• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... vi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... vi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... . iii

KATA PENGANTAR ... ... iv

ABSTRAK ... ... ... vi

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ... x

DAFTAR GAMBAR ... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 17

1.3 Tujuan Penelitian ... 17

1.4 Kegunaan Penelitian ... 18

1.5 Sistematika Penulisan ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 21

2.1.1 Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 21

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi... 22

2.1.3 Pembangunan Ekonomi... ... 23

2.1.4 Pengertian Investasi……... . 23

2.1.4.1 Bentuk-Bentuk Investasi……... 24

2.1.4.2 Sumber Dana Investasi………... 25

2.1.4.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Investasi... 25

2.1.4.4 Hubungan Investasi dengan Kesempatan Kerja... 26

2.1.4.5 Hubungan Investasi dengan Pendapatan Perkapita.. 27

2.1.5 Tingkat Upah... 28

2.1.5.1 Jenis-jenis Upah …... ... 29

2.1.5.2 Hubungan Upah dengan Kesempatan Kerja... 31

2.1.5.3 Hubungan Upah dengan Pendapatan Perkapita... 32

2.1.6 Inflasi... ... 33

2.1.6.1 Jenis-jenis Inflasi……... 34

2.1.6.2 Sumber atau Masalah Inflasi ... 35

2.1.6.3 Dampak Inflasi... ... 35

2.1.4.3 Cara Mengatasi Inflasi... ... 36

2.1.4.3 Hubungan Inflasi dengan Kesemptan Kerja... . 37

(2)

2.1.7 Kesempatan Kerja... ... 39

2.1.7.1 Hubungan Kesempatan Kerja dengan Pendapatan Perkapita... ... 40

2.1.8 Pendapatan Perkapita... ... 41

2.2 Hipotesis Penelitian... ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 43

3.2 Lokasi Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian ... 43

3.3 Obyek Penelitian ... 44

3.4 Identifikasi Variabel ... 44

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 45

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 47

3.6.1 Jenis data ... 47

3.6.2 Sumber data ... 47

3.7 Populasi dan Sampel ... 48

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 48

3.9 Teknik Analisis Data ... 49

3.9.1 Analisis Jalur/Path Analysis ... 49

3.9.2 Pengujian Variabel Intervening (Uji Sobel)... ... 57

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 62

4.1.1 Kondisi Wilayah Provinsi Bali... ... 62

4.1.2 Kondisi Pendapatan Perkapita di Provinsi Bali... .... 63

4.1.3 Kondisi Kesempatan Kerja di Provinsi Bali ... 65

4.1.4 Kondisi Investasi di Provinsi Bali ... 66

4.1.5 Kondisi Tingkat Upah di Provinsi Bali... ... 68

4.1.6 Kondisi Inflasi di Provinsi Bali... ... 69

4.2.Pembahasan Hasil Peneliitian... ... 71

4.2.1 Hasil Pengujian Analisis Jalur... ... 71

4.2.2 Nilai Kekeliruan Taksiran Standar... ... 72

4.2.3 Pemeriksaan Validitas Model... ... 73

4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian... 75

4.2.4.1 Pengujian Parsial (uji t ) Persamaan Struktural 1... ... 75

4.2.4.2 Pengujian Parsial (uji t) Persamaan Struktural 2... ... 81

4.2.4.3 Pengujian Pengaruh Tidak Langsung melalui Variabel Intervening... ... 88

(3)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 95

5.2 Saran ... 96

DAFTAR RUJUKAN ... 98

(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Bali

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 1995-2014 ... 4

1.2 Jumlah Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja di Provinsi Bali Tahun 2000-2014. ... 6

1.3 Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Bali Tahun 1995-2014 ... 8

1.4 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Bali Tahun 1995-2014 ... 10

1.5 Tingkat Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) di Provinsi Bali Tahun 1995-2014 ... 12

3.2 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung serta Pengaruh Total ... 61

4.1 Perkembangan Pendapatan Perkapita di Provinsi Bali ... 64

4.2 Perkembangan Kesempatan Kerja di Provinsi Bali ... 65

4.3 Perkembangan Tingkat Investasi di Provinsi Bali ... 67

4.4 Perkembangan Tingkat Upah (UMR) di Provinsi Bali ... 68

4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Provinsi Bali ... 70

4.6 Hasil Olahan Data Persamaan Substruktur 1 ... 71

4.7 Hasil Olahan Data Persamaan Substruktur 2 ... 72

4.8 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung serta Pengaruh Total Variabel Investasi, Tingkat Upah, Inflasi, Kesempatan Kerja dan Pendapatan Perkapita di Provinsi Bali ... 94

