• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur air bersih dan sistem sanitasi, penyediaan rumah dan transportasi yang baik untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan kota, menjadi penyebab utama timbulnya berbagai masalah di kota-kota negara-negara yang sedang berkembang. (Achmad Nurmadi; 28).

Kurang memadainya prasarana lingkungan pada suatu kawasan atau lingkungan hunian dapat menimbulkan permasalahan seperti buruknya kualitas lingkungan permukiman di daerah tersebut, karena pada dasarnya keberadaan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan yang paling penting yang secara langsung maupun tidak langsung berimplikasi/berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Artinya prasarana dasar dalam satu unit lingkungan adalah syarat bagi tercipta kenyamanan hunian (Claire, 1973: 178)

Menurut Budiharjo (Budiharjo, 1991: 61) permasalahan lingkungan disebabkan oleh dua hal, yaitu prasarana yang ada memang tidak sesuai dengan standar kebutuhan penghuni dan adanya pendapat masyarakat yang menilai bahwa prasarana yang ada di lingkungannya kurang dapat memenuhi kebutuhannya. Tingkat kenyamaman seseorang dalam bertempat tinggal ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan, termasuk juga prasarana lingkungan, karena prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik dasar suatu lingkungan perumahan.

Percik edisi Desember 2005, menjelaskan pencemaran badan air oleh berbagai sebab, khususnya air limbah sudah sangat memprihatinkan. Sebanyak 76,25% dari 52 sungai di Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh cemaran organik dan 11 sungai-sungai utama tercemar berat oleh unsur amonium. Sungai-sungai-sungai utama di perkotaan umumnya tercemar dengan rata-rata yang telah melampaui ambang batas BOD sebanyak 34,48% dan kadar COD sebanyak 51,72%. Sebanyak 32,24% sampel air minum perpipaan dan 54,16% sampel air minum non perpipaan mengandung bakteri Coli. Sanitasi

(2)

lingkungan dalam literatur kesehatan masyarakat (Syahbana, 2003:20) adalah bagian dari kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan yang ditujukan untuk (i) sanitasi air, (ii) sanitasi makanan, (iii) sistem pembuangan tinja, (iv) sanitasi udara, (v) pengendalian vektor dan roden penakit, (vi) higienitas rumah. Ketika masalah sanitasi muncul di kawasan permukiman padat yang tidak tertata dan tidak ditangani dengan cara yang tidak saniter maka akan mencemari lingkungan sekitar. Tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan sebagai dampak yang diakibatkan oleh berbagai penyakit yang ditularkan dari lingkungan yang tidak sehat.

Penanganan dan pengendalian sanitasi akan menjadi semakin kompleks dengan semakin bertambahnya laju pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman perumahan penduduk, menyempitnya lahan yang tersedia untuk perumahan, keterbatasan lahan untuk pembuatan fasilitas sanitasi seperti MCK, cubluk, septic tank dan bidang resapannya serta tidak tersedianya alokasi dana pemerintah untuk penyediaan sarana dan prasarana sanitasi, hal-hal inilah yang menyebabkan kondisi sanitasi lingkungan semakin memburuk.

Dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, Pemerintah Indonesia sejak tahun 2003 telah melaksanakan kegiatan SANIMAS (Sanitasi oleh Masyarakat). Sedangkan di Kabupaten Lombok Timur program tersebut mulai dilakukan sejak tahun 2007. Sebuah inisiatif program yang dirancang untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman berbasis masyarakat dan juga mengedepankan pendekatan tanggap kebutuhan. Dengan harapan pada tahun 2015, separuh masyarakat Indonesia memiliki akses untuk memperoleh air minum dan pelayanan prasarana air limbah sebagai kebutuhan dasar hidup manusia. Seiring dengan program pemerintah tersebut, di Kabupaten Lombok Timur saat ini sedang dilakukan inisiasi program percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) dengan tahap pertamanya melakukan penyusunan Buku Putih sanitasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat Strategi sanitasi Kota/Kabupaten (SSK).

(3)

Kabupaten Lombok Timur, yang dapat ditempuh dari Kota Mataram sekitar 1,5 jam perjalanan darat, merupakan sebuah kabupaten yang mempunyai luas wilayah dan jumlah penduduk paling tinggi diantara 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk paling padat Kabupaten Lombok Timur mempunyai permasalahan di dalam penyediaan sarana dan prasarana, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Permasalahan penyediaan sarana dan prasarana dikaitkan dengan pengembangan wilayah-wilayah yang dahulu sebuah desa/kelurahan menjadi kecamatan-kecamatan baru hasil pemekaran. Untuk itu perlu diupayakan penataan dan penyediaan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan fasilitas kehidupan penduduknya.

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Lombok Timur terus meningkat, menuntut semakin bertambahnya penyediaan sarana dan prasarana/infrastruktur seperti: jalan, pembukaan lahan-lahan baru untuk perumahan, drainase dan air bersih. Namun dalam hal ini, tidak semua infratruktur dapat dibangun secara optimal mengingat adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah Daerah. Salah satu infrastruktur tersebut yaitu Sanitasi. Sarana dan prasarana sanitasi hampir di kesampingkan di dalam pengalokasian anggaran daerah, karena masih dianggap sebagai sarana dan prasarana yang tidak memberikan kontribusi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

Sebagai sarana dan prasarana yang tidak langsung memberikan kontribusi pendapatan daerah, masalah sanitasi di Kabupaten Lombok Timur masih belum diangggap sebagai prioritas penanganan penyediaan infrastruktur. Hal ini disebabkan karena pemerintah Kabupaten Lombok Timur mengetahui kebiasaan masyarakatnya dalam membuang hajatnya di sekitar bantaran sungai (Sungai dan di kebon (ada istilah dolbon = modol di kebon). Nampaknya mereka (masyarakat) merasa lebih nyaman melakukan aktifitas buang hajatnya di sungai karena kebiasaan tersebut telah terbangun sejak dahulu sehingga sulit untuk ditinggalkan. Masyarakat masih belum tahu ataukah mereka memang tidak perduli efek samping dari kebiasaan itu.

Sejalan dengan perkembangan waktu dan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku masyarakatnya, Pemerintah Kabupaten Lombok

(4)

Timur tersentuh dan merasa peduli akan penyehatan lingkungan permukiman di wilayahnya, dimana untuk mewujudkan kepeduliannya Pemerintah Kabupaten Lombok Timur telah menyatakan minat untuk ikut di dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) tahun 2011.

1.2. Pengertian Dasar Sanitasi

Dalam kamus oxford, sanitasi (Sanitation) didefinisikan sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, khususnya dalam upaya untuk penyediaan air bersih dan pembuangan limbah yang memadai. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sanitasi didefiniskan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat.

Menurut beberapa Ahli dan Organisasi yang terkait dengan sanitasi mengungkapkan beberapa pengertian dasar sanitasi, antara lain: Notoadojo (2003), mendifiniskan Sanitasi sebagai status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan suatu kerusakan atau terganggunya perkembangan dan kesehatan manusia baik fisik, mental maupun sosial serta kelangsungan kehidupan manusia dalam lingkungan.

Menurut Azwar (1995) dalam Syahputri (2011), Sanitasi dasar didefinisikan sebagai sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.

Lebih lanjut, secara ringkas berdasarkan petunjuk Penyusunan Buku Putih Sanitasi tahap B diungkapkan bahwa Sanitasi adalah usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah dan sampah secara higienis. Hal ini akan berkontribusi pada kebersihan dan

(5)

lingkungan hidup yang sehat, baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sanitasi berkaitan dengan upaya peningkatan kesehatan individu maupun masyarakat terutama dalam hal penyediaan air bersih dan pembuangan Limbah (cair, padat).

1.3. Maksud dan tujuan

Mengacu ke buku petunjuk Sanitasi tahap B, Buku Putih Sanitasi merupakan suatu hasil analisis terhadap situasi kesehatan lingkungan, gender, keterlibatan sektor swasta, kelembagaan, keuangan dan media. Buku ini sekaligus berisi pemetaan terhadap kondisi layanan sanitasi kota/kabupaten, sebagai dasar penegembangan Strategi Sanitasi di tingkat kota/kabupaten. Oleh karena itu, buku ini menjadi penting untuk disusun oleh semua daerah termasuk kabupaten Lombok Timur.

