• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater/ peran. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuan-kemajuan lainnya, salah satunya kemajuan teknologi. Salah satu bidang seni yang ada berkat kemajuan teknologi yaitu seni media. Hal ini sesuai dengan pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa,

"Seni media adalah seni yang bentuk sajian yang disampaikan kepada penontonnya setelah mengalami tahapan perekaman dan pengemasan hasil akhir. Tersimpan dalam silinder, piringan hitam, tape (dari reel hingga casette), sampai ke compact disc (CD) dan seterusnya yang dapat kita jumpai kini".

Salah satu bentuk seni media disebut film.Film ada yang berupa film hiburan, film serius, film dokumenter, film kartun/ animasi, film eksperimental, maupun film pendek edukasi. Semua jenis film ini dimasukkan kedalam kategori seni media rekam atau yang sering disebut seni media.

Film adalah sebuah karya seni serta media komunikasi yang memiliki banyak parameter. Indikator untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan film tidak hanya terletak pada hal yang terlihat di layar kaca/ layar lebar saja. Berbagai indikator yang tidak terlihatpun turut serta menentukan berhasil dan atau sukses tidaknya sebuah film.

Film juga merupakan disiplin seni yang sangat fleksibel karena dapat di isi dengan berbagai cabang seni bahkan dapat menggabungkan berbagai cabang seni

(2)

2

yang pernah ada. Seni peran sudah pasti menjadi bagian dari film, selain seni peran, film juga mencakup seni rupa dan seni musik dan bahkan untuk beberapa genre, film juga mengadopsi seni bela diri.

Seiring perkembangan zaman, film juga ikut berkembang. Mulai dari film bisu, film bersuara, sampai film dengan sentuhan efek dan ilustrasi musik yang disebut musik film. Kekuatan film terdapat pada hasil produksi sekelompok orang yang berpengaruh terhadap hasil film, termasuk dari musik film yang juga berperan besar dalam kesuksesan sebuah film.

Film menjadi media yang mudah diingat dan tidak membosankan dikarenakan audio dan visual bekerjasama dengan baik dalam karya film. Dengan kata lain, saat menikmati sajian film kita tidak hanya melihat, tetapi juga mendengar. Hal itulah yang membuat film sangat menyenangkan untuk dinikmati.

Dibandingkan dengan media yang lain, film menjadi media yang paling berpengaruh karena film merupakan bentuk perwujudan dari pemikiran seseorang, baik itu pemikiran yang Real (nyata) maupun yang Unreal (tidak nyata). Pemikiran-pemikiran tersebut bisa berasal dari kehidupan pribadi atau kehidupan sosial masyarakat, dan bisa juga berasal dari mimpi atau khayalan semata. Namun, hal sebaliknya juga bisa terjadi. Sajian film juga dapat menimbulkan pemikiran-pemikiran yang tadinya tidak ada menjadi ada, misalnya, film-film produksi Hollywood yang menyajikan film tentang kebengasan ikan piranha yang menyerang manusia. Ternyata setelah diteliti, piranha merupakan ikan rakus yang mudah stres yang tidak akan menyerang manusia kalau tidak

(3)

3

diganggu. Film ini mempengaruhi pemikiran masyarakat bahwa piranha adalah ikan yang berbahaya. Dimulai dari pemikiran-pemikiran penulis cerita, lalu dirangkai kembali oleh penulis skenario yang kemudian direalisasikan oleh sutradara, penata fotografi, penyunting, penata artistik, penata suara, penata musik, kru, dan para pemeran (baik itu aktris, aktor, atau tokoh) kedalam bentuk film, yang kemudian disajikan ke penonton. Bukan tidak mungkin para penonton film pernah berpikir atau berkhayal tentang hal itu juga.

Selain tampilan visual film, musik film sebagai sajian audio dari film juga ikut andil dalam keberhasilan film dalam mempengaruhi penontonnya. Ketepatan pemilihan dan penempatan musik film pada setiap adegan film, tanpa sadar mampu memperkuat makna dalam setiap adegan film tersebut. Itulah sebabnya banyak orang yang berfikir bahwa apa yang terjadi di dalam film tersebut seperti atau sedang atau akan terjadi pada dirinya.

Penulis berpendapat bahwa banyak penikmat film yang tidak menyadari peran penting musik film terhadap keberhasilan sebuah film. Penonton yang menyukai film tertentu akan mengingat judul film serta para aktor dan aktris selaku pemeran utama dari film, dan terkadang juga sampai mengingat nama sutradara film. Tapi sangat jarang sekali yang akan memperhatikan siapa komposer musik film dari film tersebut. Ini sangat disayangkan mengingat tugas komposer musik film tidaklah mudah. Hal inilah yang menarik minat peneliti tentang bagaimana komposisi musik pada film, struktur penyajian musik film, dan dan bagaimana kaitannya dengan fungsi musik film pada film tersebut.

(4)

4

Berdasarkan tulisan di atas, penulis memilih salah satu film popular untuk dianalisis musik film nya, yaitu sebuah film pendek animasi yang berjudul Paperman (2012). Film Paperman (2012) disutradarai oleh John Kahrs dengan komposer musik film/ film music composer Christophe Beck.