(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1.1 Tingkat Inflasi di Provinsi Bali Tahun 1995-2014 ..………. 14 3.1 Model Analisis Jalur ………. 50 4.1 Hasil Model Analisis Jalur ... 74

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Data Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) será total investasi

di Provinsi Bali ...103 2 Data Pendapatan Perkapita di Provinsi Bali ...104 3 Data Investasi, Tingkat Upah, Kesempatan Kerja dan

Pendpatan Perkapita di Provinsi Bali ...105 4 Hasil Anlaisis Jalur Struktural 1 ...106 5 Hasil Analisis Jalur Struktural 2 ...107

(7)

Judul : Pengaruh Investasi, Tingkat Upah dan Inflasi Terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Perkapita di Provinsi Bali

Nama : Ida Bagus Kade Anom Dwija NIM : 13061050128

Abstrak

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dalam memaksimalkan sumber daya yang ada dalam suatu daerah yang dilakukan oleh masyarakat yang membentuk kerjasama dengan pemerintah daerah maupun sektor swasta. Pembangunan daerah di Provinsi Bali merupakan salah satu pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik secara fisik maupun mental dalam meningkatkan harkat, martabat serta jati diri masyarakat. Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata masyarakat suatu negara maupun daerah yang mencerminkan kondisi kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi. Pentingnya pendapatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi tugas bersama bagi pemerintah, swasta serta masyarakat di Provinsi Bali dalam mencapai tujuan tersebut. Faktor-faktor ekonomi seperti investasi, tingkat upah, inflasi dan tentunya perluasan kesempatan kerja perlu dioptimalkan secara produktif yang nantinya dapat memenuhi kesejahteraan dan pendapatan perkapita masyarakat di Provinsi Bali.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh investasi, tingkat upah, dan inflasi terhadap pendapatan perkapita melalui kesempatan kerja di Provinsi Bali. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bali, meliputi seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi non prilaku. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan path analysis.

Hasil penelitian menyatakan bahwa investasi dan tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, sedangkan variabel inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali. Investasi, tingkat upah dan kesempatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali, sedangkan variabel inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali. Investasi dan tingkat upah memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali, sedangkan variabel inflasi tidak memiliki pengaruh tidak langsung terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kemampuan suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur keadaan perekonomian dan kemakmuran masyarakat baik dalam suatu negara atau daerah. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan sebuah proses peningkatan pendapatan nasional dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat (Laksmi Dewi, 2013).

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan peningkatan suatu perekonomian di suatu daerah yang dihasilkan dari seluruh aktifitas sektor-sektor ekonomi daerah, baik dalam bentuk barang dan jasa yang merupakan gambaran keadaan perekonomian daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan meningkat jika terjadi kenaikan PDRB dari tahun sebelumnya. PDRB juga merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau sebagai nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah.

(9)

Pembangunan ekonomi adalah proses berkelanjutan dalam meningkatkan produktifitas sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara maupun daerah untuk meningkatkan pendapatan serta taraf hidup masyarakat. Sadono Sukirno (2006:10), menyatakan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dalam mengelola serta memaksimalkan sumber-sumber daya yang ada dalam suatu daerah yang dilakukan oleh masyarakat yang membentuk kerjasama dengan pemerintah daerah maupun sektor swasta untuk meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan daerah tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional dan berlangsung secara terus-menerus serta berkelanjutan. Pembangunan daerah di Provinsi Bali merupakan salah satu dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik secara fisik maupun mental yang bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat serta memperkuat kepribadian dan jati diri masyarakat baik lokal, regional maupun nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah daerah bersama-sama mengambil langkah dalam pembangunan daerah (Ari Surya, 2014).

(10)

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata masyarakat suatu negara. Pendapatan perkapita menjadi salah satu indikator dalam melihat pertumbuhan dan kesejahteraan suatu negara. Pendapatan perkapita dapat diartikan sebagai jumlah dari nilai rata-rata barang dan jasa yang tersedia bagi penduduk suatu negara pada satu periode tertentu. Pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut (Sadono Sukirno, 2004:423).

