Menurut Hamzah Fansyuri dan Armaini (2019) bahwa peningkatan berat umbi bawang merah layak simpan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Menurut Budiman (2004) bahwa metabolism tanaman akan lebih aktif sehingga mendorong perkembangan sel untuk meningkatkan biomassa umbi dikarenakan penyerapan dan ketersediaan unsure hara yang cukup. Hal ini juga didukung oleh Gunadi (2009) bahwa peningkatan kualitas umbi dikarenakan ketersediaan unsur kalium yang membentuk karbohidrat dan protein. Menurut Lakitan (2010) bahwa pemberian unsure K dapat digunakan sebagai activator berbagai enzim yang esensial untuk melakukan fotosintesis dan respirasi

36,29abc 20,59a 39,42abc 54,29c 28,00ab 53,76c 36,82abc 0 2 4 6 8 10 12 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 R ata -r ata b e rat b asah u mb i ( gr )

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5 : abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6 : abu sekam padi + kompos feses walet (1:2)

(8)

sehingga enzim yang ikut membantu dalam sintesis protein dan pati akan disimpan ke sel umbi. Data yang telah diolah dapat dilihat pada gambar 7 dan 8.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan diperoleh kesimpulan, pemberian kompos feses walet dan abu sekam padi serta kombinasi keduanya memiliki respon yang pengaruh nyata terhadap pengamatan berat kering umbi yang di angin-anginkan, tinggi tanaman dan sangat berpengaruh nyata terhadap berat basah umbi bawang merah. sedangkan untuk pengamatan jumlah daun per rumpun (helai), jumlah anakan per rumpun (anakan), jumlah umbi, dan diameter umbi tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam uji lanjutan untuk parameter tinggi tanaman, berat basah umbi, dan berat kering umbi di angin-anginkan menunjukkan tidak beda nyata antara perlakuan lainnya. Ada baiknya dilakukan analisis tanah dalam rangka untuk mengetahui tingkat keefektifan kompos feses walet, feses walet, abu sekam, dan kombinasi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan derngan dosis yang berbeda.

Daftar Pustaka

Abdullah, Mudjisihono R.B, & Prajidno. (2006). Beberapa genotype padi menuju perbaikan mutu beras. Penelitian Balai besar Tanaman Padi Sukamandi. Hlm.5

6,14abc 3,23a 6,8abc 9,61c 4,25ab 9,22c 6,62abc 0 2 4 6 8 10 12 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 R ata -rat a p ro d u ks i u mb i ke ri n g to n .h a -1

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4: abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5: abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6: abu sekam padi + kompos feses walet (1:2)

Gambar 8. Jumlah Rata-rata berat kering umbi

30,19abc 15,88a 33,45abc 47,22c 20,89ab 45,31c 32,55abc 0 2 4 6 8 10 12 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 R at a-rat a be rat ker ing (g r)

A0: Kontrol tanpa pupuk. A1: feses walet. A2: abu sekam padi. A3: kompos feses walet. A4: abu sekam padi + kompos feses walet (1:1). A5: abu sekam padi + kompos feses walet (2:1). A6: abu sekam padi + kompos feses walet (1:2)

Gambar 7 : Jumlah Rata-rata produksi bawang merah ton/ha

(9)

Saputra, A. D. P, (2008). Selayang Pandang Tentang Molase (Tetes Tebu),

http://anggitsaputradwipranama.blogspot.com/2008/07/selayang-pandang-tentang-molase-tetes.html,

Amrizal, A. (2012). http://repository.unand.ac.id/20037/1/jurnal%20saia.pdf.

Artanti, F.Y. (2007). Pengaruh macam pupuk organik cair dan kesentrasi IAA terhadap pertumbuhan setek tanaman stevia (Stevia rebaudianabertoni M). Skripsi. FP UNS. Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Luas panen dan produksi tanaman sayuran dan

buah-buahan semusim menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2015 - 2016.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Statistik Tanaman Hortikultur Sulawesi Selatan 2016. Katalog BPS 5204003.73.

Bina Tim Karya Tani. (2008). Pedoman bertanam bawang merah CV. Trama Widya. Bandung. 120 hal.

Budiman, A. (2004). Aplikasi kascing dan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) pada ultisol serta efeknya terhadap perkembangan mikroorganisme tanah dan hasil tanaman jagung semi (Zea mays L.). Skripsi Fakultas Pertanian Andalas, Padang. (Tidak dipublikasikan).

Fatonah. (2002). Pengaruh jarak tanam antar barisan dan dosis guano terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tunggak. Fakultas Pertanian UMY. Yogyakarta.

Gunadi, N. (2009). Kalium sulfat dan kalium klorida sebagai sumber pupuk kalium pada tanaman bawang merah. Jurnal Hortikultura 19(2): 174-185

Fansyuri, H., & Armaini. (2019). Pengaruh pemberian pupuk guano terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). JOM FAPERTA Vol.6 Hanafiah AS, T Sabrina & H Guchi. (2010). Biologi dan Ekologi Tanah. FP – USU, Medan Harsani & Muhdiar. 2019. Respon pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium cepa

L.) yang diaplikasikan kompos feses walet. Jurnal Galung Tropika. 8 (1):35-41

Hervani, D., L. Syukriani, E. Swasi & Erbasrida. (2009). Teknologi budidaya bawang merah pada beberapa media dalam pot di Kota Padang. Warta Pengabdian Andalas, 15(22): 1-8.

Hutagalung., M. H, Yetti & Silvina, F. (2017). Pengaruh beberapa pupuk organik dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium asalonicum L.). JOM Faperta UR. 4 (1):1-10

Joko Samudro. (2016). https://organikilo.co/2016/03/kandungan-nutrisi-pupuk-organik-guano.html.