Maksud dari disusunnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011 ini adalah untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang kondisi sebenarnya dari sanitasi Kabupaten Lombok Timur. Sebagai salah satu dokumen, buku ini bisa menjadi database sanitasi kabupaten yang bersifat lengkap, mutakhir, aktual, dan dapat disepakati seluruh stakeholders, termasuk SKPD terkait di tingkat kabupaten. Oleh karena itu, Buku Putih ini dapat menjadi acuan dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan di bidang sanitasi di masa depan.

Selanjutnya, Buku Putih Sanitasi ini sebagai wujud kerja nyata dari berbagai stakeholders yang terlibat, juga dapat menjadi awal (basic) dimulainya pekerjaan sanitasi di tingkat kabupaten yang lebih terarah, terorientasi dan terintegrasi dengan baik.

Sedangkan tujuan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011 ini adalah sebagai berikut:

a) Memberikan gambaran nyata situasi sanitasi Kabupaten Lombok Timur secara lengkap, menyeluruh yang kedepannya dapat berfungsi sebagai kerangka dasar dan pertimbangan penyusunan rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Lombok Timur.

(6)

b) Dapat dipergunakan oleh semua stakeholders baik pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk berperan dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Lombok Timur di masa depan. c) Sebagai acuan dasar penetapan kebijakan-kebijakan daerah dalam

pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan serta dapat juga sebagai titik tolak dalam penyusunan strategi sanitasi Kota/Kabupaten (SSK).

1.4. Metodologi

Adapun pendekatan dan metodologi yang diterapkan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988). Selain itu juga dilakukan pendekatan secara partisipatif dengan melibatkan semua stakeholders (SKPD terkait, Pokja, Masyarakat, dan Badan Usaha) melalui diskusi, pertemuan/rapat, maupun survey lapangan oleh Tim EHRA untuk memperoleh gambaran kondisi nyata sanitasi di kabupaten Lombok Timur pada masa sekarang.

Penyusunan Buku Putih Kabupaten Lombok Timur dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: Pengumpulan data, Pengolahan data Analisa data dan Penyusunan Buku Putih Sanitasi.

1.4.1. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpukan berupa data-data terkait dengan sanitasi mulai dari: Letak geografi, kondisi geohidrologi/geologi, kondisi topografi, Data klimatologi, Administrasi, Penduduk, Kesehatan, Sosial, Ekonomi, Data program SKPD terkait dengan Sanitasi, Dokumen Rencana, Renstra SKPD, RPJMD, Regulasi, Laporan Tahunan SKPD, serta Laporan hasil penelitian/pengkajian mengenai sanitasi yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Data yang dikumpulkan umumnya berupa data series 5 (lima) tahun terakhir, sehingga informasi yang diharapkan dapat lebih aktual dan up to date.

Data sekunder tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui gambaran kondisi eksisting sanitasi di Kabupaten Lombok Timur, serta sebagai referensi dalam menetapkan kebijakan untuk pengembangan

(7)

prasarana dan sarana sanitasi kedepannya, juga sebagai sebagai suatu indikator yang dapat digunakan alat untuk memberikan penilaian secara cepat terhadap kondisi sanitasi yang ada di lingkup Kabupaten Lombok Timur.

1.4.2. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data Primer dalam rangka Penyusunan Buku Putih dilakukan dengan beberapa cara, meliputi: Survey EHRA, Observasi, dan FGD dan Wawancara.

Survey EHRA dilaksanakan pada minggu kedua bulan Agustus hingga awal bulan September 2011 dengan lokasi survey terpilih meliputi 15 desa di 7 Kecamatan, Kabupaten Lombok Timur. Lokasi survey tersebut mewakili 150 desa dan 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan metode cluster random sampling berdasarkan persepsi SKPD terhadap 150 desa yang ada. Adapun rincian nama-nama desa lokasi survey EHRA dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1 Lokasi sample untuk Survey EHRA

Data yang diperoleh dari survey EHRA ini antara lain: Sumber air, Air limbah domestik, Persampahan, Drainase, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) yang ada dilokasi survey. Data tersebut dapat berupa data kuantitatif yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi eksisting sanitasi yang ada serta pola, perilaku hidup sehat yang berkembang dimasyarakat.

Pengumpulan data primer lainnya juga dilakukan dengan cara observasi berupa kunjungan lapangan terhadap beberapa lokasi yang ada di Kabupaten Lombok Timur dengan maksud untuk pendataan

Kec. Desa. Kec. Desa. Kec. Desa.

Cluster 0 0 0 0 0 - - -

-Klaster 1 0 0 0 0 - - -

-Cluster 2 6 65 2 4 Keruak, Pringgasela Sepit, Keruak, Jurit,

Pengadangan 18 146

Cluster 3 11 63 2 6 Aikmel, Selong

Aikmel Barat, Kalijaga Timur, Selong, Pancor, Kelayu Selatan, Majidi

18 144

Cluster 4 3 22 3 5 Terara, Sakra,

Masbagik Terara, Rumbuk, Keselet, Masbagik Selatan, Lenek (tambahan) 17 145 Jumlah 20 150 7 15

Cluster Jumlah Total Sample Target Kecamatan

(25%) Target Desa/Kel (10%)

Diambil Jumlah yg tidak diambil

(8)

sanitasi. Adapun observasi yang dilakukan antara lain: Pengamatan kondisi eksisting drainase perkotaan (Kota Selong), IPAL Komunal di dusun Montong Meong kecamatan Labuhan Haji, dll.

Selain itu, pengumpulan data primer juga dilakukan dengan cara diskusi terarah (FGD) terkait sanitasi terhadap masyarakat di beberapa lokasi seperti: Labuhan Haji, desa Lendang Nangka (kecamatan Masbagik), desa Suradadi (kecamatan Terara), desa Senyiur (kecamatan Keruak). Data yang terkumpul dari FGD ini berupa data kualitatif sanitasi. Salah satu contoh data yang dikumpulkan dalam FGD tersebut yaitu untuk melihat sejauh mana keterlibatan jender dalam sanitasi baik dalam hal perolehan air bersih, penanganan limbah cair, padat dan keterlibatan mereka dalam penanganan drainase lingkungan dilokasi FGD.

Serupa dengan FGD, pengumpulan data primer juga dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat mengenai kondisi sanitasi yang ada, dan juga wawancara dengan beberapa instansi yang terlibat dengan penanganan sanitasi, serta wawancara dengan beberapa institusi yang secara langsung melakukan promosi sanitasi melalui media elektronik dan media cetak (Selaparang Tv, dll)

1.4.3. Analisa Data

Analisa data dilakukan terhadap data-data sekunder dan primer yang dikumpulkan. Data yang ada) kemudian diolah dengan metode kualitatif dan kuantitatif.

Terkait dengan hal tersebut, prosedur analisis data yang digunakan dalam BPS ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pengumpulan data 2) Pengolahan data 3) Tabulasi data

4) Analisa secara kuntitatif dan kualitatif 5) Penyusunan narasi

Sebagai tujuan akhir dari analisa data ini yaitu untuk mengetahui area resiko sanitasi baik sebaran, permasalahan, upaya penanganan serta strategi penanganan yang diharapkan agar tepat dengan sasaran yang diharapkan.

(9)

1.4.4. Penyusunan Buku Putih Sanitasi

Adapun sistematika penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lombok Timur tahun 2011, terbagi menjadi 6 (enam) bab dengan uraian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Berisikan latar belakang, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan metodelogi yang digunakan dalam penyusunan, Sumber data, Peraturan Perundang-undangan, dan sistematika pembahasan yang digunakan.

Bab II Gambaran Umum Kabupaten Lombok Timur

Bab ini berisikan gambaran umum kabupaten Lombok Timur meliputi kondisi Geografis, Iklim dan Fisiografis, Administrasi, Kependudukan, Pendidikan, Kesehatan, Sosial, Perekonomian, Visi dan Misi Kabupaten Lombok Timur, Tinjauan Ruang Kabupaten Lombok Timur.

Bab III Profil Sanitasi

Bab ini menggambarkan Kondisi Umum sanitasi Kota, Pengelolaan Limbah, Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat), Pengelolaan Drainase, Penyediaan Air Bersih, Komponen Sanitasi Lainnya, Pembiayaan Sanitasi Kabupaten

Bab IV Indikasi Permasalahan dan Opsi Pengembangan Sanitasi

Bab ini berisi mengenai beberapa Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten, Strategi Penanganan Sanitasi Kabupaten, Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah (Limbah Padat), Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan, Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum, Rencana Peningkatan Kampanye PHBS.

