• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PEDOMAN TEKNIS

PENGENDALIAN MUTU

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)

MANDIRI - PERKOTAAN

Diterbitkan Oleh:

(4)
(5)

KATA PENGANTAR 

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dapat dikatakan sebagai program yang kompleks dan besar. Program ini kompleks dilihat dari berbagai aspek, yaitu : kegiatan yang beragam; baik jenis maupun tahapannya. Dalam program ini terlibat berbagai pihak; mulai pemerintah (pusat dan daerah), lembaga donor, kelompok sasaran (pemerintah daerah dan masyarakat), konsultan (di pusat, daerah, hingga kelurahan/desa) dengan berbagai bidang keahlian. Di tingkat masyarakat, yang merupakan sasaran sekaligus pelaku utama dalam program pemberdayaan ini juga muncul berbagai peran. Dari aspek pendanaan program/kegiatan, program ini mendapatkan sumber pendanaan dari lembaga donor (Bank Dunia, Islamic Development Bank, dan lainnya), Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, juga dari masyarakat sebagai bentuk keswadayaan.

Di samping itu, program ini dikatakan besar dengan lokasi sasaran yang menjangkau seluruh provinsi di tanah air dengan jumlah kelurahan/desa mencapai 11 ribu. PNPM yang dimulai tahun 2007 dilaksanakan dengan landasan konsep P2KP yang sebenarnya sudah dilaksanakan sejak tahun 1999.

Untuk program yang sekompleks dan sebesar dengan input sumberdaya yang tidak kecil, diperlukan rumusan berbagai hasil/output serta ukuran (standar) yang jelas sehingga dapat diperoleh hasil yang berkualitas baik. Oleh karenanya dipandang penting adanya suatu pedoman dalam mengendalikan kualitas/mutu untuk berbagai hasil implementasi program. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut disusun Pedoman Teknis Pengendalian Mutu. Buku ini memuat landasan dan kerangka pengendalian mutu secara umum. Selanjutnya, masih diperlukan petunjuk yang menunjukkan tatacara secara teknis tentang prosedur pengendalian mutu pada aspek-aspek atau sasaran pengendalian yang ditetapkan.

Dengan berbagai pedoman dan petunjuk pengendalian mutu tersebut dapat diharapkan program ini mampu menyajikan hasil yang bermutu tinggi.

Selamat menjalankan tugas.

Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan

Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum

Ir. Guratno Hartono, MBC

     

(6)

   

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR | iii

DAFTAR ISI | v

DAFTAR GAMBAR | vii

LAMPIRAN | vi

 

 

BAB I | PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang | 2

1.2. Pengertian Pengendalian Mutu Program Pemberdayaan Masyarakat | 3 1.3. Prosedur Pengendalian Mutu | 4

BAB II | KETENTUAN UMUM

2.1. Pengendalian Mutu sebagai Upaya Pemastian Kualitas | 10  

2.2. Strategi Pengendalian Mutu | 10 2.3. Sasaran Pengendalian Mutu | 13 2.4. Jenjang Pengendalian Mutu | 13

BAB III | TAHAPAN PELAKSANAAN

3.1. Metodologi | 16

 

3.2. Tahap Pengendalian Mutu | 18  

a. Tahap Pengendalian Tidak Langsung | 18 b. Tahap Pengendalian Langsung | 20 c. Evaluasi Kinerja Pelaku dan Review | 24 d. Monitoring Stakeholder Pusat | 27

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hubungan Pemastian Kualitas dan Pengendalian Kualitas | 10 Gambar 2.2. Jenjang Pengendalian Kualitas | 14

Gambar 3.1. Alur Pengendalian Kualitas | 17

Gambar 3.2. Jenis dan Alur Kegiatan Review Program | 26 Gambar 3.3. Alur Pelaporan Pengendalian | 31

(9)

LAMPIRAN

Lampiran 1 | 34

Indikator Kinerja PNPM Mandiri Perkotaan Lampiran 2 | 35

Logical Framework PNPM Mandiri Perkotaan – ICDD Project | 35

                                     

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

                   

(12)

1.1.      Latar Belakang 

 

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dimulai tahun  2007  yang  diarahkan  untuk  mendukung  upaya  peningkatan  Indeks  Pembangunan  Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) sehingga  tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015. 

 

Saat  ini  pelaksanaan  PNPM  Mandiri  Perkotaan  telah  membangun  kelembagaan  masyarakat lebih dari 11 ribu desa/kelurahan yang tersebar di sekitar 1.157 kecamatan  di  268  kota/kabupaten,  telah  memunculkan  lebih  dari  600  ribuan  relawan  dari  masyarakat  setempat,  serta  lebih  dari  22  Juta  orang  pemanfaat  (penduduk  miskin),  melalui 860 ribu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). 

 

PNPM Mandiri Perkotaan, selanjutnya disebut PNPM MP berorientasi untuk membangun  pondasi  masyarakat  berdaya  dengan  sejumlah  kegiatan  intervensi  pada  perubahan  sikap/perilaku/cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai‐nilai universal. Pada  tahap  berikutnya  berorientasi  untuk  membangun  transformasi  menuju  masyarakat  mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi  antara  pemerintah,  masyarakat  dan  kelompok  peduli  setempat  dengan  berbagai  pihak 

(channelling  program)  untuk  mengakses  berbagai  peluang  dan  sumber  daya  yang 

dibutuhkan  masyarakat.  Selanjutnya  pada  tahap  akhir  dari  transformasi  kondisi  sosial  menuju masyarakat madani, PNPM MP melakukan intervensi di lokasi padat, kumuh dan  termiskin  dengan  melakukan  kegiatan  khusus.  Diharapkan  melalui  kegiatan  tersebut  dapat mendorong peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan kualitas  lingkungan permukiman yang berkelanjutan. 

 

Secara khusus tujuan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan  adalah sebagai berikut:    Mewujudkan  masyarakat  Berdaya  dan  Mandiri,  yang  mampu  mengatasi  berbagai 

persoalan  kemiskinan  di  wilayahnya,  sejalan  dengan  kebijakan  Program  Nasional  Pemberdayaan Masyarakat (PNPM); 

 Meningkatkan  kapasitas  Pemerintah  Daerah  dalam  menerapkan  model  pembangunan  partisipatif  yang  berbasis  kemitraan  dengan  masyarakat  dan  kelompok peduli setempat; 

 Mewujudkan  harmonisasi  dan  sinergi  berbagai  program  pemberdayaan  masyarakat  untuk optimalisasi penanggulangan kemiskinan;  

 Meningkatkan  capaian  manfaat  bagi  masyarakat  miskin  untuk  mendorong  peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs. 

 

Dengan  tujuan  seperti  itu,  maka    fokus  pendampingan  konsultan  adalah  dalam  rangka  memampukan Pemda dan Masyarakat agar lebih mandiri dan mampu bersinergi dalam  melaksanakan  upaya  penanggulangan  kemiskinan.  Di  sisi  masyarakat,  peran  fasilitator  akan  difokuskan  secara  bersamaan  agar  dapat  memampukan  BKM    melaksanakan  kegiatannya  secara  lebih  mandiri  dan  mampu  bersinergi  dengan  pihak  luar.  Di  tingkat  kota/kabupaten  tantangan  KMW  adalah  membangun  kesadaran  aparat  Pemda  &  Stakeholders  lainnya  untuk  lebih  peduli,  lebih  sinergis  dan  menjadikan  agenda  penanggulangan  kemiskinan  sebagai  agenda  bersama  untuk    membangun  masyarakat  dalam rangka penanggulangan kemiskinan. 

(13)

Fokus kegiatan pengendalian mutu adalah untuk memastikan konsultan di berbagai level  dapat  memfasilitasi  program  sesuai  dengan  petunjuk  yang  telah  ditetapkan,  dan  juga  memastikan  sinergitas  Masyarakat,  Pemda  dan  Kelompok  Peduli  dapat  melaksanakan  upaya penanggulangan kemiskinan secara lebih mandiri. 

 

Sebagai sebuah program yang bersifat massal, maka kegiatan pengendalian mutu harus  dilakukan secara berkala dan berjenjang dari level Pusat (proyek & konsultan) sampai ke  Daerah  (konsultan  &  pemda).  Hal  ini  dimulai  dengan  membangun  kesadaran  bahwa  kegiatan pengendalian mutu merupakan agenda bersama.  

 

Tim  Fasilitator  kelurahan,  Tim  Koordiantor  Kota,  dan  Tim  KMW  (OC/OSP)  sebagai  tim  pendamping  di  daerah  yang  merupakan  salah  satu  input  program  jumlahnya  lebih  dari  7.000  orang  tersebar  di  seluruh  daerah.  Terhadap  para  pendamping  tersebut  perlu  diterapkan  standard  kualitas  agar  hasil  kerja  pendampingan  mereka  juga  berkualitas  baik. 

 

Masyarakat sebagai pelaku program di tingkat kelurahan difasilitasi untuk melaksanakan  berbagai proses kegiatan dengan target (standard) capaian yang telah ditentukan.  Sudah  barang    tentu  bahwa  para  pelaku  akan  mengikuti  tatacara  pelaksanaan  kegiatan  dan  diukur kinerja capaian targetnya.  

 

Untuk implementasi dalam program yang seluas dan sekompleks itu, dalam pelaksanaan  PNPM  Mandiri  Perkotaan  ini  diperlukan  suatu  pedoman  yang  mengatur  secara  teknis  tindakan pengendalian terhadap mutu (kualitas) agar dicapai kinerja yang optimal sesuai  standar‐standar yang ditetapkan.      1.2.    Pengertian Pengendalian Mutu Program Pemberdayaan Masyarakat    1) Pengertian Mutu (kualitas) 

Mutu  adalah  totalitas  gambaran  dan  karakteristik  dari  produk  atau  layanan  yang  berpengaruh  pada  kemampuan  untuk  memenuhi  kebutuhan  tertentu  atau  kebutuhan  yang  tersirat.  Mutu  merupakan  kondisi  dinamis  yang  berhubungan  dengan  produk,  manusia,  proses  dan  tugas,  serta  lingkungan  yang  memenuhi  atau  melebihi  harapan  pelanggan  atau  penerima  manfaat.  Dengan  pengertian  tersebut,  elemen mutu meliputi :  

 Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.   Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan. 