Lakitan, B. 1996. (2010). Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. PT. Raja Grafindo. Edisi Revisi. Jakarta.

Lestari. (2011). Pupuk majemukorganik guano walet. http://id528084201011.indonetwork.co. id/2261825/pupuk-majemuk-organik-guano-walet.htm. Diakses Tanggal 19 Mei 2018 Suparman, M. (1994). EM4 Mikroorganisma Yang Efektif, Sukabumi: KTNA.

Martanto, E, A, (2001). Pengaruh abu sekam terhadap pertumbuhan tanaman dan intensitas penyakit layu fusarium pada tomat (Jurnal 8 (2). Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Negeri Papua. Hal. 37-40.

(10)

Napitupulu, D & L. Winarto. (2009). Pengaruh pemberian pupuk N Dan K Terhadap Perumbuhan Dan Produksi Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. J-Hort20(1): 22-35 2010

Nazaruddin, (2003). Budidaya dan Pengantar Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. 142 hal.

Faisal, N. H. (2014). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Guano Dan Pupuk Hijau Tithonia (Tithonia diversifolia) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccrata sturt). http://repository.unand.ac.id/19242/.

Pracaya. (2002). Bertanam sayuran organik. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Putrasamedja S. (2007). Pengaruh berbagai macam bobot umbi bibit bawang merah (Allium ascalonicum) yang berasal dari generasi ke satu terhadap produksi. J. Agrin. 11(1): 1-6 Rahayu, E. & Berlian, N.V.A. (2006). Bawang merah. Penebar Swadaya. Jakarta. 94 hal. Redaksi Agromedia, (2007), Petunjuk Pemupukan, Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Samekto, R. (2006). Pupuk Kompos, Yokyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Rosmarkam, Afandhie & Yuwono, N. W. (2002). Ilmu kesuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Sartono. (2009). Budidaya bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay. Intimedia. Jakarta.

Seta, R. M. (2009). Guano, Kotoran Burung yang Menyuburkan. http://www.ideaonline.co.id/iDEA/Blog/Taman/Guano-Kotoran-Burung-yang-

Menyuburkan.

Siskawati, E., R. Linda., & Mukarlina. (2013). Pertumbuhan steak batang jarak pagar ( Jatropha curcas L.) dengan perendaman larutan bawang merah ( Allium cepa L.) dan. IBA (Indole Butyric Acid). Jurnal Protobiont 2 (3): 167-170

Soemardi & T. Ridwan. (1991). Penanganan pasca panen padi. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Sumarni,N, Rosliani, R, & Basuki,R,S. (2012). Respon pertumbuhan hasil umbi dan serapan NPK tanaman bawang merah terhadapa berbagai dosis pemupukan NPK pada Tanah Alluvial. J-Hort 22 (4)

Sunarjono, H. (2003). Bertanam 30 jenis sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 132

Suriana, N. (2011). Bawang bawa untung budidaya bawang merah dan bawang putih. Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta. 104 hal.

Syam, A. (2003). Efektivitas pupuk organik dan anorganik terhadap produktivitas padi di lahan sawah. Jurnal Agrivigor 3 (2), 232-244

Talino, H., D. Zulfita, & Suracham. (2013), Pengaruh pupuk kotoran burung walet terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam merah pada tanah podsolik tanah kuning. Pontianak: UNTAN jurnal.untan.ac.id/index.php/jspp/article/view/2476/2442.

Trubus. (2007). Pijakan anyar jamur tiram. Jakarta: Trubus Swadaya. Hal. 21-27.

Wibowo, S. (2006). Budidaya bawang putih, bawang merah, bawang bombay. Penebar Swadaya. Jakarta. 201

(11)

Widodo. (2002). Kajian imbangan dosis pupuk NPK dan guano fosfat pada tanaman jagung baby corn. Skripsi. Fakultas Pertanian UMY. Yogyakarta.

Winarso, S. (2005). Kesuburan tanah:dasar kesehatan dan kualitas tanah. Gava media. Jogjakarta. 269

Yetti, H., & Elita, E. (2008). Penggunaan pupuk organik dan KCl pada tanaman bawang merah. Fakultas Pertanian Universitas Riau. ISSN 1412-4424 vol 7 no 1: 13-18

Gambar

Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah
Gambar 2. Jumlah Rata-rata Helai Daun Bawang merah
Gambar 3. Rata-rata jumlah anakan bawang merah
Gambar 5. Jumlah Rata-rata diameter umbi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan malaikat lebih utama daripada lainnya dalam hal ini, baik karena mereka itu mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang tiada Tuhan selain Dia, dan

Asesmen skema sertifikasi jabatan Desainer Grafis Muda (Junior Graphic Designer) direncanakan dan disusun untuk menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi

Jika dibandingkan dengan hasil regresi yang menyatakan bahwa UMR memiliki hubungan signifikan positif, hal ini dapat disebabkan karena Indonesia merupakan negara

Hasil dari penelitian ini yaitu membangun suatu sistem aplikasi Shipbroker berbasis web pada PT Samudera Perdana Transpotama, dengan adanya sistem ini user

a. Memahami dan mentaati peraturan Universitas, Sekolah Pascasarjana atau Fakultas, dan Program Studi serta berbagai persyaratan selama masa studi. Mahasiswa memiliki

Penelitian, pengembangan dan perakitan inovasi teknologi dan model usahatani lahan rawa pada tahun 2015 hingga 2019 terdiri atas 7 sub program prioritas, yaitu:

Hal ini dapat dilihat apakah dalam pelaksanaannya sistem dan fasilitas parkir yang sudah tersedia dapat memenuhi kebutuhan atau menampung jumlah kendaraan yang akan menggunakan

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan daerah