Bab V Potensi Pengembangan Program Sanitasi

Bab ini menjelaskan Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya, Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di

(10)

Area Prioritas, Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi, Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi.

Bab VI Penutup

Bab ini berisikan hasil akhir dari proses penyusunan buku putih dan data sanitasi terakhir yang diperoleh dan merupakan cerminan potret sanitasi kabupaten Lombok Timur yang sesungguhnya, rumusan pedoman dasar yang telah disepakati bersama, penanganan masalah dengan cara yang tepat dan rekomendasi yang dapat dijadikan acuan dalam perencanaan dan pengembangan sanitasi kabupaten Lombok Timur kedepan sehingga kondisi riil yang ada saat ini dapat diperbaiki serta memberikan pelayanan yang menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat kabupaten Lombok Timur.

1.5. Kedudukan buku putih

Buku Putih Sanitasi (BPS) ini memuat gambaran kondisi eksisting sanitasi di Kabupaten Lombok Timur, meliputi: Sumber air, Limbah domestik, Persampahan, Drainase, Perilaku Hidup Besih Sehat (PHBS) di Kabupaten Lombok Timur. Lebih lanjut, BPS ini juga memuat aspek-aspek lainnya seperti: Persepsi SKPD terkait dengan sanitasi, Anggaran sanitasi, keterlibatan jender maupun sektor swasta dalam sanitasi.

Selain itu, BPS ini juga membahas proyeksi-proyeksi kedepan dari beberapa aspek tersebut. Sebagai contoh, dalam hal sumber air khususnya air bersih, didalam BPS diuraikan mengenai kondisi eksisting kebutuhan masyarakat akan air bersih tersebut, aspek lainnya yang juga secara langsung berpengaruh terhadap penyediaan layanan air bersih oleh SKPD terkait seperti; pertumbuhan penduduk, distribusi, cakupan layanan, dll. Sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi air bersih yang ada berikut dengan proyeksi-proyeksi kedepaannya. Hal tersebut sangat bermanfaat tidak hanya bagi SKPD terkait namun juga bagi semua pihak yang memiliki kepentingan yang sama untuk dapat menyusun perencanaan-perencanaan seperti: rencana pengelolaan dan pemanfaatan air bersih yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

(11)

BPS ini juga secara detail merupakan penjabaran dari dokumen RPJM Nasional 2005 – 2025 maupun RPJMD 2009-2013 Kabupaten Lombok Timur. Dalam RPJMD, beberapa misi yang ingin dicapai yaitu: tercapainya pemerataan kesehatan, pendidikan, peran jender dan peningkatan kualitas lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan pembahasan yang akan dibahas dalam BPS. Oleh karena itu, BPS ini merupakan penjabaran beberapa misi yang ingin dicapai dalam RPJMD Kabupaten Lombok Timur.

Pada tahap berikutnya, BPS ini juga merupakan dokumen dasar dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Lombok Timur. Rencana strategis sanitasi skala kabupaten ini diperlukan untuk memberikan arahan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai target yang diharapkan. Target tersebut umumnya cukup jauh untuk dicapai. Suatu usaha untuk mencapai target tersebut memerlukan lompatan besar dari kondisi yang ada sekarang dan boleh dikatakan mustahil dilakukan. Oleh karenanya diperlukan lompatan lompatan kecil melewati beberapa anak tangga dengan catatan bahwa lompatan lompatan tersebut harus terstruktur dengan jelas dan tergambarkan dalam bentuk rencana strategis. Setelah satu anak tangga tercapai, maka posisi anak tangga tersebut mencerminkan situasi sanitasi pada saat tersebut dan pada saat itulah kemungkinan dibutuhkan revisi Buku Putih Sanitasi. Pendekatan tersebut dapat diilustraikan pada gambar dibawah.

(12)

1.6. Sumber data

Sumber data dalam penyusunan Buku putih Sanitasi Kabupaten Lombok Timur tahun 2010 ini, mengacu pada sumber data dalam rentang waktu tahun 2005 - 2009, dan kebijakan pemerintah daerah periode tahun 2009-2013. Dengan dasar pertimbangan bahwa Buku Putih Sanitasi ini akan direvisi atau dilakukan pemutakhiran data pada tahun berikutnya.

Sumber data yang digunakan ada 2 (dua) jenis, yaitu: Data Primer yang merupakan data hasil pengamatan di lapangan, studi komunikasi, pemetaan media dan hasil survey oleh pokja AMPL-BM menggunakan metode Penaksiran Resiko Kesehatan Lingkungan/Environment Health Risk Assessment (EHRA). Berikutnya adalah Data sekunder yang sumbernya dapat diperoleh dari SKPD terkait berupa: Kebijakan daerah, kelembagaan, Keuangan, Data sanitasi, data teknis, keterlibatan sektor swasta dalam sanitasi, pemberdayaan masyarakat dan jender, serta data komunikasi.

1.6.1. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan

Data ini dapat berasal dari RPJMD, Renstra masing-masing SKPD yang terlibat sanitasi, Peraturan daerah, dll yang isinya mengatur mengenai kebijakan-kebijakan daerah dalam hal sanitasi, pembagian peran kelembagaan/institusi yang terlibat dalam hal sanitasi. Data-data tersebut dapat diperoleh di SKPD terkait seperti: Bappeda, dan Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Timur.

1.6.2. Keuangan

Data-data keuangan ini berupa data keuangan daerah yang meliputi: Gambaran keuangan daerah, trend pendapatan, trend belanja keuangan daerah selama 3-5 tahun terakhir. Lebih lanjut, data-data keuangan ini dapat difokuskan khususnya pada keuangan dari masing-masing SKPD yang terkait dengan sanitasi (Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kesehatan, KantorKebersihan dan Tata Kota, BPMLH, BPMPD, Bappeda Kabupaten Lombok Timur. Data-data yang dimaksud dapat diperoleh dari DPPKA kabupaten Lombok Timur maupun dari laporan realisasi anggaran masing-masing SKPD.

(13)

1.6.3. Umum

Berupa data-data umum terkait dengan kondisi kabupaten Lombok Timur, berupa: Data klimatologi, Administrasi, Penduduk, Kesehatan, Sosial, Ekonomi, Data program SKPD terkait dengan Sanitasi, Dokumen Rencana, Renstra SKPD, RPJMD, Regulasi, Laporan Tahunan SKPD, serta Laporan hasil penelitian/kajian mengenai sanitasi yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Data-data umum tersebut dapat diperoleh dari masing-masing SKPD, dan BPS kabupaten Lombok Timur.

1.6.4. Teknis

Berupa data-data teknis sanitasi baik kuantitas (volume, sebaran) dan kualitas sanitasi yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Sebagai contoh, data teknis air bersih yang meliputi: ketersediaan air, areal penyebarannya, distribusi serta pemanfaatan sumber air tersebut untuk masyarakat.

1.6.5. Peran serta swasta dalam layanan sanitasi

Peran serta sektor swasta ini berupa data-data mengenai keterlibatan sektor swasta dalam layanan sanitasi, yang meliputi: apakah ada keterlibatan pihak swasta dalam sanitasi, sejauh mana peran dan partisipasi serta mereka dalam layanan sanitasi di Kabupaten Lombok Timur.

1.6.6. Pemberdayaan masyarakat dan jender

Data ini dapat berupa data-data terkait dengan pemberdayaan masyarakat dan jender dalam program-program sanitasi yang telah dan sedang berlangsung di Kabupaten Lombok Timur. Data-data ini dapat diperoleh melalui BPMPD, Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Lombok Timur.

1.6.7. Komunikasi

Sumber data komunikasi ini diperoleh melalui wawancara dengan beberapa media cetak dan elektronik. Data yang dikumpulkan berupa ada tidaknya dan sejauh mana kegiatan/program promosi sanitasi dilakukan kepada masyarakat. Data ini dapat diperoleh melalui media cetak dan elektronik yang ada di Kabupaten Lombok Timur.