 Mutu  merupakan  kondisi  yang  selalu  berubah  (misalnya  apa  yang  dianggap  merupakan  mutu  saat  ini,  mungkin  dianggap  kurang  bermutu  pada  masa  mendatang). 

 

2) Pengertian Pengendalian Mutu (Quality Control) 

Pengendalian  mutu  (quality  control)  dalam  manajemen  mutu  merupakan  suatu  sistem  kegiatan   teknis  yang  bersifat  berkala  yang  dirancang   untuk  mengukur  dan  menilai  mutu  produk  atau  jasa  yang  diberikan  kepada  pelanggan  (penerima  manfaat).   

   

(14)

Pengendalian mutu terdiri atas 3 langkah utama, yaitu : 

 Perencanaan  Mutu  (Quality  Planning);  pada  tahapan  ini  dilakukan  identifikasi  kebutuhan  konsumen  (penerima  manfaat),  melakukan  perancangan  produk  sesuai kebutuhan konsumen serta melakukan perancangan proses produksi yang  sesuai spesifikasi rancangan produk. 

 Pengendalian  Mutu  (Quality  Control);    merupakan  suatu  bentuk  pengendalian  kualitas pada saat proses produksi. Pada tahapan ini dilakukan identifikasi faktor  kritis  yang  harus  diperhatikan,  mengembangkan  alat  dan  metode  pengukuran  serta mengembangkan standar bagi faktor kritis. 

 Quality  Improvement;  Merupakan  suatu  tindakan  yang  dilakukan  jika  terjadi  ketidaksesuaian  antara  kondisi  aktual  dengan  kondisi  standar,  agar  dilakukan  perbaikan, penyesuaian, dan tindakan lain yang tepat. 

 

3) Pengertian Pengendalian Mutu Program Pemberdayaan Masyarakat 

Pemberdayaan  masyarakat  diartikan  sebagai  suatu  upaya  untuk  memulihkan  atau  meningkatkan  keberdayaan  suatu  komunitas  agar  mampu  berbuat  sesuai  dengan  harkat  dan  martabat  mereka  dalam  melaksanakan  hak–hak  dan  tanggung  jawab  mereka sebagai komunitas manusia dan warga negara. Tujuan akhir pemberdayaan  masyarakat  adalah  pulihnya  nilai–nilai  manusia  sesuai  harkat  dan  martabatnya  sebagai  pribadi  yang  unik,  merdeka  dan  mandiri,  yaitu:  unik  dalam  konteks  kemajemukan  manusia,  merdeka  dari  segala  belenggu  internal  maupun  eksternal  termasuk  belenggu  keduniawian  dan  kemiskinan,  serta  mandiri  untuk  mampu  menjadi  programmer  bagi  dirinya  dan  bertangung  jawab  terhadap  diri  sendiri  dan  sesama.  Kemandirian  masyarakat  merupakan  suatu  kondisi  yang  dialami  oleh  masyarakat  yang  ditandai  dengan  kemampuan  memikirkan,  memutuskan  serta  melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang  dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. 

 

Pengendalian  mutu  dalam  program  pemberdayaan  masyarakat  merupakan  suatu  sistem  kegiatan   teknis  yang  bersifat  berkala  dan  khusus  yang  dirancang   untuk  mengukur dan menilai mutu (kualitas) terhadap proses dan hasil dari keputusan dan  kegiatan/kerja masyarakat sebagai pelaku utama dalam program pemberdayaan.        1.3.    Prosedur Pengendalian Mutu   

1)

Kerangka Kerja Pengendalian Program 

Dinamika  atau  pergerakan  aktivitas  pendampingan,  baik  pada  tingkat  masyarakat  maupun  tingkat  kota/kabupaten,  perlu  dikendalikan  secara  sistemik.  Sehingga  kerangka  tugas  monitoring,  supervisi  dan  penguatan  berjalan  dalam  fokus,  pendekatan  serta  tujuan  yang  jelas.  Dalam  konteks  ini  ditetapkan  kerangka  dan  prosedur pengendalian pelaksanaan kegiatan seperti berikut: 

 Fokus  pengendalian  diorientasikan  pada  upaya  efektif  memastikan  rangkaian  tahapan  fasilitasi  kepada  masyarakat  maupun  pemda  (kota/kabupaten)  dalam  melaksanakan  penanggulangan  kemiskinan  yang  makin  mandiri.  Dengan  demikian,  setiap  pelaku  (konsultan  dan  fasilitator)  di  berbagai  level  harus  memfasilitasi program sesuai dengan petunjuk‐petunjuk yang telah ditetapkan.   Menguatkan kegiatan  monitoring, supervisi dan evaluasi yang mutlak dilakukan 

(15)

supervisi  dan  penguatan/CB  benar‐benar  menjadi  agenda  setiap  pelaku,  pemerintah, konsultan maupun masyarakat. 

 Memastikan  pendekatan  pengendalian  yang  berbasis  pada  pemastian  kualitas,  pengendalian kualitas dan perbaikan atas umpan balik dari suatu fakta/kenyataan  (masalah  ataupun  keberhasilan).  Selanjutnya  diharapkan  pola  monitoring  dan  supervisi  dapat  berjalan  sebagai  media  lesson  learned  secara  cepat.  Dengan  demikian, pengaturan operasionalisasi pengendalian disusun seperti berikut:  a) Langkah  operasional  yang  ditempuh  adalah  dengan  fokus  membangun 

kesadaran semua pihak untuk melakukan pengendalian kualitas kegiatan.  b) Pengendalian kualitas digunakan sebagai media pemastian kualitas. 

c) Mengelola  dan  memanfaatkan  data  SIM  dan  Kemajuan  Mingguan  dua  Mingguan secara konsisten dan bertanggung jawab. 

d) Memastikan  validitas  data  dengan  mekanisme  melakukan  uji  petik/sampling/spot check secara rutin maupun berkala. 

e) Melaksanakan  monitoring,  supervisi  dan  penguatan  secara  rutin  dan  terprogram. 

f) Kegiatan  monitoring,  supervisi  dan  evaluasi  harus  dilakukan  oleh  setiap  lini  manajemen. 

g) Mewujudkan  mekanisme  pengendalian  partisipatif  di  tingkat  Kelembagaan  Masyarakat/BKM/LKM  dan  UP‐UP  dengan  difasilitasi  proses  maupun  pembelajarannya oleh Fasilitator (Faskel). 

 

2)

Pola Pengendalian Tidak Langsung 

Prosedur  ini  dikembangkan  dengan  melakukan  amatan  dalam  bentuk  analisis  hasil  capaian,  baik  dari  sisi  progres  maupun  dari  sisi  proses.  Capaian  progres  diketahui  melalui  pengamatan  terhadap  data  mingguan  dan  2  mingguan,  sedangkan  capaian  proses melalui pengamatan terhadap data SIM. Acuan untuk capaian progres adalah 

Master  Schedule  Nasional,  sedangkan  acuan  capaian  proses  adalah  indikator  dalam 

Pedoman  Pelaksanaan  PNPM  Mandiri  Perkotaan;  yang  dijabarkan  dalam  Key 

Performance Indicators (indikator kinerja kunci). Capaian progres dan capaian proses 

ini  secara  periodik,  dalam  periode  bulanan,  ditayangkan  melalui  web‐site.  Prosedur  pengendalian  ini  untuk  memberikan  jaminan,  bahwa  proses  yang  sedang  berjalan  dilakukan  sesuai  dengan  urutan  kegiatan  dan  substansi  yang  terkategorikan  dalam  SIM maupun PAD. 

 

Proses  analisis  data  dalam  pengendalian  tidak  langsung,  yang  menjadi  tugas  dari  seluruh pihak, diatur dan ditetapkan sebagai berikut: 

1) KMP melakukan analisis terhadap capaian progres data kuantitatif Mingguan dan  Bulanan,  baik  terhadap  urutan  kegiatan  maupun  terhadap  kecepatan  capaian  progresnya. 

2) Capaian  Indikator  Kinerja  berbasis  SIM,  dengan  fokus  analisis  terhadap  dua  hal  yaitu  menyangkut  capaian  alur  proses  Pemberdayaan/Penyiapan  Masyarakat  (PM)  dan  capaian  pencairan/penyaluran  dana  Bantuan  Langsung  Masyarakat  (BLM), yang harus dilakukan oleh KMW 

3) Pengelolaan  Pengaduan  Masyarakat  (PPM)  berbasis  mekanisme  PPM  dan  CHU 

(Complaint  Handling  Unit)  KMP  harus  melaporkan  semua  laporan  pengaduan 

masyarakat  di  semua  tingkatan,  baik  yang  telah  difasilitasi,  sedang  difasilitasi,  maupun yang belum difasilitasi. 

(16)

4) Verifikasi  data‐data  program  dilakukan  secara  berjenjang  pada  jalur  fungsional  konsultan mulai dari fasilitator kelurahan sampai dengan KMP.  

5) Berdasarkan  analisis  terhadap  sumber‐sumber  data  sekunder,  TL‐Provinsi  dan  KMP  melakukan  verifikasi  terhadap  data‐data  yang  masuk  dari  lapangan  (di  tingkat fasilitator). Apabila ditemukan adanya data yang tidak rasional, data tidak  terisi/tidak lengkap, data yang urutannya tidak logis, adanya kesalahan input data  maupun  anomali  data  yang  lainnya,  maka  KMP  dan  TL‐Provinsi  segera  menyampaikan  informasi  tersebut  ke  sumber  data  terkait  (Fasilitator),  dengan  tembusan  kepada  OSP  dan  Tim  Advisory  (jika  terkait  penerapan  pedoman  dan  konsep  program).  Data  tersebut  selanjutnya  harus  divalidasi  di  tingkat  lapang  oleh fasilitator, sebelum dikirim kembali ke TL‐Provinsi, dengan tembusan ke PD‐ OSP, dan kepada Tim Advisory sebagai perbaikan data.  

