• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI MAKNA PERNIKAHAN DALAM ISLAM PADA FILM WEDDING AGREEMENT. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPRESENTASI MAKNA PERNIKAHAN DALAM ISLAM PADA FILM WEDDING AGREEMENT. Skripsi"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PADA FILM WEDDING AGREEMENT Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

SAVIRA SALSANABILA NIM : 11160510000203

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M / 1441 H

(2)

i Nama : Savira Salsanabila

Nim : 11160510000203

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul REPRESENTASI MAKNA PERNIKAHAN DALAM ISLAM PADA FILM WEDDING AGREEMENT adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam proses permbuatannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melalukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagaian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

(3)

ii

PADA FILM WEDDING AGREEMENT Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh

Savira Salsanabila NIM. 11160510000203

Dosen Pembimbing

Ade Masturi M.A. NIP. 197506062007101001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M / 1441 H

(4)
(5)

iv Savira Salsanabila 11160510000203

Representasi Makna Pernikahan Dalam Islam Pada Film

Wedding Agreement

Film Wedding Agreement merupakan film drama religi yang menceritakan tentang pernikahan yang dijodohkan oleh orang tua mereka. Secara garis besar film mengenai konflik hubungan suami istri dalam pernikahan, dimana Sejak hari pertama menikah, Byan memberikan surat perjanjian kepada Tari yang berisi mereka akan bercerai setelah satu tahun pernikahan mereka berdua.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Wedding Agreement menurut teori semiotika model Charles Sander Peirce dan Bagaimana makna pernikahan dalam Islam yang terdapat dalam film Wedding Agreement direpresentasikan.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif paradigma konstruktivisme. Dalam memperoleh data dilakukan kegiatan observasi yaitu menonton, mengamati setiap adegan dan dialog. Pemilihan adegan dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria adegan yang mengandung makna pernikahan. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce. Peirce membagi tanda menjadi 3 model utama yaitu ikon, indeks, dan simbol yang masing-masing memiliki kriteria.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa film ini mendeskripsikan Ikon dari film Wedding Agreement adalah Tari dan Byan sebagai suami istri. Indeks dalam film ini adalah pernikahan yang dijodohkan yang memiliki hubungan sebab-akibat dalam hubungan rumah tangga. Simbol dalam film ini adalah kata “Wedding” karena dalam memiliki arti positif Pernikahan karena ibadah dan disandingkan dengan “Agreement” yang memiliki arti negatif perjanjian karena setelah satu tahun pernikahan akan bercerai.

Kata Kunci: Representasi, Makna, Semiotika, film, Wedding Agrement

(6)

v

Segala puji bagi Allah SWT yang maha pemurah dan lagi maha penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunianya dalam kehidupan umat manusia. Atas rahmat dan karunia-Nya jugalah penulis dalam dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Representasi Makna Pernikahan Dalam Islam Pada Film Wedding Agreement”. Tidak lupa juga shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam penelitian ini penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna. Namun tidak menghilangkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah terlihat dalam penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materil. Dengan demikian penelitian mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA, Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarfi Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto,M.Ed,Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, Selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Shihabudin Noor, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Cecep Castrawijaya, M.A selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

3. Ketua Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Dr. Armawati Arbi, M.Si dan Sekretaris Jurusan, Dr. Edi Amin, MA.

(7)

vi

yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan penuh selama proses penelitian. 5. Pimpinan, Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dalam meminjam literatur untuk penulisan skripsi.

6. Seluruh jajaran dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Sutradara film Wedding Agreement Archie Hekagery beserta seluruh kru dan pemain yang telah menghasilkan karya luar biasa sehingga memberikan inspirasi kepada penulis untuk menjadikan karyanya sebagai subjek penelitian.

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Rusni dan Ibu Nila Karmila, serta saudara kandung Ari Herlangga.

9. Risma Febby Hambekti kakak di kampus yang selalu membantu dalam skripsi ini dari awal penelitian hingga selesai.

10. Iim Abdul Mun‟im kakak di kampus yang selalu membantu dalam penelitian ini hingga selesai.

11. Sarah Anggita, Nurul Dwiana, Rizki Dewi Ayu, Nabila Maulidya, Danvie Nurjiyanti, Helmi Huwaidah teman seperjuangan selama perkuliahan serta mendukung penulis dikala suka dan duka dalam penelitian ini.

12. Atia Malia, Wandha Shapira, Zaqiah PR teman bermain dan belajar yang selalu membantu.

(8)

vii

14. Teman-teman KPI D dan seluruh angkatan 2016. 15. Dedi Fahrudin dan seluruh anggota DNKTV tercinta. 16. Semua pihak, rekan-rekan, teman-teman yang telah

membantu penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat.

Sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 09 Juli 2020

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN...i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

ABSTRAK ... iiiv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 8 C. Rumusan Masalah ... 8 D. Tujuan Penelitian ... 9 E. Manfaat Penelitian ... 9 F. Tinjauan Pustaka ... 10 G. Metodologi Penelitian ... 12 H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

(10)

ix

D. Film ... 38

E. Kerangka Berfikir... 50

BAB III GAMBARAN UMUM... 51

A. Sekilas Tentang Film Wedding Agreement ... 51

B. Sinopsis Film Wedding Agreement ... 52

C. Profil Sutradara Film Wedding Agreement ... 55

D. Profil Aktor dan Aktris Film Wedding Agreement ... 56

E. Tim Produksi Film Wedding Agreement ... 65

F. Rumah Produksi ... 67

G. Sumber Film ... 69

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 71

BAB V PEMBAHASAN ... 82

BAB VI PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya………...36

Tabel 2.2 Asosiasi Warna………49

Tabel 4.1 Adegan 1………..72 Tabel 4.2 Adegan 2………..73 Tabel 4.3 Adegan 3………..75 Tabel 4.4 Adegan 4………..76 Table 4.5 Adegan 5………..78 Tabel 4.6 Adegan 6……….79 Tabel 4.7 Adegan 7………..80