(14)

1.7. Peraturan perundangan

Memperhatikan kecenderungan capaian akses sanitasi layak selama ini, Indonesia harus memberikan perhatian khusus kepada peningkatan kualitas infrastruktur sanitasi, selain pencapaian Target 7 MDGs 2015 yaitu guna melaksanaan amanat Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, negara berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang baik dan sehat) dan amanat Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengamanatkan bahwa Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dari kedua dasar hukum tersebut menunjukkan bahwa peran regulasi telah cukup mendasar untuk mewadahi setiap aktivitas penciptaan lingkungan bersih dan sehat. Namun demikian untuk mendukung kebijakan regulasi yang menyeluruh pemerintah juga telah menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan sanitasi secara menyeluruh. Beberapa peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian 2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi

Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya;

3) Undang-Undang 7 tahun 2003 tentang Sumber Daya Alam;

4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

5) Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 No. 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389); 6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025;

7) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 8) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4437) sebagaimana telah diubah

(15)

dengan Undang-undang No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4548);

9) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4438);

10) Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

11) Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

12) Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

13) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

14) Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

15) Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

16) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;

17) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);

18) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

19) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Air Minum;

20) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

21) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Mutu Air Limbah;

(16)

22) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

23) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

24) Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

25) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;

26) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Air tanah harus dikelola secara terpadu, menyeluruh dan berwawasan lingkungan hidup);

27) Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrasturktur; 28) Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;

29) Peraturan Menteri PU Nomor 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air Pada Sumber-Sumber Air;

30) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Persyaratan Kualitas Air minum;

31) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM);

32) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);

33) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);

(17)

34) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah;

35) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pembinaan Dan Pengawasan Kerja Sama Antar Daerah; 36) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-

51/MENLH/ 10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri;

37) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 52/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel;

38) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit;

39) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri; 40) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun

2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;

41) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat Dan Tata Cara Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air;

42) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan

43) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan & Strategi Nasional Pengelolaan Persampahan; 44) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2006

tentang Kebijakan & Strategi Nasional Pengelolaan Air Limbah; 45) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852 Tahun 2008 Tentang

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;

46) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lombok Timur Tahun 2005-2025;

(18)

47) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2013;

48) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 08 tahun 2009 tentang percepatan pembangunan di Kabupaten Lombok Timur

49) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 15 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur;

50) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No. 11 tahun 2010 Tentang Retribuasi Golongan Jasa Umum.

51) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 16 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun Anggaran 2011.

52) Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor: 188.45/255/PD/2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Kabupaten Pada Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Kabupaten Lombok Timur Tahun Anggaran 2011.

(19)

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LOMBOK TIMUR

2.1. Geografis, Iklim dan Fisiografis 2.1.1. Geografis

Kabupaten Lombok Timur sebagai bagian dari kabupaten yang ada di Pulau Lombok terletak pada 116º – 117º Bujur Timur dan 8º – 9º Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah seperti terlihat pada tabel 2 dan gambar 2 Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur 2.679,99 km2 yang terdiri dari daratan seluas 1.605,55 Km2 (59,91 % luas Lombok Timur) dan lautan seluas 1.074,33 Km2 (40,09 % luas Lombok Timur). Ketinggian topografi di Kabupaten Lombok Timur Cukup bervariasi mulai dari 0 meter diatas permukaan laut (mdpl) yang merupakan dataran pantai dibagian selatan Kabupaten Lombok Timur hingga 3.775 mdpl yang berupa areal pegunungan (kompleks Rinjani) di bagian utaranya. Sementara Ibu kota Kabupaten Lombok Timur yaitu Kota Selong memiliki ketinggian 148 meter dari permukaan laut.

Tabel 1 Batas Administrasi Kabupaten Lombok Timur

Sebelah Utara dengan : Laut Bali/Laut Jawa Sebelah Selatan dengan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat dengan : Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Utara

Sebelah Timur dengan : Selat Alas (Pulau Sumbawa)

(20)
(21)

2.1.2. Iklim

Berdasarkan data statistik dari Badan Meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2001 berkisar antara 30,9° – 32,1° C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6° - 24,5°C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah ada bulan November. Sebagai daerah tropis, NTB khususnya Kabupaten Lombok Timur mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48 - 95 %. Curah hujan di Kabupaten Lombok Timur umumnya terjadi antara bulan Desember - Maret dengan rata-rata jumlah hari hujan dalam sebulan berkisar antara 7,8 – 13,8 hari. Sementara rata-rata curah hujan pada bulan Desember – Maret yaitu sebesar 89,4 – 234,7 mm. Fluktuasi hujan baik jumlah hari dan besar curah hujan (mm) pada bulan Desember – Maret memiliki angka yang lebih besar dibandingkan dengan bulan lainnya, oleh karena itu, trend fluktuasi curah hujannya memiliki puncak pada bulan-bulan tersebut. Detail dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 2 Rata-hujan di kabupaten Lombok Timur

Bulan Rata-rata curah Hujan

(mm) Rata-rata Hujan (hari)

Januari 234,7 13,8 Februari 202,8 12,8 Maret 93,9 7,8 April 27,7 2,2 Mei 44 5,5 Juni 7,7 0,3 Juli 2,2 0,5 Agustus 0 0 September 27,2 3 Oktober 29 2,3 November 19,3 2 Desember 89,4 7,8

(22)

Gambar 2 Rata-rata curah hujan (mm) di kabupaten Lombok Timur

Gambar 3 Rata-rata curah hujan (hari) di kabupaten Lombok Timur

Pola curah hujan umumnya konsentris dengan rata-rata curah hujan tertinggi berada di bagian tengah kemudian menurun sekitar 1000 mm/tahun di daerah pantai. Periode curah hujan diatas 100 mm/bulan umumnya terjadi pada bulan November-Februari, sedangkan periode kering dengan curah hujan dibawah 100 mm/bulan terjadi pada bulan Juli-Agustus.

234,7 202,8 93,9 27,7 44 7,7 2,2 0 27,2 29 19,3 89,4 0 50 100 150 200 250 Jan u ar i Fe b ru ar i Ma re t Ap ril Me i Ju n i Ju li Ag u st u s Se p te m b e r Ok to b er N o ve m b e r De se m b e r

Rata-rata curah Hujan (mm)

Rata-rata curah Hujan (mm) 13,8 12,8 7,8 2,2 5,5 0,3 0,5 0 3 2,3 2 7,8 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Jan u ar i Fe b ru ar i Mare t Ap ril Me i Ju n i Ju li Agu stu s Se p te m b e r Okto b er N o ve m b e r De se m b e r

Rata-rata Hujan (hari)

(23)

Gambar 4 Peta Curan Hujan Pulau Lombok (Modifikasi dari Balai Hidrologi NTB, 2006)

2.1.3. Fisiografi Kabupaten Lombok Timur

Fisiografi merupakan suatu kondisi/keadaan fisik daerah Lombok Timur yang memiliki karakteristik berbeda dengan daerah lain yang didasarkan pada aspek; bentang alam (geomorfologi), litologi, pola struktur geologi maupun geohidrologi daerah yang bersangkutan.

2.1.3.1. Geomorfologi

Geomorfologi merupakan kajian terhadap roman muka bumi yang meliputi; ukuran, bentuk, pola, relief/ketinggian, slope sebagai cerminan litologi dan proses geologi yang bekerja pada muka bumi yang bersangkutan.

Pembagian relief satuan geomorfologi Lombok Timur dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara mengelompokkan daerah penelitian menjadi beberapa kelompok tertentu sesuai dengan pola dan kerapatan kontur. Setelah itu dilakukan perhitungan sudut lereng dan beda tinggi pada setiap kelompok. Perhitungan yang didapat kemudian dibandingkan dengan

(24)

klasifikasi yang ada, antara lain: klasifikasi Van Zuidam (1983) dan Dessaunettes (1972).

Morfologi Kabupaten Lombok Timur berupa dataran bergelombang lemah hingga pegunungan dengan elevasi yang bervariasi dari 0 m di daerah pantai hingga 3.726 m di atas permukaan laut pada daerah pegunungan.

Daerah pegunungan di Kabupaten Lombok Timur terletak pada bagian Utara tepatnya pada komplek gunungapi Rinjani, sedangkan daerah Dataran terletak pada bagian Selatan –Tenggara Lombok Timur. Oleh karena itu daerah kabupaten Lombok Timur secara morfologi memiliki kenampakan miring kearah Selatan (gambar dibawah ini)

Gambar 5 Morfologi daerah Kabupaten Lombok Timur dari Utara ke Selatan

Tabel 3 Slope di Kabupaten Lombok Timur

Slope Daerah Luas

(Ha) Keterangan

0-2 % Jerowaru, Keruak, Labuhan Haji,

Pringgabaya 25.766

2-15 %

Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Selong, Sukamulia, Suralaga, Terara, Montong Gading, Sikur, Masbagik, Pringgasela, Aikmel, Wanasaba, Suela dan Sambelia

96.763

Paling dominan di

Lombok Timur 15-40 % Suela dan sebagian wilayah Sembalun

> 40 % Pegunungan Rinjani di Wilayah Sembalun 13.810 Sumber: Profil Kab. Lombok Timur (2005)

Kabupaten Lombok Timur berdasarkan aspek kajian geomorfologi secara spesifik dapat dipisahkan menjadi 4 satuan, meliputi: Satuan Topografi pegunungan Volkanik, Topografi Bergelombang Kuat

(25)

Denudasional, Topografi Bergelombang Lemah Denudasional dan Topografi dataran fluvial.