 

3)

Pola Pengendalian Langsung 

Prosedur  pengendalian  langsung  merupakan  tata‐cara  /  metoda  pengendalian  yang  dilakukan  secara  langsung  di  lapangan,  dengan  melakukan  proses  pendampingan  atau kunjungan secara langsung untuk mengamati proses yang sebenarnya terjadi di  lokasi  kegiatan.  Pengendalian  langsung  terhadap  kegiatan  pelaksanaan,  ditetapkan  dan diatur dengan menggunakan tata‐cara sebagai berikut: 

 Pemantauan ( Monitoring ) 

Kegiatan  pemantauan  atau  monitoring  dilakukan  dengan  melaksanakan  kunjungan langsung di masing‐masing wilayah penugasan dalam lingkup regional  maupun  provinsi.  Kegiatan  ini  untuk  melakukan  sampling  pengendalian  tentang  status pelaksanaan kegiatan dan penyiapan media‐media bantu yang dibutuhkan,  serta monitoring terhadap pemanfaatan dana BLM yang sudah dicairkan.  Dalam  monitoring ini ditujukan pada beberapa fokus kegiatan, yang antara lain meliputi:  penyelenggaraan  pelatihan,  sosialisasi,  fasilitasi  siklus/alur  proses  program  di  masyarakat, kegiatan infrastruktur, dana bergulir serta manajemen keuangan.   Supervisi 

Kegiatan  supaervisi  (uji  petik)  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan  setelah  pelaksanaan  satu  tahapan/siklus  kegiatan  selesai  difasilitasi  di  masyarakat.  Supervisi ini merupakan kegiatan untuk memastikan bahwa proses telah berjalan  sesuai  dengan  mekanisme  yang  telah  ditetapkan  serta  sesuai  dengan  koridor  yang telah disusun dalam Pedoman/petunjuk yang ada. Kegiatan ini dilaksanakan  berdasarkan  mekanisme  uji  petik  yang  telah  ditentukan  (proporsional  terhadap  jumlah kelurahan dampingan).  

 Penguatan  Kapasitas  Pelaku  (tingkat  TL‐Provinsi,  Korkot,  dan  Fasilitator 

Kelurahan) 

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong tingkat capaian kegiatan berdasarkan  batasan  waktu  yang  telah  ditentukan  dalam  Master  Schedule,  serta  meningkatkan  kinerja  sesuai  yang  diharapkan  berlandaskan  pada  tugas  pokok,  fungsi dan tanggung jawab penugasan dari masing‐masing personil. 

 

Berdasarkan  pengaturan  dan  tata‐cara  pengendalian  yang  telah  diuraikan  seperti  tersebut  di  atas,  selanjutnya  ditetapkan  SDM/personil  yang  harus  bertanggung  jawab  untuk melakukan proses pengendalian dimaksud, seperti berikut: 

 Unsur  pelaksana  pengendalian  progres  maupun  substansi,  dikelompokkan  berdasarkan  struktur  organisasi  dan  hirarki  manajerial  yang  ada,  dimana  untuk 

(17)

unsur  pengendali  di  tingkat  lapangan  ada  di  bawah  tanggung  jawab  Korkot  dan  Fasilitator Kelurahan.  

 Tim  OSP  dan  Provinsi  melalui  para  tenaga  ahli  (spesialis)  bertanggung  jawab  sebagai unsur pengendali di tingkat regional dan provinsi. 

 Tim  KMP  dalam  kapasitasnya  sebagai  koordinator  pengendali  dan  penggerak  implementasi  di  tingkat  pusat,  melalui  seluruh  Sub‐Tim  dan  Unit‐unitnya  akan  bertanggung jawab sebagai unsur pengendali kegiatan di tingkat Nasional.                                                         

(18)

                                                                                                 

(19)

                                   

BAB II

KETENTUAN UMUM

                                 

(20)

2.1.  Pengendalian Mutu Sebagai Upaya Pemastian Kualitas (Quality Assurance) 

 

Pada  suatu  proses  kegiatan  yang  hanya  berorientasi  pada  produk  tunggal  maka  umumnya  kita  hanya  menerapkan  pendekatan  Pengendalian  Kualitas  (Quality  Control).  Akan tetapi dalam bentuk kegiatan atau proyek yang kompleks (seperti PNPM‐MP), maka  Pengendalian  Kualitas  (Quality  Control)  harus  didudukkan  dalam  kerangka  Pemastian  Kualitas (Quality Assurance). Hubungan antara prinsip Pengendalian Kualitas (QC) dengan  Pemastian Kualitas (QA) dapat dilihat pada diagram berikut :    Gambar 2.1. Hubungan Pemastian Kualitas dan Pengendalian Kualitas                                          

Kemudian  kualitas  dalam  program  pemberdayaan  semacam  ini  hendaknya  dipandang  sebagai  kepuasan  dari  pengguna  layanan  (penerima  manfaat)  program  secara  berjenjang, terutama masyarakat dan pemda sebagai klien utama konsultan. 

   

2.2.  Strategi Pengendalian Mutu 

 

a. Membangun  Kesadaran  semua  pihak  terhadap  pentingnya  Pengendalian  Kualitas  dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan. 

Bahwa  seringkali  tidak  berjalannya  upaya  pengendalian  terjadi  karena  justru  belum  tumbuhnya  kesadaran  bahwa  Pengendalian  adalah  tanggung  jawab  bersama  dalam  rangka menjamin agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Salah satu  hal  yang  paling  penting  adalah  memahami  tujuan  dan  indikator  keberhasilan  program  sebagai  basis  pengendalian  itu  sendiri.  Upaya  ini  dapat  dilakukan  dengan  kegiatan coaching terus menerus disetiap tahapan yang dilakukan. 

       

(21)

b. Menjadikan Pengendalian mutu dalam rangka Pemastian Kualitas 

Pengendalian mutu harus terintegrasi dengan pemastian kualitas, adalah sangat tidak  mungkin  kegiatan  pengndalian  mutu  berdiri  sendiri  dari  pemastian  kualitas.  Sistem  monev harus dikembangkan sejak awal dari mulai perencanaan seperti menentukan  tujuan,  sasaran,  indikator  dan  aktivitas  program.  Untuk  memastikan  kualitas,  maka  manajemen mengembangkan sistem, standar operasional dan prosedur agar tercipta  satu tingkat kepercayaan yang tinggi dalam proyek, kemudian pengendalian kualitas  dilakukan  untuk  mengukur  apakah  pelaksanaan  telah  memenuhi  sistem,  standar  operasional dan prosedur yang telah di tetapkan, dan selanjutnya melakukan umpan  balik perbaikan jika terjadi kesalahan. 

 

c. Memanfaatkan Data SIM dan Quick Status sebagai Referensi Utama Semua Pihak 

Untuk sebuah kegiatan yang masif dan jangkauan yang sangat luas,maka sangat tidak  mungkin  menghindari  pengelolaan  data  yang  serba  cepat  dengan  SIM  sebagai  alat   Sebagai  sumber  data,  SIM  sejak  awal  memang  dirancang  oleh  manajemen  sebagai  sumber  Informasi  dalam  menetapkan  kebijakannya.  Karena  itu,  informasi  yang  tersedia  sudah  disesuaikan  dengan  kebutuhan  manajemen  dan  ditangani  secara  khusus oleh satu Tim profesional di bidang Teknologi Informasi. Dari data SIM inilah  pihak  manajemen  merumuskan  berbagai  kebijakan  dalam  mengendalikan  kegiatannya.  Sedangkan  Quick  Status  (QS)  dirancang  sebagai  alat  pengendalian  pelaksanaan  kegiatan  yang  akan  memberikan  data  secara  cepat  tentang  status  kegiatan di setiap tahapan siklusnya khususnya tentang rencana dan realisasinya. Jika  kualitas  datanya  bisa  dipertanggungjawabkan  tentu  pengendalian  PNPM‐MP  bisa  optimal.  

 

Akan  tetapi  perlu  digarisbawahi  bahwa  SIM  dan  QS  tidak  akan  berguna  jika  isinya  tidak  sesuai  dengan  yang  dilakukan  atau  bahkan  jika  tidak  diinput  sama  sekali  oleh  Asmandat  (Asisten  Manajemen  Data)  di  tingkat  Kota/kabupaten.  Oleh  karena  itu  perlu  dibangun  SIM  yang  berbasis  kebutuhan  semua  pihak  yang  ditunjang  oeh  kesadaran dan kejujuran terhadap data dan informasi dan semua pelaku. 

 

d. Untuk  menguji  data  SIM  dan  mengukur  tingkat  pemahaman  terhadap  subtansi  siklusnya  maka dilakukan Uji Petik (random sampling) berbasis user dan customer,  yang dilakukan sesuai dengan siklus pelaporannya 

Tujuan  PNPM‐MP  dicapai  melalui  suatu  mekanisme  yang  disebut  siklus  proyek.  Di  setiap  tahapan  siklus,  satu  rangkaian  kegiatan  harus  dilakukan  hingga  tuntas  untuk  bisa masuk tahapan siklus berikutnya. Jika ada tahapan yang dilewati, makna muatan  pesan/substansi  yang  menjadi  inti  proses  pemberdayaan  di  PNPM‐MP  akan  sirna.  Untuk  menjaga  agar  substansi  siklus  tersebut  tidak  hilang  maka  di  setiap  tahapan  siklus, perlu  dilakukan pendalaman informasi pelaksanaan siklusnya sekaligus untuk  mengukur  kesiapan  memasuki  siklus  berikutnya.  Kegiatan  pendalaman  informasi  ini  dilakukan melalui uji petik dengan metode penelitian kualitatif baik di sisi pengguna  maupun pemanfaat. 

