• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Nomor : PUT-112135.16/2014/PP/M.VIB Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2014 Pokok

Sengketa

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah koreksi Pajak Masukan yang Dapat Diperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Juni 2014 sebesar Rp165.279.519,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding

Menurut Terbanding

: bahwa Terbanding melakukan koreksi Pajak Masukan yang Dapat Diperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Juni 2014 sebesar Rp165.279.519,00 Menurut

Pemohon Banding

: bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Pajak Masukan yang Dapat Diperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Juni 2014 sebesar Rp165.279.519,00

Menurut Majelis : bahwa dari hasil penelitian atas data yang terdapat dalam berkas gugatan, keterangan dan bukti-bukti yang disampaikan para pihak yang bersengketa dalam persidangan, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:

bahwa Terbanding melakukan koreksi positif atas Pajak Masukan karena tidak sesuai dengan ketentuan mengenai Nomor Seri Faktur Pajak yang diatur dalam PER-24/PJ/2012 dan SE-26/PJ/2014 yang dapat dirinci sebagai berikut:

(i) Pajak Masukan dengan tanggal mendahului tanggal

pemberian (backdate) Nomor Seri Faktur Pajak sebesar Rp 31.213.529,00 (ii) Pajak Masukan luar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak sebesar Rp 134.065.990,00

Jumlah Rp165.279.519,00

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan sebesar Rp165.279.519,00 dengan alasan terdapat Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan Pemohon Banding karena tidak sesuai dengan ketentuan mengenai Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) yang diatur dalam PER-24/PJ12112 dan SE-26/PJ/2014 yang terdiri dari Faktur Pajak backdate NSFP sebesar Rp31.213.529,00 dan Luar Jatah NSFP sebesar Rp134.065.990,00;

bahwa Terbanding mendalilkan bahwa berdasarkan Pasal 13 ayat (9) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN) diatur bahwa Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material;

bahwa Penjelasan Pasal 13 ayat (9) UU PPN menyatakan bahwa Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal apabila diisi lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (5) atau persyaratan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (6);

SEKRETARIAT

PENGADILAN

(2)

bahwa menurut Terbanding, sesuai ketentuan dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN, dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

bahwa Pasal 13 ayat (8) UU PPN menyatakan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

bahwa sesuai amanat Pasal 13 ayat (8) UU PPN tersebut diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak, yang dalam Pasal 13 diatur bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan ukuran formulir, tata cara pengisian keterangan dalam Faktur Pajak diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak;

bahwa Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak diatur lebih lanjut dalam Peraturan Derektur Jenderal Pajak nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah diubah dengan PER-08/PJ/2013, yang mengatur:

a. PKP harus membuat Faktur Pajak dengan menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;

b. Dalam hal PKP melakukan pengisian Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, maka Faktur Pajak yang diterbitkan merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap;

c. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; d. PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak tidak dapat

mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalam Faktur Pajak Tidak Lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f UU PPN;

e. Berdasarkan hal tersebut di atas, pengkreditan Faktur Pajak Masukan dengan tanggal mendahului tanggal surat pemberian (backdate) dan di luar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) tersebut tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (8) dan Pasal 13 ayat (5) UU PPN;

bahwa terkait ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER24/PJ/2012 sebagaimana telah diubah dengan PER-08/PJ/2013, telah diterbitkan Surat

SEKRETARIAT

PENGADILAN

(3)

Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tentang Penegasan Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak dan Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak, yang menegaskan bahwa: a. Sesuai dengan Pasal 1 angka 8 dan angka 9 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-24/PJ/2012 dan perubahannya, Faktur Pajak dengan tanggal mendahului (sebelum) tanggal surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak merupakan Faktur Pajak yang mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak sesungguhnya, merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap;

b. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sedangkan bagi PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalam Faktur Pajak Tidak Lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Terbanding menyatakan bahwa Faktur Pajak yang digunakan sebelum tanggal Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) dan di luar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) merupakan faktur pajak yang mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak sesungguhnya sehingga merupakan faktur pajak tidak lengkap;

bahwa berdasarkan data dan fakta serta ketentuan perpajakan terkait sebagaimana diuraikan di atas, Terbanding menyimpulkan sebagai berikut:

a. Bahwa koreksi atas Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan sebesar Rp27.709.317,00 karena terdapat Faktur Pajak Masukan dengan tanggal mendahului tanggal surat pemberian (backdate) dan di Iuar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP); b. Dasar hukum koreksi adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER24/PJ/2012

dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2014;

c. Sesuai Pasal 13 ayat (9) UU PPN beserta penjelasannya, Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material. Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal apabila diisi lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (5);

d. Sesuai Pasal 13 ayat (5) huruf f UU PPN, Faktur Pajak paling sedikit memuat keterangan kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak;

e. Sesuai Pasal 13 ayat (8) UU PPN, Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

f. Sesuai amanat Pasal 13 ayat (8) UU PPN tersebut diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak, yang dalam Pasal 13 diatur bahwa Ketentuan Iebih lanjut mengenai bentuk dan ukuran formulir, tata cara pengisian keterangan dalam Faktur Pajak diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak;

g. Bahwa Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur terkait Saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara penyampaian dan tata cara pembetulan Faktur Pajak adalah PER-24/PJ/2012 beserta perubahannya;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