A. Satuan Topografi pegunungan volkanik

Satuan ini terdapat pada bagian utara daerah Lombok Timur dengan luas sekitar 13.810 Ha (Profil Lombok Timur 2005), yang meliputi daerah sekitar kawasan G. Rinjani dan Sembalun. Satuan ini memiliki beda tinggi 1718 meter dan kemiringan lereng (slope) rata-rata 120%. Satuan ini tersusun atas batuan gunungapi seperti breksi, lava dan tuf dengan genetiknya lebih dikontrol oleh proses volkanik.

B. Satuan Topografi bergelombang kuat denudasional

Satuan ini terdapat pada bagian Utara-Tengah Kabupaten Lombok Timur (Profil Lombok Timur 2005), yang meliputi daerah sekitar Suela dan sebagian daerah Sembalun. Satuan ini memiliki beda tinggi 66 – 120 meter dan kemiringan lereng (slope) rata-rata 36.36 %. Satuan ini tersusun atas batuan gunungapi seperti breksi, lava dan tuf dengan (Formasi Lekopiko) yang genetiknya lebih dikontrol oleh proses denudasional, hal ini ditunjukkan oleh berkembangnya triangle facet, rill, gulley akibat proses eksogenik yang bekerja berupa weathering (pelapukan), denudasi (penelanjangan) dan surface erotion (erosi permukaan) cukup intensif pada bentukan bentang alam ini.

C. Satuan Topografi bergelombang lemah denudasional

Satuan ini terdapat pada bagian Tengah-Selatan daerah Lombok Timur (foto II.4) dengan luas sekitar 96.763 Ha (Profil Lombok Timur 2005), Satuan ini merupakan yang paling dominant di daerah Kabupaten Lombok Timur yang meliputi daerah Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Selong, Sukamulia, Suralaga, Terara, Montong Gading, Sikur, Masbagik, Pringgasela, Aikmel, Wanasaba, Suela dan Sambelia. Satuan ini memiliki beda tinggi 36 meter dan kemiringan lereng (slope) rata-rata 5 %.

Satuan ini tersusun atas batuan gunungapi seperti breksi, lava dan tuf dengan (Formasi Kalipalung) yang genetiknya lebih dikontrol oleh proses denudasional, akibat proses eksogen yang bekerja berupa weathering (pelapukan), denudasi (penelanjangan) dan surface erotion (erosi permukaan) pada bentukan bentang alam tersebut.

(26)

D. Satuan Dataran Fluvial

Satuan ini terdapat pada bagian Tenggara daerah Lombok Timur dengan luas sekitar 25.766 Ha (Profil Lombok Timur 2005), yang meliputi daerah Jerowaru, Keruak, Labuhan Haji, Pringgabaya. Satuan ini memiliki beda tinggi 1 meter dan kemiringan lereng (slope) rata-rata 0 – 2 %. Satuan ini tersusun atas endapan lempung – bongkah, masih lepas-lepas, sebagai produk hasil sedimentasi oleh proses fluvial (sungai).

2.1.3.2. Pola Pengaliran

Pola pengaliran adalah hubungan antara satu sungai dengan sungai yang lainnya atau dapat juga diartikan sebagai air permukaan yang mengalir melalui dan membentuk pola-pola pengaliran yang tertentu. Pola pengaliran menurut Thornbury (1954) didefinisikan sebagai penggabungan beberapa individu sungai yang saling berhubungan membentuk suatu pola dalam kesatuan ruang. Sedangkan menurut Van Zuidam (1972) pola aliran didefinisikan sebagai suatu kumpulan jalan-jalan pengaliran di dalam suatu kawasan tanpa memperhatikan apakah jalan-jalan pengaliran itu mempunyai sungai yang permanen atau tidak dan pola sungai sebagai suatu desain yang dibentuk oleh suatu jalan pengaliran tunggal. Pola pengaliran yang ada pada suatu daerah dapat berbeda-beda, yang disebabkan oleh beberapa faktor; jenis dan macam batuan, porositas batuan, resistensi batuan, struktur geologi, kemiringan batuan, iklim maupun vegetasi.

Pola pengaliran yang dijumpai di daerah Kabupaten Lombok Timur adalah pola berbentuk Radial dengan arah aliran yang menyebar ke segala arah dengan pusat aliran berada di kawasan G. Rinjani.

(27)

Gambar 6 Pola aliran air daerah Kab. Lombok Timur

2.1.3.3. Stratigrafi

Merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang urutan-urutan perlapisan batuan, hubungan antar batuan batuan baik lateral maupun vertikal dalam kaitannya dengan proses pengendapan batuan tersebut.

A. Stratigrafi Regional

Secara umum Pulau Lombok didominasi oleh batuan gunungapi berupa breksi, lava, tuf yang berumur tersier hingga Kuarter. Sedangkan batuan sedimen Tersier relatif sedikit berupa batugamping dan batupasir. Batugamping tersebar setempat-setempat di bagian selatan Lombok Tengah dan Lombok Timur, dan batupasir (batupasir kuarsa), batulempung yang tersebar merata di bagian selatan Pulau Lombok mulai dari Lombok Barat hingga Lombok Tengah (gambar dibawah ini).

(28)
(29)

B. Stratigrafi Kabupaten Lombok Timur

Stratigrafi daerah Kabupaten Lombok Timur pada dasarnya sama dengan stratigrafi regional yang berkembang di Pulau Lombok yang didominasi oleh batuan gunungapi berupa breksi, lava, tuf yang berumur Tersier hingga Kuarter tersebar pada bagian selatan hingga utara Kabupaten Lombok Timur. Sedangkan batuan sedimen Tersier tersusun atas batugamping yang tersebar di bagian selatan Kabupaten Lombok Timur mulai dari Ekas sampai Tanjung Ringgit.

Sumber: P3G (1994)

(30)

Susunan formasi batuan di Kabupaten Lombok Timur dari yang paling tua ke yang paling muda, antara lain:

1. Formasi Batugamping (Kalkarenit)

Tersusun atas batugamping berukuran pasir (kalkarenit) tersebar di bagian paling selatan Kabupaten Lombok Timur seperti Ekas, dan Tanjung Ringgit, formasi ini menempati morfologi bergelombang sedang-lemah dengan deskripsi lapangan: warna lapuk; kuning, coklat kemerahan, warna segar; kuning abu-abu cerah, tekstur klastik dengan ukuran butir pasir halus (1/8 mm-1/16 mm), kemas tertutup, struktur massif, agak kompak, komposisi karbonat (dominan) setempat-setempat mengandung fosil moluska dari klas Pelecypoda, impurity berupa kuarsa dan feldsfar dan tuf .

Sumber: Sukardiawan (2007)

Foto 1 Singkapan Batugamping daerah Ekas

2. Formasi Kalipalung

Tersusun atas perselingan breksi dan lava, tersebar di bagian selatan Kabupaten Lombok Timur meliputi Jerowaru, Keruak dan Sakra Barat. Breksi ini memiliki kenampakan; warna lapuk hitam kemerahan, warna segar abu-abu gelap, tekstur klastik, kemas terbuka (matric supported), masif, fragmen tersusun atas andesit berukuran kerikil-boulder, matrik tersusun atas fraksi halus berukuran pasir sedang-kasar. Pada fragmen andesit banyak dijumpai struktur vasikuler sebagai cerminan batuan beku volkanik yang kaya akan volatile.

(31)

3. Formasi Kalibabak

Tersusun atas breksi dan lava, tersebar di bagian Tengah Kabupaten Lombok Timur, meliputi daerah kecamatan Selong, Sukamulia, Masbagik, Sikur, Terara, Montong Gading dan Pringgasela. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan (selong) dijumpai outcrop berupa breksi formasi Kalibabak kontak dengan tuf (Formasi Lekopiko).