 

e. Melaksanakan Pengendalian Mutu Partisipatif 

Di  dalam  upaya  pemberdayaan  masyarakat,  maka  Pengendalian  Mutu  yang  sejalan  adalah dengan melakukannya secara partisipatif. Bahwa pengendalian  adalah sarana  untuk  melakukan  evaluasi  bersama  terhadap  pencapaian  kegiatan  dan  juga  melakukan  tindakan  korektif  bersama  atas  pengendalian  yang  dilakukan.  Kegiatan 

(22)

pengendalian  mutu  partisipatif  akan  melibatkan  semua  pihak  melalui  kegiatan  refleksi dan assessment. 

 

f. Pengendalian  Mutu  Dilakukan  oleh  Setiap  Lini  Manajemen  (KMP  ,  KMW  dan  Korkot) di setiap Siklus 

PNPM‐MP  dirancang  sebagai  gerakan  yang  terpadu  melalui  proses  pemberdayaan  masyarakat  dan  pemerintah  daerah.  Pemberdayaan  ini  memerlukan  keterlibatan  berbagai pihak di tingkat pusat, daerah maupun di tingkat lapangan.  Sebagai proyek  pemberdayaan, pelaku di setiap lini manajemen, dari tingkat lapangan sampai tingkat  pusat  dituntut  menjadikan  kegiatan  pengendalian  mutu  sebagai  kegiatan  yang  integral  dengan  seluruh  kegiatannya  agar  terbangun  suatu  mekanisme  pengawasan  dan  koreksi  internal  di  lingkungan  pelaku.  Jika  pengawasan  dan  koreksi  internal  tersebut sudah terbangun maka  proses pemberdayaan dengan makna pembelajaran  bisa lebih optimal. Monitoring dengan random sampling di level KMP sebesar 1% dari  jumlah  kelurahan  dampingan,  di  level  KMW  minimal  bervariasi  pada  2%,  5%,  dan  10% , di level Korkot minimal 50% .   

 

g. Integrasi SIM dan Monitoring‐Supervisi di Semua Lini 

Bahwa  kegiatan  monitoring  dan  supervisi  tidak  dapat  dipisahkan  dari  SIM,  oleh  karenanya  perlu  kerjasama  yang  padu  antar  SIM  dan  para  tenaga  ahli  dalam  menentukan  indikator  yang  akan  diukur,  data  yang  akan  dilaporkan,  cara  menganalisisnya  dan  menggunakan  data  tersebut  untuk  evaluasi  kegiatan.  Pada  PNPM‐MP,  keterlibatan  Tenaga  Ahli  SIM;  Tenaga  Ahli  Monev  serta  Tenaga  Ahli  lainnya di KMW dan seluruh asisten di Korkot dalam mengintegrasikan ini sangatlah  penting.  Kegiatan  monitoring  dan  supervisi  harus  menjadi  perhatian  dan  dilakukan  oleh seluruh pelaku di semua tingkatan (lini). 

 

h. Menjadikan temuan pihak lain untuk referensi pengendalian 

Bahwa sebagaimana lazimnya proyek pemerintah yang didanai oleh lembaga  donor  (Bank  Dunia,  Islamic  Development  Bank,  atau  lainnya)  selalu  dilakukan  monitoring  dalam bentuk dan mekanisme sesuai ketentuan masing‐masing lembaga; antara lain :  misi  supervisi,  misi  dukungan  implementasi,  dan  lain‐lain.  Agendanya  adalah  juga  dalam  rangka  pengendalian  pelaksanaan  kegiatan  secara  langsung.  Hasil‐hasil  dan  rekomendasi  dari  misi  tersebut  harus  ditindaklanjuti  oleh  seluruh  stakeholders  PNPM‐MP.  Disamping  itu,  sesuai  layaknya  proyek  pemerintah,  pengawasan  juga  dilakukan oleh BPKP dan juga akan menghasilkan hasil temuan BPKP, yang juga perlu  mendapatkan  perhatian  dan  tindak  lanjut.  Oleh  karena  itu  seluruh  pihak  terutama  jajaran  konsultan  perlu  menjadikan  hasil‐hasil  temuan  tersebut  sebagai  salah  satu  referensi  sekaligus  sarana  dalam  pengendalian  kegiatan  di  lapangan.  Referensi  lain  yang  perlu  ditindaklanjut  dan  menjadi  dasar  dalam  pengembangan  kegiatan  dan  sistem adalah hasil studi oleh Konsultan Evaluasi.     i. Menjadikan pelaporan tepat waktu yang dibuat berjenjang sebagai bahan referensi  untuk melakukan tindak‐lanjut  Salah satu input yang dipakai dalam melakukan analisa di monev adalah laporan hasil  kegiatan di lapangan. Pelaporan yang tepat waktu, maka akan memperkaya referensi  untuk menentukan langkah tindak‐lanjut.

(23)

2.3.  Sasaran Pengendalian Mutu    Aspek‐aspek yang menjadi sasaran pengendalian mutu meliputi :  a.   Kegiatan Siklus Masyarakat, terdiri dari :    Refleksi Kemiskinan,    Pemetaan Swadaya,    Pembangunan  BKM / LKM,    Pengorganisasian KSM,    Perencanaan Partisipatif Penyusunan PJM Pronangkis,    Tinjauan Partisipatif,     Rembug Warga Tahunan.    b.  Pelaksanaan Kegiatan Tridaya :    Pembangunan infrastruktur,    Pengelolaan pinjaman bergulir, dan    Kegiatan sosial.    c.  Pengelolaan Keuangan Masyarakat, terdiri dari :   Keuangan BKM/LKM yang dikelola Sekretariat   Keuangan BKM/LKM yang dikelola Unit Pengelola.  2.4.  Jenjang Pengendalian Mutu a. PMU / Satker P2KP menetapkan tujuan, output dan sasaran program dan kemudian  dituangkan  di  dalam  kontrak  kegiatan.  PMU  /  Satker  P2KP  menjalankan  sistim  monitoring dan pengendalian internal kepada jajaran pelaksana PNPM‐MP terhadap  Kontrak yang telah ditetapkan. 

 

b. Pengendalian  mutu  PNPM‐MP  dilakukan  oleh  pelaku  di  setiap  lini  manajemen,  melalui : 

 KMP  (di  tingkat  Pusat)  bersama  semua  Unit  Kerja  (Capacity  Building,  Monev, 

Local Government, MK/KM, Infrastruktur, PLPBK, Livelihood)   KMW  (di tingkat OC/OSP) bersama TL dan semua TA    Ditingkat Kota/Kabupaten bersama Korkot dan semua Askorkot (Sosial, Ekonomi,  Infra, Urban, Mandat).    c. Pengendalian mutu melalui kegiatan monev juga dilakukan secara partisipatif antara  konsultan dan masyarakat atau pemda.   

d. Disamping  jalur  fungsional,  ada  juga  kegiatan  monev  yang  dilakukan  oleh 

stakeholders PNPM‐MP melalui Bank Dunia /IDB dan juga BPKP, untuk ini juga perlu  menjadi perhatian semua pihak.           

(24)

  Gambar 2.2 Jenjang Pengendalian Mutu                       

(25)

BAB III

TAHAP PELAKSANAAN

(26)

3.1. Metodologi   

a. Kegiatan pengendalian dimulai dengan menyusun sistem dan prosedur pelaksanaan  kegiatan  (termasuk  sistem  pengendalian).  Salah  satu  kelengkapan  yang  diperlukan  adalah  Master  Schedule  yang  memuat  deskripsi  kegiatan,  durasi,  waktu  dan  penanggung jawab kegiatan di berbagai level. 

 

b. Untuk  menguji  kesesuaian  pelaksanaan  kegiatan  dengan  SOP  dengan  baik  maka  dilakukan pengendalian tidak langsung melalui analisis data kuantitatif dan informasi  PNPM ‐ MP yang diperoleh dari : 

1) SIM,  Website  PNPM  Mandiri  Perkotaan,  QS,  dan  informasi  dari  Pengelolaan  Pengaduan Masyarakat (PPM) 

2) Analisis Laporan bulanan dari konsultan (KMP/KMW)  3) Analisis Laporan hasil monitoring, supervisi, dan evaluasi   4) Hasil supervisi teknis PMU dan Konsultan. 

 

c. Didukung  dengan  kegiatan  pengendalian  langsung  berbasis  data  kualitatif  yang  dilakukan dalam bentuk : 

1) Melakukan  uji  petik  melalui  metode  sampling  dan  indepth  interview  berbasis  pengguna  dan  pemanfaat  untuk  menilai  kesesuaian  data  dan  prosedur  pelaksanaan kegiatan dengan berbasis kepada data SIM dan QS yang ada 

2) Dilakukan  refleksi  dan  assessment  partisipatif  semua  pihak  untuk  melihat  lebih  dalam  atas  capaian  yang  dilakukan  dan  kemudian  menyusun  rencana  kerja  dan  tindak lanjut perbaikan 

3) Dalam  pelaksanaannya  kegiatan  monitoring  secara  langsung  ini  dapat  dilakukan  bersama‐sama atau terpisah dengan lembaga donor , BPKP dan lainnya.                                               

(27)

 

   

(28)

3.2. Tahap ‐ Tahap Pengendalian Mutu   

a. Tahap Pengendalian Tidak Langsung 

Pengendalian  tidak  langsung  adalah  pengendalian  yang  dilakukan  oleh  KMP  kepada  KMW, atau juga KMW  kepada Korkot melalui instrumen‐instrumen yang ada dalam  progam  ini,  seperti  dari  data  SIM  dan  Analisa  datanya,  Quick  Status  dan  dari 

database manual (laporan‐laporan) yang dimiliki.     Pemanfaatan SIM memperhatikan aspek‐aspek sebagai berikut :  1) Fungsi SIM dalam Pengedalian Mutu PNPM‐MP  SIM dalam kegiatan pengendalian mutu memiliki fungsi sebagai :   Sebagai sarana untuk entry  data awal atau baseline, proses maupun output   Sarana  penggalian  data  dan  informasi  terutama  yang  bersifat  kuantitatif 

sesuai indikator PNPM‐MP yang telah ditetapkan. 

