• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN PERAN SEMANTIS DALAM KUMPULAN CERPEN KLOP KARYA PUTU WIJAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN PERAN SEMANTIS DALAM KUMPULAN CERPEN KLOP KARYA PUTU WIJAYA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN PERAN SEMANTIS

DALAM KUMPULAN CERPEN “KLOP”

KARYA PUTU WIJAYA

Revelino, Sisilya, Amriani

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: revelinodream@rocketmail.com

Abstract: This study aimed to describe the types, forms, functions, and semantic role deixsis persona contained in a collection of short stories "KLOP" by Putu Wijaya. Form of descriptive qualitative research method, this research data is deixis persona. The data source of this study is three short stories in a collection of short stories "KLOP”. Data collection techniques in this study using the documentation, this is a research instrument recorded data containingcertain deixis and semantic roles. Based on the data analysis of the results showed that the short story "The General" has 6 types and 26 forms deixis persona, 5 deixis enklitis function, semantic roles and 5, the short story "Y2K" has 6 types and 32 forms deiksis persona, 5 deixsis enklitis function, and 5 roles semantically, and the short story "Soempah Pemoeda" has 5 types and 22 forms deixis persona, 2 enklitis deixis functions and semantic roles 5. The results of this study are expected to be useful for the reader to add insight into the use of semantic deixis persona and role in the story.

Keywords: Deixis Persona, Semantic Role, KLOP.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis, bentuk-bentuk, fungsi, serta peran semantis deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya. Bentuk penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, Data penelitian ini adalah deiksis persona.Sumber datapenelitian ini adalah tiga cerpen dalam kumpulan cerpen “KLOP”.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, Instrumen penelitian ini adalah mencatat data-data yang mengandung deiksis tertentu dan peran semantis.Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa cerpen “Jenderal” memiliki 6 jenis dan 26 bentuk deiksis persona, 5 fungsi deiksis enklitis, dan 5 peran semantis, cerpen “Y2K” memiliki 6 jenis dan 32 bentuk deiksis persona, 5 fungsi deiksis enklitis, dan 5 peran semantis, dan cerpen “Soempah Pemoeda” memiliki 5 jenis dan 22 bentuk deiksis persona, 2 fungsi deiksis enklitis, dan 5 peran semantis.Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca untuk menambah wawasan tentangpenggunaan deiksis persona dan peran semantis dalam cerpen.

(2)

ragmatik membahas bagaimana bahasa itu disimpulkan oleh pendengar dari apa yang dituturkan oleh penutur agar interpretasi atau menafsirkan makna bias atau makna lain yang ingin disampaikan dalam cerpen sampai kepada pendengar. Tipe studi ini menggali banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan.Boleh dikatakan bahwa studi ini adalah pencarian makna yang tersamar (Yule, 2006:3-4).

Pada penerapannya pragmatik tidak lepas dari tuturan.Tuturan dapat terjadi jika terdapat peserta tindak tutur di dalamnya, yaitu pembicara dan lawan bicara.Konsep pragmatik dapat disimpulkan bahwa peserta tindak tutur merupakan bagian dari proses pengkajian dalam bidang pragmatik. Pengkajian peserta tindak tutur dalam pragmatik dapat ditemukan pada penggunaan deiksis persona.

Penggunaan deiksis persona dapat dilihat dengan melihat kata penunjuk pada tokoh yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya sehingga dalam penelitian ini akan mengkaji deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP”. “KLOP”, satu di antara karyanya, merupakan kumpulan cerpen yang sarat akan cerita-cerita menggelitik.

Karya sastra khususnya cerpen memuat di dalamnya unsur intrinsik yang di dalam unsur intrinsik itu terdapat penokohan, penokohan itu mempuyai peran masing-masing di dalam cerita.Ditinjau dari segi semantis, peran tersebut mempunyai perbedaan. Peran yang dikaji di dalam semantis berdasarkan bagaimana tokoh itu berperan dalam suatu tuturan, baik itu sebagai pelaku, pengalam, maupun peruntung sehingga dapat disimpulkan dalam peran semantis sang tokoh di dalam karya sastra dikaji lewat konteks atau terikat pada konteks tuturan di dalam sebuah karya sastra berdasarkan pada kata ganti yang menganaforakan tokoh tersebut di dalam tuturan.

Penelitian tentang deiksis persona ini pernah diteliti sebelumnya oleh Yeti Martianingrum (2012) dengan judul skripsinya “Deiksis Persona dalam Novel “Tunggak-Tunggak Jati” Karya Esmiet Sebuah Kajian Pragmatik.”.Dalam penelitiannya, peneliti berhasil menemukan bentuk deiksis persona yangditemukan meliputi: bentuk deiksis persona pertama, bentuk deiksis persona pertamasingularis, dan bentuk deiksis persona pertama singularis yang berupafrasa.

Selain itu, penelitian mahasiswa tentang deiksis sudah pernah dilakukan oleh Dewi Simanjuntak (2011) dengan judul skripsinya “Pemakaian Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andera Hirata.”Dalam penelitiannya, peneliti berhasil menemukan (1) Bentuk deiksis persona yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.(2)Deiksis persona yang paling dominan muncul dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Penelitian lain tentang deiksis persona pernah diteliti oleh Setiawan Teguh (1997) yang berjudul “Penggunaan Deiksis Persona pada Cerita Anak dalam Harian Republika.” Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut: (1) bentuk deiksis persona yang ditemukan adalah bentuk deiksis persona pertama, kedua, dan ketiga. Masing-masing bentuk deiksis tersebut terdiri atas bentuk tunggal dan bentuk jamak. (2) bentuk deiksis persona yang paling tinggi frekuensi pemunculannya.

Masalah dalam ini adalah sebagai berikut sebagai berikut: (1) jenis-jenis deiksis persona apa saja yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya

(3)

Putu Wijaya? (2) bentuk-bentuk deiksis persona apa saja yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya? (3) fungsi-fungsi deiksis persona apa saja yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya? (4) Peran-peran semantis apa saja yang ditampilkan oleh deiksis persona dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah: (1) Pendeskripsian jenis-jenis deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya. (2) Pendeskripsian bentuk-bentuk deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya. (3) Pendeskripsian fungsi-fungsi deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya. (4) Pendeskripsian peran-peran deikis persona yang ditampilkan dalam deiksis persona dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya.

Kridalaksana (2008:45) menyatakan bahwa deiksis merupakan hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk pronominal, ketakrifan, dsb., mempunyai fungsi deiktis. Yule (2006:15)mengatakan bahwa ungkapan-ungkapan deiksis kadang kala disebut juga indeksikal.Ungkapan-ungkapan-ungkapan itu berada di antara bentuk-bentuk awal yang dituturkan oleh anak-anak yang masih kecil dan dapat digunakan untuk menunjukkan orang dengan deiksis persona („ku‟, „mu‟). Jadi, dapat dikatakan bahwa untuk menafsirkan sebuah deiksis, semua ungkapan bergantung pada penafsiran penutur dan pendengar dalam konteks yang sama.

Nababan (dalam Cahyono, 1995:218) menjelaskan bahwa deiksis ada lima macam, yaitu: deiksis orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis persona merupakan deiksis yang menunjukkan diri penutur.Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila ia tidak berbicara lagi, kemudian menjadi pendengar, ia berganti memakai topeng yang disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) diberi topeng yang disebut persona ketiga (Djajasudarma, 2010:52).

Sehubungandenganketepatanpemilihan bentuk deiksispersona, maka harus diperhatikanfungsibentuk-bentukkataganti personadalambahasaIndonesia.Alieva, dkk. (1991:247-248) menjelaskan bahwa fungsi deiksis persona atau kata ganti persona terbagi atas beberapa fungsi, yaitu:hubungan kepunyaan, sebagai rangkaian dengan preposisi, menyatakan Objek Tindakan, dan menyatakan subjek tindakan. Fungsi akhiran –nya mempunyai beberapa fungsi yang lain seperti yang dijelaskan Badudu (1987:110-111), yaitu: sebagai penunjuk kepunyaan, sebagai alat pempentuk kata benda, sebagai obyek penderita dalam bentuk enklitik, dan sebagai objek penyerta dalam bentuk enklitik.

Fungsi kata ganti –nya menurut Alieva, dkk., (1991:247-248) terbagi atas beberapa fungsi, yaitu. (1) Pronomina singkat enklitis–nya yang ditempelkan pada verba pasif berawal di- dipakai untuk menyatakan subjek tindakan, contohnya: “akusudah dituduhnya mencuri”.(2) Fungsi –nya dipakai sebagai sarana nominalisasi, yaitu untuk mensubstantifkan kata predikatif atau pelbagai gatra.

Alwi (2003:256-257) membagi fungsi –nyamenjadi empat fungsi, yaitu: kata ganti –nya dipakai untuk menyatakan milik, persona ketiga –nya dipakai untuk subjek dalam kalimat topik-komen, persona ketiga –nya juga dipakai untuk

(4)

pronomina ini sering juga dipakaihanya sebagai penanda ketakrifan suatu nomina atau nominal.

Alwi (2003: 334) menyatakan bahwa pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta atau lebih, dengan peran semantis yang berbeda-beda. Dari apa yang telah dijelaskan oleh Alwi, peran semantis menjadi beberapa jenis, yiatu: pelaku, sasaran, peruntung, pengalam, dan atribut.

METODE

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif.Prosedur dalam penelitian ini yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa bentuk kata ganti persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga yang digunakan pada konteks kalimat tertentu, ditindak lanjuti dengan menganalisis peran semantis yang terdapat pada tuturan dalam kalimat-kalimat, dan dilanjutkan dengan menganalisis prinsip-prinsip kesopanan yang terdapat pada tuturan-tuturan di dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya.

Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang mengandung arti bahwa penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta yang ada dan fenomena secara empiris masih hidup pada masyarakat penuturnya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung pronomina yang terdapat di dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya.Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah cerpen-cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya.Jumlahcerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” berjumlah 20 cerpen.Dari 20 cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” peneliti hanya mengambil tiga cerpen yang representatif atau yang mewakili dari ke-20 cerpen tersebut. Ketiga cerpen itu ialah: 1) “Jenderal” Jakarta 3 Maret 2000; 2) “Y2K” Astya Puri, 28 Desember 1999; 3) “Soempah Pemoeda” Jakarta 26 Oktober 2009.

Pengumpulan data dapat diperoleh melalui sumber tertulis kumpulan cerpen “KLOP” dilakukan berdasarkan teknik dokumentasi.Hikmat (2011:83) menjelaskan bahwa teknik dokumentasi, yakni penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang tersedia.Instrument penelitian ini dilakukan dengan cara mencatat data-data yang merupakan kalimat-kalimat yang mengandung jenis dan bentuk, fungsi deiksis, dan peran semantis, pada ketiga cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya ke dalam kartu data.

Contoh kartu data deiksis persona.

Tabel 1 Jenis dan Bentuk Deiksis Persona

No bentuk deiksis

jenis deiksis

jumlah data

pertama Kedua Ketiga T J T J T J

1 aku √ 24

(5)

Tabel 2 Fungsi Enklitik Deiksis Persona

Tabel 3 Peran Semantis

Dalam prosedur pengolahan data, data diolahdengan langkah-langkah sebagai berikut:1) membaca cerpen yang akan dijadikan sumber data; 2) menyeleksi kalimat yang menggunakan deiksis persona; 3) mengklasifikasi jenis-jenis deiksis persona; 4) mengklasifikasi bentuk-bentuk deiksis persona; 5) memasukkan data-data deiksis persona ke dalam kartu data-data; 6) menganalisis fungsi-fungsi deiksis persona; 7) memasukkan fungsi-fungsi deiksis persona yang telah ditemukan ke dalam katu data; 8) menganalisis tuturan yang terdapat peran semantis; 9) mengklasifikasi peran-peran semantis yang ditemukan di pada tuturan kalimat dalam kumpulan cerpen “KLOP”; dan 10) memasukkan data-data peran semantis yang ditemukan pada cerpen klop ke dalam kartu data.

Dalam teknik analisis data, data dianalisis denganlangkah-langkah sebagai berikut: 1) menganalisis data-data yang mengandung deiksis persona untuk menentukan jenis-jenis deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” dengan menggunakan teori Purwo dan Alieva; 2) menganalisis data-data yang mengandung deiksis persona untuk menentukan bentuk-bentuk deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” dengan menggunakan teori Purwo dan Alieva; 3) menganalisis data-data yang mengandung deiksis persona untuk menentukan fungsi-fungsi deiksis persona yang terdapat dalam kumpulan cerpen “KLOP” dengan menggunakan teori Alieva; 4) menganalisis data-data yang berupa tuturan dalam kalimat untuk menentukan peran-peran semantis yang timbul dalam kumpulan cerpen “KLOP” dengan menggunakan Alwi; dan (5) memberikan kesimpulan data berdasarkan analisis deiksis persona dan peran semantis yang timbul dalam kumpulan cerpen “KLOP”. No fungsi enklitik

jumlah data

jumlah keseluruhan

-ku -mu -nya

1 menyatakan kepemilikan 20 9 10 39 2 obyek penyerta dalam

bentuk enklitik

- 4 - 3

no bentuk deiksis

peran semantis

pelaku sasaran pengalam Pembicara lawan bicara 1 aku 3 11 7

2 -ku 20

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan Cerpen “Jenderal”

Berdasarkan deskripsi data yang dipaparkan, di dalam cerpen yang berjudul “Jenderal” ditemukan enam jenis penggunaan deiksis persona dan dua puluh enam bentuk deiksis persona. Penggunaan jenis deiksis persona yang sering digunakan dalam cerpen ini adalah deiksis persona ketiga tunggal dengan bentuk „-nya‟ yang berjumlah 35 bentuk.

Penggunaan bentuk deiksis persona pertama tunggal „aku‟ dalam cerpen ini merujuk pada tokoh utama dalam cerpen ini yaitu tokoh jenderal, yaitu tokoh aku yang menceritakan tentang dirinya sendiri dan orang lain yang ada disekitarnya, seperti data di bawah ini.

“Tapi, aku memaksanya demi masa depan rakyat, aku abaikan kepentinganku sendiri.” (JD, hal 19, bar 22)

Penggunaan bentuk „aku‟ dalam cerpen ini juga dilandasi oleh hubungan keakraban antara si pembicara dengan si pendengar yang telah tercipta hubungan yang saling mengenal.Oleh karena itu, dalam cerpen ini penggunaan bentuk deiksis persona „aku‟ bersifat informal, seperti pada data berikut.

“Kamu tahu sendiri aku seorang ayah yang baik.” (JD, hal 20, bar 15)

Ditemukan penggunaan bentuk enklitik „-ku‟ dan praklitik „ku-„ dalam cerpen ini yang merupakan variasi bentuk deiksis persona pertama tunggal „aku‟ pada data di bawah ini.

“Aku berada di bawah perintah atasanku yang menginginkan aku memegang posis yang tidak kukehendaki.” (JD, hal 16, bar 34)

Bentuk „saya‟ dalam cerpen ini merujuk pada tokoh anak dalam situasi percakapan dengan tokoh jenderal.Penggunaan bentuk deiksis persona pertama tunggal „saya‟ dalam cerpen ini dikarenakan dalam situasi percakapan tersebut lawan bicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari si pembicara.

“Sayamemahami sepenuhnya keinginan Ayah.” (JD, hal 17 bar 15)

Bentuk „kami‟ dan „kita‟ dalam cerpen ini mempunyai fungsi masing-masing. Bentuk „kami‟ mempunyai fungsi yang menyatakan bentuk inklusif yang artinya pronomina itu mencakupi pembicara atau penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak pendengar atau pembacanya, seperti pada data-data berikut di bawah ini.

“Kami sudah berunding masak-masak.”(JD, hal 19, bar 21) “Negeri kita ini memerlukan masa depan.”(JD, hal 20 bar 18)

(7)

Penggunaan bentuk deiksis persona kedua tunggal maupun jamak dalam cerpen ini merujuk kepada lawan bicara karena hanya terdapat dalam situasi percakapan antar tokoh dalam dialog.Bentuk enklitik „-mu‟ yang merupakan variasi bentuk „kamu‟ sering digunakan pada situasi percakapan dalam cerpen ini. Terdapat penggunaan bentuk „ayahanda‟ dalam cerpen ini yang merujuk pada percakapan antara anak dan ayah.

Penggunaan bentuk „ayahanda‟ dalam cerpen ini dikarenakan untuk menghormati lawan bicara yaitu tokoh ayah.Bentuk „Pak‟ dalam cerpen ini merupakan bentuk kata sapaan yang ditujukan oleh tokoh istri jenderal kepada tokoh jenderal, seperti pada data di bawah ini.

“Putra kita telah menjadi seorang pemimpin, Pak,” kata istri jenderal.” (JD, hal 20, bar 24)

Bentuk „Anda‟ dalam cerpen ini muncul dikarenakan menyatakan hubungan yang tidak pribadi sehingga bentuk „anda‟ tidak diarahkan pada satu orang khusus.

“ … sebagaimana Anda lihat sendiri, rapat akbar yang kita perkirakan akan menyerukan perdamaian itu sekrang berubah menjadi lautan api dendam.” (JD, hal 24, bar 7)

Bentuk deiksis persona ketiga yang sering muncul adalah bentuk „-nya‟. Penggunaan bentuk „dia‟ dan „ia‟ dalam cerpen ini yang memiliki fungsi berposisi sebagai subjek seperti pada data berikut.

Dia akan membawa negeri kita ini kembali pada rel yang benar,” kata pacarnya dengan terharu.”(JD, hal 21, bar 1)

Bentuk „ia‟ dalam cerpen ini memiliki ciri sebagai penegasan atau penekanan seperti pada data di bawah ini.

“Kemudian ia mencium tangan orang tua itu, lalu keluar dari dalam ruangan.” (JD, hal 18, bar 19) Bentuk „ia‟ pada kalimat ini merupakan membawakan ciri penegasan kepada tokoh anak.

Terdapat penggunaan bentuk „beliau‟ yang dipakai untuk menyatakan rasa hormat.

“Beliau dikenal sebagai seorang jenderal yang birilian semasa masih aktif.” (JD, hal 16, bar 5)

Terdapat penggunaan bentuk deiksis persona ketiga tunggal yang bersifat demonstratif „itu‟ dalam cerpen ini karena kata „itu‟merupakan katayang mengacu kepada suatu tempat yang bukan tempat penutur, jadi dapat diartikan sebagai pronomina ketiga.

(8)

“Putra Jenderal itu, seorang yang keras kepala seperti ayahnya.” (JD, hal 17, bar 11)

Fungsi-fungsi deiksis persona singkat yang melekat pada bentuk enklitik „-ku‟, „-mu‟, „-nya‟ ditemukan dalam cerpen ini, yaitu sebagai menyatakan kepemilikan seperti pada data berikut.

“Selamat jalan, Anakku.” (JD, hal 20, bar 19)

Bentuk „-ku‟ padadata di atas memiliki fungsi yang menyatakan kepemilikan dikarenakan ketiga bentuk itu melekat pada kata benda yang menyatakan sebuah kepemilika. Selain itu, bentuk enklitik „-mu‟, dan „-nya‟ juga dalam cerpen ini memiliki fungsi yang sama, yaitu menyatakan kepemilikan.

Ditemukan juga fungsi obyek penyerta dalam bentuk enklitik dalam cerpen ini, sepeti pada data berikut.

“Sebab mereka semua begitu terpesona kepadamu.” (JD, hal 19, bar 25) Bentuk „-mu‟ pada kata „kepadamu‟ merupakan bentuk enklitik yang berfungsi sebagai obyek penyerta pada kata „kepada‟.

Ditemukan juga fungsi menyatakan objek tindakan, seperi pada data berikut.

“Asal kamu tahu bahwa sejak awal aku sudah menentangmu.”

Bentuk „-mu‟ pada kata „menentangmu‟ pada kalimat di atas memiliki fungsi yang menyatakan objek tindakan dikarenakan bentuk deiksis singkat enklitik „-mu‟ digabungkan dengan kata „menentang‟ yang merupakan verba transitif karena mempunyai awalan „me‟.

Fungsi menyatakan subjek tindakan, ditemukan juga pada data berikut. “Sementara di depan layar televisi, istri jenderal masih terpaku tak percaya apa yang dilihatnya.”

Bentuk deiksis persona ketiga tunggal singkat „-nya‟ pada kata „dilihatnya‟ pada data di atas mempunyai fungsi menyatakan subjek tindakan dikarenakan bentuk „dilihatnya‟ merupakan verba pasif yang mempunyai prefiks „di‟. Fungsi sebagai rangkaian preposisi ditemukan juga pada data berikut.“Di sampingnya, calon menantunya sudah pingsan.”Fungsi deiksis singkat yang menyatakan kepemilikan sering muncul dalam cerpen ini.

Ditemukan peran-peran semantis sebagai: pelaku, pengalam, sasaran, pembicara dan lawan bicara. Peran semantis yang sering muncul dalam cerpen ini adalah sebagai sasaran.Peran pembicara muncul pada bentuk deiksis persona pertama tunggal maupun jamak, sedangkan peran lawan bicara muncul pada bentuk deiksis persona kedua tunggal maupun jamak.

(9)

Hasil dan Pembahasan Cerpen “Y2K”

Berdasarkan deskripsi data yang dipaparkan, di dalam cerpen yang berjudul “Y2K” peneliti menemukan enam jenis penggunaan deiksis persona dan 32 variasi bentuk deiksis persona. Penggunaan jenis deiksis persona yang sering digunakan dalam cerpen ini adalah deiksis persona ketiga tunggal dengan bentuk „-nya‟ yang berjumlah 48 bentuk.

Penggunaan bentuk deiksis persoan pertama tunggal bentuk „aku‟ banyak merujuk pada tokoh tamu.

“Maaf, aku bukan anakmu,” jawab sosok yang hitam itu.” (Y2k, hal 76, bar 21)

“Aku hanya seorang teman.” (Y2k, hal 76, bar 24)

“Aku seperjalanan dengan putra kalian.” (Y2k, hal 76, bar 24) “Aku hanya lewat.” (Y2k, hal 77, bar 8)

“Aku membawa sebuah titipan.” (Y2k, hal 77, bar 24)

Terdapat penggunaan bentuk enklitik „-ku‟ dan praklitik „ku-„ dalam cerpen ini.

“Tapi, aku tidak akan ragu-ragu membunuh musuh-musuh yang sudah membuat anakku itu sesat.” (Y2k, hal 75, bar 9)

“Jadi, jangan ragu-ragu, pulanglah, Anakku, akan kukibarkan kamu di tiang rumah kita ini!” (Y2k, hal 75, bar 14)

Bentuk „kami‟ dan „kita‟ dalam cerpen ini mempunyai fungsi masing-masing. Bentuk „kami‟ mempunyai fungsi yang menyatakan bentuk inklusif yang artinya pronomina itu mencakupi pembicara atau penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak pendengar atau pembacanya.

“Seandainya pun kau telah berbuat berbeda dengan harapan kami, bahkan bertentangan dengan apa yang kami bangga-banggakan, kau masih saja tetap putraku.” (Y2K, hal 74, bar 6)

“ … di mana kasih sayang menjadi sumber kehidupan kami.” (Y2K, hal 75, bar 6)

“Putra kami belum sampai.” (Y2K, hal 77, bar 4)

Bentuk „kita‟ dalam cerpen ini mempunyai fungsi yang menyatakan bentuk ekslusif yang artinya pronomina itu mencakupi tidak saja pembicara atau penulis, tetapi juga pendengar atau pembaca, dan mungkin pula pihak lain.

(10)

“Mungkin tidak utuh benar, tetapi juga tidak terlalu banyak kehilangan sehingga kita masih bisa mengajaknya berbicara seperti biasa, seperti bagian dari kita, meskipun dia sudah menjadi seorang pahlawan, …” (Y2k, hal 73, bar 13)

“Kekecewaan kita, harapan-harapan kita, adalah urusan kita masing-masing, tidak boleh ditimpakan kepada anak itu.” (Y2K, hal 76, bar 10)

Terdapat penggunaan bentuk deiksis persona kedua dalam cerpen ini yang terlibat dalam situasi percakapan antar tokoh.Penggunaan bentuk „kamu‟ sering muncul dalam cerpen ini.Ditemukan deiksis persona kedua tunggal maupun jamak pada dbentuk „kamu‟ dan „-mu‟ dikarenakan pemakaian bentuk-bentuk tersebut terdapat di dalam karya sastra yang bersifat informal.

“Jadi, jangan ragu-ragu, pulanglah, Anakku, akan kukibarkan kamu di tiang bendera rumah kita.” (Y2K, hal 75, bar 15)

Bentuk „Bung‟ dalam cerpen ini merupakan bentuk sapaan yang merujuk kepada tokoh tamu.

“Terima kasih, Bung!Anda tidak boleg pergi begitu saja.” (Y2K, hal 79, bar 8)

Penggunaan bentuk deiksis persona ketiga yang sering muncul adalah bentuk enklitk „-nya‟. Penggunaan bentuk „dia‟ dan „ia‟ dalam cerpen ini yang memiliki fungsi berposisi sebagai subjek selain itu bentuk „ia‟ mempunyai ciri sebagai penegasan atau penekanan.

“Ia tersipu-sipu ketika ada yang berbisik, … “(Y2K, hal 71, bar 10)

“Kami nobatkan dia menjadi pahlawan dan contoh yang sudah selamat dari jamahan narokba dan nafsu anarkisme.” (Y2K, hal 78, bar 19)

Terdapat penggunaan bentuk deiksis persona ketiga tunggal yang bersifat demonstratif „itu‟ dalam cerpen ini karena kata „itu‟merupakan kata yang mengacu kepada suatu tempat yang bukan tempat penutur, jadi dapat diartikan sebagai pronomina ketiga.

“Selamat malam,” kata sosok yang datang itu.”(Y2K, hal 76, bar 14)

Dalam cerpen ini ditemukan empat fungsi deiksis persona, yaitu: menyatakan kepemilikan, yang terdapat pada bentuk „-ku‟, „-mu‟, dan „-nya‟ seperti pada data berikut.

“Seandainya pun kau bukan lagi engkau yang kulepaskan pergi dulu, Anakku,” … “(Y2k, hal 74, bar 2)

(11)

Bentuk „-ku‟ yang melekat pada kata benda „anak‟ pada kalimat di atas memiliki fungsi enklitik yang menyatakan kepemilikan.

“Maaf, aku bukan anakmu,” jawab sosok yang hitam itu.” (Y2K, hal 76, bar 21)

Bentuk „-mu‟ yang melekat pada kata benda „anak‟ pada kalimat di atas memiliki fungsi enklitik yang menyatakan kepemilikan.

“Anak itu, ketika pergi mukanya masih kekanak-kanakan.” (Y2K, hal 71, bar 7)

Bentuk „-nya‟ yang melekat pada kata benda „muka‟ pada kalimat ini memiliki fungsi enklitik yang menyatakan kepemilikan.

Menyatakan objek tindakan pada bentuk „-mu‟ dan bentuk „-nya‟ seperti data berikut.

“Akulah rumahmu, tempatmu kembali, pangkuan yang selalu menerimamu dalam keadaan yang bagaimana pun.” (Y2K, hal 74, bar 12)

Bentuk „-mu‟ pada kata „menerimamu‟ memiliki fungsi yang menyatakan objek tindakan dikarenakan bentuk deiksis singkat enklitik „-mu‟ digabungkan dengan kata „menerima‟ yang merupakan verba transitif karena mempunyai awalan „me‟.

“Mungkin tidak utuh benar, tetapi juga tidak terlalu banyak kehilangan sehingga kita masih bisa mengajaknya berbicara seperti biasa, … kata neneknya sambil menyatukan tangan dan terus saja berdoa.” (Y2K, hal 73, bar 13)

Bentuk „-nya‟ pada kata „mengajaknya‟ memiliki fungsi yang menyatakan objek tindakan dikarenakan bentuk deiksis singkat enklitik „-nya‟ digabungkan dengan kata „mengajak‟ yang merupakan verba transitif karena mempunyai awalan „me‟.

Menyatakan subjek tindakan dan sebagai rangkaian preposisi yang terdapat pada data-data berikut.

“Banyak sekali didengarnya celoteh berita.” (Y2K, hal 74, bar 18)

Bentuk deiksis persona ketiga tunggal singkat „-nya‟ pada kata „didengarnya‟ mempunyai fungsi menyatakan subjek tindakan dikarenakan bentuk „didengarnya‟ merupakan verba pasif yang mempunyai prefiks „di‟.

“robek atau apa saja yang kamu sukai tubuh di depanmu.” (Y2K, hal 81, bar 11)

(12)

Bentuk „-mu‟ yang merupakan bentuk singkat enklitik deiksis persona kedua pada kata „di depanmu‟ memiliki peran semantis sebagai rangkaian preposisi karena bentuk „-mu‟ terangkai dengan kata depan „di‟ yang diikuti kata „depan‟. Dari semua fungsi enklitik yang ditemukan, penggunaan fungsi enklitik yang menyatakan kepemilikan merupakan fungsi yang sering muncul dalam cerpen ini.

Ditemukan lima peran semantis yang timbul dalam cerpen ini, yaitu: pelaku, sasaran, pengalam, pembicara, dan lawan bicara.

“Aku seorang ayah yang memuja rumah dengan segala isinya sebagai tempat berteduh … “(Y2k, hal 75, bar 4)

Bentuk „aku‟ dalam kalimat di atas mempunyai peran semantis pelaku dikarenakan „aku‟ yang merupakan deiksis persona pertama tunggal melakukan suatu perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat „memuja‟.

“Meskipun tetap menyembunyikan dirinya di sudut-sudut gelap, …” (Y2K, hal 79, bar 23)

Bentuk „nya‟ pada kata „dirinya‟ merupakan peran utama objek yang merujuk pada diri dari persona yang beranafora pada tokoh yang dijelaskan sebelumnya sehingga bentuk „nya‟ dalam kalimat ini memiliki peran semantis sebagai sasaran. “…, aku tidak akan melakukannya dengan cara yang didiktekan setan.” (Y2k, hal 75, bar 3)

Bentuk „aku‟ dalam kalimat di atas memiliki peran semantis sebagai pengalam dikarenakan mengalami peristiwa yang dinyatakan predikat „tidak akan melakukannya‟.

“Aku membawa sebuah titipan.” (Y2k, hal 77, bar 24)

Bentuk „aku‟ yang merupakan deiksis persona pertama tunggal pada kalimat-kalimat di atas mempunyai peran sebagai permbicara dikarenakan bentuk „aku‟ merujuk kepada pembicara dalam situasi percakapan yang ditampilkan dalam data cerpen pada kalimat-kalimat di atas.

“Terima kasih, Bung!Anda tidak boleh pergi begitu saja.” (Y2K, hal 79, bar 8)

Bentuk „bung‟ yang merupakan deiksis persona kedua tunggal pada kalimat ini mempunyai peran sebagai lawan permbicara dikarenakan bentuk „bung‟ merujuk kepada lawan pembicara dalam situasi percakapan.Peran semantis sebagai sasaran sering muncul dalam cerpen ini yang didominasi penggunaannya oleh bentuk deiksis persona ketiga.

Hasil dan Pembahasan Cerpen “Soempah Pemoeda”

Berdasarkan deskripsi data yang dipaparkan, di dalam cerpen yang berjudul “Soempah Pemoeda” ditemukan lima jenis penggunaan deiksis persona dan 22

(13)

bentuk bentuk deiksis persona sehingga total keseluruhan bentuk deiksis yang terdapat dalam cerpen ini berjumlah 92 bentuk. Penggunaan jenis deiksis persona yang sering digunakan dalam cerpen ini adalah deiksis persona ketiga tunggal dengan bentuk „Amat‟ yang berjumlah 18 bentuk.

Penggunaan bentuk deiksis persona pertama „aku‟ merujuk kepada tokoh utama Amat. Penggunaan bentuk „aku‟ yaitu tokoh aku yang menceritakan tentang dirinya sendiri dan orang lain yang ada disekitarnya sehingga penggunaan bentuk „aku‟ dalam cerpen ini bersifat informal. Ditemukan juga bentuk „saya‟ yang merupakan deiksis persona pertama tunggal dalam hal ini juga bersifat informal dikarenakan bentuk „saya‟ dalam cerpen ini terdapat pada situasi percakapan di warung kopi antara tokoh utama dengan tokoh penjaga warung.

Selain itu ditemukan juga bentuk deiksis persona pertama jamak bentuk „kita‟ dan „kami‟ yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Bentuk „kami‟ dan „kita‟ dalam cerpen ini mempunyai fungsi masing-masing. Bentuk „kami‟ mempunyai fungsi yang menyatakan bentuk inklusif yang artinya pronomina itu mencakupi pembicara atau penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak pendengar atau pembacanya. Bentuk „kita‟ dalam cerpen ini mempunyai fungsi yang menyatakan bentuk ekslusif yang artinya pronomina itu mencakupi tidak saja pembicara atau penulis, tetapi juga pendengar atau pembaca, dan mungkin pula pihak lain, seperti pada data berikut.

“Bahkan, kami berhasil mengumpulkan dana yang akan kami sumbangkan.” (SP, hal 135, bar 9)

Terdapat penggunaan bentuk deiksis persona kedua tunggal dalam cerpen ini pada situasi percakapan. Penggunaan bentuk sapaan sering terjadi dalam cerpen ini, yaitu bentuk: „bapak‟, „pak‟, „pak amat‟. Penyebutan nama dalam cerpen ini yaitu bentuk „Ami‟ juga merupakan deiksis persona kedua tunggal, seperti pada data-data di bawah ini.

“Bapak ini, kok, jadi mata duitan sekarang?” (SP, hal 137, bar 4)

“Kok, hanya lumayan?yang dilakukan anak kita dan kawan-kawannya itu, kan, bagus sekali, Pak,” kata Bu Amat.” (SP, hal 136, bar 8)

Terdapat juga penggunaan bentuk deiksis persona ketiga tunggal „dia‟, „ia‟, „-nya‟.Penggunaan bentuk deiksis persona ketiga tunggal „dia‟ dan „ia‟ dalam cerpen ini mempunyai fungsi yang menyatakan berposisi sebagai subjek.

“Setelah membayar kopinya, dia langsung pergi.” (SP, hal 138, bar 20) “Ia baru ingat hanya membawa selembar 20 ribu di kantong ketika pergi.” (SP, hal 139, bar 16)

Bentuk „ia‟ dalam cerpen ini membawakan ciri penekanan atau penegasan.Terdapat juga bentuk deiksis persona ketiga tunggal sebagai pronominal demonstratif „itu‟ dalam cerpen ini.

(14)

Dalam cerpen ini hanya ditemukan dua fungsi deiksis singkat, yaitu menyatakan kepemilikan dan sebagai objek tindakan pada bentuk singkat „-nya‟, seperti pada data-data berikut ini.

“Dengan teman-temannya, Ami menyelenggarakan peringatan hari Sumpah Pemuda di sebuah hotel yang megah.”(SP, hal 135, bar 3)

Bentuk „-nya‟ yang melekat pada kata benda „teman-teman‟ pada kalimat ini memiliki fungsi enklitik yang menyatakan kepemilikan.

“Dan ketika Amat dengan rasa malu serta bersalah mengulurkan uang itu kepadanya, perempuan itu tiba-tiba meneteskan air mata.” (SP, hal 140, bar 1)

Bentuk „-nya‟ pada kata „kepadanya‟ pada data di atas memiliki fungsi yang menyatakan objek tindakan dikarenakan bentuk deiksis singkat enklitik „-nya‟ digabungkan dengan kata „kepada‟ yang merupakan verba transitif karena mempunyai awalan „me‟.Penggunaan fungsi yang menyatakan kepemilikan sering muncul dalam cerpen ini.

Ditemukan lima peran semantis dalam cerpen ini, yaitu sebagai: pelaku, pengalam, sasaran, pembicara, dan lawan bicara. Penggunaan peran sebagai sasaran sering digunakan dalam cerpen ini.

“Ia masuk ke kamar Ami, lalu bicara dengan sangat menyesal.” (SP, hal 140, bar 11)

Bentuk „ia‟ dalam kalimat di atas mempunyai peran semantis pelaku dikarenakan „ia‟ yang merupakan deiksis persona ketiga tunggal melakukan suatu perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat „masuk‟.

“Aku tidak mau lagi beli kopi di warung mata duitan yang tidak peduli semangat kebangsaan itu!” gerutu Amat dalam hati.” (SP, hal 138, bar 21) Bentuk „aku‟ dalam kalimat di atas memiliki peran semantis sebagai pengalam dikarenakan mengalami peristiwa yang dinyatakan predikat „tidak mau lagi‟.

“ … usaha untuk memerangi narkoba yang telah membuat semangat anak muda kita melempem.” (SP, hal 135, bar 13)

Bentuk „kita‟ dalam kalimat di atas mempunyai peran semantis sebagai sasaran dikarenakan bentuk „kita‟ merupakan peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat „membuat‟.

(15)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap deiksis persona dan peran semantis dalam kumpulan cerpen Putu Wijaya pada tiga cerpen yaitu: Jenderal, Y2K, dan Soempah Pemoeda, diperoleh simpulan berikut ini.

Ditemukan enam jenis deiksis persona pada cerpen “Jenderal” dan “Y2K” yaitu: jenis deiksis personas pertama tunggal, deiksis persona pertama jamak, deiksis persona kedua tunggal, jenis deiksis persona kedua jamak, deiksis persona ketiga tunggal, dan deiksis persona ketiga jamak. Pada cerpen “Soempah Pemoeda” hanya ditemukan lima jenis penggunaan deiksis persona, yaitu: deiksis persona pertama tungal, deiksis persona pertama jamak, deiksis persona kedua tunggal, deiksis persona ketiga tunggal, deiksis persona ketiga jamak. Deiksis persona ketiga tunggal merupakan deiksis persona yang sering muncul.

Penggunaan bentuk-bentuk deiksis persona dalam ketiga cerpen “KLOP” itu sebagai berikut. Penggunaan bentuk-bentuk deiksis persona pada cerpen “Jenderal” berjumlah 26 bentuk dan 181 pemakaian bentuk-bentuk deiksis persona, yang masing-masing terdiri dari 4 bentuk deiksis persona pertama tunggal, 2 bentuk deiksis persona pertama jamak, 7 bentuk deiksis persona kedua tunggal, 1 bentuk deiksis persona kedua jamak, 11 bentuk deiksis persona ketiga tunggal, dan 1 bentuk deiksis persona ketiga jamak. Bentuk „-nya‟ merupakan bentuk deiksis persona ketiga tunggal yang sering muncul dalam cerpen ini.

Pada cerpen “Y2K” bentuk-bentuk deiksis persona yang ditemukan berjumlah 29 bentuk dan 203 bentuk pemakaian deiksis persona, yang masing-masing terdiri dari 3 bentuk deiksis persona pertama tunggal, 2 bentuk deiksis pertama jamak, 7 bentuk deiksis persona kedua tunggal, 1 bentuk deiksis persona kedua jamak, 14 bentuk deiksis persona ketiga tunggal, dan 1 bentuk deiksis persona ketiga jamak. Penggunaan bentuk „-nya‟ merupakan penggunaan bentuk deiksis yang sering dipakai dalam cerpen ini.

Pada cerpen “Soempah Pemoeda” bentuk-bentuk deiksis persona yang ditemukan berjumlah 20 bentuk dan 91 bentuk pemakaian deiksis persona. yang masing-masing terdiri dari 2 bentuk deiksis persona pertama tunggal, 2 bentuk deiksis persona pertama jamak, 5 bentuk penggunaan deiksis persona kedua tunggal, 10 bentuk penggunaan bentuk deiksis persona ketiga tunggal, dan 1 bentuk penggunaan deiksis persona ketiga jamak. Dari ketiga cerpen ini bentuk deiksis persona ketiga tunggal „-nya‟ merupakan bentuk yang sering muncul penggunaannya.

Fungsi-fungsi deiksis persona singkat yang ditemukan dalam ketiga cerpen ini adalah: fungsi kepemilikan, objek penyerta dalam bentuk enklitis, menyatakan objek tindakan, menyatakan subjek tindakan, dan sebagai rangkaian preposisi. Dari fungsi-fungsi yang ditemukan dalam ketiga cerpen ini, fungsi yang menyatakan kepemilikan merupakan fungsi deiksis persona singkat yang sering muncul.

Ditemukan lima peran semantis yang ditemukan pada ketiga cerpen ini adalah sebagai: pelaku, pengalam, sasaran, pembicara, dan lawan bicara. Dari kelima peran semantis, peran semantis sasaran merupakan peran yang sering muncul dalam cerpen ini.

(16)

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan dapat diperoleh saran sebagai berikut: 1) bagi mahasiswa bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan satu di antara referensi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan deiksis persona. 2) dalam cerpen “KLOP” masih banyak ditemukan jenis-jenis deiksis yang lain. Oleh karena itu, terbuka bagi mahasiswa untuk meneliti deiksis-deiksis yang terdapat di dalam kumpulan cerpen “KLOP” karya Putu Wijaya.

DAFTAR RUJUKAN

Alieva et all. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. (Cetakan ke-1). Yogyakarta: Kanisius.

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Badudu, J.S. 1987. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia.(Cetakan ke-3). Bandung: Pustaka Prima.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press Airlangga University Press.

Djajasudarma, Fatimah. 2010. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. (Cetakan ke-3)Bandung: Refika Aditama.

Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Teguh, Setiawan. 1997. Penggunaan Deiksis Persona pada Cerita Anak dalam Harian Republika.Skripsi.Diperoleh 21 Februari 2013, dari http://eprints.uny.ac.id/6164/.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Penerjemah: Eti Setiawati, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 1 Jenis dan Bentuk Deiksis Persona
Tabel 2 Fungsi Enklitik Deiksis Persona

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Bupati Jembrana Nomor 45 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Jembrana (Berita Daerah Kabupaten Jembrana Tahun

[r]

Maslow mencetuskan teori hierarki kebutuhan, bahwa hierarki kebutuhan sesungguhnya dapat digunakan untuk mendeteksi motivasi manusia. Ada dua asumsi yang merupakan

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa auto clear white board berbasis arduino dengan sensor suara sangat efisien untuk memberi kemudahan bagi

Ketiga : Naskah Rencana Strategis UPT Puskesmas Kunciran Kota Tangerang Tahun 2014-2016 adalah sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak

Dengan melakukan pembakaran di dalam drum, maka mitra dan warga mengetahui, bahwa pengolahan lahan dapat dilakukan tanpa perlu membakar lahan.. Dengan pembakaran

Dalam konteks ini, inovasi hanya dimungkinkan jika pondok pesantren tersebut menghadirkan beberapa komponen baru, seperti memasukkan pendidikan keterampilan ke dalam

Dari penelitian yang dilakukan oleh Mosahab, et al 2010 pada sebuah bank di Teharan, Irak, mengenai hubungan antara servqual, kepuasan, dan loyalitas yang ditawarkan Bank Sepah