Konsep pendapatan daerah yang biasanya digunakan dalam menghitung pendapatan perkapita adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan keseluruhan hasil nilai tambah yang diperolah dari sektor-sektor perekonomin yang ada dalam suatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting dalam mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah dalam periode tertentu.

Menurut BPS (2010), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah. Bila PDRB dibagi dengan jumlah penduduk di daerah tertentu, maka disebut dengan pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita mencerminkan kondisi kesejahteraan masyarakat dari sisi ekonomi (Shinta Dewi, 2017). Gambaran PDRB di Provinsi Bali pada tahun 1995-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1

(11)

Tabel 1.1 Tingkat Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 1995-2014

Tahun PDRB Tahun PDRB

(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)

1995 15.179.988 2005 21.072.445 1996 16.419.291 2006 23.084.300 1997 17.372.850 2007 24.449.886 1998 16.670.295 2008 25.910.326 1999 16.781.693 2009 27.290.946 2000 17.293.089 2010 28.882.494 2001 17.879.875 2011 30.757.776 2002 18.423.861 2012 32.804.381 2003 19.080.896 2013 34.787.627 2004 19.963.244 2014 36.856.742

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2015)

Tabel 1.1 dapat menunjukkan tingkat PDRB di Provinsi Bali rata-rata mengalami peningkatan tiap tahunnya tetapi di tahun 1998 mengalami penurunan yang disebabkan oleh keadaan ekonomi pada saat itu, PDRB Provinsi Bali pada tahun 2014 telah mencapai 36.856.742 rupiah. Peningkatan PDRB ini menggambarkan bahwa perekonomian di Provinsi Bali semakin baik, semakin baiknya perekonomian di Provinsi Bali tentunya akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya serta membuka kesempatan kerja yang lebih banyak di Provinsi Bali.

Pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada bidang-bidang tertentu selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan nasional maupun regional bangsa dan rakyat Indonesia. Jumlah penduduk yang besar dengan diikuti tingkat keterampilan yang memadai, maka akan menjadi modal pembangunan yang cukup potensial (Sulistiawati, 2012).

(12)

Bila jumlah penduduk besar tidak dibarengi dengan kesempatan kerja yang memadai ini dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang besar, salah satunya adalah masalah pengangguran yang umumnya dihadapi oleh negara-negara berkembang. Situasi ini tergantung dari kualitas sumber daya manusia. Apabila sumber daya manusianya berkualitas, maka ini bisa menjadi modal pembangunan yang baik bagi suatu negara. Apabila kualitas sumber daya manusianya rendah, maka akan menjadi beban dalam pembangunan (Ari Surya, 2014).

Di Provinsi Bali masalah ketenagakerjaan masih merupakan fenomena pelik. Diperkirakan pasar tenaga kerja di Provinsi Bali akan semakin terintegrasi dimasa mendatang yang memberikan pengaruh pada struktur ketenagakerjaan, yaitu kemungkinan menggelembungnya penduduk usia produktif (usia kerja). Tentunya perluasan kesempatan kerja perlu dioptimalkan secara produktif. Gambaran kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Bali dapat dilihat dari data mengenai penduduk usia kerja dan angkatan kerja tahun 1995-2014 dapat dilihat dari Tabel 1.2

(13)

Tabel 1.2 Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja di Provinsi Bali Tahun 1995-2014

Tahun Jumlah Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK)

(Orang) (Orang) (Persen)

1995 2.391.171 1.663.334 69,56 1996 2.420.073 1.646.406 68,03 1997 2.432.689 1.691.281 69,52 1998 2.465.645 1.674.454 67,91 1999 2.517.091 1.765.779 70,15 2000 2.598.942 1.752.769 67,44 2001 2.568.784 1.629.917 63,45 2002 2.386.614 1.770.909 66,98 2003 2.773.628 1.910.054 68,86 2004 2.514.701 1.924.805 76,54 2005 2.564.168 2.027.343 79,35 2006 2.607.821 1.990.476 76,32 2007 2.661.913 2.059.711 77,37 2008 2.696.136 2.099.278 77,9 2009 2.728.747 2.123.588 77,82 2010 2.902.573 2.246.149 77,38 2011 2.952.545 2.257.258 76,45 2012 3.008.973 2.316.033 76,97 2013 3.073.019 2.315.379 73,35 2014 3.092.880 2.316.758 74,91

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2015)

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Bali mengalami fluktuasi di tiap tahunnya, jumlah penduduk usia kerja terendah berada pada tahun 1995 sebanyak 2.391.171 orang dan jumlah penduduk usia kerja tertinggi berada pada tahun 2014 sebanyak 3.092.880 orang. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebanyak 2.316.758 orang dari tahun

(14)

sebelumnya sebanyak 2.315.379 orang. Keadaan ini tidak dibarengi dengan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), terlihat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 74,91 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 75,35 persen.

Keadaan tenaga kerja yang belum maksimal ini disebabkan karena pertumbuhan angkatan kerja yang sangat tinggi, tetapi belum mampu diserap secara maksimal kedalam lapangan pekerjaan. Melihat keadaan ini diharapkan dalam setiap upaya pembangunan harus diarahkan pada penciptaan lapangan pekerjaan dan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat.

Masih besarnya jumlah angkatan kerja tetapi masih terbatasnya kesempatan kerja merupakan masalah penting bagi setiap daerah. Angkatan kerja di Provinsi Bali dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dan merupakan masalah pasar kerja yang semakin meningkat. Situasi ini menguatkan opini betapa pentingnya penciptaan lapangan kerja baru dan investasi pada sumber daya manusia di era globalisasi seperti sekarang ini. Salah satu masalah besar yang di hadapi Indonesia dalam bidang ketenagakerjaan adalah banyaknya pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal (under employment). Departemen tenaga kerja memakai batasan jam kerja penuh sebesar 40 jam perminggu (Harijono, 2013).

Melihat keadaan ini, dapat dikatakan jumlah pencari kerja mengalami peningkatan yang lebih cepat dibandingkan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi ini terjadi di Indonesia termasuk Provinsi Bali, yang selalu mengalami pertumbuhan penduduk tetapi tidak dibarengi dengan pertumbuhan kesempatan kerja

(15)

atau lapangan kerja yang ada, keadaan disebabkan belum maksimalnya baik pemerintah maupun swasta dalam menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja di Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini.

Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Bali Tahun 1995-2014

Tahun Jumlah Tenaga Kerja Perkembangan

(Orang) (Persen) 1995 1.603.993 - 1996 1.584.827 -1,19 1997 1.645.408 3,82 1998 1.597.179 -2,93 1999 1.702.941 6,62 2000 1.712.954 0,59 2001 1.714.240 0,08 2002 1.715.457 0,07 2003 1.765.317 2,91 2004 1.835.165 3,96 2005 1.895.741 3,30 2006 1.870.288 -1,34 2007 1.982.134 5,98 2008 2.029.730 2,40 2009 2.057.118 1,35 2010 2.177.358 5,85 2011 2.204.874 1,26 2012 2.268.708 2,90 2013 2.273.897 0,23 2014 2.272.632 -0,06

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2015)

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di Provinsi Bali tiap tahunnya mengalami fluktuasi. Jumlah tenaga kerja tertinggi terdapat pada tahun 2013 yaitu sebesar 2.273.897 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja terendah terdapat

(16)

pada tahun 1996 yaitu sebesar 1.584.827 orang. Perkembangan jumlah tenaga kerja di Provinsi Bali pada tahun 2014 mengalami penurunan dari 0,23 persen ditahun 2013 menjadi -0,06 persen di tahun 2014.

Menurut Tambunan dalam Indra Nainggolan (2009), investasi merupakan suatu faktor penting dalam kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable development), atau pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Investasi mempunyai kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dalam menciptakan kesempatan kerja (Jordi et al, 2003). Dengan adanya kegiatan produksi maka akan membuka kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat yang selanjutnya akan menciptakan atau meningkatkan permintaan di pasar. Pernyataan diatas menjelaskan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan oleh investasi, dimana dengan adanya investasi akan mendorong kesempatan kerja serta peningkatan terhadap pendapatan perkapita.