Tabel 5.1 Identifikasi Tanda Adegan 1………82

Tabel 5.2 Identifikasi Tanda Adegan 2………85

Tabel 5.3 Identifikasi Tanda Adegan 3………89

Tabel 5.4 Identifikasi Tanda Adegan 4………91

Tabel 5.5 Identifikasi Tanda Adegan 5………93

Tabel 5.6 Identifikasi Tanda Adegan 6………95

(12)

xi

Gambar 2.1 Peta Charles Sandres Pierce……….34

Gambar 3.1 Poster Film………...52

Gambar 3.2 Archie Hekagery………..55

Gambar 3.3 Refa Hady………....56

Gambar 3.4 Indah Permatasari………58

Gambar 3.5 Aghniny Haque………60

Gambar 3.6 Mark Jeffrey Smith………..62

Gambar 3.7 Ria Ricis………...64

Gambar 3.8 Tim Produksi………...65

Gambar 3.9 Rumah Produksi………...67

(13)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun belakangan ini di Indonesia banyak muncul film religi atau film tersebut bergenre Islami. Dalam film tersebut mengandung pesan dakwah yang merupakan pesan agama yang universal. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa dakwah merupakan proses yang berjalan (proses makro) dan holistik. Alur cerita dalam sebuah film beragam dan sering kali sangat dekat dengan cerita di kehidupan yang sering dijumpai seperti halnya mengenai pernikahan. Pernikahan antara laki-laki dan wanita sudah ditentukan oleh Allah Swt. dan tertulis di Lauhul Mahfudz, takdir jodoh sudah ditentukan oleh Allah Swt. dengan seseorang yang tepat. Sebagai mana firman Allah dalam Qs. Az Dzariyat (51:49) :

َنْوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ِْيَْجْوَز اَنْقَلَخ ٍءْيَش ِّلُك ْنِمَو

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)."

Pada saat ini, seni di bidang perfilman sudah berkembang pesat terutama di Indonesia dengan sajian yang beraneka ragam, seperti film bernuansa drama religi ini yang masih sangat digemari masyarakat umum. Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji suatu film yang berjudul Wedding Agreement yang dirilis ke publik pada 8 Agustus 2019 dan disutradarai oleh

(14)

Archie Hekagery. Film ini di garap oleh rumah produksi PT. Kharisma Starvision Plus serta Chand Parwez Servia dan Fiaz Servia yang menjadi produser dalam film Wedding Agreement ini. Film yang bergenre drama religi ini merupakan film yang diangkat berdasarkan novel berjudul sama karya Eria Chuzaimiah alias Mia Chuz, yang terlebih dahulu populer di aplikasi Wattpad yaitu aplikasi komunitas online bagi para penulis dan pembaca.

Dikutip dari hhtp://filmindonesia.or.id dan Instagram @Starvisionplus, sepanjang tahun 2019 film Wedding Agreement ini mencatat angka jumlah penonton sebanyak 893.136 penonton yang bersumber dari penonton bioskop di Cinema 21, Blitz Megaplex, CGV, PPFI (Persatuan Produser Film Indonesia) serta sumber-sumber lainnya.1 Film ini diperankan oleh aktor dan aktris berbakat Indonesia yaitu Indah Permatasari, Refal Hady, Aghniny Haque, Jeff Smith, Ria Ricis, Bucek, Unique Priscilla, Mathias Muchus, Ria Irawan, Fergie Brittany, Yati Surachman. Film Wedding Agreement ini berdurasi 100 menit.

Secara garis besar film ini bercerita tentang pernikahan dua orang yang di jodohkan oleh orang tua mereka, Btari Hapsari dinikahkan dengan Byantara Wicaksana. Kehidupan yang indah setelah menikah sepertinya tidak singgah dalam rumah tangga Tari (nama panggilan Btari). Sejak hari pertama menikah, Byan memberikan surat perjanjian yang berisi mereka akan bercerai setelah satu tahun pernikahan mereka berdua. Tari baru

1 hhtp://filmindonesia.or.id/moie/viewer2019#.XhLalOQ0M diakses pada

(15)

mengetahui bahwa sebelumnya Byan sudah mempunyai pacar dan bertunangan dengan Sarah. Namun, Byan menikahi Tari sebagai bentuk baktinya kepada orang tua. Selama masa perjanjian, Tari mencoba menjadi istri yang baik. Tari sangat senang dengan pernikahannya karena untuk menyempurnakan ibadahnya dengan menikah. Tari selalu belajar untuk menjadi istri yang baik selalu mengingatkan Byan tentang ibadah dan sebagaimana hal-hal baik untuk mengubah Byan menjadi laki-laki saleh, menjalankan segala bentuk baktinya sebagai seorang istri, melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan karena Tari menganggap pernikahan ini sangat penting. Tari ingin meluluhkan hati Byan. Tari mencoba sekuat tenaga bertahan, namun hasilnya selalu sama kecewa dan sakit hati.2

Pernikahan merupakan ibadah dalam suatu kebaikan, dalam pernikahan banyak hal-hal yang dilakukan sehingga akan mendapatkan keberkahan dan ketentraman. Ibadah adalah suatu jalinan komunikasi antara hamba dan Tuhan-nya, sesuatu yang sudah semestinya dilakukan seorang hamba tanpa embel-embel apapun. Dalam pandangan Islam, salah satu pilar utama kehidupan manusia adalah ibadah, dalam arti khusus menghadap kepada Allah.3 Allah Swt. berfirman dalam (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 5) :

2

https://tirto.id/sinopsis-wedding-agreement-film-refal-hady-yang-rilis-hari-ini-efSb diakses pada 11 Januari 2020, 12.57

3 Syekh Tosun, Energi Ibadah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007)

(16)

ُْيِْعَتْسَن َك اَّي ِاَو ُدُبْعَ ن َك اَّيِا

ۗ

“Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan”

Kehadiran film Wedding Agreement ini menjadi refleksi bahwa masyarakat Indonesia masih menggemari film yang bernuansa drama religi dengan data statistik berupa jumlah penonton yang diraih dari film ini. Film drama religi memang dapat memainkan emosi bagi para penontonnya dengan alur cerita yang dekat dengan masyarakat, penataan suara atau musik yang menambah unsur melankolis dalam hampir semua film yang ber-genre drama religi. Pesan-pesan keagamaan yang dikemas dalam bentuk film dan dihantarkan melalui layar lebar menarik khalayak untuk mengikutinya. Melalui film, ajaran agama disampaikan secara lebih menarik, tak membosankan. Melalui media film, komunikator dakwah mengemas pesan-pesan keagamaan untuk dimasukan ke relung hati sesuai dengan kesadaran khalayak penonton atau permirsa.4

Film Wedding Agreement sendiri juga sangat banyak sekali nilai-nilai ajaran Islam yang terkandung dalam setiap dialog dan peran yang tersaji didalamnya, sehingga perlu untuk di teliti setiap makna pernikahan yang terdapat disetiap adegan dalam film tersebut. Film ini adalah film drama yang juga bernuansa religi, maka ada banyak sekali makna, pesan, dan nilai moral yang terkandung di film ini, film yang memainkan emosi

4 Bambang S. Ma‟arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Akasi,

(17)

penonton ini juga dapat menjadi bahan renungan bagi penonton.