 Sebagai  basis  data  untuk  analisis  capaian  program  secara  nasional,  maupun  wilayah dampingan per KMW 

 Hasil  analisis  yang  dibuat  digunakan  untuk  menyusun  laporan  kegiatan  program  oleh  masing‐masing  pelaku  di  berbagai  tingkatan,  menjadi  bahan  evaluasi untuk perbaikan dan tindak lanjut 

 

2) Data yang akan dianalisa 

Pada prinsipnya semua data yang telah ada dalam glosary SIM, mencakup output  pendampingan  yang  dilakukan  baik  di  tingkat  Pemda  maupun  di  tingkat  masyarakat.  Akan  tetapi  setidaknya  ada  beberapa  data  yang  akan  dianalisa  dari  SIM secara periodik (1 bulan sekali) dan akan di report per KMW yaitu: 

 Capaian kegiatan pendampingan tingkat masyarakat, ditinjau dari kesesuaian  dengan  indikator  keberhasilan  program  (key  performance  indicatror,  KPI)  di  seluruh KMW. Indikator keberhasilan program terlampir. 

 Capaian  kegiatan  pendampingan  tingkat  kota,  apakah  sesuai  indikator  keberhasilan program (KPI) di seluruh KMW. 

 Pelaksanaan kegiatan PLPBK (Optional kota/kab per KMW) 

 Capaian  kegiatan  pendampingan  tingkat  masyarakat,  ditinjau  dengan 

indicator logical frame works 

 Penilaian  kinerja  TIM  KMW  dalam  bidang  fasilitasi  (pelaksanaan  tugas)  di  tingkat provinsi dan kota/kabupaten    Selain itu, ada data yang diambil secara insidentil dan di update dalam periode  waktu tertentu, yaitu data tentang :   Profil Kelurahan / BKM   Profil Kota/Kabupaten    Pemanfaatan Quick Status (QS) memperhatikan aspek‐aspek sebagai berikut :  1) Fungsi QS  dalam Pengendalian Mutu PNPM‐MP  QS dalam kegiatan pengendalian mutu memiliki fungsi sebagai: 

 Sebagai  sarana  untuk  entry  data  progres  kegiatan  tingkat  desa/kelurahan  maupun tingkat kota dari sisi waktu. 

 Sisi  waktu  yang  dimaksud  mulai  dari  perencanaan  sampai  dengan  realisasi  pelaksanaan suatu kegiatan. 

(29)

 Sarana penggalian data dan informasi terutama menyangkut progres kegiatan  lapangan  dilihat  dari  master  schedule  yang  telah  disusun,  apakah  sesuai  dengan koridor waktu yang telah ditetapkan. 

 

2) Data yang akan dianalisa 

Yang  akan  dianalisa  terutama  adalah  progres  tahapan  pendampingan  tingkat  desa/kelurahan  maupun  tingkat  kota  dilihat  dari  sisi  waktu.  QS  harus  dapat  menggambarkan  ketepan  waktu  setiap  kegiatan  di  setiap  tingkatan  lokasi  sasaran. 

 

Terdapat  4  langkah  utama  dalam  pengendalian  tidak  langsung,  yaitu;  menentukan  standat  mutu,  pemeriksaan  mutu,  tindakan  korektif  dan  perencanaan  kontinuitas  perbaikan.  

1)   Standar Mutu: 

a) Program  ini  menggunakan  pengendalian  tidak  langsung  berdasarkan  3  sumber utama yaitu;  

 Data  SIM  PNPM‐MP,  digunakan  untuk  merekam  seluruh  data  kegiatan  yang telah dilaksanakan.   Master Schedule/Quick Status, digunakan untuk mengukur kegiatan dari  sisi waktu pelaksanaan.   Laporan KMW.  b) Seluruh capaian data dan informasi yang dihasilkan dari SIM PNPM‐MP harus  bersumber dari satu pintu pengendalian yaitu sim online yang terdapat pada  web p2kp.org.  c) Sedangkan alat ukur yang dijadikan pengendalian data SIM ada 2 aspek, yaitu;   Aspek kuantitas data, yang berhubungan dengan kelengkapan data.   Aspek  kualitas  data,  terdapat  3  komponen  utama  yang  berhubungan 

dengan  kualitas  data  yaitu;  validitas,  akurasi  dan  ketepatan  waktu  pengiriman  data.  Ketiga  komponen  tersebut  dapat  dilakukan  pengukurannya  dengan  menggunakan  instrumen  uji  petik,  teleconfren  dan laporan‐laporan. 

d) Kedua aspek pengendalian data SIM tersebut, pada dasarnya untuk menjadi  dasar dalam perhitungan dari KPI (Key Performance Indicator). 

e) Key  Performance  Indicator  (KPI)  inilah  yang  menjadi  standar  mutu  dalam  pengendalian mutu tidak langsung. 

 

2)  Pemeriksaan Kualitas/mutu: 

a) Pelaku  pada  tingkat  Korkot,  KMW  dan  KMP  secara  periodik  wajib  melihat  hasil  kelengkapan  data  SIM  dan  capaian  indikator  di  web  www.p2kp.org  secara online, sedangkan pemeriksaan detil dapat dilihat pada format manual  SIM dan aplikasi SIM offline. 

b) Untuk  menjamin  aspek  kuantitas  dan  kualitas  data  dan  informasi  yang  dihasilkan  oleh  data  SIM  maka  pengendalian  kedua  aspek  tersebut  dikendalikan oleh TA SIM yang ada di KMW. 

 

3)  Melaksanakan Tindakan Korektif: 

a) Bila  ditemukan  data  SIM  yang  kosong,  anomali  dan  inkonsistensi  maka  data  akan  dikembalikan  lagi  ke  sumber  data  yang  ada  di  Tim  Faskel,  dan  pihak  Korkot wajib melakukan verifikasi kembali. 

(30)

b) Hasil  verifikasi  akhir  dari  Korkot  menjadi  pegangan  asmandat  korkot  untuk  melakukan proses inputing data, sampai dengan pengiriman data ke database 

server PNPM‐MP. 

 

4)  Perencanaan Kontinuitas Perbaikan: 

a) Alat  untuk  mengukur  pengendalian  data  dan  Informasi  SIM  yang  telah  dilakukan  oleh  TA  SIM  KMW  berjalan  baik  atau  tidak,  maka  diperlukan  evaluasi kinerja SIM KMW setiap tiga bulan. 

b) Hasil  evaluasi  kinerja  SIM  3  bulanan  ini  akan  ditayangkan  di  web  www.p2kp.org. 

 

b. Tahap Pengendalian Langsung 

Yang  dimaksud  dengan  pengendalian  langsung  di  sini  adalah  bentuk  kegiatan  monitoring  dan  supervisi  di  lapangan  dengan  pemilihan  lokasi  sasaran  melalui  metode  purposive  random  sampling.  Pengentrian  tentang  hal  ini  biasa  dikenal  juga  dengan istilah uji petik. Pelaksanaan Uji petik terutama dilakukan dalam rangka untuk  mengetahui  kesesuaian  pelaksanaan  kegiatan  dengan  prosedur  yang  telah  ditetapkan. Untuk mengetahui kesesuaian antara data SIM maupun QS yang telah di  entry dengan kondisi eksisting di lapangan. 

 

1) Prinsip Uji Petik 

Uji Petik sebagai aktifitas dalam melakukan cross check terhadap proses fasilitasi  pendampingan  PNPM‐MP  di  masyarakat  maupun  di  tingkat  pemda,  yang  sudah  selesai  dilaksanakan,  untuk  mendapatkan  informasi  pembanding  data  yang  ada  dengan realitas di lapangan. Beberapa prinsip uji petik secara umum : 

a) Tepat  Waktu:  uji  petik  harus  dilaksanakan  tepat  waktu  agar  hasilnya  bisa 

dimanfaatkan  secara  optimal  memberi  masukan  bagi  peningkatan  atau  perbaikan  kualitas  kegiatan  terutama  untuk  lokasi‐lokasi  yang  belum  menyelesaikan kegiatan pada satu tahapan tertentu 

b) Efektif dan Efisien:  uji petik harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, 

baik  dari  sisi  metode  yang  digunakan  dan  juga  instrumennya,  dapat  menjangkau  lokasi‐lokasi  kunci  yang  bisa  memberikan  gambaran  secara  umum capaian pelaksanaan program  di wilayah tertentu serta  menghimpun  informasi yang dibutuhkan secara akurat dan tajam. 

c) Dapat  dipertanggungjawabkan,  bahwa  pelaksanaan  uji  petik  harus  dapat 

dipertanggungjawabkan secara obyektif dan jujur. Harus jelas metodenya dan  lokasi serta sasaran uji petiknya. 

 

2) Sasaran Uji Petik  

Sasaran  pelaksanaan  uji  petik  selama  siklus  pendampingan  PNPM‐MP,  dibagi  pada 4 lokasi sasaran ; Lokasi tahun intervensi‐1, Lokasi tahun intervensi‐2 Lokasi  tahun  intervensi‐3  dan  Lokasi  tahun  intervensi‐4;  pada  setiap  siklus  di  tingkat  basis  atau  masyarakat  dan  tingkat  kota,  dengan  jumlah  sasaran  yang  berbeda,  yaitu sebagai berikut: 

 KMP = minimal 1% dari jumlah kelurahan dampingan yang ada di KMW dan  dipilih secara acak; atau disesuaikan dengan TOR penugasan KMP 

 KMW = minimal 3% atau 5% atau 10% dari jumlah kelurahan dampingan yang  ada di Korkot dan dipilih secara acak; 

(31)

 Korkot  =  minimal  50%  dari  jumlah  kelurahan  dampingan  yang  ada  di  Tim  Faskel dan dipilh secara acak. 

a) Pendampingan tingkat masyarakat; 

 Uji Petik 1: Pemanfaatan BLM dan pelaksanaan kegiatan oleh KSM    Uji petik 2 : 

– Fasilitasi  Review  PJM  Pronangkis  Desa/Kelurahan  berbasis  MDG’s,  Pelaksanaan tugas BKM,UP,Relawan 

– Penguatan  Kelembagaan  masyarakat  (BKM,  UP,  Relawan)  untuk  kontrol sosial & Penguatan KSM 

 Uji petik 3 :  

– Fasilitasi program kemitraan dengan pihak luar 

– Sinergi  PJM  Pronangkis  Desa/kelurahan  dalam  Mekanisme  Perencanaan Pembangunan Daerah 

 

b) Pendampingan tingkat Pemda; 

 Uji petik 1 :  

– Kesiapan Pemda dalam mendukung kegiatan kemitraan  

– Review  Kebijakan  &  Program  Nangkis  kota/kab  &  Identifikasi  kebutuhan program nangkis Kota/Kab 

– Fasilitasi  Perumusan/Penyempurnaan  PJM  Pronangkis  kota/kab  berbasis MDG's 

 Uji petik 2 : 

– Fasilitasi Kemitraan/Channeling Di Level Kota/Kab  

– Sinergi  PJM  Pronangkis  Desa/kel  dalam  Mekanisme  Perencanaan  Pembangunan Daerah 

– Fasilitasi Kegiatan Kemitraan 

 Uji petik 3 : Fasilitasi Kegiatan Replikasi PNPM‐MP   

3) Pelaksana  

Uji  petik  kelapangan  dilakukan  oleh  tim  Korkot,  tim  KMW  dan  tim  KMP.  Pada  tingkat  Korkot  laporan  uji  petik  disusun  oleh  Korkot,  di  tingkat  KMW  laporan  disusun  oleh  Tenaga  Ahli  Monev  KMW  dan  pada  tingkat  KMP  disusun  oleh  Tenaga Ahli Monev KMP. 