Peningkatan pendapatan akan menambah tabungan masyarakat, dan peningkatan tabungan masyarakat akan mendorong peningkatan investasi yang disebabkan oleh bunga bank yang cukup rendah sehingga banyak pengusaha tertarik untuk menginvestasikan modalnya ke sektor ekonomi. Adanya penanaman modal yang dilakukan pihak swasta baik yang datang dari luar negeri maupun dalam negeri, diharapkan dapat memacu ekonomi dan akan menciptakan multiplier effect, dimana kegiatan tersebut akan merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan memperluas kesempatan kerja dan meringankan masyarakat. Besarnya Investasi di Provinsi Bali dapat dilihat dalam Tabel 1.4

(17)

Tabel 1.4 Data Investasi di Provinsi Bali Tahun 1995-2014 (juta rupiah) Tahun Investasi (Juta Rupiah) Perkembangan (Persen) Tahun Investasi (Juta Rupiah) Perkembangan (Persen) 1995 241,946.00 - 2005 935,219.00 -8,15 1996 230,413.15 -4,77 2006 941,142.00 0,63 1997 607,161.00 16,.51 2007 513,054.00 -45,49 1998 653,273.00 7,59 2008 764,060.00 48,92 1999 233,712.00 -64,22 2009 2,149,001.00 181,26 2000 123,833.00 -47,01 2010 6,861,161.00 219,27 2001 113,881.00 -8,04 2011 11,700,960.00 70,54 2002 731,117.00 542,00 2012 12,072,810.00 3,18 2003 913,049.00 24,88 2013 11,428,088.00 -5,34 2004 1,018,254.00 11,52 2014 8,923,274.00 -21,92 Sumber: Bali Dalam Angka (2015)

Tabel 1.4 menunjukkan perkembangan Penanaman Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing pada kurun waktu 1995-2014 mengalami fluktuasi di beberapa tahunnya yang disebabkan oleh keadaan ekonomi saat itu. Total Investasi tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 12.072.810,00 rupiah sedangkan investasi terendah yaitu sebesar 113.881,00 rupiah pada tahun 2001. Pada tahun 2002 ketika terjadi tragedi Bom Bali ternyata tidak berdampak pada menurunnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Provinsi Bali karena iklim investasi di Provinsi Bali beralih pada investasi properti. Keadaan yang sama terjadi pada tahun 2009 ketika krisi global yang terjadi pada saat itu ternyata tidak menyebabkan total investasi mengalami penurunan yang dikarenakan rendahnya proporsi ekspor tehadap Produk Domestik Bruto (PDB).

(18)

Perkembangan investasi ini seharusnya dapat mendorong tumbuhnya lapangan pekerjaan baru dimana nantinya mampu menciptakan kesempatan kerja. Investasi yang berorientasi padat karya akan berakibat pada semakin besarnya penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan investasi padat modal (Icovoiu, 2012 : 38).

Tingkat upah merupakan salah satu faktor produksi bagi pengusaha dan tenaga kerja. Jumlah kesempatan kerja dengan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali saat ini dipengaruhi oleh naiknya upah minimum Provinsi. Penetapan kebijakan upah minimum ini telah menjadi penghambat perkembangan sejumlah perusahaan, sehingga menghambat terciptanya kesempatan kerja serta peningkatan penyerapan tenaga kerja (Adi Sutrisna, 2016).

Tingkat upah memegang peran penting dalam sebuah perusahaan, dimana sistem pengupahan yang baik menjadi faktor pendorong terjadinya produktivitas yang optimal. Sebaliknya jika dalam sebuah perusahaan kurang optimal dalam mejalankan sistem pengupahan akan berdampak tidak baik bagi produktivitas perusahaan tersebut. Seperti yang sering terungkap di media massa maupun elektronik, pemogokan kerja, demo buruh dan aksi sejenisnya yang disebabkan oleh sistem pengupahan dalam perusahaan yang belum memberikan kepuasan terhadap tenaga kerja (Ari Surya, 2014). Pada Tabel 1.5 dapat dilihat tingkat upah tenaga kerja di Provinsi Bali berdasarkan Tingkat Upah Minimun Regional (UMR) dari tahun 1995-2014.

(19)

Tabel 1.5 Tingkat Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) di Provinsi Bali Tahun 1995-2014

Tahun Tingkat Upah (Rupiah) Perkembangan (Persen) Tahun Tingkat Upah (Rupiah) Perkembangan (Persen) 1995 117.000 - 2005 447.500 5,29 1996 127.000 8,55 2006 510.000 13,97 1997 141.500 11,42 2007 622.000 21,96 1998 162.500 14,84 2008 682.000 9,65 1999 176.500 8,62 2009 760.000 11,44 2000 202.300 14,62 2010 829.316 9,12 2001 329.950 63,10 2011 890.000 7,32 2002 363.000 10,02 2012 967.500 8,71 2003 421.600 16,14 2013 1.181.000 22,07 2004 425.000 0,81 2014 1.542.600 30,62

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2015)

Perkembangan tingkat upah di Provinsi Bali dari tahun 1995-2014 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tingkat upah terendah terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 117.000 rupiah sedangkan tingkat tingkat upah tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 1.542.600 rupiah. Keadaan ini merupakan tuntutan tenaga kerja atau buruh untuk bertahan hidup dalam keadaan harga barang kebutuhan.

Sadono Sukirno (2002:15), menyatakan inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000). Menurut Samuelson (1997:306), inflasi merupakan suatu kenaikan dalam tingkat harga umum dan laju inflasi adalah tingkat perubahan dari tingkat harga umum tersebut. Inflasi juga merupakan proses kenaikan

(20)

harga-harga barang secara umum yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lama yang mengakibatkan turunya daya beli masyarakat serta jatuhnya nilai riil mata uang.

Kondisi perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-perubahan output, kesempatan kerja maupun pendapatan perkapita masyarakat. Bila tingkat inflasi tinggi akan menyebabkan perkembangan kesempatan kerja menjadi semakin mengecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan kecil yang selanjutnya akan mengurangi pendapatan dan daya beli masyarakat akan berkurang. Dengan kondisi ini terlihat bahwa pemerintah harus menjalankan kebijakan yang tepat. Laju Inflasi di Provinsi Bali tahun 1995-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.6

(21)

Tabel 1.6 Tingkat Inflasi di Provinsi Bali Tahun 1995-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2015)

Tabel 1.6 menunjukkan tingkat inflasi di Provinsi Bali yang berfluktuasi setiap tahunnya dimana tingkat inflasi terbesar terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 12,49 persen yang disebabkan oleh tragedi Bom Bali pada saat itu yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat inflasi di Provinsi Bali. Sedangkan tingkat inflasi terendah yaitu pada tahun 1995 yaitu sebesar 3,09 persen. Laju inflasi selalu berfluktuasi dikarenakan jumlah uang yang beredar melebihi yang dibutuhkan masyarakat dan kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang, sehingga masyarakat enggan untuk memegang uang kas sehingga mempercepat peredaran uang (Utomo, 2013:7). 3.09 3.14 9.75 75.11 4.39 9.81 11.52 12.49 4.56 5.97 11.31 4.40 5.91 9.62 4.37 8.10 3.75 4.71 7.35 8.43 0 10 20 30 40 50 60 70 80 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14

Inflasi (Persen)

Inflas…

(22)

Penelitian sebelumnya Purbadharmaja (2006), yang berjudul Penelitian Implikasi Variabel Pengeluaran dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali menyatakan, variabel investasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap PDRB dengan nilai t statistik sebesar 0,75 (non signifikan). Variabel investasi tidak signifikan terhadap PDRB disebabkan oleh investasi yang dilakukan di Provinsi Bali tidak efisien.

Penelitian sebelumnya Novanti Hendriyani (2017), menunjukkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, yang ditunjukkan dengan hasil uji t variabel Inflasi sebesar 0,175 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,447, dan nilai sig. sebesar 0,867 lebih besar dari 5%, sehingga H3 ditolak sehingga H3 ditolak artinya Inflasi tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah secara statistik signifikan.

Penelitian sebelumnya Laksmi Dewi (2013), Dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali karena nilai thitung Inflasi < ttabel yaitu 1,02 < 1,697. Besarnya pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini sebesar 6,76%. Oleh karena itu terjadinya inflasi akan membawa dampak buruk kepada masyarakat, dalam hal ini adalah kemerosotan pendapatan riil yang diterima masyarakat diikuti oleh harga barang dan jasa semakin meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi sulit dicapai.. Inflasi juga dapat menimbulkan efek buruk pada perekonomian, salah satunya dapat mengurangii pendapatan riil (Sadono Sukirno, 2004:339).

(23)

Berdasarkan fenomena diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel investasi, tingkat upah dan inflasi dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali melalui variabel intervening yaitu kesempatan kerja. Digunakannya variabel kesempatan kerja dalam peneltian ini karena dalam menciptakan pendapatan sebagai salah satu indikator yang mencerminkan kesejahteraan masyarakat baik dalam suatu negara ataupun daerah diperlukan penyerapan tenaga kerja yang efektif. Dengan terciptanya kesempatan kerja dan terbukanya lapangan pekerjaan yang luas diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga masyarakat memperoleh pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Putri Awandari (2016), dalam penelitiannya menyatakan infrastruktur dan investasi memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kesempatan kerja di Provinsi Bali, sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kesempatan kerja di Provinsi Bali.

Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh investasi, tingkat upah, dan inflasi terhadap kesempatan kerja, dan pendapatan perkapita di Provinsi Bali. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh tidak langsung investasi, tingkat upah dan inflasi terhadap pendapatan perkapita melalui kesempatan kerja.

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh investasi, tingkat upah dan inflasi terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali ?

2) Bagaimana pengaruh investasi, tingkat upah, inflasi dan kesempatan kerja terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali ?

3) Apakah kesempatan kerja merupakan variabel intervening dari investasi, tingkat upah dan inflasi terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1) Untuk menganalisis pengaruh investasi, tingkat upah dan inflasi terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali.

2) Untuk menganalisis pengaruh investasi, tingkat upah dan inflasi terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali.

3) Untuk mengetahui kesempatan kerja merupakan variabel intervening dari investasi, tingkat upah, dan inflasi terhadap pendapatan perkapita di Provinsi Bali.

(25)

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian atau tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan perkapita di Provinsi Bali.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi peneliti lainnya agar dapat memberikan konstribusi yang positif bagi penelitian-penelitian selanjutnya serta memberikan bukti empiris mengenai pengaruh investasi, tingkat upah dan inflasi terhadap kesempatan kerja dan pendapatan perkapita di Provinsi Bali.

(26)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai teori produk domestik regional bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi, pengertian investasi, tingkat upah, inflasi, kesempatan kerja dan pendapatan perkapita serta hubungan-hubungan antara variabel. Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

(27)

Bab V : Simpulan dan Saran

Dalam bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan.

Gambar

Tabel  1.1  Tingkat  Produk  Domestik  Bruto  Regional  (PDRB)  di  Provinsi  Bali  Atas  Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 1995-2014
Tabel  1.2  Penduduk  Usia  Kerja  dan  Angkatan  Kerja  di  Provinsi  Bali  Tahun  1995-2014
Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Bali Tahun 1995-2014
Tabel 1.4 Data Investasi di Provinsi Bali Tahun 1995-2014 (juta rupiah)  Tahun  Investasi (Juta  Rupiah)  Perkembangan (Persen)  Tahun  Investasi (Juta Rupiah)  Perkembangan (Persen)  1995  241,946.00  -  2005  935,219.00  -8,15  1996  230,413.15  -4,77  2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perasaan senang dan puas atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat memicu motivasi dan kepatuhan bagi wajib pajak yang akhirnya dapat

DER dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio DER, maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil topik penelitian sistem informasi akuntansi dengan judul “Pengaruh Kecanggihan

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang berbunyi “Pengadilan perikanan berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara tindak pidana di

Pada variabel pengakuan profesional pendapat tertinggi terjadi pada akuntan pemerintah, pendapat tertinggi terhadap pasar kerja terjadi pada mereka yang berprofesi sebagai

Terlihatlah bahwa waktu yang lama untuk menentukan waktu baku seperti yang terdapat pada pengukuran waktu jam henti dan sampling kerja, biaya yang tinggi seperti pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak, persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak, tingkat

Gambar 4 SIR LTE integrasi WiFi Gambar 5 Grafik PDF CDF SIR LTE integrasi WiFi Dari hasil simulasi SIR pada gambar (4) dan gambar (5) dapat dilihat bahwa parameter SIR