Film sering kali dianggap oleh banyak orang hanya sebagai media hiburan, sebenarnya adalah salah satu media yang juga digunakan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan kata lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar telah dibuat lenyap.5

Ini berarti bahwa permulaan dari sejarahnya, film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial, dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam Abad ke-18 dan permulaan Abad ke-19. Film mencapai puncaknya antara Perang Dunia I hingga Perang Dunia II, namun merosot tajam setelah munculnya medium televisi.6

Perkembangan seni film di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat dan saat ini perfilman di negeri Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia dan sudah banyaknya masyarakat yang bangga terhadap film Indonesia. Film dapat dimaknai sebagai medium

5 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Penerbit Remaja

Rosdakarya, 2006), h. 10.

6

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya, 2006), h. 12.

(18)

yang menghubungkan komunikator dan komunikan yang berjumlah banyak.7

Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan suatu pesan-pesan sosial maupun moral kepada khalayak banyak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu yang tentunya bermanfaat dan mendidik ketika dilihat dan didengar oleh khalayak banyak. Film mempunyai seni tersendiri dalam memilih suatu peristiwa untuk dijadikan sebuah cerita. Film terkadang merupakan ekspresi seseorang atau pernyataan dari sebuah perasaan, juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.

Selanjutnya, “Representasi” yang merupakan konsep yang menghubungkan antra makna dan bahasa. Representasi juga dapat berarti menggunakan bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh arti kepada orang lain. Representasi juga merupakan bagian esensial dari proses dimana makna dihasilkan dan diubah oleh anggota kultur tersebut.8

“Representasi” merupakan peristiwa kebahasaan. Bagaimana seseorang ditampilkan, dijelaskan dengan menggunakan sebuah bahasa. Melalui bahasa berbagai tindakan representasi tersebut ditampilkan oleh media dan dihadirkan dalam pemberitaan. Maka

7 Sri Wahyuningsih, Film & Dakwah, (Surabaya: Media Sahabat Cendikia,

2019), h. 6.

8 Stuart Hall, Culture, The Media And The Ideological Effect, (London: Mass

(19)

yang patut dikritisi ialah pemakaian bahwa yang ditampilkan oleh media. Proses ini mau tidak mau sangat berhubungan dengan pemikiran bahwa dalam menuliskan realitas untuk dibaca khalayak.9

Tanda-tanda dalam film ini merepresentasikan makna pernikahan dalam Islam. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu dikolaborasikan untuk mencapai efek yang diinginkan. Karena film merupakan produk visual dan audio, maka tanda-tanda ini berupa gambar dan suara. Tanda-tanda tersebut adalah sebuah gambaran tentang sesuatu.

Untuk mengetahui itu semua, maka peneliti memilih melalui model teori semiotika. Tanda tidak pernah benar-benar mengatakan suatu kebenaran secara keseluruhan.10 Ia hanya merupakan representasi dan bagaimana suatu hal direpresentasikan dan medium yang dipilih untuk melakukan itu bisa sangat berpengaruh pada bagaimana orang menafsirkannya.

Dari sekian banyak model semiotik yang ada, peneliti memilih model semiotik Charles Sanders Peirce karena menurutnya, sebuah film dibangun dengan banyak tanda dan semiotika model Charles Sanders Peirce ini memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya. Menurut Pierce tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang

9

Stuart Hall, The Work of Representation: Representation and Signifiying

Practies, (London: Sage Publication,1998) h.17.

10 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:

(20)

menyerupainya, keberadaaanya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda tersebut dan juga menggunakan teori rapresentasi model Stuart Hall menurutnya representasi diproleh dari produksi makna melalui bahasa. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian judul skripsi yaitu “Representasi Makna Pernikahan dalam Islam pada Film Wedding Agreement.

B. Batasan Masalah

Untuk membatasi penelitian ini agar tidak dapat melebar luas, maka pembatasan permasalahan yang diambil dari penelitian ini adalah penggambaran makna pernikahan dalam beberapa cuplikan adegan atau scene dan serta teks cerita dan tokoh yang bersifat nilai keislaman dalam sebuah cerita drama religi dalam film Wedding Agreement yang mempresentasikan makna pernikahan dalam islam. Penelitian ini akan dibatasi pada klasifikasi Charles Sanders Peirce dengan mencari makna ikon, indeks, dan simbol dalam masing-masing adegan dalam scene dan cupilkan film tersebut.

C. Rumusan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirangkum melalui pertanyaan sebagai berikut :

(21)

Wedding Agreement menurut teori semiotika model Charles Sander Peirce ?

b. Bagaimana makna pernikahan dalam Islam yang terdapat dalam film Wedding Agreement direpresentasikan ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan makna ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada alur cerita di dalam film Wedding Agreement. b. Untuk merepresentasikan makna pernikahan yang terdapat

dalam film Wedding Agreement.

E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian yang memberikan kontribusi bagi khasanah akademik kepada Ilmu Komunikasi, khususnya Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yakni analisis semiotika dapat digunakan untuk menganalisis sebuah film karena pondasi pokok dari film adalah setiap gambaran atau visual yang memiliki makna masing-masing yang mempresentasikan sesuatu dan dapat dianalisis menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce.

(22)

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam membaca makna-makna yang terjadi, dalam sebuah film. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktis perfilman dan masyarakat, praktis komunikasi dan tentunya mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini juga untuk memberikan masukan dan menambah wawasan dan dakwah melalui sebuah media film dalam mengemas nilai-nilai kebaikan yang berhubungan erat dengan nilai keagamaan yang menjadikan sebuah kajian yang menarik.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan skripsi dan tesis terdahulu yang memiliki beberapa kesamaan dalam penelitian ini, sebagai bahan rujukan dan referensi bagi peneliti dalam merumuskan permasalahan sekaligus sebagai refrensi dalam tambahan selain buku, jurnal, artikel maupun internet. Adapun beberapa judul-judul skripsi di bawah ini yang peneliti temukan adalah :

1. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ditulis oleh Nurlaelatu Fajriah tahun 2017 yang berjudul “Analisis Semiotik Film CIN(T)A” persamaan skripsi tersebut dengan skripsi yang dibuat yaitu

(23)

sama-sama menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce. Namun terdapat perbedaan di perumusan masalah.

2. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ditulis oleh Mulidya Septiani tahun 2018 yang berjudul “Representasi Pesan Moral Dalam Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dollar” persamaan skripsi tersebut dengan skripsi yang dibuat yaitu sama-sama menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce dan Stuart Hall. Namun terdapat perbedaan di perumusan masalah.

3. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ditulis oleh Meta Yunita Kusuma pada tahun 2014 yang berjudul “Representasi Toleransi Umat Beragama Dalam Film Sang Martir” persamaan skripsi tersebut dengan skripsi yang dibuat yaitu sama-sama menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce. Namun terdapat perbedaan di perumusan masalah.

4. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2014, yang ditulis oleh Ayu Purwati Hastim yang berjudul “Representasi Makna Film Surat Kecil Untuk Tuhan” persamaan dengan penelitian ini dalam teori yang digunakan yakni teori semiotik, sedangkan perbedaanya terletak di subjek penelitiannya dan teknik analisis data dan perumusan masalah.

(24)

5. Tesis Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ditulis oleh Indra Dita Puspito, S.Sos. Tahun 2017. Tesis yang berjudul “Analisis Semiotika Makna Cinta Dalam Komunikasi Antar Budaya Pada Film Assalamualaikum Beijing”. Tesis tersebut meneliti mengenai pemaknaan tanda sebuah film dalam perspektif segi percintaan dalam pandangan Islam dan metode yang digunakan dengan penelitian ini, Perbedaannya terletak pada subjek penelitiannya yaitu pada adegan atau cuplikan dan scene dalam film yang diteliti dalam tesis tersebut.

G. Metodologi Penelitian 1. Paradigma penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Konstruktivisme. Paradigma Konstruktivisme ini memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi realitas sosial yang terbentuk dari hasil konstruksi.11 Sehingga paradigma ini berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas social berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil

11 Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media

(25)

pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran.12

2. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena memungkinkan peneliti untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistik (utuh) dengan menggunakan kata-kata tanpa harus bergantung pada sebuah angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodgan dan Taylor yang mengemukakan pendekatan kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.13

3. Metode penelitian

Metode riset kualitatif ini menggunakan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce yaitu studi tentang tingkatan makna terbagi menjadi tiga yaitu ikon, indeks, dan simbol. Kemudian penelitian ini menggunakan teori Stuart Hall Peirce yang dikenal dengan teori representasi. Peirce menyebut tanda sebagai representamen. Konsep, benda, gagasan dan seterusnya,

12 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,

(Bandung: Rosdakarya, 2012), h. 140.

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), h. 4.

(26)

yang diacunya sebagai objek. Makna (impresi, kogitasi, perasaan, dan seterusnya) yang diproleh dari sebuah tanda oleh Peirce diberi istilah interpretan.14 Melalui analisis ini, dapat membantu peneliti untuk mengetahui tentang isi film dan bagaimana pesan tersebut disampaikan lewat film “Wedding Agreement”.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah film “Wedding Agreement”, sedangkan objek penelitiannya ini adalah meneliti makna, ikon, indeks, simbol, aspek sinematografi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui dua metode, yaitu:

a. Observasi

Observasi atau pengamaran adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Maka, dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara mendalam dengan melihat setiap adegan-adegan atau cuplikan-cuplikan dari film “Wedding

14 Norman K. Denzin dan Yvonna S Lincoln, Handbook of Qualitaive Reserch,

(27)

Agreement”. Kemudian peneliti mencatat dan memilih beberapa adegan atau scene yang penting yang merupakan inti dari permasalahan yang telah dirumuskan kemudian dianalisis menggunakan teori dan metode yang telah ditentukan.

b. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel jika didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan. Pada penelitian ini penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan film “Wedding Agreement‟ di antaranya adalah salinan film bentuk, softcopy, beberapa review, resensi, dan literatur film dari internet, atau media lainnya serta menggunakan buku-buku yang relevan dengan penelitian. Juga dengan adanya data premier yang berupa film yang diteliti yaitu Wedding Agreement yang dilihat/ditonton di aplikasi Iflix dengan menonton sekaligus mengamati setiap adegan yang cocok untuk diteliti dan dianalisis. Juga mengumpulkan melalui Data skunder dengan berbagai referensi di internet seperti artikel yang berkaitan dengan film tersebut seperti di bab III dengan melengkapi data-data dari film tersebut.

(28)

6. Teknik Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait, dimulai dengan mengklasifikasikan adegan-adegan dalam film “Wedding Agreement” yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Kemudian, data dianalisis dan di representasikan menggunakan teori semiotika model Charles Sanders Pierce yaitu dengan mencari makna ikon, indeks, dan simbol dalam masing-masing adegan atau cuplikan. Indikator masing-masing nya adalah :

a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimana dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan anatara representamen terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.

b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknnya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual, dan biasnya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal.

c. Simbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol.15

15 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotikadan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalan Sutra, 2012), h. 33.

(29)

Tahap lainnya peneliti juga menganalisis dengan mendownload film tersebut lalu mencatat dan merangkum mana saja adegan yang mengandung makna-makna pernikahan dalam Islam yang bisa untuk diteliti.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dikediaman pribadi penulis di Tangerang dan juga di Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian ini dilaksanakanselama enam bulan, terhitung dari Januari 2020 hingga Juni 2020.

8. Pedoman Penulisan

Pedoman pada penelitian ini mengacu kepada Pedoman Umum Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Tim Penulis UIN Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017.16

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibuat untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini. Sistematika penulisan dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I terdiri atas Latar Belakang, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

16

Tim Penulis UIN Jakarta, PedomanPenulisanKaryaIlmiah (Skripsi, Tesis,

(30)

paradigma penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, pengumpulan data dan Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II membahas tentang landasan teori, kajian pustaka, kerangka berpikir, semiotika, konsep semiotika Charles Sanders Peirce, Representasi, konsep makna pernikahan dalam islam, serta membahas mengenai pengertian film, sejarah film, karakteristik film, jenis-jenis film, teknik pengambilan gambar.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Bab III gambaran umum tentang film Wedding Agreement, yang membahas produksi, sinopsis, dalam Kajian Narasi dan profil penulis, sutradara film, biografi para pemain film dan tim produksi film Wedding Agreement.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab IV ini menjabarkan hasil temuan penelitian dari data film berupa potongan adegan film, audio dan temuan tanda dalam adegan

BAB V PEMBAHASAN

Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori dan rumusan reori baru dari penelitian. Mengkaji mengenai pembahasan yang diteliti untuk lebih detail.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

(31)

19

KAJIAN PUSTAKA A. Teori Representasi

Dalam penelitian ini menggunakan teori representasi dan representasi sendiri dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanda seperti gambar, bunyi dan lain-lain. Untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret atau memproduksi atau memproduksi sesuatu yang dilihat, diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu.17

Representasi yang merupakan konsep menghubungkan antra bahasa dan makna. Representasi juga dapat berarti menggunkan bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh arti kepada orang lain. Representasi juga merupakan bagian esensial dari proses dimana makna dihasilan dan diubah oleh anggota kultur tersebut.18

Bagi Stuart Hall representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif orang memaknai dunia karena representasi adalah jalan dimana makna diberikan kepada hal-hal yang tergambar melalui citra atau bentuk lainnya pada layar atau kata-kata. Hall menuturkan bahwa sebuah citra akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada gaaransi bahwa citra akan berfungsi atau berbeda atau bekerja sebagaimana mereka dikresi atau dicipta.