 

4) Sampel  

Sampel  yang  dimaksud  adalah  wilayah  desa/kelurahan  sasaran  lokasi  uji  petik,  yang  ditentukan  secara  stratified  random  sampling  berdasarkan  kriteria  wilayah  sampel yang telah ditentukan. Penentuan kriteria sampel, adalah: 

a) Desa/Kelurahan yang mendapatkan predikat progress pelaksanaan tepat  waktu sesuai dengan Master Schedule tetapi capaian tidak sesuai (dibawah)  indikator kinerja kuantitatif. 

b) Desa/Kelurahan yang mendapatkan predikat progress pelaksanaan terlambat  tetapi  capaian  indikator  sesuai/melebihi  terhadap  indikator  kinerja  kuantitatif. 

c) Desa/Kelurahan  yang  mendapatkan  predikat  progress  pelaksanaan  tepat  waktu  sesuai  dengan  Master  Schedule  dan  capaian  indikator  sesuai  dengan/melebihi  terhadap indikator kinerja kuantitatif. 

d) Desa/Kelurahan yang mendapatkan predikat progress pelaksanaan terlambat  dan capaian indikator tidak sesuai (dibawah) indikator kinerja kuantitatif. 

(32)

 

Disamping  kriteria  tersebut  hal‐hal  sebagai  berikut  juga  harus  menjadi  pertimbangan: 

a) Bahwa  desa/kelurahan  yang  dimaksud  adalah  desa/kelurahan  yang  belum  pernah dikunjungi dilakukan uji petik 

b) Lokasi‐lokasi yang bermasalah yang sumber datanya dapat dilihat dari: Hasil  misi  supervisi  Bank  Dunia,  PAR  dan  PIAR  hasil  misi  supervisi  IDB,  temuan  BPKP, hasil temuan PPM, Monitoring pembukuan, Temuan Monev dll 

c) Rekomendasi  KMW  berdasarkan  pertimbangan‐pertimbangan  pemahaman  kondisi wilayah, sebaran di seluruh kota/kabupaten baik dari aspek geografis,  budaya, dll. 

 

Dari  hasil  penentuan  wilayah  desa/kelurahan  wilayah  sampel  berdasarkan  pada  kriteria  sampel,  maka  langkah  selanjutnya  penentuan  desa/kelurahan  sampel  sesuai  jumlah  yang  ditetapkan.  Tatacara  perhitungan  sampel  ditetapkan  sesuai  petunjuk teknis setriap aspek sasaran pengendalian. 

 

Disamping  kriteria  tersebut  hal‐hal  sebagai  berikut  juga  harus  menjadi  pertimbangan: 

a) Bahwa  desa/kelurahan  yang  dimaksud  adalah  desa/kelurahan  yang  belum  pernah dikunjungi dilakukan uji petik 

b) Lokasi‐lokasi yang bermasalah yang sumber datanya dapat dilihat dari: Hasil  misi  supervisi  Bank  Dunia,  Temuan  BPKP,  hasil  temuan  PPM,  Monitoring  pembukuan, Temuan Monev dll 

c) Rekomendasi  KMW  berdasarkan  pertimbangan‐pertimbangan  pemahaman  kondisi wilayah, baik dari aspek geografis, budaya, dll. 

 

Dari hasil penentuan wilayah Desa/Kelurahan wilayah sampel berdasarkan pada  kriteria  sampel,  maka  langkah  selanjutnya  penentuan  Desa/Kelurahan  sampel  sesuai jumlah yang ditetapkan yaitu sesuai dengan rasio per KMW.  

 

5) Kriteria Wilayah Sampel tingkat kota/kabupaten 

Sama  dengan  kriteria  penentuan  sampel  tingkat  kota/kab  data  Sebagai  batasan  dan  dasar  penentuan  lokasi  kota/kab.  uji  petik  berdasarkan  kriteria  yang  telah  ditentukan, dengan basis data SIM dan QS adalah sebagai berikut : 

a) Kota/kab  yang  mendapatkan  predikat  progress  pelaksanaan  cepat  tetapi  capaian tidak sesuai (dibawah) indikator kinerja kuantitatif. 

b) Kota/kab yang mendapatkan predikat progress pelaksanaan terlambat tetapi  capaian indikator sesuai/melebihi terhadap indikator kinerja kuantitatif.  c) Kota/kab yang mendapatkan predikat progress pelaksanaan tepat waktu dan 

capaian  indikator  sesuai  dengan/melebihi    terhadap  indikator  kinerja  kuantitatif. 

d) Kota/kab  yang  mendapatkan  predikat  progress  pelaksanaan  terlambat  dan  capaian indikator tidak sesuai (dibawah) indikator kinerja kuantitatif. 

 

Disamping  kriteria  tersebut  hal‐hal  sebagai  berikut  juga  dapat  menjadi  pertimbangan: 

a) Bahwa  kota/kab  yang  dimaksud  adalah  kota/kab  yang  belum  pernah  dikunjungi dilakukan uji petik 

(33)

b) Kota/kab yang sedang melaksanakan kegiatan Replikasi/Kemitraan 

c) Rekomendasi  KMW  berdasarkan  pertimbangan‐pertimbangan  pemahaman  kondisi wilayah, baik dari aspek geografis, budaya, dll. 

 

Dari hasil penentuan wilayah Kota/kab wilayah sampel berdasarkan pada kriteria  sampel,  maka  langkah  selanjutnya  penentuan  Kota/kab  sampel  sesuai  jumlah  yang  ditetapkan  yaitu  minimal  30%  total  jumlah  kota/kab  per  KMW.  Dengan  demikian pada setiap sasaran uji petik, akan ada 43 kota/kab pada setiap bulan  yang diuji petik oleh KMP. 

 

Dalam  prakteknya  pelaksanaan  uji  petik  agar  dapat  berjalan  secara  efektif  dan  efisien maka uji petik di tingkat Kab/kota dan desa/kelurahan secara operasional  akan berjalan bersamaan. 

 

6) Metode  

Metode atau cara pelaksanaan uji petik secara umum adalah sebagai berikut : 

a) Wawancara  Responden,  metode  ini  dilaksanakan  terhadap  responden 

dengan  tatap  muka  secara  langsung  untuk  mendapatkan  informasi  yang  dibutuhkan  berdasarkan  pertanyaan  dalam  lembar  uji  petik.  Dalam  proses  wawancara  ini  perlu  diperhatikan  teknik  komunikasi  dalam  bentuk  tanya  jawab, tidak bersifat interogatif, tetapi lebih bersifat dialogis. 

 

Untuk  tingkat  desa/kelurahan  responden  sebenarnya  tergantung  dari  obyek  yang akan di uji petik, tetapi secara umum jika menyangkut BKM diharapkan  terdiri atas unsur‐unsur berikut : 

 

NO  UNSUR  Jumlah 

Responden  1. Unsur aparat  1  2. Anggota BKM  2  3. Representasi Kelompok Perempuan  2  4. Representasi Warga miskin  2  5. Unsur tokoh masyarakat  1  6. Unsur KSM  1    Total    

Sedangkan  untuk  tingkat  kota/kab  responden  uji  petik  secara  umum  adalah  sebagai berikut: 

 

NO  UNSUR  Jumlah 

Responden  1.   Unsur KMW  2  2.  Unsur KBP  2  3.  Unsur TKPKD  2  4.  Unsur FKA BKM  2  5.  Unsur Pemprov  1    Total    

(34)

b) Penelitian  Dokumen  dilakukan  untuk  mengecek  akurasi  data  SIM.  Informasi 

diperoleh  dengan  memeriksa  berbagai  dokumen  yang  ada  di  masyarakat  seperti:  Berita  Acara  (BA)  pelaksanaan  kegiatan  per  Siklus,  Data  SIM  KMW,  daftar hadir pertemuan, media sosialisasi yang beredar di masyarakat, modul  pelatihan, catatan pembukuan dll.       7) Laporan hasil Uji Petik  Hasil uji petik di setiap KMW oleh KMP dikompilasikan oleh KMP ke dalam format  laporan sebagai berikut:    Setiap penguji petik melaporkan hasil uji petik per KMW yang terdiri dari:  a) Tabel kompilasi hasil uji petik per KMW   b) Tabel kompilasi responden per KMW     Kedua tabel hasil konsolidasi KMP tersebut selanjutnya akan ditayangkan dan di  update  di  website  PNPM  MP  setiap  tanggal  10  terutama  pada  periode  uji  petiknya. 

 

Laporan  hasil  uji  petik  selanjutnya  juga  menjadi  bahan  analisa  KMP  yang  dituangkan  dalam  laporan  bulanan  dan  triwulan,  dengan  mekanisme  sebagai  berikut: 

a) Pada  tingkat  Korkot,  analisis  hasil  uji  petik  dalam  bentuk  naratif,  dibuat  Kokrot dalam laporan bulanan Korkot 

b) Pada tingkat KMW, analisis hasil uji petik dalam bentuk naratif, dibuat KMW  dalam laporan bulanan KMW 

c) Sedangkan  analisis  secara  detail,  yang  menjelaskan  analisis  hasil  uji  petik  beserta tindak lanjut yang telah dilakukan setiap bulan ( selama tiga bulan )  harus dilaporkan dalam analisis laporan triwulan KMW. 

d) Laporan bulanan dan laporan triwulan KMW dikirimkan ke Team Leader KMP  e) Team Leader KMP melalui TA Monev menyusun hasil uji petik secara agregat, 

dan dilakukan analisis. Hasil analisis uji petik keseluruhan oleh TA Monev KMP  disampaikan  ke  TL  KMP  untuk  dijadikan  bahan  telaah  dalam  penyusunan  strategi  fasilitasi  lanjut  dari  beberapa  temuan  selama  proses  uji  petik  berlangsung. 

f) KMP akan menindaklanjuti hasil analisis uji petik yang dikirimkan oleh KMW,  dengan  memberikan  masukan  dalam  menyusun  langkah  strategis  KMW  maupun Korkot ( dilakukan dalam forum KBIK KMW, pada saat monitoring).   

c. Evaluasi Kinerja Pelaku dan Review 

Kegiatan  Evaluasi  kinerja  pelaku  serta  refleksi  dan  assesment  adalah  serangkaian  kegiatan  untuk  mengkaji  ulang  proses  pelaksanaan  PNPM  MP  paruh  waktu  yakni  proses transformasi sosial dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri.   

Dalam menghasilkan isu‐isu strategis yang akan dijadikan bahan kebijakan baik dalam  penyempurnaan  konsep  PNPM  MP,  KMP  melaksanakan  kegiatan  Evaluasi  kinerja  pelaku serta  refleksi dan  assesment yang pelaksanaannya dapat  bersamaan dengan  kegiatan Mid‐Term Review pelaksanaan PNPM MP  

   

(35)

1) Tujuan  

Tujuan dari  kegiatan  ini adalah mengkaji ulang pelaksanaan PNPM  MP dari kondisi  masyarakat  berdaya  menjadi  masyarakat  mandiri  dan  memberikan  rekomendasi  untuk  pelaksanaan  intervensi  lanjut  dalam  membangun  masyarakat  madani  dan  pelaksanaan penguatan kapasitas pemda.  

 

2) Keluaran yang diharapkan 

a) Capaian  pelaksanaan  PNPM  MP  dalam  Pembelajaran  BLM  tridaya,  Review  PJM,  Penguatan  Pranata  BKM,  penyusunan  PJM  Pronangkis  berbasis  MDG’s,  pelaksanaan kegiatan Kemitraan.  b) Capaian pelaksanaan PNPM MP di tingkat kabupaten/kota (fasilitasi KMW terkait  dengan PJM berbasis MDG’s, KBP, TKPKD, dan dukungan BOP pemda, SPKD)  c) Kinerja pelaku dalam melaksanakan kegiatan PNPM MP sejak kondisi masyarakat  berdaya sampai pendampingan program lanjutan.  d) Rekomendasi pelaksanaan PNPM MP untuk intervensi lanjut dalam membangun  masyarakat mandiri.    3) Ruang Lingkup   Untuk mencapai keluaran di atas dikembangkan melalui kegiatan sebagai berikut :  a) Melakukan  evaluasi kinerja BKM /UP‐UP dan KSM; 

b) Melakukan  evaluasi  kinerja  fasilitator  sebagai  pelaku  pemberdaya  masyarakat  serta  menemukenali  pendorong  dan  penghambat  aktivitasnya  sebagai  dasar  peningkatan  kapasitasnya  sebagai  pemberdaya  masyarakat  maupun  untuk  dampingan kemandirian masyarakat; 

c) Melakukan evaluasi kinerja KMW dan Korkot serta menemukenali pendorong dan  penghambat  pelaksanaan  kegiatannya  sebagai  dasar  penentuan  kebutuhan  performance KMW dan Korkot dalam pendampingan phase lanjutan;  d) Melakukan review review pendampingan di tingkat kabupaten/kota;  e) Melakukan Lokakarya baik di tingkat Propinsi/KMW dan ditingkat Nasional.    4) Alur Kegiatan dan Metodologi  Adapun alur kegiatan  Mid‐Term Review ini terdiri dari sebagai berikut :  a) Evaluasi Kinerja  

Evaluasi  kinerja    meliputi  evaluasi    BKM/UP‐UP  BKM,  KSM,  Fasilitator,  dan  Koordinator Kota dilaksanakan oleh KMW dan evaluasi kinerja  KMW oleh ‐ KMP.                             

(36)

      Gambar 3.2.  Jenis dan Alur Kegiatan Review Program                                       Kinerja konsultan  (KMW, Korkot,  Faskel)   Kinerja BKM, UP,  KSM   Kinerja Pemda   Kinerja Pelaksanaan   Peta perkembangan  BKM   Peta perkembangan  pemda   Adanya peta  permasalahan  eksternal & Internal   Didapatkannya issue‐ issue strategis  rencana  pendampingan  selanjutnya   Adanya masukan  kegiatan‐kegiatan  yang harus dilakukan  KMW   Adanya rekomendasi  kepada stakeholder  tingkat pusat untuk  pendampingan  selanjutnya   Adanya rencana  kerja lokakarya  propinsi     Teridentifikasinya  pemahaman dan  persepsi stakeholder  thd PNPM MP saat  ini   Teridentifikasinya  komitmen para pihak   tingkat propinsi  terhadap upaya  mnuju masyarakat  mandiri   Teridentifikasinya  peluang‐peluang  kemitraan dengan  para pihak tingkat  propinsi   Adanya rekomendasi  kepada stakeholder   tingkat  pusat  untuk  pendampingan  selanjutnya   Terpetakannya  pencapaian &  permasalahan  PNPM‐MP secara  nasional   Rumusan kebijakan  utk pendampingan  selanjutnya secara  nasional   Teridentifikasinya  peluang‐peluang  kemitraan dengan  berbagai pihak    D IF A S ILI TA S I O L E H K M P E VAL U ASI PA RT IS IP AT IF O L EH KM W  P e la ku (K on su l ta n )  K e le m b ag a an (BK M , UP , K SM )  P em d a  P e la ksa na a n PN P M -M P scr u m u m P NP M - M P Su p er vis i ol eh KM P L O K AK A R YA tk K M W R EF L E KS I & A SSE SM E N T R e vi ew Pe nc ap a ia n An a lis is M as al ah A na l isi s SW O T L o g fra m e m a tri k An al isi s

M ID T E R M R E V IE W

P R O V IN S I M ID T ER M R E V IE W N A SI ON A L D I FA S I LIT AS I OLE H K M P

d iha di ri o leh s tak e holde r N as i ona l D I FA S IL IT AS I O LE H

O C /O S P d iha di ri oleh s ta k eho ld e r

pro v ins i

(37)

b) Lokakarya Tingkat Propinsi/KMW 

Lokakarya Tingkat Propinsi membahas hasil pelaksanaan kegiatan evaluasi kinerja  dengan  melibatkan  Tim  Fasilitator,  KMW,  KMP,  PMU/Proyek      pemerintah  Kabupaten/Kota dan Pemerintah Propinsi.  

 

c) Lokakarya Tingkat Nasional 

Kegiatan  di  tingkat  pusat  merumuskan  isu  strategis  dari  hasil  di  setiap  KMW  melalui Lokakarya Mid‐Term Review di tingkat pusat , dengan menghadirkan para  pemangku  tingkat  nasional  (WB,  Kementerian  PU,  Kemendagri,  Bappenas)   kemudian  ditindaklanjuti  dengan  merumuskan  kegiatan  dan  design  pendampingan phase lanjutan.  

 

d. Monitoring Stakeholders Pusat   1) Latar belakang 

Selain daripada sistem monitoring internal konsultan yang secara reguler menjadi  alat  pengendalian,  sebagaimana  tersebut  diatas.  Ada  kegiatan  monitoring  yang  dilakukan  pihak  lain  sebagai  stakeholders  PNPM  MP  dan  dilaksanakan  secara  resmi  sesuai  dengan  fungsi  dan  tugasnya  masing‐masing.  Dalam  PNPM  MP  setidaknya  ada  3  (tiga)  kegiatan  monitoring  yang  juga  dilakukan  oleh  stakeholders  secara  langsung  kepada  masyarakat  ataupun  pelaku  PNPM  MP,  yaitu :   Misi Supervisi Inter kementerian dan Bank Dunia/IDB   Pengawasan rutin BPKP   Konsultan Evaluasi    2) Fungsi  Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh stakeholders ini mempunyai fungsi yang  sangat penting, antara lain: 

 Sebagai  alat  pengendalian  pihak  luar  kepada  pelaku  PNPM  MP  khususnya  konsultan. 

 Hasil‐hasilnya menjadi referensi bagi semua pihak  untuk ditindaklanjuti  dan  dilaporkan secara periodik oleh konsultan. 

 

3) Memanfaatkan Hasil Temuan 

Misi Interkementerian & Lembaga Donor biasanya dilakukan secara periodik dan 

khusus  (tematik).  Dalam  pelaksanaannya  misi  supervisi  juga  melibatkan  seluruh  stakeholders  PNPM  MP  termasuk  di  dalamnya  konsultan.  Dari  misi  supervisi  ini  WB  dan  PAR/PIAR    (IDB)  lembaga  donor  (Bank  Dunia,  IDB,  dll.)  akan  mengeluarkan Aide Memoire yang di dalamnya terdapat pernyataan‐pernyataan  yang perlu ditindaklanjuti baik oleh semua pihak dari mulai PMU sampai dengan  KMW dan faskel.  

 

Pemeriksaan    BPKP  biasanya  dilakukan  terutama  pada  akhir  tahun  Anggaran, 

sebagai  sebuah  kegiatan  rutin  BPKP  sebagai  instansi  resmi  pemerintah  yang  berkewenangan  menyelenggarakan  kegiatan  pengawasan  kepada  program‐ program  maupun  proyek‐proyek  dari  pemerintah.  PNPM  MP  adalah  salah  satu  obyek  pengawasan  BPKP.  Dalam  pelaksanaannya  BPKP  melaksanakan  pengawasan  secara  mandiri  dan  untuk  hal‐hal  yang  bersifat  teknis  melibatkan  KMW. Untuk menindaklanjuti hasil temuan BPKP tersebut. 

(38)

Konsultan  Evaluasi  (KE)  adalah  konsultan  yang  direkrut  oleh  PMU  untuk 

melakukan  monitoring  dan  evaluasi  kegiatan  secara  kualitatif  untuk  melihat  dampak  kegiatan  PNPM  MP  secara  keseluruhan  dan  diharapkan  berlangsung  secara  independen.  Dalam  pelaksanaannya  Konsultan  Evaluasi  mempunyai  kegiatan  dan  metode  tersendiri.  Hasil  daripada  studi  dari  KE  ini  menjadi  salah  satu referensi dalam kegiatan Pengendalian PNPM MP.  

 

Untuk  menindaklanjuti  temuan‐temuan  tersebut  ada  beberapa  hal  yang  harus  dilakukan oleh semua pihak, terutama jajaran konsultan PNPM MP,yaitu: 

 Mencermati  hasil  temuan  untuk  kemudian  menindaklanjuti  hasil  temuan  tersebut  dengan  memberikan  tanggapan  secara  tertulis  dan  kemudian  melakukan tindakan korektif di lapangan 

 Tindakan korektif yang dilakukan harus dilaporkan perkembangannya secara  periodik  dan  berjenjang  dari  mulai  Faskel,  KMW  dan  KMP  kepada  PMU  dan  juga Bank Dunia setidaknya dalam 2 minggu sekali. 

 Tindakan  korektif  menjadi  tanggung  jawab  utama  dari  TA  SIM/Monev  dan  kompilasi  datanya  akan  dilakukan  di  tingkat  Regional  Manager  yang  dikoordinasikan oleh TA Monev KMP 

 

4) EVALUASI  

 Forum  evaluasi  dilakukan  melalui  rapat‐rapat  koordinasi  inter‐kementerian  maupun koordinasi dengan misi supervisi Bank Dunia. 

 Forum  evaluasi  juga  dilakukan  melalui  rapat‐rapat  koordinasi  intern‐PNPM  MP maupun koordinasi dengan Pemda. 

– Tim Fasilitator (di tingkat Fasilitator) 

Setiap  minggu,  Tim  Fasilitator  melakukan  evaluasi  internal  atas  proses  pendampingan  yang  telah  dilakukan  untuk  mengetahui  kemajuan  dan  kendala yang dihadapi serta mencari pemecahannya dan hasil evaluasinya  langsung diimplementasikan dalam kegiatan lapangan.     

– Koordinator Kota (di tingkat Korkot) 

Setiap dua minggu, Koordinator Kota melakukan Pertemuan dengan para  Senior  Fasilitator  untuk  mengevaluasi  kemajuan  dan  kendala  yang  dihadapi  di  lapangan  serta  upaya  pemecahannya.    Sedangkan  dengan  seluruh  Fasilitator,  pertemuan  Evaluasi  dilakukan  di  setiap  awal  bulan.   Setiap bulan dilakukan pertemuan evaluasi bersama Pemda Berdasarkan  kemajuan kegiatan di tingkat Koordinator Kota. 

– Konsultan Manajemen Wilayah (di tingkat OC/OSP) 

Setiap bulan KMW mengadakan evaluasi yang diikuti oleh semua TA dan  Koordinator  Kota.  Data  dasar  sebagai  bahan  evaluasi  adalah    data  SIM,  analisis  TA  monev  atas  data  SIM  dan  QS  serta  laporan  bulanan  Koordinator  Kota.      Hasil  evaluasi  KMW  menjadi  bahan  untuk  laporan  bulanan KMW kepada KMP. 

– KMP (di tingkat Pusat) 

Setiap  bulan  KMP  mengadakan  pertemuan  evaluasi  yang  diikuti  secara  lengkap oleh TL, Co TL ,  TA KMP. Data dasar untuk bahan evaluasi adalah  SIM, hasil analisa TA Monev atas data SIM dan QS, laporan Uji Petik KMW  atas  tahapan  siklus  dan  laporan  bulanan  Korkot.  Hasil  evaluasi  KMP  digunakan  sebagai  dasar  penyusunan  laporan  bulanan  KMP  kepada  PMU/proyek dan Umpan Balik atas laporan KMW. 

(39)

– Satker  

Setiap  bulan  Satker  membahas  kemajuan  pelaksanaan  lapang  bersama  KMP  dan  mengirimkan  laporan  ke  interdep  dan    Worldbank  tentang  capaian kemajuan proyek. 

 Executing  Agency  menugaskan  Konsultan  Evaluasi  (KE)  untuk  melakukan  survey  Base  line  data,  Mid‐term  review,  dan  Evaluasi  dampak  PNPM  MP.  Hasil‐hasilnya menjadi masukan kebijakan bagi pemerintah RI dan juga pihak  Bank Dunia, serta Islamic Development Bank (IDB) 

 PMU  /  Pimpro  melakukan  evaluasi  kinerja  internal  PNPM  MP  berdasarkan  masukan  data/informasi  hasil  monitoring  dan  supervisi  teknis  PNPM  MP,  yang sumbernya:  – SIM / Web dan Quick Status PNPM MP serta informasi dari UPM  – Laporan bulanan dari konsultan (KMP/KMW)  – Laporan TA Monitoring dan Evaluasi  – Hasil supervisi teknis PMU dan Konsultan   Kegiatan Evaluasi Bersama di lakukan setiap kwartal melibatkan semua pihak  secara  partisipatif  dari  mulai  tingkat  masyarakat  sampai  dengan  tingkat  nasional. 

 

5) ARUS PELAPORAN MONITORING  

Secara berjenjang dan periodik setiap pelaku terkait baik dari jajaran pemerintah  maupun  konsultan  pelaksana  PNPM  MP  memberikan  laporan  kemajuan  pelaksanaan  di  lapangan,  hambatan/persoalan  yang  dihadapi,  serta  upaya  penyelesaian (agenda tindak lanjutnya). 

 Data  dan  informasi  melalui  SIM  /  Web  dan  QS  PNPM  MP  secara  menerus  mengalir dari tingkat kelurahan, kota/kab, ke pusat Informasi PNPM MP.   Tim  Fasilitator  berkewajiban  memberikan  laporan  kemajuan  pelaksanaan  di 

lapangan  secara  periodik  pada  tanggal  25‐29  bulan  yang  dilaporkan.  Secara  on  line,  data  langsung  di‐entry  ke  aplikasi  SIM  dan  QS  serta  laporan  tertulis  diserahkan ke Koordinator kota. 

 Korkot  memberikan  Laporan  bulanan  pada  tanggal  2‐3  bulan  berikut  dari  bulan yang dilaporkan, tri‐wulan, Mid‐term, hingga akhir proyek, ke KMW dan  Pemerintah Daerah. Selain itu, Korkot juga memberikan laporan intrepretasi  data  SIM  dan  QS  dengan  basis  analisis  profile  Fasilitator  di  wilayah  penugasannya untuk diserahkan kepada KMW.  

 Setiap  bulan  pada  tanggal  5  bulan  berikut  dari  bulan  yang  dilaporkan,  TA  monev/SIM  KMW  membuat  laporan  hasil  analisis  data  SIM  dan  QS  dengan  basis data profile Tim Fasilitator kepada TA monev KMP, dan TL KMW. Hasil  analisis  TA  monev  ini  akan  menjadi  dasar  laporan  bulanan,  tri‐wulan,  Mid‐ term, laporan akhir dan laporan khusus KMW kepada KMP.  

 Setiap  bulan,  Sub  TA  monev  KMW  pada  tanggal  10‐12  bulan  berikut  dari  bulan yang dilaporkan membuat analisis data SIM dan QS dengan basis data  Koordinator Kota untuk dikirimkan kepada TA monev KMP. Analisis data SIM  dan QS dan hasil Uji Petik Sub TA monev ini juga akan menjadi dasar laporan  bulanan, tri‐wulan, dan mid‐term KMW kepada KMP.   

 Pada  tanggal  12‐14  bulan  berikut  dari  bulan  yang  dilaporkan,  KMP  mengeluarkan daftar lokasi uji petik 

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan undangan Undangan Konfirmasi Administrasi, Tenaga Ahli dan Teknis yang akan di lakukan Pokja Jasa Konsultansi Pengawasan Supervisi

Sehubungan dengan undangan Undangan Konfirmasi Administrasi, Tenaga Ahli dan Teknis yang akan di lakukan Pokja Pengawasan/Supervisi Teknis Pembangunan Jalan Outer

Sehubungan dengan undangan Undangan Konfirmasi Administrasi, Tenaga Ahli dan Teknis yang akan di lakukan Pokja Pengawasan/Supervisi Teknis Pembangunan Jalan Outer

Melalui kerjasama ini, sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing, pihak pertama akan menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan magang di

5) Pelatihan/coaching yang kontinyu , karena tenaga kerja kurang terampil dan Panitia kurang memiliki pengalaman/keterampilan dalam pengelolaan pembangunan prasarana, maka

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO dilakukan dengan menyusun Pedoman Teknis (Ditjen Perkebunan) serta Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan (Dinas

Pada siklus I, pelaksanaan supervisi manajerial secara kolaboratif yaitu dengan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi di sekolah binaan kepengawasan. Monitoring

Untuk meniamin mutu tersebut maka dalam proses pembelajaran untuk seluruh program studi dilakukan monitoring setiap semester dan evaluasi (audit akademik