Outcrop di kokok Tojang, tersingkap breksi gunungapi Formasi Kalibabak. Breksi ini menunjukkan struktur aliran dengan liniasi berupa material gunungapiberupa bom gunungapi berukuran boulder (>64 mm), breksi memiliki kenampakan warna lapuk abu-abu kecoklatan, warna segar abu-abu segar, tekstur klastik, fragmen tersusun atas boulder berupa bom gunungapi berukuran boulder, matrik berupa pasir, kemas tertutup (grain supported), masif.

Hadirnya bom gunungapi pada daerah tersebut menunjukkan kuatnya aktifitas gunungapi hingga banyak materialnya yang terendapkan dan terlitifkasi menjadi batuan-baatuan yang mengisi hampir seluruh Kabupaten Lombok Timur.

4. Formasi Lekopiko

Formasi ini tersusun atas batuan gunungapi berupa tuf, Formasi ini tersebar di bagian Tengah Kabupaten Lombok Timur meliputi; Kecamatan Masbagik, Sikur, Terara, Aikmel.

5. Formasi Batuan gunungapi tak terpisahkan

Formasi ini tersusun atas batuan gunungapi Kwarter produk G. Rinjani berupa lava, tuf, pumice (batuapung). Formasi ini tersebar di bagian utara Kabupaten Lombok Timur meliputi Kecamatan Sembalun (Sembalun Lawang-Sembalun Bumbung, Sajang). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan (Sembalun) singkapan (out crop) Lava berupa autoklastic breccia, berlapis ±15 – 30 cm, banyak kekar (joint) sebagai akibat pendinginan magma, dengan kenampakan berupa; warna lapuk abu-abu coklat kemerahan, warna segar abu-abu cerah, terkstur porfiritik, struktur vasikuler, komposisi kwarsa, feldsfar dan mafic minerals.

(32)

Outcrop di daerah Sajang sebagai bagian dari Formasi ini, dijumpai singkapan pada alur sungai berupa berupa lava dan pada tebing sungainya berupa endapan piroklastik (endapan batuapung).

Lava yang dijumpai berupa lava andesit dengan kenampakan lapangan warna lapuk abu-abu gelap, warna segar abu-abu cerah, tekstur Porfiro afanitik, masif, pada permukaan banyak memperlihatkan struktur vasikuler dengan diameter rongga berukuran 2 mm – 10 mm, setempat-setempat juga berkembang struktur amigdaloidal dengan mineral pengisi berupa mineral kwarsa. Komposisi mineral berupa kwarsa, feldsfar, piroksen. Pada lava andesit ini juga ditemukan struktru sekunder berupa kekar-kekar (joint) sebagai akibat proses pendinginan pada saat pembentukan lava tersebut.

Endapan batuapung (pumice) yang tersingkap di daerah Sajang berupa endapan kurang kompak dengan fragmen banyak tersusun atas batuapung berukuran kerikil (2 – 4 mm) hingga pebble (4 – 16 mm), subrounded-subangular. Batuapung memiliki kenampakan warna lapuk putih kuning kemerahan, warna segar putih krem, afanitik, struktur vasikuler, komposisi mineral didominasi oleh glass, ringan.

Outcrop yang dijumpai di daerah Sambelia tepatnya pada tebing sungai dijumpai endapan berupa endapan lahar hasil produk gunungapi Rinjani. Dari endapan ini terlihat 6 kali proses sedimentasi berupa perulangan antara breksi, endapan pasir, lanau dan channel berupa konglomerat dan channel pasir. Lanau disini hadir sebagai key bed pada setiap siklus pengendapan endapan tersebut. Endapan tersebut murni merupakan endapan fluvial ditandai dari struktur sedimen yang berkembang, channel-channel, lensa endapan pasir – konglomerat maupun pembajian dari masing-masing endapan tersebut.

2.2. Administrasi

Secara administatif Kabupaten Lombok Timur terbagi menjadi 20 Kecamatan dan 150 desa (BPS, Kabupaten Lombok Timur, 2010). Jumlah desa tersebut merupakan jumlah desa setelah pemekaran tahun 2008-2009 yang sebelumnya berjumlah 109 desa. Kabupaten Lombok Timur secara administrasi berbatasan dengan:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Bali/Jawa

(33)

 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Alas

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara1

Gambar 9 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Timur

Akses transportasi berupa infrastruktur jalan secara umum sudah mencakup desa-desa yang ada kabupaten Lombok Timur. Jalan tersebut terbagi menjadi: Jalan Negara sebagai jalan arteri dengan panjang ruas

1

(34)

sebesar 48,1 km yang melintasi Pusat kota dari Kecamatan Terara-Sikur-Masbagik, Aikmel, Wanasaba, Pringgabaya dan kecamatan Sambelia. Jalan Provinsi sepanjang 220,56 km melintasi wilayah seperti: Pusat Kota Selong, Labuhan Haji, Sukamulia, Suralaga, Sakra, Sakra Timur, Sakra Barat, Keruak, Jerowaru, Sembalun. Jalan Kabupaten memiliki panjang ruas 775,91 km yang melintasi pusat-pusat desa dalam kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur.

Tabel 4 Nama Desa yang ada di Kabupaten Lombok Timur

Sumber: BPS Kab. Lombok Timur (2010)

No Kecamatan No Kecamatan No Kecamatan

1 TANJUNG LUAR 5 KOTARAJA 1 BAGIK PAPAN 2 PIJOT 6 TETEBATU 2 APITAIK 3 SELEBUNG KETANGGA 7 KEMBANG KUNING 3 KERUMUT 4 SEPIT 8 MONTONG BAAN SELATAN 4 POHGADING

5 KERUAK 5 BATUYANG

6 BATU PUTIK 1 KESIK 6 PRINGGABAYA 7 SENYIUR 2 PAOKMOTONG 13 LABUHAN LOMBOK

3 MASBAGIK SELATAN 14 TEKO 1 BATUNAMPAR 4 MASBAGIK TIMUR 15 POHGADING TIMUR 2 SUKARAJA 7 MASBAGIK UTARA 16 PRINGGABAYA UTARA 3 JEROWARU 8 DANGER

4 PEMONGKONG 9 LENDANG NANGKA 1 SUELA 5 PANDAN WANGI 10 MASBAGIK UTARA BARU 2 KETANGGA 6 SEKAROH 11 LENDANG NANGKA UTARA 3 SELAPARANG

4 SUNTALANGU 1 SUANGI 1 REMPUNG 5 SAPIT 2 SAKRA 2 PRINGGASELA 6 PERIGI 3 KABAR 3 JURIT 7 MEKARSARI 4 RUMBUK 4 PENGADANGAN

5 KESELET 5 AIKDEWA 1 LENEK DAYA 6 SAKRA SELATAN 2 LENEK 7 RUMBUK TIMUR 1 SETANGGOR 3 LENEK LAUQ

2 JANTUK 4 KALIJAGA 1 SUKARARA 3 PADAMARA 8 KEMBANG KERANG 2 GUNUNG RAJAK 4 DASAN LEKONG 9 AIKMEL 3 RENSING 5 SUKAMULIA 10 AIKMEL UTARA 4 BUNGTIANG 6 SUKAMULIA TIMUR 11 KALIJAGA SELATAN 5 PENGKELAKMAS 12 KALIJAGA TIMUR 6 BOROK TOYANG 1 ANJANI 13 LENEK BARU

2 TEBABAN 14 KEMBANG KERANG DAYA 1 GELANGGANG 3 KERONGKONG 15 AIKMEL BARAT 2 SURABAYA 4 BAGIK PAYUNG

3 LEPAK 5 SURALAGA 1 MAMBEN LAUQ 4 GERENENG 6 BAGUK PAYUNG SELATAN 2 MAMBEN DAYA 5 MONTONG TANGI 7 GERUNG PERMAI 3 WANASABA

6 MENCEH 4 KARANG BARU

1 DENGGEN 5 BEBIDAS 1 JENGGIK 5 KELAYU JORONG 6 TEMBENG PUTIK 2 RARANG 6 KEMBANG SARI

3 SURADADI 7 MAJIDI 1 SEMBALUN BUMBUNG 4 SANTONG 8 RAKAM 2 SEMBALUN LAWANG 5 TERARA 9 PANCOR 3 SAJANG 6 SUKADANA 10 SEKARTEJA 4 BILOK PETUNG 7 RARANG SELATAN 11 SANDUBAYA

8 LANDO 12 KHUSUS KOTA SELONG 1 SAMBELIA 9 RARANG TENGAH 13 KELAYU SELATAN 2 BELANTING 10 LEMING 14 KELAYU UTARA 3 OBEL-OBEL 15 DENGGEN TIMUR 4 SUGIAN 1 KILANG 5 LABUHAN PANDAN 2 MONTONG BETOK 1 PENEDA GANDOR