Paperman (2012) adalah pemenang penghargaan pada kategori Film Animasi Pendek Terbaik Academy Awards ke-85, dan Annie Award untuk Subjek Animasi pendek terbaik di Annie Awards ke-40. Paperman (2012) adalah film pendek animasi pertama yang diproduksi oleh Walt Disney Animation Studios yang memenangkan Academy Award sejak terakhir dimenangkan oleh It's Tough to Be a Bird pada tahun 1969.

Paperman (2012) adalah film animasi berlatar tahun 1940-an yang menceritakan tentang pertemuan singkat antara George dan Meg di stasiun kereta api yang mana pertemuan tersebut terjadi karena lembaran-lembaran kertas. Banyak unsur menarik dalam film pendek ber genre komedi romantis ini. Takdir, Jodoh, dan waktu sangat berperan penting dalam film ini yang akhirnya menunjukkan bahwa usaha keras pada setiap kesempatan adalah hal terpenting, walau pada akhirnya takdirlah yang menentukan (sumber: en.m.wikipedia.org/wiki/Paperman).

Alasan mengapa penulis memilih film tersebut adalah karena film tersebut merupakan film bisu dimana musik film berperan sebagai pembawa dialog yang bertugas menjelaskan aktivitas dalam film sebagai pengganti suara dan juga sebagai lambang suasana. Mulai dari musik saat berjalan, tergesa-gesa (dikejar waktu), dalam bahaya, terpesona, bahagia, semuanya dijelaskan melalui musik

(5)

5

film. Musik dibuat sedemikian rupa seolah-olah melambangkan waktu yang tidak pernah berhenti ataupun mundur kembali. Hal ini menarik minat peneliti karena musik film pada film fiksi memiliki kesulitan tersendiri dimana musik film tersebut harus dapat membuat sesuatu yang tidak nyata dalam film tersebut menjadi terasa, terdengar serta terlihat nyata.

Peneliti akan menganalisis musik film pada film Paperman (2012) mulai dari bentuk musik serta struktur penyajian musik film pada film tersebut. Permasalahan ini sangat menarik untuk diteliti dengan judul, “ANALISIS MUSIK FILM PAPERMAN (2012)".

B. Identifikasi Masalah

Menurut Hawadi (2002: 107) Identifikasi adalah suatu prosedur yang dipilih dan yang cocok dengan ciri-ciri yang akan dicari dan selaras dengan program yang mau dikembangkan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas terdapat beberapa permasalahan yang dapat diteliti. Permasalahan dalam "Analisis Musik Film Paperman (2012)" adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran musik terhadap film Paperman (2012)? 2. Bagaimana dampak musik film terhadap film Paperman (2012)? 3. Bagaimana analisis musik film Paperman (2012)?

4. Bagaimana struktur penyajian musik film pada film Paperman (2012)? 5. Mengapa film Paperman (2012) membutuhkan musik?

(6)

6 C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan yang akan diteliti, maka agar penelitian itu lebih terarah pada tujuan yang diharapkan, dalam hal ini penulis membuat pembatasan masalah untuk mempermudah dalam memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam penelitian ini.

Batasan masalah adalah pembatasan ruang lingkup yang dilakukan dalam penelitian, dimana pembatasan tersebut meliputi: tema/topik, area atau wilayah yang diteliti, sumber informasi, lokasi penelitian serta waktu penelitian (sumber: belajarpsikologi.com/contoh-proposal-penelitian-terbaru/).

Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sukardi (2009:30) yang mengatakan bahwa:

“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum ke dalam beberapa pertanyaan yang jelas”.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis musik film Paperman (2012)?

(7)

7 D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan.

Berdasarkan uraian di atas, hal ini sejalan dengan pendapat Maryeani (2005:14), yang mengatakan bahwa:

“Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”

Berdasarkan uraian baik latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Analisis musik film Paperman (2012)?".

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian sudah pasti menuju pada tujuan, dan tujuan penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan dalam penelitian. Tujuan dari Analisis musik film Paperman (2012)yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hasil analisis musik film Paperman (2012).

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Lasarus Eliasar Malafu 2015 Universitas

Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah dengan pemberdayaan UMKM melalui pengelolaan mengelola jiwa kewirausahaan diharapkan dapat menciptakan

Untuk penelitian ini hanya sampai pada tataran kognitif saja, dimana dampak yang ditimbulkan oleh media hanya menyangkut pada area kesadaran dan pengetahuan,

Proses produksi yang efisien dapat diartikan dengan pemakaian input yang lebih sedikit sehingga dapat menghasilkan output atau produk dalam jumlah tertentu

Pada perancangan tugas akhir ini, penulis merancang pemodelan helikopter yang dapat mempertahankan ketinggian yang diinginkan dengan beberapa pilihan level ketinggian.. Pengaturan

Tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi penggunaan sediaan psikotropika di Puskesmas Kabupaten Bantul tahun 2010 dan membandingkan data perkiraan pemakaian

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,