(4)

h. Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah diubah dengan PER-08/PJ/2013 diatur bahwa Dalam hal PKP melakukan pengisian Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, maka Faktur Pajak yang diterbitkan merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap. PKP Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalam Faktur Pajak Tidak Lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2b) dan ayat (8) huruf f UU PPN;

i. Disamping itu, sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE26/PJ/2015 tentang Penegasan Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak dan Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak ditegaskan bahwa Faktur Pajak dengan tanggal mendahului (sebelum) tanggal surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak merupakan Faktur Pajak yang mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak sesungguhnya, sehingga merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap;

j. Berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding berpendapat bahwa Faktur Pajak Masukan dengan tanggal mendahului tanggal surat pemberian (backdate) dan diluar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) yang diberikan olehDirektorat Jenderal Pajak merupakan faktur pajak yang mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya atau tidak sesungguhnya sehingga merupakan faktur pajak tidak lengkap. Pengkreditan Faktur Pajak tersebut tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (8), Pasal 13 ayat (5), Pasal 13 ayat (8) dan Pasal 13 ayat (9) UU PPN, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2012, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah diubah dengan PER-08/PJ/2013, dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE26/PJ./2015;

bahwa Pemohon Banding menyatakan ketidaksetujuan atas koreksi yang dilakukan oleh Terbanding dan mengajukan sengketa ke Pengadilan Pajak;

bahwa menurut Pemohon Banding, seluruh Faktur Pajak yang dikoreksi Terbanding merupakan Faktur Pajak Standar yang telah diisi dengan lengkap sehingga memenuhi syarat formal sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU PPN, maupun syarat material sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (9) UU PPN), sehingga memenuhi persyaratan untuk menjadi Faktur Pajak Masukan yang dapat dikreditkan; sebagaimana diatur dengan Pasal 9 ayat (8) huruf f UU PPN, maupun Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012; bahwa pencantuman keterangan berupa tanggal Faktur Pajak pada Faktur Pajak Masukan yang dikoreksi Terbanding adalah Faktur Pajak yang diterbitkan oleh PKP Penjual berdasarkan saat penyerahan Barang Kena Pajak dan atau saat penerimaan pembayaran sebagaimana diatur pada Pasal 13 ayat (1a) UU PPN dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012;

bahwa menurut Pemohon Banding pencantuman tanggal tersebut pada Faktur Pajak telah sesuai dengan ketentuan pencantuman keterangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (5) UU PPN, dan Pasal 5,Pasal 6 ayat (2), Pasal 6 ayat (7), Pasal 7 Peraturan Direktur

SEKRETARIAT

PENGADILAN

(5)

Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012;

bahwa berdasarkan bunyi Pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta Pasal 6 ayat (2), Pasal 6 ayat (7), dan Pasal 7 dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 secara tegas dan jelas diatur bahwa Faktur Pajak dengan tanggal mendahului (sebelum) tanggal surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak tidak termasuk kriteria untuk menyatakan bahwa suatu Faktur Pajak sebagai Faktur Pajak Tidak Lengkap;

bahwa dengan demikian menurut Pemohon Banding Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tanggal 2 April 2015, bertentangan dengan Pasal 13 ayat (5) UU PPN, maupun Pasal 5, Pasal 6 ayat (2),Pasal 6 ayat(7) Pasal 7 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012;

bahwa butir E.3 dari Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tanggal 2 April 2015 yang menyatakan Faktur Pajak dengan tanggal mendahului (sebelum) tanggal surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak merupakan Faktur Pajak Tidak Lengkap, bertentangan dengan Pasal 13 ayat (5) UU PPN maupun Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012;

bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 tanggal 2 April 2015 tentang Penegasan Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak Dan Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak tidak disebutkan masa berlakunya retroaktif (berlaku surut);

bahwa oleh karenanya jika Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ/2015 diterapkan untuk masa pengkreditan Faktur Pajak Masukan masa Juli 2014, maka Terbanding nyata-nyata tidak menjunjung tinggi nilai keadilan karena ketentuan tersebut tidak relevan digunakan oleh Terbanding sebagai dasar hukum mengoreksi pengkreditan Pajak Masukan sebesar Rp165.279.519,00;

bahwa berdasarkan fakta data dan keterangan yang disampaikan oleh para pihak dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut:

bahwa terbukti kepada Pemohon Banding dilakukan koreksi positif atas Pajak Masukan karena tidak sesuai dengan ketentuan mengenai Nomor Seri Faktur Pajak yang diatur dalam PER-24/PJ/2012 dan SE-26/PJ/2014 yang dapat dirinci sebagai berikut:

(i) Pajak Masukan dengan tanggal mendahului tanggal

pemberian (backdate) Nomor Seri Faktur Pajak sebesar Rp 31.213.529,00 (ii) Pajak Masukan luar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak sebesar Rp 134.065.990,00

Jumlah Rp 165.279.519,00

bahwa Majelis berpendapat bahwa dalam sengketa ini Pemohon Banding berposisi sebagai pihak yang menggunakan Faktur Pajak yang diterbitkan oleh lawan transaksi dengan melaporkan kredit Pajak Masukan dalam SPT Masa PPN-nya;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

(6)

bahwa yang menjadi dasar koreksi oleh Terbanding adalah Faktur Pajak Masukan yang diterima oleh Pemohon Banding dari lawan transaksi Pemohon Banding;

bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat bahwa dalil yang digunakan oleh Terbanding dengan menyatakan bahwa Faktur Pajak yang dikreditkan oleh Pemohon Banding sebagai Faktur Pajak yang tidak lengkap seharusnya ditujukan kepada penerbit Faktur Pajak yaitu lawan transaksi Pemohon Banding;

bahwa Majelis berpendapat bahwa sengketa ini terkait dengan pembuktian yaitu apakah Pemohon Banding sebagai pihak pembeli yang mengkreditkan Faktur Pajak telah memenuhi ketentuan yang berlaku;

bahwa dalam pemeriksaan atas sengketa a quo, Majelis memerintahkan kepada para pihak yang bersengketa untuk melakukan Uji Kebenaran Materi, khususnya terkait pemenuhan kewajiban oleh Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan pelaksanaan Uji Kebenaran Materi diperoleh fakta data dan keterangan bahwa pihak penjual telah melakukan pemungutan atas Pajak Pertambahan Nilai dan Pemohon Banding telah melakukan pembayaran atas Pajak Pertambahan Nilai kepada lawan transaksinya;

bahwa ketentuan mengenai syarat sahnya Faktur Pajak diatur dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang menyatakan:

(5) Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.";

bahwa Penjelasan Pasal 13 ayat Ayat (5) UU PPN menyatakan: “Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan. Oleh karena itu, Faktur Pajak harus benar, baik secara formal maupun secara materil. Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas dan benar dan itandatangani oleh pejabat yang ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menandatanganinya. Namun untuk pengisian keterangan mengenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah hanya diisi apabila atas penyerahan Barang Kena Pajak terutang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Faktur Pajak yang tidak diisi sesuai dengan ketentuan dalam ayat ini dapat mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan sesuai dengan

SEKRETARIAT

PENGADILAN

(7)

ketentuan dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan dalam ayat ini disebut Faktur Pajak Standar.”; bahwa Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai menyatakan: “Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material.”;

bahwa Penjelasan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai menyatakan: “Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal apabila diisi secara lengkap, jelas dan benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) atau persyaratan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (6)” bahwa berdasarkan bukti dan keterangan yang diperoleh dalam persidangan, Faktur Pajak yang disengketakan sudah mencantumkan hal-hal yang dipersyaratkan dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa dengan demikian Majelis berpendapat bahwa Faktur Pajak yang disengketakan sudah merupakan Faktur Pajak yang lengkap sebagaimana ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa mengenai tanggal pembuatan Faktur Pajak yang mendahului tanggal pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak, Majelis berpendapat hal tersebut tidak menyebabkan Faktur Pajak menjadi tidak lengkap;

bahwa terkait dengan nomor seri yang di luar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak, Majelis juga berpendapat hal tersebut tidak menyebabkan Faktur Pajak menjadi tidak lengkap;

bahwa konsep yang mendasari keharusan pencantuman tanggal pembuatan Faktur Pajak sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 ayat (5) huruf f adalah untuk menentukan kapan Faktur Pajak harus dibuat (saat penyerahan barang/jasa atau pembayaran), masa penyerahan barang/jasa yang diserahkan, apakah diterbitkan setelah pengusaha dikukuhkan sebagai PKP dan kapan Faktur Pajak tersebut dapat dikreditkan;

bahwa ketentuan mengenai tanggal Faktur Pajak yang tidak boleh mendahului tanggal pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak pemakaian nomor seri yang di luar jatah pemberian Nomor Seri Faktur Pajak, Majelis berpendapat bahwa hal tersebut adalah semata-mata masalah administrasi Direktorat Jenderal Pajak, yang tidak dapat dikaitkan dengan keabsahan dalam penerbitan Faktur Pajak;

bahwa sepanjang tanggal pembuatan Faktur Pajak sudah sesuai dengan saat seharusnya Faktur Pajak dibuat sehingga dapat ditentukan kapan seharusnya pelaporan dan pengkreditan atas Pajak Masukan tersebut, maka pada prinsipnya Faktur Pajak tersebut sudah memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; bahwa dalam sengketa ini, Majelis berpendapat bahwa pembuatan Faktur Pajak adalah