3 PRINGGAJURANG 2 LABUHAN HAJI 4 PERIAN 3 TEROS 5 JENGGIK UTARA 4 TANJUNG 6 PESANGGRAHAN 5 SURYA WANGI 7 PRINGGAJURANG UTARA 6 IJOBALIT

7 KORLEKO 1 SEMAYA 8 KERTASARI 2 SIKUR 9 BANJAR SARI 3 MONTONG BAAN 10 TIRTANADI 4 LOYOK

Desa/ Kelurahan

19 SEMBALUN

20 SAMBELIA

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Timur (2010)

7 15 16 17 AIKMEL 18 WANASABA 8 9 10 11 12 13 14 2 1 4 3 6 5 SUELA PRINGGABAYA SIKUR SIKUR SURALAGA SUKAMULIA PRINGGASELA MASBAGIK LABUHAN HAJI SELONG Desa/ Kelurahan Desa/ Kelurahan KERUAK JEROWARU SAKRA MONTONG GADING TERARA SAKRA TIMUR SAKRA BARAT

(35)

2.3. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Lombok Timur menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, dari 1.033.669 jiwa pada tahun 2005 menjadi 1.105.582 pada tahun 2010 (BPS Kabupaten Lombok Timur, 2010).

Gambar 10 Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2005 – 2010

Sementara pertumbuhan penduduknya secara umum juga menunjukkan penurunan dari 1,12% pada tahun 2005 menjadi 0,886% pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 ini merupakan pertumbuhan penduduk terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 1.105.582 jiwa yang tersebar di 20 Kecamatan (gambar 13). Kecamatan dengan kepadatan penduduk yang tinggi terdapat di kecamatan: Masbagik, Aikmel, dan Pringgabaya. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan rendah terdapat di kecamatan Sembalun (tabel dibawah).

(36)

Tabel 5 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk kabupaten Lombok Timur

Sumber: BPS Kab. Lombok Timur (2010)

Laki-laki Perempuan 1 KERUAK 22.572 25.329 47.901 13.613 3,52 40,49 1.183,03 2 JEROWARU 25.522 27.659 53.181 15.756 3,38 142,78 372,47 3 SAKRA 24.444 28.287 52.731 14.670 3,59 25,09 2.101,67 4 SAKRA BARAT 21.335 25.505 46.840 13.746 3,41 32,30 1.450,15 5 SAKRA TIMUR 18.547 22.362 40.909 12.097 3,38 37,04 1.104,45 6 TERARA 31.144 34.341 65.485 19.547 3,35 41,41 1.581,38 7 MONTONG GADING 18.383 22.220 40.603 12.751 3,18 25,66 1.582,35 8 SIKUR 30.577 36.973 67.550 19.686 3,43 78,27 863,04 9 MASBAGIK 44.613 49.380 93.993 27.588 3,41 33,17 2.833,68 10 PRINGGASELA 22.966 27.093 50.059 14.780 3,39 134,26 372,85 11 SUKAMULIA 13.804 16.569 30.373 8.843 3,43 14,49 2.096,14 12 SURALAGA 24.095 27.845 51.940 15.759 3,30 27,02 1.922,28 13 SELONG 39.391 43.236 82.627 24.124 3,43 31,68 2.608,18 14 LABUHAN HAJI 24.918 28.105 53.023 15.802 3,36 49,57 1.069,66 15 PRINGGABAYA 42.520 48.028 90.548 25.504 3,55 136,20 664,82 16 SUELA 17.120 20.321 37.441 11.562 3,24 115,01 325,55 17 AIKMEL 42.597 50.256 92.853 27.302 3,40 122,92 755,39 18 WANASABA 27.190 32.127 59.317 17.494 3,39 55,89 1.061,32 19 SEMBALUN 9.053 9.733 18.786 5.529 3,40 217,08 86,54 20 SAMBELIA 14.357 15.065 29.422 8.274 3,56 245,22 119,98 JUMLAH 515.148 590.434 1.105.582 324.427 3,41 1.605,55 688,60 Kecamatan

No. Jenis Kelamin Kepadatan

Penduduk Luas Wilayah (Km2) Rata-Rata ART Jumlah Rumah Tangga Total

(37)

Sumber: Diolah dari data BPS (2010)

(38)
(39)

2.4. Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di kabupaten Lombok Timur terdiri dari: TK, SD/MI, SMP/Tsanawiyah, SMA/MA baik negeri maupun swasta. Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak 189 buah meliputi: TK Negeri sebanyak 5 buah terdapat di kecamatan Sakra, Sukamulia, Selong, Labuhan Haji dan Pringgabaya. Sementara TK Swasta berjumlah 184 buah yang tersebar di 20 Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur. Jumlah SD yang ada di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 861 buah yang terdiri dari 666 buah SD dan 195 buah MI. Jumlah SMP sederjat sebanyak 287 buah, terdiri dari 92 SMP Negeri dan 195 Tsanawiyah. Jumlah SMA sederajad sebanyak 171 buah, terdiri dari 50 buah SMA, 101 Aliyah dan 20 SMK. Jumlah sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 6 Sarana Pendidikan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009

Sumber: BPS Kab. Lombok Timur (2010)

Gambar 14 Sarana Pendidikan Per Kecamatan

Negeri Swasta Jumlah SD MI Jumlah SMP Tsanawiyah Jumlah SMA Aliyah SMK Jumlah

1 Keruak - 9 9 32 3 35 3 9 12 1 3 1 5 2 Jerowaru - 3 3 39 10 49 4 10 14 1 4 0 5 3 Sakra 1 7 8 32 8 40 4 9 13 1 4 2 7 4 Sakra Barat - 9 9 30 14 44 3 12 15 3 8 0 11 5 Sakra Timur - 6 6 26 8 34 4 9 13 1 6 0 7 6 Terara - 8 8 48 4 52 4 11 15 4 5 1 10 7 Montong Gading - 5 5 28 12 40 2 9 11 2 4 1 7 8 Sikur - 18 18 45 8 53 9 11 20 1 5 1 7 9 Masbagik - 12 12 46 11 57 8 13 21 4 9 1 14 10 Pringgasela - 6 6 31 6 37 2 6 8 1 3 1 5 11 Sukamulia 1 6 7 17 5 22 3 3 6 1 2 1 4 12 Suralaga - 8 8 28 15 43 5 12 17 4 8 2 14 13 Selong 1 12 13 34 17 51 7 13 20 5 10 2 17 14 Labuhan Haji 1 9 10 37 11 48 4 10 14 1 4 1 6 15 Pringgabaya 1 19 20 51 10 61 6 9 15 4 6 1 11 16 Suela - 8 8 28 10 38 3 6 9 2 1 0 3 17 Aikmel - 13 13 52 16 68 7 16 23 7 7 3 17 18 Wanasaba - 21 21 32 20 52 8 20 28 5 9 2 16 19 Sembalun - 2 2 12 2 14 2 4 6 1 1 0 2 20 Sambalia - 3 3 18 5 23 4 3 7 1 2 0 3 5 184 189 666 195 861 92 195 287 50 101 20 171 Jumlah

SD/MI SMP/Tsanawiyah SMA/Aliyah/SMK

(40)

2.5. Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur terdiri dari: Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Polindes dan Posyandu. Rumah Sakit yang ada sebanyak 1 buah yaitu RSUD DR. SOEJONO, Puskesmas sebanyak 29 buah yang tersebar di 20 Kecamatan dengan rata-rata 1- 2 puskesmas untuk setiap kecamatan. Jumlah Rumah Sakit dan Puskemas tersebut konstan/tidak ada penambahan dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Sementara Jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu) yang ada sebanyak 77 buah tahun 2005 dan bertambah menjadi 87 buah pada tahun 2010, untuk Polindes juga menunjukkan perkembangan yang sama dengan Pustu, yaitu mengalami penambahan jumlah dari 107 tahun 2005 menjadi 115 pada tahun 115. Hal serupa juga terjadi pada Posyandu yang tersebar pada setiap desa, RT di Kabupaten Lombok Timur dengan menunjukkan perkembangan jumlah dari 1.189 buah pada tahun 2005 menjadi 1.415 pada tahun 2010.