17

Marcel Danesi, Pesan, Tanda Dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,2010), h. 24.

18 Stuart Hall, Culture, The Media And The Ideological Effect, (London: Mass

(32)

Stuart Hall berargumentasi bahwa representasi ialah perwakilan budaya dan praktek yang signifikan, perwakilan mengubungkan makna dan bahasa atas kebudayaan, perwakilan merupakan bagian penting dari proses yang berarti dihasilkan dan ditukar diantara para anggota.

Stuart Hall menjabarkan bawa ada dua proses representasi, pertama ialah representasi mental yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing, representasi mental masih berperan penting dalam ptoses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan ke bahasa yang lazim agar dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengantanda dari simbol tertentu.19

Menurut Marcel Danesi sendiri ia menjabarkan bahwa representasi sendiri sebagai proses merekam ide, pengetahuan dan pesan dalam berbagai cara. Danesi juga mendefinisikan bahwa lebih tepat representasi sebagai kegunaan tanda untuk menyambungkan, melukiskan, dan meniru sesuatu untuk dirasa, dimengerti dalam berbagai bentuk fisik.20

Representasi bisa disebut sebagai bahasa dalam kebudayaan dan dapat mengkontruksi makna karena bahasa beroprasi dan berfungsi sebagai sistem representasi. Bahasa yang dimaksud tidak lagi hanya berupa bahasa tertulis dan bahasa lisan (berupa suara dan kata-kata tertulis), namun juga berupa tanda dan simbol seperti gambar, not musik, bahkan sebuah benda. Semua hal

19

Stuart Hall, The Work of Representation: Representation and Signifiying

Practies, (London: Sage Publication, 1998) h. 17.

20 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotik Media (Yogyakarta:

(33)

tersebut digunakan oleh manusia unntuk mengekspresikan atau mempresentasikan konsep, ide, emosinya kepada orang lain.21

Berbicara soal representasi, kita belajar mengenai hubungan antara tanda dan makna. Tanda yang akan direpsentasikan juga bisa berubah seiring dengan manusia itu sendiri yang terus bergerak dan berubah seiring dengan berkembangnya kemampuan intelektual dan kebutuhan dari tanda tersebut.22

A. Konsep Makna Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Pernikaan adalah salah satu ibadah dalam agama Islam. Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk membangun rumah tangga dan melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia dengan menyatu dalam tali pernikahan.

Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”. Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam Islam

21

Stuart Hall, Representation: Cultural Representations and Signifiying

Practice, (London: Sage Publication, 2003) h. 1.

22 Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis bagi penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011) h.123

(34)

juga berkaitan dengan pengertian mahram (baca muhrim dalam Islam) dan wanita yang haram dinikahi.23

Pernikahan atau perkawinan merupakan suatu hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antarjenis dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan. Menurut istilah ilmu fiqih, nikah berarti suatu akad (perjanjian) yang mengandung kebolehan melakukan hubungan seksual dengan memakai kata-kata (lafadz) nikah atau tazwij.24

Perkawinan/pernikahan antara laki-laki dan wanita serta untuk menyatu sebagai suami dan istri dalam ikatan pernikahan adalah salah satu ciri manusia sejak pertamakali diciptakan. Tidaklah Allah Swt, menciptakan Nabi Adam alaihis salam, kecuali diciptakan pula Hawwa sebagai pasangan hidupnya, lalu mereka menjadi suami dan istri dalam ikatan pernikahan. Semua peradaban umat manusia yang hidup di permukaan bumi mengenal pernikahan dan menjalani hidup dalam ikatan pernikahan. Pernikahan adalah jaminan atas keberlangsungan peradaban umat manusia.25

Menikah merupakan fase kehidupan yang lazim dilakukan oleh setiap manusia dewasa (akil baligh), siap secara lahir dan

23 https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan Diakses

pada tanggal 20 Mei 2020, Pukul 12.49

24

Drs. H. Rahmat Hakim, Hukum Pernikahan Islam, Cet. I, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.12

25 Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia 8:Pernikahan, (Jakarta: PT.

(35)

batin, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun rumah tangga. Setiap orang yang telah memenuhi persyaratan tersebut dianjurkan agar menginjakkan kakinya kejenjang pernikahan. Jenjang inilah menandai sebuah fase kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup seseorang pada masa mendatang. Kehidupan berkeluarga memiliki banyak tantangan dan sekaligus mengandung jumlah harapan positif. Tidak dipungkiri dalam pernikahan terdapat banyak manfaatnya jika kita dapat mengelolanya dengan baik.26 Ada beberapa tujuan pernikahan dalam Islam yaitu :

1. Melaksanakan Sunnah Rasul

Pernikahan dapat menjauhkan dari perbuatan maksiat yang menimbulkan dosa. Karena sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah yang dianjurkan.

2. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia

Karena sudah dianjurkan bagi mereka yang telah mampu untuk menikah. Hal ini karena pernikahan merupakan fitrah manusia serta naluri kemanusiaan itu sendiri. Naluri manusia dipenuhi pula dengan hawa nafsu, maka lebih baik untuk

26 Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya?, (Jakarta Selatan:

(36)

dipenuhi dengan jalan yang baik dan benar yaitu melalui penikahan yang sah dimata agama dan negara. Karena apabila naluri tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjerumuskan seseorang kepada jalan yang sangat diharamkan oleh Allah Swt. dan dibenci yaitu berzina.

3. Penyempurna Agama

Dalam Islam menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan agama dan ibadah yang dianjurkan. Karena dengan menikah maka separuh agama telah terlaksana. Jadi salah satu dari tujuan pernikahan ialah penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang muslim dalam beribadah.

4. Menguatkan Ibadah Manusia

Pernikahan merupakan hal yang mulia, karena pernikahan merupakan sebuah jalan yang paling bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri serta terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama.

Hal ini pula sesuai dengan HR. Muslim No. 1.400 di mana Rasullullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, lebih membentengi farji (kemaluan).

(37)

Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya."

Sasaran utama dalam pernikahan dalam Islam ialah untuk menundukkan pandangan serta membentengi diri dari perbuatan keji dan kotor yang dapat merendahkan martabat seseorang. Dalam Islam, sebuah pernikahan akan memelihara serta melindungi dari kerusakan serta kekacauan yang ada di masyarakat.

5. Memperoleh Ketenangan

Dalam Islam, sebuah pernikahan sangat dianjurkan karena tujuan pernikahan nantinya akan ada banyak manfaat yang didapat. Perasaan tenang dan tentram atau sakinah akan hadir selepas menikah.

Sebuah pernikahan jangan hanya mengandalkan perasaan biologis serta syahwat saja, karena hal ini tidak akan sanggup untuk menumbuhkan ketenangan di dalam diri seseorang yang menikah.

6. Memperoleh Keturunan

Sesuai dengan Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT telah berfirman, yang artinya: "Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta

(38)

memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah."

Maka dapat dilihat tujuan pernikahan dalam Islam lainnya ialah untuk memperoleh keturunan. Tentunya dengan harapan keturunan yang diperoleh ialah keturunan yang sholeh dan sholehah, agar dapat membentuk generasi selanjutnya yang berkualitas.27

2. Pernikahan Dalam Pandangan Islam

Nikah atau zawajatau menurut bahasa adalah ضىاٗءط٘ىا (adh-dhommu dan al-wath‟u) yang berarti berkumpul atau bercampur.28 Bisa juga diartikan dengan akad (al-aqdu) atau ikatan, karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan Kabul (pernyataan penerimaan dari pihak laki-laki).29

Bahwa menikah merupakan perintah yang datang langsung dari Allah Swt. Selain itu, menikah juga merupakan sunnah Rasulullah Saw. Salah satu keutamaan menikah, selain untuk mendapatkan lima hal yang dijanjikan oleh Allah Swt adalah untuk mengindikasikan bahwa ibadahnya orang yang sudah menikah itu memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada ibadahnya

27

Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya?, (Jakarta Selatan: Visimedia2007), h. 9-11

28

Djamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: CV. Toha Putra Group, 1993), h. 1.

29 Tihami dan Sohari Sahran, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,

(39)

seseorang yang belum menikah.30 Adapun firman Allah Swt. mengenai pernikahan pada sebuah Ayat Al-Qur‟an dalam surat (Yasiin 36: 36) :

ُضْرَْلْا ُتِبْنُ ت اَِّمِ اَهَّلُك َجاَوْزَْلْا َقَلَخ يِذَّلا َناَحْبُس

ْنِمَو

َنوُمَلْعَ ي َلَ اَِّمَِو ْمِه ِسُفْ نَأ

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”

Perkawinan/ pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya. Karena perkawinan/pernikahan dapat mengurangi hal dosa yaitu kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan maupun dalam bentuk perzinahan. Bagi seorang muslim yang berkeinginan untuk melakukan pernikahan, tetapi belum mempunyai persiapan bekal (fisik dan non fisik) dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Untuk berpuasa.31

Pernikahan salah satu pelaksanaan perintah Allah dan sunnah Rasulullah, pernikahan juga media untuk memperbanyak amal kebaikan. Pernikahan merupakan pondasi yang baik untuk membangun keluarga muslim. Islam telah meletakkan pondasi

30

Rizem Aizid, Bismillah, Kami Menikah, (Yogyakarta: Diva Press, 2018) h. 27-30.

31 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Palu: Sinar Grafika,

(40)

yang kokoh dalam fase pernikahan dan menerangkan tentang hak dan kewajiban masing-masing bagi suami dan istri.32

Perkawinan/pernikahan adalah fitrah kemanusiaan maka dari itu Islam menganjurkan untuk menikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan kelembah hitam. Seperti dijelaskan dalam QS. Ar-Rum 30: (30) :

اًفيِنَح ِنيِّدلِل َكَهْجَو ْمِقَأَف

ۗ

اَهْ يَلَع َساَّنلٱ َرَطَف ِتَِّلٱ ِهَّللٱ َتَرْطِف

ۗ

َليِدْبَ ت َلَ

ِهَّللٱ ِقْلَِلِ

ۗ

ِساَّنلٱ َرَ ثْكَأ َّنِكََٰلَو ُمِّيَقْلٱ ُنيِّدلٱ َكِلََٰذ

َنوُمَلْعَ ي َلَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia

tidak mengetahui”33

Pernikahan merupakan cara paling mulia yang dipilih pencipta alam semesta untuk mempertahankan proses regenerasi dan keberlangsungan dinamika kehidupan. Fitrah yang diberikan Allah pada manusia meniscahyakan pentingnya penyatuan antara pria dan wanita demi keutuhan jenis manusia agar mereka bisa memakmurkan bumi, mengeluarkan kekayaan alam,

32 Syaikh Mahmud, Bekal Pernikahan,(Jakarta: Qisthi Press, 2010) h. 5 33 Djamaludin Arra‟uf bin Dahlam, Aturan Pernikahan Dalam Islam, (Jakarta:

(41)

mengembangkan nikmat-nikmat yang dikandung, dan memnafaatkan kekuatan alam bumi selama waktu yang diinginkan Allah. Maka, kehidupan tidak akan mungkin bisa berlangsung tanpa melalui proses pernikahan yang secara terus menerus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya.34

Al-Quran telah menyebut kata “nikah” sebagai suatu bentuk perjanjian (mitsaq) antara laki-laki dan wanita yang telah terikat dalam sebuah hubungan pernikahan yang sah. Atas dasar itulah, Imam Taqiyuddin mendefinisikan pernikahan sebagai “suatu ungkapan menyangkut tentang akad yang sudah dikenal oleh masyarakat, mencakup rukun dan syarat tertentu”.35

B. Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Kata “Semiotika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “semeion” yang berarti tanda atau “seme” yang berarti penafsir tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Tanda pada masa itu bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya jika ada asap berarti ada itu tanda adanya api juga.36

34 Adil Abdul Mun‟im Abu Abbas, Ketika Menikah Jadi Pilihan,(Jakarta: Al

Mahira,2008) h.10

35 Syauqi Nawawi, Sikap Islam tentang Poligami dan Monogami, dalam ChuzaimahT.Yanggo dan HA. Hafiz Anshary AZ(ed.), Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2002), h. 112

36

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya, 2013), h.17.

(42)

Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda, semiotik mempelajari sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki makna. Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab dia mempelajari penandaan secara terpisah dari kandungannya.37

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh penting yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sander Peirce karena keduanya mengembangkan ilmu semiotika dengan cara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Di eropa Saussure mengembangkan teori tersebut sedangkan Peirce di Amerika Serikat.38 Peirce membuat pemikiran yang dibedakan menjadi tiga yakni lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Lambang adalah tanda yang dibentuk kerena adanya konsesus dari pengguna tanda. Ikon adalah hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan kemiripan. Indeks adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan langsung berupa kausal dengan objeknya.39

Semiotika telah diperkenalkan oleh sejumlah ilmuan hebat. Secara garis besar, pandangan mereka tentang tanda dapat digolongkan menjadi dua yaitu pandangan dikotomis dan pandangan trikotomis. Tanda dilihat sebagai model diadik dan

37 Roland Barthes, Mitologi, Diterjemahkan oleh: Nurhadi & A.Sihabul Millah

(Yogyakarta:Kreasi Wacana,2004), h. 156.

38

Tinarbuko Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008) h.11

39 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:Kencana

(43)

triadik atau juga semiotik struktural (bertumpu pada strukturalisme de Saussure) dan semiotik pragmatis.40

Semiotika yang pada dasarnya mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai padahal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan. Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-sistem,atau aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang mungkin tanda-tanda tersebut memiliki arti.41

Semiotika sudah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti karya sastra, dan teks berita dalam media. Semiotika merupakan varian dari teori strukturalisme. Strukturalisme berasumsi bahwa teks adalah funngsi dari isi dan kode, sedangkan makna adalah produk dari sistem hubungan.42

Sudah dijelaskan diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa semiotika adalah memahami bagaimana tanda-tanda yang ada di masyarakat baik barupa bahasa, simbol, sinyal, sikap, maupun teks sebagai salah satu alat yang memiliki makna dan maksud tertentu. Penelitian ini yang merupakan menggunakan semiotika analitik yaitu sistem tanda yang dihasilkan film melalui proses peran dan dialog, perilaku pemain dalam memaainkan setiap

40 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95

41

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) cet ke-2. h.261

42 Benny H. Hoed, Semiotik Dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta:

(44)

adegan maupun hal-hal lain digunakan untuk mewakilkan makna tertentu yang tekandung didalamnya.

2. Teori Semiotika Charles Sanders Peirce

Pada penelitian ini peneliti memilih model semiotika Charles Sanders Peirce karena yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda tak hanya bahasa dan sistem. Pada Teori Peirce tersebut seringkai dikenal dengan teori segitiga maknanya adalah (triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga element utama yang terdiri dari: Tanda (Sign), Acuan tanda (Object), Pengguna tanda (Interpretant).

Karena bagi seorang Peirce tanda “is something which stands to somebody for something in somerespect or capacity”. yaitu Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini peirce mengadakan klasifikasi tanda. Peirce menuturkan bahwa semiotika tidak lain dari pada sebuah nama lain bagi logika, yaitu doktrin formal tentang tanda-tanda.43

Dalam penelitiannya Peirce menggolongkan tanda menjadi tiga titik dalam segitiga yang disebut juga sebagai signifikasi. Dengan demikian tanda atau reprasentamen memiliki relasi

43 Benny H. Hoed, Semiotika Dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta:

(45)

triadik dengan interpretan dan objeknya.44 Pemaknaan tanda yang dilakukannya berkaitan antara representamen dan objek didasari oleh pemikiran bahwa objek tidak selalu samadengan realitas yang diberikan representamen. Objek yang timbul karena pengalaman makna pada tanda. Tanda menurut Peirce adalah “Something than represents something else.”

Bagi Pierce, tanda (representamen) ialah sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretan. Jadi interpretant ialah pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan Pierce dengan nama segi tiga semiotik.45

44

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.18

45 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra,

(46)

Gambar 2.1

Teori Triadik Charles Sanders Peirce Representamen

Interpretan Objek

Peirce membagi tiga tahapan tanda, dimulai dari penyerapan aspek tanda atau reprasentamen melalui panca indra. Tahap kedua, mengaitkan secara reprasentamen dengan pengalaman dalam kognisi manusia yang disebut objek. Tahap ketiga menafsirkan objek sesuai dengan keinginannya yang disebut interpretan.46

Model segitiga Peirce memperlihatkan masing-masing titik dihubungkan oleh garis dengan dua arah, yang artinya setiap istilah dapat dipahami hanya dalam hubungan satu dengan yang lainnya. Peire menggunakan istilah yang berbeda untuk menjelaskan fungsi tanda,baginya adalah proses konseptual, terus berlangsung sebagai semiosis tak terbats. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang. Maka munculkah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.

46 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)

(47)

Sebuah tanda mempunyai dua aspek yang dianggap indra yang seringkali disebut sebagai signifier yaitu bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya yaitu signified adalah bidang petanda atau konsep ataupun makna. Aspek kedua tersebut tekandung dalam aspek pertama. Pertanda merupakan konsep yang dipresentasikan oleh aspek pertama. Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna.47

Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut lemah dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda,misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata “air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menadakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

Peirce membagi tanda menjadi: ikon (icon), indeks (index), simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya. Berikut tipology tanda Peirce :

a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimana dikenali oleh

47

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009) h.13

(48)

para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara representamen terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.

b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknnya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual, dan biasnya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal.

c. Simbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol.48

Tabel 2.1

Jenis Tanda dan Cara Kerjanya Jenis

Tanda

Ditandai Dengan Contoh Proses Kerja

Ikon - Persamaan (Kesamaan) - Kemiripan

Gambar, Foto dan Patung Dilihat

Indeks - Hubungan sebab-akibat - keterkaitan - asap...Api - gejala..Penyakit diperkirakan

48 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media,

(49)

Simbol - konvensi - kesepakatan sosial - kata-kata - isyarat dipelajari

Dari sudut pandang Charles Sanders Peirce ini, proses signifikan bisa saja menghasilkan rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan, sehingga pada gilirannya sebuah interpretant akan menjadi representamen, menjadi interpretant lagi, jadi representamen lagi dan seterusnya.

Selain itu, peirce juga memilah-milah apa saja tipe tanda yang cocok untuk menjadi kategori lanjutan, yakni kategori firstness, secondness, thirdness. Tipe-tipe tanda tersebut meliputi : qualisign, sinsign, lehisign. Begitu juga dibedakan menjadi rema (rheme), tanda disen (dicent sign), dan argument (argument). Dari berbagai kemungkinan persilangan diantara seluruh tipe tanda ini tentu dapat dihasilkan berpuluh-puluh kombinasi yang kompleks.49

Ikon adalah tanda yaitu antara tanda acuannya berhubungan kemiripan yang biasa disebut metafora, contoh ikon adalah potret karena bila dihubungkan kededakatan eksistensinya tanda demikian disebut indeks dan biasanya tanda seperti ini disebut metonimi. Contoh indeks yaitu panah petunjuk arah bahwasanya di sekitar tempat tersebut ada bangunan tertentu yang terlihat.

49 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2003)

(50)

Sedangkan simbol merupakan tanda yang diakui keberadaannya berdasarkan hukum konvensi. Contoh simbol adalah bahasa tulisan.50

C. Film

1. Film Sebagai Media Dakwah

Film adalah wadah dari berbagai bentuk yang memainkan emosi bagi para penikmatnya, film tempat berimajinasi dalam memainkan pikiran seseorang, film yang hebat adalah film yang berhasil membawa penontonnya masuk ke dalam film tersebut. Saat ini film sudah sangat berkembang khususnya di Indonesia berbagai genre berlomba-lomba untuk saling bersaing meraih film-film yang berkualitas.

Film saat ini menjadi salah satu media komunikasi massa, karena film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya disebut dakwah.51 Film dapat menjadi media dakwah yang efektif dengan pendekatan seni budaya. Yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dapat diekspresikan dalam bentuk cerita dan disajikan dalam film kepada khalayak dengan pengaruh yang besar.

50 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra,

2009) h. 14

51 Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan dan Aplikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 112.

(51)

Film yang bisa disebut sebagai media dakwah mempunyai kelemahan karena film sebagai media komunikasi terutama karena besarnya hambatan geografis karena harus ditonton atau dilihat disebuah tempat tertentu sehingga khalayak harus menyadiakan waktu tersendiri untuk pergi ketempat yang disediakan dan di daerah tertntu juga terkendala jarak. Disamping kelemahan tersebut, film memiliki keunggulan terutama karena film dapat dinikmati oleh semua kalangan dari khalayak yang berpendidikan tinggi dan saat ini sudah ada beberapa film yang disajikan kepada seseorang yang buta huruf atau pun tunarungu agar mereka bisa menikmatinya film juga.

Film adalah gambar hidup yang disajikan karena film mempunyai kecenderungan umum yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton. Kebanyakan persoalan atau hal yang bersifat abstrak dan samar-samar serta sulit, dapat disunguhkan oleh film kepada khalayak secara lebih baik dan efisien. Demikian juga film menyugguhkan pesan dengan menghidupkan atau dapat mengurangi jumlah besar keraguan. Apa yang disuguhkan oleh film itu lebih mudah diingat.

Film sebagai media komunikasi dakwah yang perlu memiliki standar untuk bisa disebut sebagai “film bertema religi”, yaitu karena : Isi ceritanya membawa kepada penyucian Asma Allah, mengajarkan ajaran-ajaran Islam yang baik dan penagungannya, berusaha meningkatkan citra Islam atau meluruskan pemandangan orang yang keliru akan Islam, gaya tampilan busana sopan dan tertutup yang disesuaikan dengan

(52)

tema film bernafaskan agama/religi, menggunakan berbagai temuan teknologi, tetapi tidak mengumbar mitor, takhayul seksual, dan kekerasan, unsur musikalitas pengiring film turut mendukung terbinanya kepribadian penontonnya. Mensosialisasikan makna-makna kehidupan yang baik, adil, dan bijak kepada sesama manusia, serta perduli akan alam dan dapat menghindari hal-hal yang sahun dan lahun (lupa diri).52

2. Pengertian Film

Film merupakan rangkaian imaji fotografi yang diproyeksikan ke layar dalam sebuah ruangan gelap. Definisi tersebut merupakan sebuah penjelasan sederhana atas fenomena gambar bergerak yang terlihat dalam bioskop. Film, secara umum dapat dibagi menjadi dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling terkait satu sama lain. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya.53

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), film diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Kedua, film diartikan sebagai

52

Bambang S. Ma‟arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010) h. 165

53

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta : Homerian Pustaka, 2008), h. 1.

(53)

lakon atau gambar yang hidup.54 Pada tingkat penanda, film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata.55

Adapun pengertian film menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1992 yaitu :

Film merupakan karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan di rekam pada pita seluloif, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.56

Film sering kali membawa penontonnya ke dalam dunia khayal yang telah diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat siapa pun larut didalamnya. Itulah sebabnya film dapat mengambil perhatian dengan pesat.

54 Apriandi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 112.

55

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Cet. Ke-1 (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134.

56

Misbach Yusa Biran, Peran Pemuda dalam Kebangkitan Film Indonesia (Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga, 2009), h. 112-113.

(54)

Dapat disimpulkan bahwa film adalah serangkaian dari beberapa gambar yang membuatnya tampak hidup atau bergerak dan diikat dalam sebuah cerita. Film merupakan karya seni yang menggabungkan unsur audio dan visual sehingga tidak jarang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi baik tersirat ataupun tersurat dalam sebuah cerita. Oleh karena itu, saat ini banyak orang menggunakan film bukan hanya untuk hiburan semata namun juga untuk bisnis.

3. Jenis – Jenis Film

Film secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Film Dokumenter

Hal yang menjadi kunci utama pada film dokumenter adalah penyajiannya yang berupa fakta. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau sebuah kejadian, melainkan merekam peristiwa yang sungguh terjadi atau otentik.57 Dalam film dokumenter menyajikan fakta yaitu kenyataan apa yang sebenar-benarnya terjadi mengenai kehidupan yang biasanya ada dimasyarakat.

2) Film Fiksi

Film fiksi yang seringkali terjadi menggunakan simbol-simbol personal yang seseorang ciptakan dengan imajinasinya sendiri. Film fiksi terikat oleh plot. Film fiksi relatif lebih

57

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta : Homerian Pustaka, 2008), h. 4.

Gambar

Gambar 3.1 Poster Film Wedding Agremeent
Gambar 3.2  Archie Hekagery
Gambar 3.3  Refal Hady
Gambar 3.4  Indah Permatasari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tämän opinnäytetyön tavoitteena oli tutkia Alavuden kaupungin alueella kunnan ja seurakunnan diakoniatyön yhteistyötä aikuissosiaalityössä.. Tämän työn avulla oli

Reference Group atau Kelompok Acuan berpengaruh terhadap Perpindahan Merek ( Brand Switching) sesuai hasil penelitian Mantasari (2013).Hal ini didukung dengan

Hasil penelitian ini adalah bahwa budaya tumbuh melalui proses media dengan simbol yang memiliki makna tersendiri dan hingga tumbuhnya Hiperrealitas simbol atribut budaya

Bank sentral adalah bank yang mendapat hak untuk menciptakan dan mengedarkan uang kartal, bank sentral mempunyai kewajiban menyediakan jaminan yang disebut

modeling siswa dapat diajak untuk mempelajari perilaku-perilaku baru yang akan diberikan oleh model. Di sini peran modeling adalah untuk membina melalui latihan, pendidikan,

Signifikansi penelitian ini secara akademis diharapkan dapat menjelaskan bagaimana khalayak menginterpretasi makna dari sebuah teks yang ditawarkan oleh media melalui tayangan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul: “ Pendekatan Supervisi Kepala Sekolah dalam Pembinaan Profesionalitas Guru Pada Lembaga Pendidikan Islam Terpadu"