SEKRETARIAT

PENGADILAN

(8)

merupakan tanggung jawab dari penjual yang merupakan lawan transaksi Pemohon Banding;

bahwa menurut Majelis dalam hal ada persyaratan yang tidak dipenuhi oleh penerbit Faktur Pajak, kesalahan a quo tidak dapat dibebankan kepada Pemohon Banding selaku pihak yang menggunakan Faktur Pajak a quo sebagai Pajak Masukan dalam SPT PPN-nya;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan Majelis meyakini bahwa Pemohon Banding telah melakukan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan ketentuan; bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat bahwa Pemohon Banding memiliki hak untuk melaporkan Faktur Pajak Masukan sebagai kredit pajak dalam SPT Masa PPN-nya;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis meyakini bahwa koreksi Terbanding atas Pajak Masukan Dalam Negeri (Kredit Pajak) sebesar Rp165.279.519,00 adalah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak dapat dipertahankan dan oleh karenanya Majelis memutuskan untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding;

Menimbang : bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan seluruhnya gugatan Pemohon Banding; Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan-ketentuan

perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-00094/KEB/WPJ.19/2017 tanggal 17 Februari 2017, tentang Keberatan Wajib Pajak Atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Masa Pajak Juni 2014 Nomor 00050/407/14/092/16 tanggal 08 Maret 2016, atas nama Pemohon Banding, sehingga jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak

Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN:

Ekspor Rp 97.108.921.562

Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri Rp 16.134.271.407 Penyerahan yang PPN-nya yang dipungut oleh

Pemungut PPN

Rp

-Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Rp 132.041.199.668 Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN Rp 30.772.212.500 Jumlah DPP Penyerahan Terutang PPN Rp 276.056.605.137

Penyerahan yang tidak terutang PPN

-Jumlah seluruh penyerahan Rp 276.056.605.137

PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri Rp 1.613.427.140 Dikurangi:

PPN yang disetor di muka dalam Masa Pajak yang

-SEKRETARIAT

PENGADILAN

(9)

sama

Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan Rp 2.059.270.510

Jumlah pengurangan Rp 2.059.270.510

Jumlah pajak yang dapat diperhitungkan Rp 2.059.270.510 Jumlah perhitungan PPN Lebih Bayar Rp 445.843.370

Jumlah PPN yang lebih dibayar Rp 445.843.370

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Kamis tanggal 09 November 2017 oleh Hakim Majelis VIB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut:

Tri Hidayat Wahyudi, S.H., Ak., M.B.A sebagai Hakim Ketua, Wishnoe Saleh Thaib, S.H., M.H., M.Sc., Ak., CA.,. sebagai Hakim Anggota, Juwari Eddy Winarto, S.E., M.M. sebagai Hakim Anggota, dengan dibantu oleh Yuli Eko Nugroho, S.E., M.Si. sebagai Panitera Pengganti, Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis tanggal 11 Januari 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Terbanding dan tidak dihadiri oleh Pemohon Banding.

SEKRETARIAT

PENGADILAN

Referensi

Dokumen terkait

 Meminta penjelasan Pimpinan KPK terkait dengan penanganan kasus yang dilakukan oleh KPK terhadap kasus-kasus yang menarik perhatian masyarakat dan nilai kerugian

Meskipun kedua strategi diatas dapat memproduksi jadwal agregat yang efektif dari segi biaya , kombinsai dari pilihan – pilihan tersebut, (strategi campuran)

bahwa pengajuan PIB Nomor: 002000 tanggal 22 Februari 2013 dengan fasilitas pembebasan atas Bea Masuk dan melampirkan Salinan Keputusan Menteri Keuangan

bahwa Faktur Pajak diterbitkan oleh Penggugat pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1), ayat (2),

Pada bab-bab tersebut masing-masing dibahas tentang karakterisasi fraksi-fraksi minyak sawit sebagai bahan baku untuk sintesis CBE secara interesterifikasi enzimatik;

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis berkesimpulan bahwa importasi dengan PIB Nomor: 411301 tanggal 10 Oktober 2012 dapat diberikan Penetapan Tarif Preferensi

g) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Syarat yang harus dipenuhi Faktur Pajak Standar yaitu syarat formal maupun material. Yang dimaksud

bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan bahwa Nilai Transaksi yang diberitahukan Pemohon Banding dalam Pemberitahuan Impor Barang Nomor: 108811 tanggal 09