Tabel 7 Sarana kesehatan di Kabupaten Lombok Timur

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur (2010)

Distribusi sarana/prasarana kesehatan tersebut secara umum sudah terdapat disemua kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Jumlah (kuantitas) sarananya sangat bergantung dari karakteristik wilayah kecamatan yang dilayaninya. Sebagai contoh, Kecamatan Aikmel yang merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk yang tinggi secara administrasi memiliki jumlah desa terbanyak dengan Rumah tangga yang cukup tinggi, oleh karena itu sarana/prasarna kesehatan yang ada di kecamatan tersebut seperti Puskesmas, Polindes dan Posyandu tentunya berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Detail sebaran sarana/prasarana kesehatan yang ada di masing-masing kecamatan di kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah. Fasilitas Kesehatan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rumah Sakit 1 1 1 1 1 1 Puskesmas 29 29 29 29 29 29 Puskesmas Pembantu/Pustu 77 76 80 85 85 87 Polindes/Poskesdes 107 107 109 111 111 115 Posyandu 1.189 1.240 1.279 1.318 1.318 1415 Total 1.403 1.453 1.498 1.544 1.544 1.647

(41)

Tabel 8 Sebaran Sarana Kesehatan per Kecamatan Tahun 2010

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur (2010)

Gambar 15 Sebaran Sarana Kesehatan Per Kecamatan Tahun 2010

Kecamatan Puskesmas Polindes Posyandu Total

Fas_Kesehatan Keruak 1 6 70 77 Sakra 1 5 66 72 Terara 1 7 67 75 Sikur 2 7 82 91 Masbagik 2 10 103 115 Sukamulia 1 4 36 41 Selong 2 9 69 80 Pringgabaya 2 7 126 135 Aikmel 3 8 122 133 Sambelia 2 4 61 67 Montong Gading 1 5 57 63 Pringgasela 1 6 73 80 Suralaga 1 6 57 64 Wanasaba 1 7 76 84 Sembalun 1 2 27 30 Suela 1 6 61 68 Lb. Haji 2 6 62 70 Sakra Timur 1 4 55 60 Sakra Barat 1 4 56 61 Jerowaru 2 5 89 96 Total 29 118 1.415 1.562

(42)

Gambar 16 Peta Sebaran Fasilitas Kesehatan di Kab. Lombok Timur

Selain sarana/prasarana kesehatan faktor pendukung yang sangat penting guna mendukung program kesehatan adalah tenaga/petugas kesehatan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2010, tenaga

(43)

kesehatan tersebut berupa: Dokter spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi, Tenaga Farmasi, Perawat, Bidan, Ahli Kesehatan Masyarakat, Sanitarian, Teknis Medis dan Fisioterapis. Jumlah dari masing-masing tenaga kesehatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9 Tenaga Kesehatan Tahun 2010 di Kabupten Lombok Timur

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur (2010)

Gambar 17 Tenaga Kesehatan Tahun 2010 di Kab. Lombok Timur

NO Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Rasio terhadap

100.000 Penduduk 1 Dokter Spesialis 8 0,7 2 Dokter Umum 54 4,6 3 Dokter Gigi 18 1,6 4 Tenaga Farmasi 33 2,62 5 Ahli Gizi 57 4,85 6 Perawat 452 43 7 Bidan 220 19

8 Ahli Kesehatan Masyarakat 62 3,3

9 Ahli Sanitasi 48 4,3

10 Teknis Medis 58 5,2

11 Fisioterapis 3 0,3

(44)

2.6. Sosial

Masyarakat di Kabupaten Lombok Timur umumnya masih mengutamakan kebersamaan dan aspek sosial kemasyarakatan lainnya. Peran serta masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat pada sektor-sektor pertanian dan pembangunan fisik lainnya yang didasarkan atas kesadaran pribadi tanpa didasari oleh rasa pamrih, bersifat kebersamaan dan kegotong-royongan (Bappeda kabupaten Lombok Timur, 2002).

Secara umum, Kabupaten Lombok Timur merupakan kawasan perdesaan yang didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan (Bappeda Kabupaten Lombok Timur, 2002), oleh karena itu pola penggunaan lahannya berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian penduduknya yang sebagian besar bergerak pada sektor-sektor tersebut. Demikian juga dalam hal investasi, masyarakat di wilayah ini lebih cenderung berorientasi pada sektor-sektor primer seperti: pertanian, perkebunan, peternakan dibandingkan dengan sektor perdagangan dan jasa.

Pengembangan sektor-sektor tersebut terakumulasi dalam Sub-Sub Wilayah Pengembangan (SSWP), antara lain: SSWP Utara dengan Pusat di Kecamatan Aikmel dan wilayah pendukungnya meliputi: kecamatan Sembalun Pringgabaya, Sambelia, Suela, Wanasaba. SSWP Tengah yang pusatnya berada di Kecamatan Selong dengan wilayah pendukung meliputi: Kecamatan Masbagik Sukamulia, Suralaga, Labuhan Haji, Pringgasela. Sementara SSWP Barat dengan pusat di Kecamatan Terara dan wilayah pendukungnya meliputi: Kecamatan Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Montong Gading dan Sikur.

2.7. Perekonomian

Pada Tahun 2009 mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lombok Timur sebagian besar dari sektor pertanian (48,80%), selebihnya dari sektor perdagangan (17,15%), Industri dan Pengolahan (13,46%), Jasa-jasa (8,71%), Angkutan dan Komunikasi (6,03%), Konstruksi (2,80%) dan lain-lain (3,03%). Keadaan ini juga diperlihatkan dari pola penggunaan lahan yang ada, yaitu pemukiman 5,01%, pertanian (sawah, lahan kering, kebun, perkebunan) 48%, hutan 34%: tanah kosong (tandus, keritis) 1%, padang (alang, rumput dan semak) 9%, perairan 0,6%, pertambangan 0,2% dan lain-lain penggunaan 5%. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan data penduduk

(45)

angkatan kerja menurut lapangan pekerjaan yang digelutinya pada tahun 2009 di Kabupaten Lombok Timur.

Tabel 10 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Timur (2009)

2.8. Visi dan Misi Kabupaten Lombok Timur 2.8.1. VISI

Sebagaimana ditetapkan di dalam Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2009, bahwa Visi pembangunan Kabupaten Lombok Timur tahun 2008–2013, adalah:

“Mewujudkan masyarakat Lombok Timur yang adil dalam kesejahteraan dan sejahtera dalam keadilan dalam lindungan Allah SWT”.

Visi tersebut tidak terlepas dari keinginan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur untuk melaksanakan berbagai program dalam rangka mencapai “Millenium Development Goals” (MDG’s) sampai tahun 2015, yaitu: Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan, Menyediakan pelayanan pendidikan dasar untuk seluruh penduduk, Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, Menurunkan angka kematian anak, Meningkatkan kesehatan ibu, Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, Memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, dan Membangun kemitraan global dalam pembangunan

No. Lapangan Kerja Penduduk Persentase

(%)

1 Pertanian, kehutanan 367.040 48,80

2 Pertambangan dan Penggalian -

-3 Industri pengolahan 101.237 13,46

4 Listrik, Gas, dan Air bersih -

-5 Bangunan/Konstruksi 21.060 2,80 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 128.991 17,15 7 Pengangkutan dan Komunikasi 45.504 6,05 8 Bank, Persewaan & Jasa, Lainnya 22.790 3,03

9 Jasa-jasa 65.511 8,71

752.133

100,00

Gambar

Gambar 1 Posisi BPS dan tahapan yang ingin dicapai
Tabel 1 Batas Administrasi Kabupaten Lombok Timur
Gambar 1 Batas Administrasi Kabupaten Lombok Timur
Tabel 2 Rata-hujan di kabupaten Lombok Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengguna dapat menambah kan fungsi custom pada kelas controller aplikasi target Pengguna menambahk an definisi fungsi custom pada file template masukan bagian kelas

Bila ditinjau dari sudut solvabilitas, yang diukur dengan menggunakan primary ratio menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan pada tahun

(2000) menyatakan bahwa keasaman susu baik yang dihasilkan oleh biakan bakteri starter maupun dengan pengasaman langsung terbukti mempengaruhi aktivitas protease dalam

Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada perusahaan Asuransi yang

Bilamana peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan keuangan tidak melarang manajemen untuk membatasi perubahan atas laporan keuangan yang disebabkan

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Dari penelitian ini ditemukan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan sebelumnya yaitu hadits-hadits tentang imam wanita bagi mamum laki-laki sanadnya hasan karena

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat komponen Corporate Governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen,